1. Filsafat hukum hakikatnya tidak terlepas dari berbagai sisi kehidupanb manusia, baik
selaku subjek dan objek hukum maupun subjek dan objek filsafat. Sebab sejatinya
manusia selalu membutuhkan hukum dan hanya manusialah yang mampu berpikir
perihalk filsafat. Kemampuan manusia ini kemudian menjadi jalan untuk mencari
keadilan dan kebenaran sesuai dengan peraturan yang ada, serta mengukur apakah
sesuatu itu adil, benar, dan sah.
2. Dapat kita ambil dari contoh kasus yang pernah viral di media sosial (medsos),
seorang nenek yang dituduh mencuri singkong karena kelaparan kemudian dituntut
denda satujuta rupiah atau 2,5 tahun penjara. Kemudian bandingkan dengan pejabat-
pejabat negara yang melakukan korupsi (memakan uang negara) yang jumlahnya
sangat besar namun hanya dituntut dengan rata-rata tuntutan 3 tahun 4 bulan penjara.
Terlepas dari pro-kontra mengenai hal tersebut, bukankah realitas itu sangat kontras
dan ironis dalam upaya penegakan hukum?
Meskipun perbandingan kasusnya tidak ‘apple to apple’, tetapi dapat kita lihat
di mana si nenek melakukan tindakan itu dengan alasan ingin bertahan hidup dan
merugikan si pemilik singkong, sedangkan kebanyakan pejabat yang melakukan
korupsi lebih karena hawa nafsu dan keserakahannya namun merugikan banyak pihak
diganjar hukuman yang ringan.