Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN presentasi, praktikum dan lain-lain.

Namun
penggunaan metode ini tidak menjamin
Kimia merupakan mata pelajaran di keberhasilan pembelajaran di karenakan
sekolah menengah atas yang dianggap sulit tidak semua anggota kelompok ikut
oleh sebagian siswa, hal ini dikarenakan berdiskusi dan tidak ada rasa saling memiliki
materi yang terdapat dalam mata pelajaran untuk kemajuan kelompoknya. Hal ini
kimia mencakup hafalan dan hitungan terindikasi pada saat presentasi, hanya
sehingga sulit dimengerti oleh siswa. beberapa orang yang menyimak saat teman
Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam dari kelompok lain presentasi, selebihnya
memahami serta menerapkan rumus yang masih banyak siswa yang tidak fokus untuk
cukup selama pembelajaran berlangsung menerima dan memahami materi yang
Selain itu, Coll & Taylor (Ristiyani, 2016: dipelajari.
19) menyebutkan banyak penelitian yang Untuk mengatasi masalah pembelajaran
menunjukkan bahwa terjadi kesulitan di atas diperlukan sebuah pendekatan
memahami konsep-konsep kimia karena pembelajaran yang tepat. Sebagaimana
ketidak mampuan menghubungkan dunia pendapat Sudjana (Darkasyi, 2014:23)
makroskopis dan mikroskopis. Salah satu bahwa peran pendekatan mengajar adalah
konsep tersebut adalah konsep elektrokimia. sebagai alat untuk menciptakan proses
Elektrokimia merupakan salah satu pokok belajar mengajar yang menyenangkan. Salah
bahasan Kimia dikelas XII SMA dan juga satunya adalah pendekatan Quantum
merupakan pokok bahasan yang luas dengan Learning. Quantum Learning adalah kiat,
konsep dan uraian serta banyak aplikasinya petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar
dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga yang dapat mempertajam pemahaman dan
pada pokok bahasan ini diperlukan daya ingat, serta membuat belajar sebagai
pemahaman yang serius. suatu proses yang menyenangkan dan
Berdasarkan hasil observasi di sekolah, bermanfaat. Pelaksanaan pembelajaran
siswa di kelas XII IPA SMAN 7 Ambon Quantum Learning tidak hanya
memiliki rasa ingintahu, senang bercerita dan memperhatikan faktor internal dari dalam
bermain dengan teman sebaya. Mereka diri siswa, tetapi juga seluruh factor eksternal
seringkali merasa jenuh dengan dari lingkungan belajar yang juga
pembelajaran yang monoton, hanya mempengaruhi proses dan hasil belajar
mendengar dan melihat guru menjelaskan siswa. Lebih lanjut pendekatan Quantum
materi melalui slide powerpoint, kemudian Learning juga mengkonsep ”menata pentas:
harus bisa mengerjakan soal dan dibebani lingkungan belajar yang tepat” (Arifin, 2016:
berbagai tugas dari materi yang diajarkan 366). Sehingga dapat dikatakan bahwa
tersebut. Keadaan demikian dapat dengan penataan “pentas” yang sesuai
menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap dengan cirikhas konsep elektrokimia maka
masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi Setiap proses pembelajaran Quantum
rendah. Hal ini akan berdampak terhadap yang dialami oleh siswa merupakan hal
ketidak tercapaian tujuan pembelajaran kimia penting, hal ini dikarenakan Quantum
(Ristiyani, 2016: 20). Selain itu ada beberapa learning merupakan konsep belajar yang
metode pembelajaran yang sering di gunakan menuntut siswa mencari serta dapat
guru diantaranya: diskusi kelompok, memecahkan permasalahan dengan situasi
dan dunia nyata siswa (Leasa, 2013: 168). METODE PENELITIAN
Oleh karena itu diperlukan suatu sistim
penilaian yang memberikan penekanan Populasi dalam penelitian ini adalah
terhadap aktivitas siswa, mampu menghargai kelas XII-IPA SMA Negeri 7 Ambon
siswa sebagai individu yang dinamis, aktif sedangkan sampel penelitian diambil dua
mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan kelas dengan teknik random sampling. Tipe
pengalaman yang spesifik, dan sistim penelitian yang digunakan adalah penelitian
penilaian yang dimaksud adalah penilaian kuantitatif dengan desain “non-equivalent
portofolio. Sasaran utama penilaian Control Group Design” yang termasuk
portofolio adalah kemampuan siswa untuk dalam quasi experimental design (desain
berpikir kompleks dan pemahaman eksperimen semu) yaitu metode penelitian
pengetahuan bukan terbatas pada mengingat untuk menguji hipotesis berbentuk sebab
fakta dan konsep. Penilaian portofolio tidak akibat melalui adanya perlakuan dan menguji
hanya melihat hasil akhir melainkan perubahan yang diakibatkan oleh perubahan
pertimbangan pada proses tersebut (Frankel, 2007: 271). Metode
pembelajaran(Astuti, 2016: 83). penelitian ini mempunyai kelompok kontrol,
Pembelajaran quantum sukses tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
diterapkan di Super Camp yaitu sebuah untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
lembaga kursus yang didirikan oleh Deporter mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
pada tahun 1982 di California. Berdasarkan (Sugiyono, 2012: 114).
penelitian yang dilakukan oleh Deporter Tahap penelitian ini diawali dengan
pada tahun 1991 dengan ditanggapi 6.042 tahap persiapan dengan melakukan observasi
responden, Super Camp berhasil kondisi awal peserta didik, meyusun soal
mendongkrak potensi psikis siswa. Dimana kemudian menyusun instrumen penelitian.
secara khusus hasil-hasil Super Camp Tahap ini dilanjutkan dengan melakukan uji
menunjukkan bahwa (a) 68% meningkatkan kelayakan soal, uji normalitas dan
motivasi; (b) 73% meningkatkan nilai; (c) homogenitas. Kelas eksperimen
81% meningkatkan rasa percaya diri; (d) diimplementasikan model quantum learning
84% meningkatkan harga diri; (e) 96% berbantuan Portofolio sedangkan kelas
mempertahankan sikap positip terhadap kontrol diimplementasikan metode diskusi.
Super Camp; (f) 98% melanjutkan Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali
penggunaan keterampilan (Deporter dan pertemuan efektif. Peserta didik kemudian
Hernacki, 2010: 32). dievaluasi dengan memberikan soal posttest
Pada uraian di atas dapat disimpulkan pilihan ganda dan essay. Tahap akhir adalah
bahwa pembelajaran model quantum menganalisis data hasil penelitian untuk
learning adalah pembelajaran yang mempu dapat menjawab hipotesis penelitian.
menciptakan interaksi dan keaktifan peserta Kelas eksperimen dan kelas kontrol
didik, sehingga kemampuan bakat, dan diberikan materi yang sama yaitu sel
potensi peserta didik dapat berkembang, elektrokimia. Model pembelajaran dan LKS
yang digunakan pada masing-masing kelas
yang pada akhirnya mampu meningkatkan
berbeda, kelas eksperimen menggunakan
prestasi belajar dengan menyingkirkan quantum learning berbantuan penilaian
hambatan belajar melalui penggunaan cara portofolio sedangkan kelas kontrol
dan alat yang tepat, sehingga peserta didik menggunakan diskusi dengan lembar kerja
dapat belajar sacara mudah. siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN memecahkan soal tentang penerapan hukum
Faraday pada perhitungan sel elektrolisis.
Adapun penilaian portofolio yang
diterapkan adalah penilaian tugas siswa 1. Penilaian Portofolio
(portofolio dokumen). Setelah dilakukan tes Tabel 1: Deskripsi Portofolio Siswa Kelas
awal, khusus untuk kelas XII IPA 3 digunakan Eksperimen
lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan
secara berkelompok. Penggunaan LKS Portofolio
Kliping
Nilai Minimum
55,56
Nilai Maksimum
100
Rata - rata
81,64
bertujuan agar siswa lebih memahami Catatan TS 66,66 100 83,69
Laporan 70,5 90,9 80,92
konsep dengan tugas-tugas yang terdapat Praktikum
pada LKS. Lembar kerja siswa pada Latihan Soal
(LKS 01) 68,8 100 83,73
pertemuan pertama dilengkapi dengan tugas (LKS 03) 78,3 100 91,14
Tes Awal 0 15 6,24
portofolio produk dimana siswa diberikan Tes Akhir 43 90 73,5
tugas untuk membuat keliping dengan judul
“Aplikasi sel Elektrokimia dalam kehidupan Pembelajaran dengan menggunakan
sehari-hari”. Hal ini bertujuan untuk melatih portofolio merupakan strategi pembelajaran
ketrampilan siswa dalam mencari informasi yang dapat dirancang sesuai kemampuan
dari berbagai referensi yang mendukung siswa. Dengan demikian para siswa dapat
tentang konsep aplikasi sel elektrokimia lebih memahami materi yang diberikan oleh
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa guru dalam proses pembelajaran, dan
dapat mengkonstruk pemahamannya sendiri portofolio dapat pula menambah minat siswa
dan tidak lagi menganggap bahwa ilmu dalam mengerjakan tugas yang diberikan
kimia itu adalah ilmu yang abstrak. Hal ini oleh guru. Dengan adanya hasil kerja
diungkapkan juga oleh Astuti (2016: 85) siswa,siswa dapat mengembangkan
bahwa siswa diberikan tugas dengan tujuan kemampuannya untuk dapat menganalisa ide
untuk menyiapkan diri mempelajari dan dan pemahamannya sendiri, serta menerima
memperdalam materi pelajaran yang telah umpan balik (Nurbaity, 2010: 630).
atau akan dipelajari. Selain itu Trianto (2007: Dengan adanya portofolio siswa
21) menjelaskan bahwa penyelesaian tugas tersebut, guru juga dapat melihat apakah
bermaksud menyiapkan siswa untuk belajar masing-masing siswa mengerjakan tugas-
dan sebagai pengetahuan awal untuk siswa. tugas yang diberikan selama proses
Pengetahuan awal merupakan syarat utama pembelajaran, disamping itu tugas-tugas
dan menjadi sangat penting bagi yang diberikan guru lebih terorganisir
pembelajaran. dantersimpan dengan rapi. Sehingga jika
Sedangkan LKS pada pertemuan kedua suatu saat dibutuhkan, siswa memiliki
merupakan LKS ekperimen. Dimana siswa dokumentasinya.
diminta untuk mengamati pecobaan Dari portofolio dokumen ini guru
sederhana tentang sel elektrolisis. Hal ini dapat menilai aspek kognitif dan afektif.
bertujuan untuk memberi pengalaman, Kedua aspek tersebut dapat dinilai bukan
manfaat konkret dan motivasi belajar, serta hanya dari lembar-lembar latihan soal, tetapi
mempertinggi daya serap dan retensi belajar juga dari catatan yang ditulis oleh siswa.,
siswa. Selanjutnya LKS pada pertemuan maka demikianlah mestinya catatan siswa
ketiga siswa diberikan tugas untuk sesampai di rumah dibaca kembali, ditelaah,
dan dicerna agar apa yang tertulis di
dalamnya menjadi milik siswa sebagai Tabel 2. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
pengetahuan baru. Saat ini sangat jarang Kelas Eksperimen.
guru yang melakukan pencermatan terhadap
Nilai Pertemuan Pertemuan Pertemuan
catatan yang dibuat oleh siswa. Penggunaan I II III
Frek (%) Frek (%) Frek (%)
kertas yang tidak hemat, catatan yang tidak u u u
lengkap, tulisan yang tidak rapi dan ensi ensi ensi
80 ≤ AB 6 26,0 6 26,0 9 39,13
penampilan yang kotor, seringkali lepas dari ≤ 100 8 8
70 ≤ B 9 39,1 13 56,5 11 47,82
amatan guru. Menurut Arikunto, 2006: 31) ≤ 79 3 2
sangat berbahaya apabila kebenaran catatan 60 ≤ C 5 21,7 3 13,0 3 13,04
≤ 69 3 4
diragukan, karena siswa akan memiliki < 3 13,0 1 4,34 - -
60 4
pemahaman yang keliru tentang apa yang TOTAL 23 23 23
diajarkan oleh guru. Jika guru sempat
memeriksa buku catatan siswa, akan banyak Manfaat keaktifan siswa dalam
aspek yang dapat dilihat dan dicermati, pembelajaran membuat siswa berdiskusi,
sehingga guru akan puas menyaksikan hasil bertukar pendapat dan meningkatkan
dari apa yang sudah diajarkan di kelas. kemampuan berpikirnya untuk
Namun berdasarkan fakta ada menyelesaikan masalah. Siswa mampu
beberapa siswa yang walaupun tanpa catatan memberikan gagasannya jika sudah belajar
yang lengkap siswa tersebut bisa atau membaca materi yang sedang dipelajari
mendapatkan nilai tes yang baik.Hal ini atau berdasar pada pengalaman terdahulu.
dikarenakan gaya belajar dari setiap siswa
yang berbeda. Dimana menurut Nurbaity Tabel 3. penilaian Aktivitas Belajar Siswa
(2010: 637) gaya belajar siswa dapat kelas kontrol.
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas Nilai Pertemua Pertemuan Pertemua
n II n
belajar siswa. Oleh karena itu pada I III
portofolio ini guru menghendaki siswa Frek (% Frek (%) Fre (%
u ) u ku )
membuat catatan TS (Tulis dan Susun). ensi ensi ensi
80 ≤ AB ≤ 100 3 13, 4 17,3 5 21,
Catatan T.S ini merupakan salah satu metode 04 9 73
mencatat yang digunakan dalam 70 ≤ B ≤ 79 4 17, 5 21,7 11 47,
39 3 82
pembelajaran quantum dimana siswa hanya 60 ≤ C ≤ 69 11 47, 10 43,4 5 21,
82 7 73
mencatat pokok materi yang dia pelajari. < 60 5 21, 4 17,3 2 8,6
73 9 9
TOTAL 23 23 23
2. Penilaian Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa merupakan Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat


seluruh kegiatan belajar siswa yang di bahwa aktivitas belajar siswa pada kelas
tampilkan pada proses pembelajaran baik kontrol menunjukkan peningkatan aktivitas
diminta ataupun dengan inisiatif sendiri dan belajar siswa yang tidak begitu signifikan
membantunya melakukan perubahan. Berikut dibandingkan dengan kelas eksperimen. Hal
ini disajikan tabel hasil analisis aktivitas ini didukung oleh pendapat Astuti (2016:85),
belajar siswa. yang mengatakan bahwa pada pembelajaran
konvensional, pola belajar yang hanya
belajar pada saat ada ulangan atau ada tugas
membuat siswa jarang membaca dan
berpikir, sehingga menyebabkan perbedaan data aktifitas belajar dari kelas kontrol dan
hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah homogen.
eksperimen hal ini menunjukkan bahwa
keaktifan siswa mampu membiasakan siswa
untuk berpikir mengembangkan gagasan atau
ide yang dimiliki.

3. Uji Hipotesis
T-test for equality of means

Tabel 4. Hasil uji Normalitas data


T Df Sig Mean
Kelas Kolmogorov- Shapiro-Wilk (2-tailed) Difference
asamirnov Equal -2,383 44 0,022 - 6,478
Statisti df Sig. statistic df
variances
c
assumed
Nilai Kontrol .162 23 .119 .0963 23
Equal -2,383 43,99 0,022 - 6,478
Aktivitas
variances
Belajar
not assumed
Siawa eksperim .130 23 .200 .954 23
en

Angka pada Sig. (2-tailed) adalah angka


Berdasarkan ontr output test of yang menunjukkan signifikansi data. Pada
normality diatas, diperoleh nilai signifikansi penelitian ini, signifikansi menunjukkan
untuk kelas ontrol sebesar 0,536 sedangkan 0,022 < 0,05 artinya ada perbedaan aktivitas
nilai signifikansi untuk kelas eksperimen belajar yang signifikan antara kelas kontrol
sebesar 0,353. Karena nilai signifikansi kelas dan kelas eksperimen, t(44) = -2,383 ; p <
ontrol dan kelas eksperimen lebih besar > 0,05.
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data Kelas eksperimen (M = 76,26; SD =
Aktifitas belajar berdistribusi normal. Karena 9,23) memiliki aktivitas belajar yang lebih
datanya terdistribusi normal maka, kita dapat tinggi dari pada kelas kontrol (M = 69,78;
melakukan Independent Samples T-Test SD = 9,21). Hal ini dibuktikan melalui hasil
dalam uji perbedaan dua kelompok ini pada kolom mean difference yang
(Sufren, 2013:118). menunjukkan selisih mean/rata-rata dari
kedua kelompok. Terlihat ada tanda minus,
Tabel 5. Uji Homogenitas itu artinya kelompok kedua memiliki rata-
Levene's Test for Equality of rata yang lebih besar dari kelompok pertama
Nilai Variances
Aktivitas f Sig df
(Sufren, 2013: 121).
Belajar
Equal variances 0,009 0,925 44 Pada kelas eksperimen variabel aktivitas
assumed belajar siswa mempunyai nilai rata-rata
Equal variancesnotas 43,999
sumed selama proses observasi sebesar 76,26
dengan standar devisiasi sebesar 9,23.
Berdasarkan Tabel diatas jelas terlihat Sedangkan pada kelas kontrol variabel
bahwa nilai signifikansi 0,925 (>0.05), maka aktivitas belajar siswa mempunyai nilai rata-
dapat dipastikan bahwa varians data aktivitas rata selama proses observasi sebesar 69,78
belajar pada kedua kelas adalah sama. dengan standar devisiasi sebesar 9,21. Hasil
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tersebut menunjukkan bahwa nilai standar
devisiasi kedua kelas (eksperimen dan
kontrol) lebih kecil dari nilai rata-ratanya.Hal
tersebut menunjukkan bahwa data aktivitas 2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa
belajar siswa pada kedua kelas, mempunyai berdasarkan nilai rata-rata N-Gain, di
sebaran atau variabilitas yang rendah, artinya mana pembelajaran quantum
data yang digunakan mengelompok diseputar memberikan hasil uji gain lebih tinggi
nilai rata-ratanya dan penyimpangannya yaitu 0,71 (tinggi), dari pada
kecil. penggunaan model pembelajaran
konvensional dengan nilai gain 0,57.
Untuk mengetahui besarnya peningkatan Sehingga dapat dikatakan bahwa
tersebut maka dilakukan uji pengujian gain, pembelajaran quantum berbantuan
hasilnya terlihat pada tabel berikut: penilaian portofolio dapat
mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Tabel 7. rata-rata nilai pretes, posttes dan
N-Gain DAFTAR PUSTAKA

Rata-rata Nilai Ali Muhson. (2011). Portofolio-Based


Kelas
Intructionsebagai Model
Pretes Postes N-Gain Kriteria Pembelajaran.
Kontrol 8,93 61,21 0,57 sedang
Jurnal Ekonomi & Pendidikan. 8(1),
Eksperimen 6,23 72,69 0,71 Tinggi 36-46.

ArifinZ,et al. (2016). Pengaruh Model


Berdasarkan tabel diatas dapat Quantum Learning Disertai Metode
disimpulkan bahwa baik kelas kontrol Eksperimen Terhadap Hasil Belajar
maupun kelas eksperimen keduanya Fisika Siswa di SMA Negeri
mengalami peningkatan dari hasil pretest ke Kalisat. Jurnal Pembelajaran
hasil posttest. Namun, kelas eksperimen Fisika. 4(4), 365-370.
mengalami peningkatan proses pembelajaran
Arifin Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran
dengan skor N-Gain dengan kategori tinggi Prinsip,Teknik, Prosedur. Bandung:
dibandingkan dengan kelas kontrol dengan PT Remaja Rosdakarya.
skor N-Gain dengan kategori sedang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Arikunto S. (2006). Penilaian Prestasi Siswa
pembelajaran quantumdengan bantuan Melalui Portofolio dalam
penilaian portofolio efektif dapat Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jurnal llmiah Guru "COPE", No.
meningkatkan hasil belajar siswa.
01/Tahun VIII/Februari 2004. 29-
34.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Arikunto S. (2010). Prosedur Penelitian
disimpulkan : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
1. Berdasarkan uji hipotesis diketahui Rineka Cipta.
terdapat pengaruh pembelajaran
Astuti H.D, et al. (2016). Keefektifan
quantum yang dilengkapi penilaian Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
portofolio terhadap aktivitas Dilengkap Penilaian Portofolio
belajarsiswa kelas XII-IPA SMA N 7 untuk Meningkatkan Berpikir Kritis
Ambon tahun ajaran 2016/2017. Siswa SMA.UNNES Physics
Education Journal. 5(1), 82-88.
AstutiHeni, et al. (2013). Efektivitas Jailani .(2012). Rancangan Model Penilaian
Penggunaan Media TTS dan Kartu Portofolio di Sekolah. Jurnal Ilmiah
Soal di Dalam Metode Diskusi pada DIDAKTIKA, 12(2). 232-244.
Materi Koloid Kelas XI Semester
Genap SMAN Colomadu Kosasih E. (2014). Strategi Belajar dan
Karanganyar Tahun Pelajaran Pembelajaran (Implementasi
2011/2012. JurnalPendidikan Kurikulum 2013). Bandung:
Kimia (JPK), Program Studi YramaWidya.
Pendidikan Kimia Universitas
Sebelas Maret. 2(1), 85-91. Leasa M, dan Yulian Ernawati. (2013).
Pendekatan Quantum Teaching
Darkasyi M, et al. (2014). Peningkatan untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Kemampuan Komunikasi Siswa Kelas V MIN 1 Batu Merah
Matematis dan Motivasi Siswa AMBON. Prosiding FMIPA
dengan Pembelajaran Pendekatan Universitas Pattimura. (168-176).
Quatum Learning pada Siswa
SMPN 5 Lhokseumawe. Jurnal Mahfudz Asep. (2012).Cara Cerdas
Didaktik Matematika. 1(1), 21-34. Mendidik yang Menyenangkan
Berbasis Super Quantum Teaching.
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. (2010). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Nurbaity,et al. (2010). Meningkatkan
Menyenangkan; Penerjemah, Aktivitas Belajar Siswa Dalam IPA
Alawiyah Abdurrahman, Terpadu Menggunakan Penilaian
Penyunting, Sari Meutia. Bandung: Portofolio Melalui Lesson Study di
Kaifa. SMP Sekolah Alam dan Sains
Aljannah Jakarta. Jurnal
Deporter, et al. (2010). Quantum Teaching: Pendidikandan Kebudayaan. 16 (6),
mempraktikan Quantum Learning di 627-638.
Ruang-ruang Kelas; Penerjemah,
Ary Nilandari, Penyunting Femmy Rahmawati F. (2013). Elektrokimia
Syahrani. Bandung: Kaifa. Transformasi Energi Kimia-Listrik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hidayat, D, dan Aip B. (2009). Cara Mudah Ristiyani Erika dan Evi S.B. (2016). Analisis
Melakukan PTK. Jakarta: Trans Info Kesulitan Belajar Kimia Siswa di
Media. SMA X Kota Tangerang Selatan.
Jurnal Penelitian dan
Janawi. (2013). Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran IPA.2(1), 18-29.
Pembelajaran.Yogyakarta:
OMBAK. Sadiman AM, (2012). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta :
Jihad Asep, dan Abdul Haris.(2013). Raja Grafindo Persada.
Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
Multi Pressindo. Simbolon E.R dan Fransisca S.T. (2015).
Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Masalah dan Pembelajaran
Teaching and Learning.Bandung: Kontekstual Terhadap Berpikir
Penerbit MLC.
Kritis Siswa SMP. Jurnal 2012/2013. Jurnal Pendidikan
Edusains.VII (1), 97-104. Kimia (JPK) Tahun 2013 Program
Studi Pendidikan Kimia Universitas
Siregar Syofan. (2013). Statistika Deskriptif Sebelas Maret .2(4), 165-173.
Untuk Penelitian. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Trianto. (2007). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif.
Siti Fatoyah dan Hasan Qodri. (2014). Peran Jakarta: Prenada Media.
Sertifikasi Pendidikan dalam
Meningkatkan Kualitas Proses Yova, A. P. 2009. Model Quantum Learning
Pembelajaran IPA SD di Kabupaten dengan Metode Eksperimen pada
Magelang. Jurnal Al-Bidayah.16(6), Pembelajaran Fisika di SMPN 7
627-638. Jember Kelas VIII. Jurnal
Pembelajaran Fisika, Vol. 1(3):
Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-faktor 309-311.
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Yusuf M.A. (2015). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor Gabungan. Edisi 1. Cetakan ke-2.
yang Mempengaruhinya. Jakarta: Jakarta: Kencana.
Rineka Cipta.
http://i2.wp.com/kimiadasar.com
Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Sufren dan Yonathan Natanael. (2013).


Mahir Menggunakan SPSS Secara
Otodidak. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitaitif R & D.
Bandung: Alfabeta Press.

Sugiyono, (2012). Statistika Untuk


Penelitian. Bandung: Alfabeta, Cv.

Suryobroto, B. (2006). Proses Belajar


Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Taqwima A.H. (2013). Studi Komparasi
Pembelajaran Kooperatif Metode
Teams Games Tournament (TGT)
Menggunakan Media Chemopoly
Game danChem-Chards Game pada
Materi Pokok Sistem Koloid Kelas
XI Semester Genap SMA Negeri 1
Surakarta Tahun Pelajaran

Anda mungkin juga menyukai