Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH

DAN
PERANAN
KURIKULUM
DALAM
PROSES
PEMBELAJA
RAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

MAYANG
SARI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan
rahmat,taufik dan hidayah-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas dari Mata Kuliah
Kajian Kurikulum BS Pendidikan Akuntansi terkait Sejarah dan Peranan Kurikulum dalam
kegiatan proses Pembelajaran
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas segala partisipasi dalam menyelesaikan
makalah ini terutama Bapak Drs. H Abd Rijal, M.Si
Meski telah disusun secara maksimal namun penulis sebagai manusia menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca .
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Sejarah dan Peranan Kurikulum
dalam kegiatan proses Pembelajaran dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Makassar, 23 Agustus 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Sejarah Kurikulum...........................................................................................................................5
1. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968).................................................................................7
2. Kurikulum Berorientasi Pencapaian (1973-1997)........................................................................9
3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004-2013)..........................................................................11
B. Peranan Kurikulum........................................................................................................................14
1. Peranan Konservatif...................................................................................................................14
2. Peranan Kreatif..........................................................................................................................15
3. Peranan Kritis dan Evaluatif......................................................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................17
PENUTUP.................................................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia adalah salah satu konponen
kehidupan yang paling mendesak. Semenjak manusia berinteraksi dengan aktivitas
pendidikan, manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kewajiban
dalam kehidupan mereka. Pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan
peradapan manusia, dimana pendidikan sifatnya selalu mengalami terus perkembangan
yang sangat pesat. Karena pendidikan adalah sebuah aktivitas yang integral mencakup
target, metode, dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu berinteraksi
dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan indonesia, pemerintah terus
berupaya melakukan berbagai reformasi dalam bidang pendidikan. Dan sebagai sarana
untuk meningkatkan mutu pendidikan, diperlukan sebuah kurikulum. Berbagai pakar
mengatakan bahwa kurikulum merupakan jantung bagi pendidikan, baik buruknya hasil
pendidikan ditentulan oleh kurikulum, apakah mampu membangun kesadaran krisis
terhadap peserta didik atau tidak.
Masa depan bangsa terletak pada tangan kreatif generasi muda. Mutu bangsa
kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dinikmati anak-anak saat ini, terutama
dalam pendidikan formal yang diterima si bangku sekolah. Jadi, barang siapa yang
menguasai kurikulum maka ia memegang peran penting dalam mengatur nasib bangsa dan
negara ke depannya.Menengok betapa pentingnya kurikulum bagi pendidikan, dapat
dipahami bahwa kurikulum merupakan suatu hal yang vital bagi pendidikan. Sehingga para
guru dan pengajar harus memahami kandungan kurikulum, karena telah jelas tujuan
pendidikan terdapat dalam kurikulum. Sehingga proses pendidikan dapat berlangsung
dengan kondusif, interaktif, efektif dan lancar.
Indonesia merupakan negara yang pendidikannya masih tergolong terbelakang,
jika dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di Asia Tenggara. Menurut data yang
penuis dapatkan bahwa Salah satu fakta yang membuat memilukan bagi Indonesia adalah
pendidikan Indonesia menepati peringkat 57 dari 65 negara, pada tahun 2016 yang
diterbitkan oleh Oirganisation for Economic Co-operation and Development (OECD).2
Fakta serupa juga pada tahun 2014 yang dihimpun oleh Global Talent Competitiveness
Index, yang menyebutkan bahwa Indonesia peringkat 86 dari 93 negara hal daya saing
pekerja.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Kurikulum di indonesia dalam proses kegiatan pembelajaran?
2. Apakah peranan Kurikulum dalam proses kegiatan pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kurikulum
Berbicara tentang kurikulum tak terlepas dengan lembaga pendidikan yang
mengimplementasikan kurikulum itu sendiri. Sejarah pendidikan di Indonesia sendiri sedah
dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka, yang mana dilakukan oleh lembaga pendidikan
pesantren. Kemudian setelah bangsa ini merdeka barulah Indonesia memiliki sekolahyang
dikelola sendiri karena sebelum kemerdekaan system persekolahan dikuasai oleh para penjajah.
Sebelum masuk pada pembahasan kurikulum, mari menilik sejarah pendidikan di Indonesia yang
diawali dengan munculnya Pesantren, sekolah dan madrasah.
Pesantren atau pusat pendidikan islam kuat diduga berkaitan dengan kedatangan para
musafir dan pedagang muslim yang masuk lewat jalur perdagangan pada abad 7 M dan 8 M.
Kemudian sejak abad 11 M Islam sudah masuk ke pulaupulau di nusantara dan mulai Intensif
menyebar pada abad ke 13 sampai akhir abad 17 dan pada masa itu mulai berdiri pusat-pusat
kekuasaan Islam sepertidi Aceh, Demak, Giri, Ternate dan Goa. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pesantren telah mulai dikenal di Indonesia.
Awalnya kurikulum pesantren dilandaskan pada tingkat kemudahan dan kompleksitas
kitab-kitab yang dipelajari, mulai dari tingkat awal, menengah dan lanjut. Kemudian dalam
perkembangannya pesantren telah melakukan perubahan kurikulum dengan memasukkan
pendidikan umum dalam kurikulum pesantren. Sekolah yang pertama didirikan di Jakarta pada
tahun 1617 pada masa VOC yang bertujuan untuk mencetak tenaga kerja yang kompeten pada
VOC. Sistem pendidikan sekolah ini di kuasai oleh penjajah, dan baru setelah merdeka barulah
Indonesia dapat mengelola sekolah sendiri. Sedangkan madrasah berkembang di jawa mulai
1912. ada model madrasah pesantren NU dalam bentuk Madrasah Awaliyah, Ibtidaiyah,
Tsanawiyah, Mualimin Wustha, dan Muallimin Ulya ( mulai 1919), ada madrasah yang
mengaprosiasi sistem pendidikan belanda plus, seperti muhammadiyah ( 1912) yang mendirikan
Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Muallimin, Mubalighin, dan Madrasah Diniyah. Ada juga
model AL-Irsyad ( 1913) yang mendirikan Madrasah Tajhiziyah, Muallimin dan Tahassus, atau
model Madrasah PUI di Jabar yang mengembangkan madrasah pertanian, itulah singkat tentang
sejarah madrasah di Indonesia.
Istilah kurikulum menjadi popular sejak tahun 1950 di Indonesia, yang mana dikenalkan
oleh sejumlah kalangan pendidik lulusan Amerika Serikat. Sebelum mengenal istilah kurikulum,
pendidikan Insonesia lebih akrab dengan istilah rencana pembelajaran. Kurikulum sendiri
mempunyai definisi yang berbeda-beda hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dan
latar belakang keilmuan para ahli tersebut, sehingga semantik definisi yang dirumuskan akan
berbeda meskipun pada intinya terkandung maksud yang sama. Kurikulum sendiri berasal dari
bahasa Yunani yaitu currere, yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga yang berarti
jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuhmulai dari
start sampai dengan finish, sama halnya dengan pendidikan ada awal dan akhir proses
pembelajaran. Atas dasar tersebut pengertian kurikulum diterapkan dalam bidang pendidikan.
Secara terminologis kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh dan diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. Pengertian
tersebut tergolong pengertian tradisional, dan dari pengertian tersebut dapat kita amatai bahwa
ada implikasi dari pengertian tradisional tersebut.
a. Kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran
b. Peserta didik harus mempelajari danmenguasai seluruh mata pelajaran
c. Mata pelajaran tersebut hanya dipelajari di sekolah
d. Tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah
Para ahli menyatakan kurikulum sebagai a plan for learning (Hilda Taba). Senada dengan
ungkapan Edward A. Krug menyatakan bahwa kurikulum dipandang sebagai cara dan upaya
guna mencapai tujuan pendidikan. Secara umum ”curriculums is a sequence of potential
experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways
of thinking and acting”. (B. Othanel Smith, et.al).
Berdasarkan definisi di atas, dapat kita cermati bahwa pengertian tersebut berbeda
dengan pengertian kurikulum yang sebelumnya. Kurikulum tidak lagi diangap sebatas
sekumpulan mata pelajaran saja, sehingga pengertian ini sering kali disebut dengan pengertian
kurikulum secara modern. Agar lebih jelas perbedaan antara kurikulum tradisional dan
kurikulum modern perhatikan tabel dibawah ini.
Perbedaan Kurikulum Tradisional dengan Kurikulum Modern.

1. Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)

Tiga tahun setelah Indonesia merdeka (1947) mulailah pemerintah membuat


kurikulum yang sederhana yang disebut dengan “Rencana Pelajaran”. Tahun 1947,
kurikulum ini terus berjalan dengan beberapa perubahan terkait dengan orientasinya, arah
dan kebijakanyang ada, hingga bertahan sampai tahun 1968 saat pemerintahan beralih
pada masa orde baru. Berikut adalah isi yang terkandung dalam kurikulum Rencana
Pelajaran tersebut: Uhbiyati (2008: 57)

a. Rencana pelajaran 1947


Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer
plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Awalnya pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana
Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi
sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang
pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa
saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi
ini.

b. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964

Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah penilaian di


rapor bagi kelas I dan II yang asalnya berupa skor 10-100 menjadi huruf A, B, C, dan
D. Sedangkan bagi kelas II hingga VI tetap menggunakan skor 10-100. Kurikulum
1964 bersifat separate subject curriculum, yang memisahkan mata pelajaran
berdasarkan lima kelompok bidang studi (Pancawardhana). Mata Pelajaran yang ada
pada Kurikulum 1968 adalah: (Hamalik, 2008: 17-18).
1) Pengembangan Moral:
a) Pendidikan kemasyarakatan.
b) Pendidikan agama/budi pekerti.
2) Perkembangan kecerdasan:
a) Bahasa Daerah.
b) Bahasa Indonesia.
c) Berhitung.
d) Pengetahuan Alamiah.
3) Pengembangan emosional atau Artistik:
a) Pendidikan kesenian.
b) Pengembangan keprigelan.
4) Pendidikan keprigelan.
5) Pengembangan jasmani.
a) Pendidikan jasmani/Kesehatan
Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin.
Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida. Maksudnya, pada
hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian,
olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa. Kurikulum 1964 adalah alat untuk
membentuk manusia pacasialis yang sosialis Indonesia, dengan sifat-sifat seperti
pada ketetapan MPRS No II tahun 1960.

c. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana
Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari
kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program Pancawardhana. (Hamalik, 2008: 17-18). Muatan materi
pelajarannya sendiri hanya teoritis, tak lagi mengkaitkannya dengan permasalahan
faktual di lingkungan sekitar. Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah
satunya adalah teori psikologi unsur. (Hamalik, 2008: 45).
Contoh penerapan metode pembelajarn ini adalah metode eja ketika
pembelajaran membaca. Begitu juga pada mata pelajaran lain, “anak belajar melalui
unsurunsurnya dulu”. Struktur kurikulum 1968 dapat dilihat seperti berikut ini.
1) Pembinaan Jiwa Pancasila, mata pelajarannya: Pendidikan agama, Pendidikan
kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Pendidikan olahraga
2) Pengembangan pengetahuan dasar, mata pelajarannya: Berhitung, IPA,
Pendidikan kesenian, Pendidikan kesejahteraan keluarga, Pembinaan kecakapan
khusus, dan Pendidikan kejuruan.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi
pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum
1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945
secara murni dan konsekuen.

2. Kurikulum Berorientasi Pencapaian (1973-1997)

a. Kurikulum 1973
Kurikulum 1973 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan
prinsipprinsip di antaranya sebagai berikut:
1) Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan
yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan
pendidikan, yang meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
2) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti
dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif.

b. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1973 menggunakan prinsip-
prinsip di antaranya sebagai berikut:
1) Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
2) Menganut pendekatan
sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan
yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon
(rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih banyak menggunaan teori
Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan dengan stimulus dari luar, yaitu sekolah dan guru. (Hamalik, 2008: 56).
c. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang
sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-
konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian
diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga
sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajarinya.
5) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian
materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian
pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret,
semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-
contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana
menuju ke kompleks.
6) Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar-mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan.

d. Kurikulum 1994
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut :
1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu system
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban), dan penyelidikan.
5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan
akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman
konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.

e. Kurikulum 1997
Pelaksanaan kurikulum 1997 kecenderungan kepada pendekatan penguasaan
materi (content oriented), di antaranya sebagai berikut:
1) Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
2) Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
3) Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994.
Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum
tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen
Kurikulum 1994. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu:
a) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan
kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
tuntutan kebutuhan masyarakat.
b) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat
antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan
keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
4) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi
materi pelajaran dan kesesuaian dengan perkembangan siswa.
5) Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku.
Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikan
dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan
lainnya yang tersedia di sekolah. Penyempurnaan kurikulum 1994 di pendidikan
dasar dan menengah dilaksanakan bertahap yaitu tahap penyempurnaan jangka
pendek dan penyempurnaan jangka panjang

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004-2013)

Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan (1975-1999) berimplikasi


pada penguasaan kognitif lebih dominan namun kurang dalam penguasaan keterampilan
(skill). Sehingga lulusan pendidikan kita tidak memiliki kemampuan yang memadai
terutama yang bersifat aplikatif, sehingga diperlukan kurikulum yang berorientasi pada
penguasaan kompetensi secara holistik.
Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh yang
mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesiaseutuhnya, yakni aspek-aspek
moral, akhlaq, budi pekerti, pengetahuan,keterampilan, seni, olah raga, dan perilaku.
(Ahmadi, 2013: 77).
` Penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan peserta didik yang dimaksudkan
itu telah diamanatkan dalam kebijakan-kebijakan nasional sebagai berikut:
a. Perubahan keempat UUD 1945 Pasal31 tentang Pendidikan.
b. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004.
c. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
d. Pemberlakuan UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan.
Pemerintah dan Daerah sebagai Daerah Otonom, yang antara lain menyatakan
pusat berkewenangan dalam menentukan:kompetensi siswa; kurikulum dan materi
pokok; penilaian nasional; dan kalender pendidikan.
Atas dasar itulah maka Indonesia memilih untuk memberlakukan Kurikulum
KBK sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan serta penyempurnaannya dalam
bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

a. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004


Beberapa Keunggulan KBK dibandingkan kurikulum 1994 adalah:
1) KBK yang dikedepankan Penguasaan materi Hasil dan kompetenasi Paradigma
pembelajaran versi UNESCO: learning to know, learning to do, learning to live
together, dan learning to be.
2) Silabus ditentukan secara seragam, peran serta guru dan siswa dalam proses
pembelajaran, silabus menjadi kewenangan guru.
3) Jumlah jam pelajaran 40 jam per minggu, tetapi jumlah mata pelajaran belum bisa
dikurangi.
4) Metode pembelajaran Keterampilan proses dengan melahirkan metode
pembelajaran PAKEM dan CTL.
5) Sistem penilaian Lebih menitik beratkan pada aspek kognitif, penilaian
memadukan keseimbangan kognitif, psikomotorik, dan afektif, dengan penekanan
penilaian berbasis kelas.
6) KBK memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar (KHB),
penilaian berbasis kelas (PBK), kegiatan belajar mengajar (KBM), dan
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS). KHB berisi tentang perencaan
pengembangan kompetensi siswa yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak
lahir sampai usia 18 tahun. PBK adalah melakukan penilaian secara seimbang di
tiga ranah, dengan menggunakan instrument tes dan non tes, yang berupa
portofolio, produk, kinerja, dan pencil test. KBM diarahkan pada kegiatan aktif
siswa dala membangun makna atau pemahaman, guru tidak bertindak sebagai
satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan
suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar secara penuh dan optimal.
(Ahmadi, 2013: 79).

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006


Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor
22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Ahmadi adalah sebagai berikut:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta
didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa,
berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis sehingga perlu
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan lingkungan siswa.
2) Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama, suku,
budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan
diri secara terpadu.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni berkembang secara dinamis.
4) Relevan dengan kebutuhan.
5) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut
dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
7) Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat.
8) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal
untuk membangun kehidupan masyarakat. (Ahmadi, 2013: 80).

c. Kurikulum 2013 (K13)


Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di
dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan.
Titik beratnya adalah mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima
materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam,sosial, seni, dan
budaya.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari
melanjutkanpengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah
dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini
merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring
pendapat dan masukan dari masyarakat.
B. Peranan Kurikulum

Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keseluruhan
proses pendidikan, bahkan kurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak
terpisahkan dari pendidikan itu sendiri. Apabila dirinci secara lebih mendetail peranan
kurikulum sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan, paling tidak terdapat
tiga peranan yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif, peranan kritis atau
evaluatif, dan peranan kreatif (Hamalik, 1990).
1. Peranan Konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai


sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.
Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum
yang berorientasi ke masa lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar,
disesuaikan dengan kenyataan bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses
sosial. Salah satu tugas pendidikan, yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.

2. Peranan Kreatif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi


setiap saat. Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa
mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh
pengetahuan-pengetahuan baru, kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir
baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

3. Peranan Kritis dan Evaluatif

Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan


budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan sehingga
pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan
kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada
masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang
ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki
peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang
akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau
penyempurnaan-penyempurnaan.

Ketiga peranan kurikulum tersebut harus berjalan secara seimbang dan harmonis
agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-
ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum pendidikan menjadi tidak optimal.
Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak
yang terkait dalam proses pendidikan, di antaranya pihak guru, kepala sekolah,
pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat. Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait
tersebut idealnya dapat memahami betul apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum
yang diterapkan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
Kurikulum merupakan cara atau sarana bagi pendidik, baik disekolah maupun
masyarakat pada umumnya sangatlah tau atau faham tentang bagaimana ilmu dapat
diserap oleh anak didik mereka, untuk itulah disini penyusun menyimpulkan bahwa
Kurikulum amatlah bermanfaat secara global, diantaranya yaitu:
1. Peranan Kurikulum bagi Guru / Pendidik
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:
a. Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar
para anak didik.
b. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik
dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
c. Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancarkan pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtua dan
masyarakat.
d. Ikut memberikan kritik dan saran yang konstruktis demi penyempurnaan
program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan
masyarakat dan lapangan kerja.
Atau dapat pula dikatakan bahwa guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana
kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku tetapi juga sebagai pengembang
kurikulum dalam rangka pelaksanaan kurikulum tersebut.
2. Peranan Kurikulum bagi Sekolah
Kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan mempunyai peranan sebagai berikut
a. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
b. Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari – hari di sekolah tersebut,
peranan ini meliputi :
1) Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
2) Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
3) Orang yang bertanggungjawab dan melaksanakan program pendidikan

3. Peranan Kurikulum bagi Masyarakat


a. Kurikulum turut membantu mempengaruhi dan membina tingkah laku para
siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan
peranan pendidikan sebagai suatu proses social.
b. Kurikulum turut membantu proses pembudayaan yang semakin berkembang
menjadi lebih kompleks.
c. Kurikulum turut aktif berpartisipasidalam kontrol sosial dan menekankan
pada unsur berpikir kritis.
d. Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti
mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa
sekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Pelaksanaan
kurikulum langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan. Kurikulum sangat
menentukan proses dan hasil suatu sistem pendidikan. Kurikulum juga bisa berfungsi
sebagai media untuk mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan semua tingkat pendidikan.
Menyusun dan merumuskan kurikulum memang bukan suatu perkara yang
mudah. Terlebih lagi kurikulum adalah suatu konsep yang harus mampu menjawab
semua tantangan yang ada pada zaman dimana kurikulum diterapkan, sedangkan jelas
perubahan tidak mampu dihindari. Perekembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuan
dan teknologi selain menyumbang bagi kemajuan bangsa ternyata menyisihkan persoalan
tersendiri yang cukup kompleks bagi pendidikan

Pengembangan kurikulum memang sangat dibutuhakan, mengingat agar


pendidikan mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Namun perlu diingat kembali
bahwa tujuan pendidikan tidak akan terwujud hanya dengan baik pada satu aspek
kurikulum saja. Beberap aspek yang mendukung juga harus diperhatikan seperti kualitas
para pengajar, sarana belajar- mengajar dan lain.lain. Namun jika kita tengok kembali,
pergantian kurikulum di Indonesia yang dapat dibilang cukup intens membuat munculnya
suatu anggapan bahwa setiap ganti penguasa ganti pula kurikulumnya mengikuti
kehendak para penguasnya. Sehingga belum juga satu kurikulum dilaksankan sepenuhnya
sudah berganti lagi dengan kurikulum baru. Dan disadari atau tidak yang menjadi korban
adalah para pelaku kurikulum sendiri yaitu pendidik dan para peserta didik.

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan sebagai


pengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Apabila dianalisis secara
sederhana, paling tidak terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai sangat pokok,
yaitu: Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan evaluative.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini penulis mengharapkan agar senantiasa
dapat dimanfaatkan dan sebagai literatur atau sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa
dalam menambah wawasan pengetahuannya.sehingga mampu memberkan kontribusi
dalam proses pembelajaran dan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.

Yogyakarta: Arruzz Media.

Arifin, Zainal. 2011. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran.


Jakarta: Bumi Aksara.

Mas, Coolin J. 1980. Curriculum Proces in the Primary School.

London: Frank Cass.

Doll, Ronald C. (1974). Curriculum Improvement: Decision Making and Process,


(Third Edition).

Boston-London-Sidney: Allyn and Bacon

Khusnaini, Ulfah, Makalah Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum dalam


Ilmu Pendidikan, http://ulfahkhusnaini23.blogspot.co.id/2014/11/definisi-peran-
fungsi-prinsip-dan.html , Rabu, 12 November 2014.

Asep Herry Hernawan, Dewi Andriyani, Modul : Pengertian, Fungsi Kurikulum,


dan

Komponen Kurikulum. http://repository.ut.ac.id/4040/1/PKOP4303-M1.pdf.

Anda mungkin juga menyukai