NPM : 18010027
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
33
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam
memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja baru,
UMKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter
tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan
usahanya. Saat ini, UMKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun
pendapatan Negara Indonesia.
UMKM juga memanfatkan berbagai Sumber Daya Alam yang berpotensial di suatu
daerah yang belum diolah secara komersial. UMKM dapat membantu mengolah Sumber Daya
Alam yang ada di setiap daerah. Hal ini berkontribusi besar terhadap pendapatan daerah
maupun pendapatan negara Indonesia.
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, dimana
banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor
UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama
sejak krisis ekonomi dapat dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan
ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun
penyerapan tenaga kerja. Suryadharma Ali (2008) menyatakan bahwa UMKM merupakan
benteng pertahanan ekonomi nasional sehingga bila sektor tersebut diabaikan sama artinya
tidak menjaga benteng pertahanan Indonesia.
Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, membuat para pelaku bisnis
lebih memacu diri dalam menghasilkan produk yang dapat diterima dan dipergunakan oleh
konsumen. Banyak terobosan baru yang dikembangkan oleh produsen yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas produk. Kualitas produk adalah karakteristik dari sebuah produk yang
diberikan kepada pelanggan. Segala upaya yang dilakukan oleh pihak produsen untuk memacu
34
pihak konsumen agar lebih selektif dalam memilih dan menggunakan suatu jenis pelayanan
atau produk. Menurut Tjiptono (2008) ada beberapa dimensi dalam kualitas produk yang harus
diperhatikan, yaitu diantaranya :
Kinerja (Performance)
Keandalan (Realibility)
Estetika (Esthetica)
B. Rumusan Masalah
1a. Pilih satu produk UMKM atau produk tempat kalian bekerja, masing2 mahasiswa
mengambil produk yang BERBEDA (TIDAK boleh ada PRODUK yang SAMA)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian kualitas
Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk dapat eksis di
tengah ketatnya persaingan dalam industri. kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari
karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Dalam mendefinisikan kualitas produk, ada lima pakar
utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) yang saling berbeda
pendapat, tetapi maksudnya sama. Di bawah ini dikemukakan pengertian kualitas dari lima
pakar TQM (Nasution, 2001: 15-16):
Kualitas adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan
dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:
Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi
harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management) dan implementasinya harus
melibatkan semua anggotaorganisasi. Dari definisi tentang manajemen kualitas di atas, ISO
8402(Quality Vocabulary) juga mengemukakan beberapa definisi tentang perencanaan kualitas
(quality planning), pengendalian kualitas (qualitycontrol), jaminan kualitas (quality
assurance), dan peningkatan kualitas(quality improvement), sebagai berikut (Gaspersz, 2001:
5-6)
BAB III
Metode Penelitian
1. Studi Literatur
BAB IV
Pembahasan
Management Aspect of Quality Improvement and Quality by Design
1. QUALITY PLANNING
A. VOICE OF CUSTOMER
Pada Week 25 tahun 2021, masuk customer complain dari customer produk
lampu excelitas. Complain berupa feedback mengenai area solder bracket.
Specsification sebelumnya tidak ada limit batasan area solder atau flux solder
yang terdapat pada lampu assembly.
Keterangan :
Untuk selama ini produk hanya di control berdasarkan kekuatan area solder
saja, akan tetapi batasan area solder tidak ada ada control.
2. QUALITY ASSURANCE
B. Work Instruction
Work Instruction dibuat oleh engineering proses, yang berisi tahapan
pelaksanaan kerja yang berada dia area solder, mulai dari loading > proses >
unloading produk. Serta instruksi pengunaan mesin, APD, dan peralatan yang
digunakan.
3. Quality Control
Melakukan pengecekan barang sebelum dikirim oleh production ke customer.
Menstandarkan lampu yang akan di kirim ke customer muai dari ukuran dan
bentuk dari produk lampu yang akan di kirim harus sesuai dengan spec yang
telah di tetapkan.
42
Quality By Design
Kualitas berdasarkan Desain adalah praktek menggunakan tim multidisiplin untuk melakukan
pemikiran konseptual, desain produk, dan produksi merencanakan semua sekaligus.
APQP adalah pendekatan terstruktur untuk desain produk dan proses. Kerangka kerja
ini adalah seperangkat persyaratan kualitas standar yang memungkinkan supplier merancang
produk yang memuaskan pelanggan. APQP memastikan bahwa Suara Pelanggan dipahami
dengan jelas, diterjemahkan ke dalam persyaratan, spesifikasi teknis, dan karakteristik
khusus. APQP menggunakan TOOLS dan METODE untuk mengurangi risiko yang terkait
dengan pengembagan maupun perubahan terhadap produk atau proses baru.
43
Fase 1. Planning
Sesuai dengan customer complain yang telah tersampaikan kepada pihak manjeman, team
dari engineering melakukan analisa perbaikan pada solder bracket dan mencari pokok
permasalahan serta melakukan perbaikan pada proses solder bracket.
Mengganti jenis flux tester dan kawat wire solder yang akan digunakan, tahapan ini
dilakukan setelah analisa permasalahan di area solder.
Menetapkan wire solder yang akan di pakai oleh production serta melakukan pengecekan
secara berulang unutk melihat hasil dari sekelurahan improvement. Serta membuat flow chart
dari proses solder
44
Melakukan proses produksi serta mengontrol output dari produksi mengguanakan statistic
process control (SPC).
Mengeksplor identifikasi dari proses solder yang sedang berlangsung, aktifitas bagaimana
mengurangi nilai RPN, tindakan korektif (baik internal maupun eksternal), Di fase ini mulai
melakukan perbaikan yang konstruktif untuk menciptakan pembuatan produk lampu bracket
menuju ZERO DEFECT.
45
BAB IV
Kesimpulan
DAFTAS PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/24022/3/05._BAB_II.pdf
https://wqa.co.id/manajemen-mutu-pengertian-tujuan-dan-prosesnya/
https://wqa.co.id/manajemen-mutu-pengertian-tujuan-dan-prosesnya/
https://kumparan.com/amelia-rismawardani/pentingnya-kualitas-produk-terhadap-loyalitas-
konsumen-1uqeEZQI3mx/2
https://sentralsistem.com/news/detail/mengenal-apqp-advanced-product-quality-planning