Anda di halaman 1dari 10

I Kadek Setiawan, S.H.

Relevansi… 209

RELEVANSI PRINSIP NON DISKRIMINASI DALAM WTO DARI


SUDUT PELAYANAN JASA PARIWISATA BALI
Oleh :

I Kadek Setiawan, S.H.


Kanwil Kementerian Hukum dan HAM

Abstract
A targeted and appropriate tourism development program in order to
increase the number of foreign tourist arrivals is needed. Businessmen engaged in
the tourism business must be able to provide non-discriminatory services to
tourists, which means services that do not distinguish between domestic and
foreign tourists. It must be obeyed because Indonesia is a member of WTO,
besides the existence of regulations regulating discriminative acts in tourism such
as Tourism Act and City Regulation, Article 8 number 1 of Code of Ethics of
World Tourism and in Article 26 Letter C point of view of National Law Principle
of non-discrimination. In practice found the existence of violations of the
provision of tourism services that indicate the existence of elements of
discrimination through the internet media. The violation of tourism in
discriminative elements is contradictory to Bali Province Regional Regulation
Year 2012 on Balinese Cultural Tourism, and sanction which can be given is
administrative sanction.
Keywords : Tourism sector, Tourism services, Discriminatory elements,
Regulations related to discriminatory elements, Discriminatory violations in
tourism practice.

Abstrak
Program pengembangan pariwisata yang terarah dan tepat dalam rangka
meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara sangat diperlukan.
Para pengusaha yang berkecimpung di dunia usaha pariwisata harus mampu
memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif terhadap wisatawan, yang artinya
pelayanan yang tidak membedakan antara wisatawan domestik dan wisatawan
asing. Hal tersebut wajib ditaati karena Indonesia merupakan anggota WTO
,selain itu adanya peraturan-peraturan yang mengatur tentang tindakan
diskriminatif dalam kepariwisataan diantaranya Undang Undang Kepariwisataan
dan Peraturan Daerah Kota, Pasal 8 angka 1 Kode Etik Kepariwisataan Dunia dan
dalam Pasal 26 Huruf C sudut pandang Hukum Nasional prinsip non dsikriminasi.
Dalam praktik ditemukan adanya pelanggaran pemberian jasa pelayanan
pariwisata yang menunjukkan adanya unsur diskriminasi melalui media internet.
Pelanggaran pariwisata di unsur diskriminatif bertentangan dengan Peraturan
Daerah Provinsi Bali Tahun 2012 Tentang Kepariwisataan Budaya Bali, dan
sanksi yang dapat diberikan adalah sanksi administrasi.
Kata Kunci : Sektor pariwisata , pelayanan pariwisata ,unsur diskriminatif ,
peraturan yang terkait unsur diskriminatif , pelanggaran diskriminatif dalam
praktek pariwisata.
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 210

A. PENDAHULUAN wisatawan tersebut berkunjung. Di


1. Latar Belakang Masalah era globalisasi seperti sekarang ini,
Sektor pariwisata memegang bukan hal yang sulit bagi wisatawan
peranan yang sangat penting dalam asing untuk berkunjung ke
perekonomian Indonesia, baik berbagai pelosok wilayah Indonesia.
sebagai salah satu sumber Dengan adanya globalisasi
penerimaan devisa, memperluas perdagangan dunia memperluas
kesempatan kerja maupun jangkauan kegiatan ekonomi,
kesempatan berusaha. Untuk menimbulkan konsekwensi dimana
peningkatan kesejahteraan rakyat, kegiatan wisata tidak hanya terbatas
pengembangan pariwisata akan terus pada satu negara saja. Kegiatan
dilanjutkan dan ditingkatkan dengan wisata menjadi kegiatan global yang
memperluas dan memanfaatkan tidak lagi dibatasi wilayah Negara.
sumber serta potensi pariwisata Batas antar negara tidak lagi
nasional sehingga menjadi kegiatan menjadi halangan bagi wisatawan
ekonomi yang diharapkan dapat untuk malaksanakan perjalanan
merangsang pembangunan regional, wisata1.
memperkenalkan identitas dan Untuk itu, program
kebudayaan nasional dan daerah. pengembangan pariwisata yang
Sektor pariwisata juga dapat terarah dan tepat dalam rangka
memberikan dampak yang positif meningkatkan jumlah kedatangan
bagi peningkatan kesejahteraan wisatawan mancanegara sangat
masyarakat, terutama yang berada di diperlukan. Salah satu cara yang
sekitar dearah-daerah yang menjadi dapat dilakukan adalah dengan
tujuan wisata. meningkatkan kegiatan pemasaran
Kunjungan wisatawan dan perbaikan dari berbagai fasilitas
manca negara tersebut
1
I Putu Gelgel, 2006, Industri
menciptakan interaksi social Pariwisata Indonesia Dalam Globalisasi
Perdagangan Jasa (GATS-WTO), cet 1,
dengan masyarakat setempat, dimana Refika Aditama Bandung, h 1.
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 211

dan pelayanan yang diperlukan Daerah Kota telah mengatur


wisatawan mancanegara, seperti mengenai prinsip non diskriminasi.
pelayanan jasa transportasi, 2. Rumusan Masalah
perbankan, akomodasi, restoran, biro Dari uraian latar belakang
perjalanan dan sebagainya. Dalam diatas maka dapat dirumuskan

rangka mendorong pertumbuhan permasalahan sebagai berikut :

kepariwisataan, pemerintah telah 1. Bagaimanakah Pengaturan


prinsip prinsip non
menetapkan kebijakan untuk
diskriminasi dalam WTO
memperlancar dan meningkatkan
dan Kode Etik
arus wisatawan dengan memberikan
Kepariwisataan Dunia ?
berbagai kemudahan dan
2. Bagaimanakah Praktik
peningkatan kualitas pelayanan jasa
Cyber pelayanan jasa
pariwisata.
pariwisata di Bali ?
Disamping itu diperlukan
B. PEMBAHASAN
juga suatu perencanaan yang sesuai
1. Prinsip Non Diskriminasi
berdasarkan informasi kuantitatif
Dalam WTO dan Kode Etik
maupun kualitatif tentang wisatawan
Kepariwisataan Dunia
mancanegara. Para pengusaha yang
World Trade Organization
berkecimpung di dunia usaha (WTO) atau Organisasi
pariwisata harus mampu memberikan Perdagangan Dunia merupakan
pelayanan yang tidak diskriminatif satu-satunya badan internasional
terhadap wisatawan.Pelayanan yang yang secara khusus mengatur
tidak diskriminatif adalah pelayanan
masalah perdagangan antar
yang tidak membedakan antara negara. Sistem perdagangan
wisatawan domestik dan wisatawan multilateral WTO diatur melalui
asing. Hal tersebut wajib ditaati suatu persetujuan yang berisi
karena Indonesia merupakan anggota aturan-aturan dasar perdagangan
WTO dan dalam Undang-Undang internasional sebagai hasil
Kepariwisataan dan Peraturan perundingan yang telah
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 212

ditandatangani oleh negara-negara Putaran tersebut hampir mencakup


anggota. Persetujuan tersebut semua bidang perdagangan. Pada
merupakan kontrak antar Negara saat itu putaran tersebut nampaknya
anggota yang mengikat pemerintah akan berakhir dengan kegagalan.
untuk mematuhinya dalam Tetapi pada akhirnya Putaran
pelaksanaan kebijakan
Uruguay membawa perubahan besar
perdagangannya. Walaupun
bagi sistem perdagangan dunia sejak
ditandatangani oleh pemerintah,
diciptakannya GATT pada akhir
tujuan utamanya adalah untuk
Perang Dunia II. Meskipun
membantu para produsen barang
mengalami kesulitan dalam
dan jasa, eksportir dan importir
permulaan pembahasan, Putaran 77
dalam kegiatan perdagangan.
Uruguay memberikan hasil yang
Indonesia merupakan salah satu
Negara pendiri WTO dan telah nyata. Hanya dalam waktu 2 tahun,

meratifikasi Persetujuan para peserta telah menyetujui suatu

Pembentukan WTO melalui paket pemotongan atas bea masuk

Undang-undang NO. 7 Tahun 1994 terhadap produk-produk tropis dari


Tentang Pengesahan Agreement negara berkembang, penyelesaian
Establishing The World Trade sengketa, dan menyepakati agar para
Organization (Persetujuan anggota memberikan laporan reguler
Pembentukan Organisasi mengenai kebijakan perdagangan.
2
Perdagangan Dunia). Hal ini merupakan langkah penting

Putaran Uruguay (1986- bagi peningkatan transparansi aturan

1994) yang mengarah kepada perdagangan di seluruh dunia

pembentukan WTO. Putaran (Kartadjoemena, 1998:4).

Uruguay memakan waktu 7,5 tahun. Hasil dari Putaran Uruguay


berupa The Legal Text terdiri dari
2
www.hukumonline.co.id, sejarah sekitar 60 persetujuan, lampiran
perjalanan wto, Diakses tanggal 7 Juli 2017
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 213

(annexes), keputusan dan yang mensyaratkan semua


kesepakatan. Persetujuan-persetujuan komitmen yang dibuat atau
dalam WTO mencakup barang, jasa, ditandatangani dalam rangka
dan kekayaaan intelektual yang GATT-WTO harus
mengandung prinsip-prinsip utama diperlakukan secara sama
liberalisasi. Struktur dasar kepada semua negara anggota
persetujuan WTO, meliputi: WTO (azas non diskriminasi)
1. Barang/ goods (General tanpa syarat. Suatu negara
Agreement on Tariff and tidak diperkenankan untuk
Trade/ GATT) menerapkan tingkat tarif yang
2. Jasa/ services (General berbeda kepada suatu negara
Agreement on Trade and dibandingkan dengan negara
Services/ GATS) lainnya.
3. Kepemilikan intelektual 2. Perlakuan nasional (National
(Trade-Related Aspects of treatment)
IntellectualProperties/ Prinsip ini diatur dalam pasal
TRIPs) III GATT 1994 yang
4. Penyelesaian sengketa mensyaratkan bahwa suatu
(Dispute Settlements).3 negara tidak diperkenankan
Di dalam perkembangannya, WTO untuk memperlakukan secara
memiliki prinsip non diskriminasi diskriminasi antara produk
yaitu : impor dengan produk dalam
1. Perlakuan yang sama untuk negeri (produk yang sama)
semua anggota (Most dengan tujuan untuk
Favoured Nations Treatment melakukan proteksi. 4
(MFN). Prinsip ini diatur Prinsip non diskriminatif juga
dalam pasal I GATT 1994 diatur dalam Pasal 8 angka 1 Kode

3 4
Ibid Ibid
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 214

Etik Kepariwisataan Dunia 2. Praktik Cyber Pelayanan


mengamanatkan bahwa para Jasa Pariwisata di Bali
wsiatawan dan pengunjung harus Perkembangan penting sebagai

memperoleh manfaat, sesuai dengan akibat dari kemajuan teknologi

hokum internasional maupun informasi khususnya internet adalah

nasional, dari kebebasan untuk semakin meningkatnya transaksi

bergerak di dalam wilayah dagang yang mengunakan fasilitas

negaranyadan dari satu Negara ke ini.Transaksi dagang tidak lagi

Negara lainnya, sesuai dengan pasal dilakukan secara tradisional, tidak

13 Deklarasi Universal Hak Asasi lagi terbatas oleh wilayah, dan

Manusia; mereka harus mendapat dilakukan tanpa melalui dokusmen

akses ke tempat tempat untuk tertulis (scriptless).Transaksi dewasa

transit, tinggal, berwisata, dan ini dapat terjadi pada saat bersama

mengunjungi peninggalan sejarah tanpa harus bertemu dan dilakukan

tanpa harus mengikuti prosedur secara cepat.5

yang berlebihan atau perlakuan Dengan perdagangan lewat

yang diskriminatif. Didalam internet, berkembang pula system

Undang-Undang Nomor 9 Tahun bisnis virtual, seperti virtual store

2009 Tentang Kepariwisataan, Azas dan virtual company, dimana pelaku

yang digunakan dalam bisnis menjalankan bisnis dan

penyelenggaraan kegiatan perdagangan melalui media internet

kepariwisataan adalah azas manfaat, dan tidak lagi mengandalkan basis

kekeluargaan, adil dan merata, perusahaan yang konvensional

keseimbangan, kemandirian, nyata.6

kelestarian, partisipatif,
5
berkelanjutan, domokratis, Huala Adolf, 2006, Dasar-dasar
Hukum Kontrak Internasional, Refika
kesetaraan dan kesatuan. Aditama, Jakarta, h 39.
6
Asril Sitompul, 2014, Perdagangan
Elektronik, Citra Aditya Bakti, Bandung, h.
9.
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 215

Keunggulan melakukan diskriminatif terhadap warga


promosi dengan media internet Negara asing dalam hal tarif masuk.
adalah pihak penyedia jasa Misalnya Dalam web-site tersebut
pariwisata dapat melakukan promosi menerangkan “Special price for
secara lebih meluas tanpa harus domestic ID card holder (KTP Bali)
dibatasi dengan waktu, on weekend only : Rp.130.000
tempat.Sedangkan kekurangannya ( adult ) and Rp. 65.000
adalah, sulitnya melakukan ( Children )”. Sedangkan untuk
pengawasan terhadap penyedia jasa warga Negara asing tidak diberikan
yang illegal (tidak resmi), karena pelayanan special price seperti yang
pemerintah tidak bersentuhan diberikan kepada warga lokal yang
langsung dengan penyedia jasa memiliki KTP Bali. Praktik seperti
pariwisata yang mengunakan jasa ini tidak menutup kemungkinan
internet sebagai media promosi. akan merusak citra pariwisata Bali
Dalam sudut pandang Hukum karena menunjukan pelayanan yang
Nasional prinsip non dsikriminasi bersifat diskriminatif. Praktik
diatur dalam pasal 26 huruf c yang seperti ini sangat bertentangan
mengamanatkan bahwa setiap dengan prinsip non diskriminasi
pengusaha pariwisata berkewajiban yang diatur dalam WTO yang telah
memberikan pelayanan yang tidak diratifikasi Negara Indonesia
diskriminatif. melalui Undang-Undang Nomor 7
Dalam praktik ada beberapa Tahun 1994 Tentang Pengesahan
ditemukan penyimpangan pelayanan Agreement Establishing The World
jasa pariwisata melalui media Trade Organization (Persetujuan
internet. Salah satu contoh yaitu Pembentukan Organisasi
promosi yang dilakukan oleh Perdagangan Dunia).
pengelola tempat wisata yang
Pelayanan diskriminatif dalam
menunjukan adanya indikasi
pelayanan jasa pariwisata
pelayanan yang bersifat
bertentangan dengan peraturan
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 216

daerah provinsi bali nomor 2 tahun Organization (WTO), yang


2012 tentang kepariwisataan budaya terpenting di antara prinsip-
bali pasal 27 ayat (3) huruf d. yang prinsip tersebut adalah prinsip
mengamanatkan bahwa Setiap non diskriminasi sebagai
pengusaha pariwisata berikut: Prinsip National
wajibmemberikan pelayanan yang
Treatment, Prinsip Most
tidak diskriminatif. Apabila
Favoured Nations.
ketentuan tersebut dilanggar maka
b. Dalam praktik ada beberapa
pengusaha pariwisata akan
ditemukan penyimpangan
dikenakan sanksi administrasi yang
pelayanan jasa pariwisata
diatur dalam BAB XIV pada Pasal
melalui media internet yang
33 ayat (1) yang mengamanatkan
dilakukan oleh pihak pengelola
bahwa Setiap pengusaha pariwisata
wisata seperti perbedaan harga
yang tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal tiket masuk ke obyek wisata

27 ayat (3) dan ayat (4) dikenakan tersebut bagi wisatan domestic

sanksi administratif. Sanksi dan wisatawan asing.

administratifdimaksud berupa: 2. Saran :


a. teguran tertulis; a. Prinsip prinsip Non
b. pembatasan kegiatan usaha; diskriminasiWorld Trade
dan Organization (WTO) antara
c. pembekuan sementara kegiatan lain : Prinsip National
usaha. Treatment, Prinsip Most
C. PENUTUP Favoured Nations, harus
1. Kesimpulan : diterapkan dalam praktik
a. World Trade Organization pelayanan jasa pariwisata di
(WTO) memberlakukan Bali karena merupakan
beberapa prinsip yang menjadi konsekuensi Negara Indonesia
aturan World Trade
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 217

meratifikasi WTO sesuai Hikmahanto Juwana, Politik Hukum


UU Bidang Ekonomi di
dengan amanat Undang Indonesia, Disampaikan pada
Undang Nomor 7 Tahun 1994 Seminar Nasional Reformasi
Hukum dan Ekonomi, Sub
Tentang Pengesahan Tema: Reformasi Agraria
Mendukung Ekonomi
Agreement Establishing The Indonesia diselenggarakan
dalam rangka Dies Natalis
World Trade Organization
USU ke-52, Medan, tanggal 14
(Persetujuan Pembentukan Agustus 2004.

Organisasi Perdagangan Huala Adolf, 2006, Dasar-dasar


Hukum Kontrak
Dunia) Internasional,Refika Aditama
I Putu Gelgel, 2006, Industri
b. Pemerintah dan masyarakat Pariwisata Indonesia Dalam
harus melakukan pengawasan Globalisasi Perdagangan Jasa
(GATS-WTO)cet 1, Refika
secara intensif terhadap Aditama, Bandung.
pengusaha pariwisata agar Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan
Metode Penelitian Hukum,
tidak memberikan pelayanan (Malang, UMM Press,2009)
yang bertentangan dengan Pius A Partanto dan M Dahlan Al-
prinsip prinsip umum Barry, 1994, Kamus Ilmiah
Populer , Arkola, Surabaya.
liberalisasi, sehinga pelayanan
Soerjono Soekanto dan R. Otje
yang bersifat menyimpang Salman, 1987, .Disiplin Hukum
dan Disiplin Sosial., Rajawali
dari ketentuan Peraturan yang Pers, Jakarta.
berlaku dapat diminimalisir. Zainudin Ali,2007, Sosiologi Hukum,
Sinar Grafika, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU : INTERNET :
Asril Sitompul, 2004, Perdagangan www.hukumonline.co.id, sejarah
Elektronik, Citra Aditya Bakti, perjalanan wto, Diakses tanggal 7
Bandung. Juli 2017
I Kadek Setiawan, S.H. Relevansi… 218

PERATURAN PERUNDANG- Kode Etik Kepariwisataan Dunia.


UNDANGAN : Peraturan Daerah Provinsi
Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Bali Nomor 2 Tahun 2012
Tentang Kepariwisataan. Tentang Kepariwisataan
Lembaran Negara Republik Budaya Bali.Lembaran
Indonesia Tahun 2009 No 11, Daerah Provinsi Bali Tahun
tambahan lembaran Negara 2012 Nomor 2, Tambahan
Republik Indonesia Nomor Lembaran Daerah Provinsi
4966. Bali Nomor 2

Undang-Undang Nomor 7 Tahun


1994 Tentang Pengesahan
Agreement Establishing The
World Trade Organization
(Persetujuan Pembentukan
Organisasi Perdagangan
Dunia). Lembaran Negara
Republik Indonesi Tahun
1994 Nomor 57, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3564.

Anda mungkin juga menyukai