Anda di halaman 1dari 15

UPAYA ASEAN DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK LAUT CINA

SELATAN TAHUN 2010-2015

Oleh:
Anugerah Baginda Harahap
Email: anugerahbaginda@yahoo.com
Pembimbing: Afrizal, S.IP M.A
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru, 28293

Abstract

This research describes roles of ASEAN in resolution conflict of South China


Sea in 2010-2015. South China Sea are one of High Seas in International seas that
have a 3,5 million mil. South China Sea has a big potency in a mineral resources and
as a international matirim ways. Since 1974 Tiongkok has claim South China Sea as
a their territory and it’s make a complain from the ASEAN member state especially
Indonesia, Malaysia, Brunei Darusalam, Vietnam and Filiphina.
The writer collects data from books, encyclopedia, journal, mass media and
websites to analyze the roles of ASEAN in resolution conflict of South China Sea. The
theories applied in this research are pliralism perspective with the international
organization theory by Clive Archer.
The result of this research shows that the roles of ASEAN in resolution
conflict of South China Sea are used by diplomacy ways approach and instrument of
international law. Some effort of ASEAN are in 2011 ASEAN has implemented code
of Conduct dan Declaration on the Conduct (DOC) of Parties in the South Tiongkok
Sea, ASEAN member has optimaled ASEAN Regional Forum ways and ASEAN
Political Security Community in resolution conflict of South China Sea and ASEAN
members held a ministrial meeting to create a peacefull in South Cina Seas territory.

Key words: roles, ASEAN, conflic, South China Sea.

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 1


PENDAHULUAN Pasig. Secara geografis Laut Cina
Penelitian ini merupakan Selatan terbentang dari arah barat daya
sebuah kajian diplomasi yang ke timur laut, yang batas selatan- nya
menganalisa mengenai upaya ASEAN 3°,lintang antara Sumatera Selatan dan
dalam menyelesaikan konflik Laut Kalimantan (Selat Karimata), dan
Cina Selatan. Secara geografis Laut batas utaranya ialah Selat Taiwan dari
Cina Selatan merupakan bagian dari ujung utara Taiwan ke pesisir Fujian di
Samudera Pasifik, yang meliputi Cina daratan. Laut Cina Selatan
sebagian wilayah dari Singapura dan terletak di Sebelah Selatan Republik
Selat Malaka hingga ke Selat Taiwan Rakyat Cina (RRC) dan Taiwan; di
dengan luas sekitar 3,5 juta km². sebelah barat Filipina; di sebelah barat,
Berdasarkan ukurannya, Laut Cina Laut Sabah (Malaysia), Sarawak
Selatan ini merupakan wilayah (Malaysia), dan Brunei; di sebelah
perairan terluas atau terluas kedua utara Indonesia; di sebelah Timur Laut
setelah kelima samudera. Laut Cina Semenanjung Malaya (Malaysia) dan
Selatan merupakan sebuah perairan Singapura; dan di sebelah Timur
dengan berbagai potensi yang sangat Vietnam.
besar karena di dalamnya terkandung Kawasan Laut Cina Selatan
minyak bumi dan gas alam dan selain bila dilihat dalam tata Lautan
itu juga peranannya sangat penting Internasional, merupakan kawasan
sebagai jalur distribusi minyak dunia, yang memiliki nilai ekonomis, politis,
perdagangan, dan pelayaran dan strategis. Sehingga menjadikan
internasional. kawasan ini mengandung potensi
Negara-negara dan wilayah konflik serkaligus potensi kerja sama.
yang berbatasan dengan Laut Cina Dengan kata lain, kawasan Laut Cina
Selatan adalah (searah jarum jam dari Selatan yang memiliki kandungan
utara) Republik Rakyat Cina (RRC) minyak bumi dan gas alam yang
termasuk (Makau dan Hongkong), terdapat di dalamnya, serta peranannya
Republik Cina (Taiwan), Filiphina, yang sangat penting sebagai jalur
Malaysia, Singapura, Brunei, perdagangan dan distribusi minyak
Indonesia, dan Vietnam. Adapun dunia, menjadikan kawasan Laut Cina
sungai-sungai besar yang bermuara di Selatan sebagai objek perdebatan
Laut Cina Selatan antara lain sungai regional selama bertahun-tahun.
Mutiara (Guangdong). Min, Jiulong, Kerangka dasar pemikiran diperlukan
Red, Mekong, Rajang, Pahang, dan oleh penulis untuk membantu dalam

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 2


menetapkan tujuan dan arah sebuah empat asumsi penting dalam perspektif
penelitian serta memiliki konsep yang pluralisme, yaitu:
tepat untuk pembentukan hipotesa. 1. Aktor non negara (non state
Teori bukan merupakan pengetahuan actors) merupakan salah satu
yang sudah pasti tapi merupakan unsur penting dalam dunia
petunjuk membuat sebuah hipotesis. politik, seperti organisasi
Dalam melakukan penelitian ini, internasional, baik pemerintah
dibutuhkan adanya kerangka maupun non pemerintah,
pemikiran yang menjadi pedoman MNCs, kelompok, ataupun
peneliti dalam menemukan, individu.
menggambarkan dan menjelaskan 2. Menurut kaum pluralis, negara
objek penelitian sekaligus menjadi bukanlah aktor tunggal (unitary
frame bagi peneliti. actor), karena aktor-aktor lain
Penulis menggunakan selain negara juga memiliki
pendekatan pluralisme. Menurut Diana peran yang sama pentingnya
L. Eck, pluralisme merupakan suatu dengan negara. Dalam hal ini,
sistematika serta kerangka dimana negara terdiri dari individu
terdapat beberapa kelompok atau (rakyat), kelompok
bagian dari sistem lainnya dan saling kepentingan, dan birokrat
berhubungan dengan basis saling lainnya.
menghargai dan menghormati antar 3. Berbeda dengan kaum realis,
sesama. Dalam perspektif pluralisme kaum pluralis beranggapan
dijelaskan bahwa aktor non negara bahwa negara bukanlah aktor
merupakan aktor penting dalam rasional. Dalam pembuatan
hubungan internasional. Hal ini berarti keputusan, aktor politik akan
bahwa negara tidak selalu menjadi cenderung saling
aktor utama. Organisasi internasional berkompromi, tergabung dalam
sebagai contoh, dapat menjadi aktor sebuah forum atau kelompok
mandiri berdasarkan haknya. Lembaga lainya yang menggunakan
ini memiliki pengambil kebijakan, posisi tawar (bargaining
para birokrat, dan berbagai kelompok power), dan kepentingan-
yang dapat dipertimbangkan kepentingannya.
pengaruhnya terhadap proses 4. Agenda internasional bagi
pengambilan kebijakan. Terdapat kaum pluralis lebih bersifat
ekstensif. Masalah-masalah

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 3


yang dibahas tidak lagi terpaku internasional. Organisasi internasional
pada masalah power atau dapat didefinisikan sebagai sebuah
national security, tetapi sudah struktur formal yang
meluas pada masalah-masalah berkesinambungan yang
sosial ekonomi, lingkungan, pembentukannya berdasarkan pada
dan budaya. perjanjian antar anggota-amggotanya
ASEAN adalah forum (pemerintah dan atau bukan
komunikasi tingkat regional negara- pemerintah) dari dua atau lebih negara
negara di kawasan Asia Tenggara. Saat berdaulat dengan tujuan mencapai
ini fokus ASEAN dikenal dengan tiga tujuan bersama dari para anggotanya.
pilar yaitu pilar keamanan, ekonomi Menurut Leroy Bennet, fungsi utama
dan sosial budaya. Dengan adanya dari organisasi internasional yaitu
perspektif pluralis yang telah untuk mengadakan upaya-upaya
dikemukakan, maka tingkat analisis kerjasama antarnegara dalam bidang-
yang digunakan penulis adalah tingkat bidang tertentu dimana kerjasama
analisis perilaku kelompok. Tingkat tersebut memberikan keuntungan-
analisis ini mengasumsikan bahwa keuntungan bagi seluruh maupun
yang menjadi fokus utama adalah sebagian besar anggotanya . Selain itu
mempelajari perilaku kelompok- penulis juga menggunakan teori
kelompok dan organisasi-organisasi peranan dalam organisasi internasional
yang terlibat di dalam hubungan yaitu Peranan merupakan seperangkat
internasional. Individu umumnya perilaku yang diharapkan dari
melakukan tindakan internasional seseorang atau dari struktur yang
dalam kelompok. Hubungan menduduki suatu posisi dalam sistem.
internasional sebenarnya adalah Peranan dari struktur tunggal,
hubungan atau interaksi antar berbagai maupun bersusun ditentukan oleh
kelompok kecil di berbagai negara. harapan orang lain atau perilaku peran
Dengan demikian, dalam memahami itu sendiri, juga ditentukan oleh
hubungan internasional, kita harus pemegang peran terhadap tuntutan dan
mempelajari perilaku-perilaku situasi yang mendorong dijalankan
kelompok kecil atau organisasi- perannya tadi. Peranan merupakan
organisasi yang terlibat dalam aspek dinamis kedudukan. Apabila
hubungan internasional. seseorang melaksanakan hak dan
Pada penelitian ini penulis kewajibannya sesuai dengan
menggunakan teori organisasi kedudukannya, maka ia menjalankan

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 4


suatu peranan. Clive Archer pemerintah negara dalam satu
mengklasifikasikan organisasi kawasan.
internasional berdasarkan
keanggotaan, tujuan, aktivitas, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
strukturnya. Jika dilihat dari Secara historis, Laut Cina
keanggotaannya, organisasi Selatan merupakan bagian dari
internasional dapat dibagi lagi Samudera Pasifik, yang meliputi
berdasarkan tipe keanggotaan dan sebagian wilayah dari Singapura dan
jangkauan keanggotaan. Berdasarkan Selat Malaka hingga ke Selat Taiwan
tipe keanggotaan, organisasi dengan luas sekitar 3,5 juta km².1
internasional dapat dibedakan menjadi Berdasarkan ukurannya, Laut Cina
organisasi internasional dengan wakil Selatan ini merupakan wilayah
pemerintah negara-negara sebagai perairan terluas atau terluas kedua
anggota atau Intergovernmental setelah kelima samudera. Laut Cina
Organization (IGO), serta organisasi Selatan merupakan sebuah perairan
internasional yang anggotanya bukan dengan berbagai potensi yang sangat
mewakili pemerintah atau besar karena di dalamnya terkandung
International Non-governmental minyak bumi dan gas alam dan selain
Organization (INGO). Berdasarkan itu juga peranannya sangat penting
jangkauan keanggotaan, organisasi ada sebagai jalur distribusi minyak dunia,
yang keanggotaannya terbatas dalam perdagangan, dan pelayaran
wilayah tertentu saja, dan ada yang internasional.
keanggotaannya mencakup seluruh Negara-negara dan wilayah
wilayah dunia. yang berbatasan dengan Laut Cina
Dalam permasalahan upaya Selatan adalah (searah jarum jam dari
Negara anggota ASEAN dalam utara) Republik Rakyat Cina (RRC)
menyelesakan konflik Laut Cina termasuk (Makau dan Hongkong),
Selatan atas klaim Tiongkok ini, maka Republik Cina (Taiwan), Filiphina,
ASEAN berperan sebagai organisasi Malaysia, Singapura, Brunei,
internasional dengan wakil pemerintah Indonesia, dan Vietnam. Adapun
negara-negara sebagai anggota atau sungai-sungai besar yang bermuara di
Intergovernmental Organization (IGO) Laut Cina Selatan antara lain sungai
yang memiliki tugas dan fungsi Mutiara (Guangdong). Min, Jiulong,
sebagai forum komunikasi antar
1
www.anneahira.com, Laut Cina Selatan,
2011, diakses tanggal 24 Mei 2013

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 5


Red, Mekong, Rajang, Pahang, dan regional selama bertahun-tahun.3
Pasig.2 Secara geografis Laut Cina Penemuan minyak dan gas bumi
Selatan terbentang dari arah barat daya pertama di kepulauan ini adalah pada
ke timur laut, yang batas selatan- nya tahun 1968. Menurut data dari The
3°,lintang antara Sumatera Selatan dan Geology and Mineral Resources
Kalimantan (Selat Karimata), dan Ministry of the People’s Republic of
batas utaranya ialah Selat Taiwan dari Tiongkok (RRC) memperkirakan
ujung utara Taiwan ke pesisir Fujian di bahwa kandungan minyak yang
Cina daratan. Laut Cina Selatan terdapat di kepulauan Spratly adalah
terletak di Sebelah Selatan Republik sekitar 17,7 miliar ton (1,60 × 10 10
Rakyat Cina (RRC) dan Taiwan; di kg). Fakta tersebut menempatkan
sebelah barat Filipina; di sebelah barat, Kepulauan Spratly sebagai tempat
Laut Sabah (Malaysia), Sarawak tidur cadangan minyak terbesar
(Malaysia), dan Brunei; di sebelah keempat di dunia.
utara Indonesia; di sebelah Timur Laut Pertama, wilayah kawasan Laut
Semenanjung Malaya (Malaysia) dan Cina Selatan punya potensi ekonomi
Singapura; dan di sebelah Timur terutama kandungan minyak dan
Vietnam. strategi militer terletak di pilihan laut
Kawasan Laut Cina Selatan internasional. Kedua, negara-negara
bila dilihat dalam tata Lautan yang bersengketa sangat
Internasional, merupakan kawasan membutuhkan minyak untuk
yang memiliki nilai ekonomis, politis, kelangsungan industri maupun
dan strategis. Sehingga menjadikan kelangsungan ekonomi nasionalnya.
kawasan ini mengandung potensi Sengketa teritorial di Laut Tiongkok
konflik serkaligus potensi kerja sama. Selatan (South Tiongkok Sea, atau
Dengan kata lain, kawasan Laut Cina SCS) ini diawali oleh klaim Tiongkok
Selatan yang memiliki kandungan atas Kepulauan Spratly dan Paracel
minyak bumi dan gas alam yang pada tahun 1974 dan 1992.4 Hal ini
terdapat di dalamnya, serta peranannya dipicu oleh Tiongkok pertama kali
yang sangat penting sebagai jalur mengeluarkan peta yang memasukkan
perdagangan dan distribusi minyak kepulauan Spratly, Paracels dan Pratas.
dunia, menjadikan kawasan Laut Cina Pada tahun yang sama Tiongkok
Selatan sebagai objek perdebatan 3

http://militaryanalysisonline.blogspot.com/201
3/09/sengketa-kepulauan-spratly-potensi.html,
2 4
Ibid. Hlm 21 Ibid. Hlm 12

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 6


mempertahankan keberadaan militer di angkatan laut kedua negara bentrok di
kepulauan tersebut. Tentu saja klaim tahun 1988 yang menelan korban
tersebut segera mendapat respon tenggelamnya kapal Vietnam. Pada
negara-negara yang perbatasannya tahun 1992, 1995, dan 1997,
bersinggungan di Laut Tiongkok bersamaan dengan Filipina, Vietnam
Selatan, utamanya negara anggota mengganggap Kepulauan Spartly dan
ASEAN5 (Association of Southeast Paracel adalah bagian dari wilayah
Asian Nations). Adapun negara-negara kedaulatannya.6, klaim kepemilikan
tersebut, antara lain Vietnam, Brunei atas kawasan Laut Cina Selatan yang
Darussalam, Filipina, dan Malaysia. dilakukan oleh Tiongkok sejak dekade
Di Laut Cina Selatan terdapat 1970-an didasarkan pada tiga hal
empat kepulauan, dan karang yaitu: pokok yakni kemajuan ekonomi,
Paracel, Spratly, Pratas, dan kepulauan politik dan kebutuhan akan
Maccalesfield. Meskipun sengketa pertahanan dan keamanan.
teritorial di Laut Tiongkok Selatan Pertumbuhan penduduk yang
tidak terbatas pada kedua gugusan tergolong cepat memungkinkan adanya
kepulauan Spratly dan Paracel, (seperti peningkatan pemanfaatan energi
perselisihan mengenai Pulau Phu Quac minyak. Bagi Tiongkok, dalam jangka
di Teluk Thailand antara Kamboja dan panjang cadangan minyak Laut Cina
Vietnam), namun klaim multilateral Selatan meskipun dalam jumlah yang
Spratly dan Paracel lebih menonjol belum pasti tetap akan digunakan
karena intensitas konfliknya. Sejak untuk menopang kebutuhan dalam
klaim Tiongkok atas kepulauan di Laut negeri.
Tiongkok Selatan pada tahun 1974, Kebutuhan akan cadangan
Tiongkok menganggap Laut Tiongkok minyak berlebih dari sumber baru
Selatan sebagai wilayah kedaulatan sudah dirasakan sejak pertengahan
lautnya. tahun 1970-an yakni ketika produksi
Pada tahun 1974 ketika minyak Tiongkok mengalami
Tiongkok menginvasi kepulauan penurunan. Faktor eksternal yakni
Paracel (yang diklaim Vietnam). Pada krisis minyak dunia juga turut
tahun 1979, Tiongkok dan Vietnam memengaruhi perekonomian dalam
berperang sengit di perbatasan dan negeri akan pentingnya cadangan
5 6
www.eia.gov, US Energy Information and Evelyn Goh, 2005, Meeting the Tiongkok
Administration, South Tiongkok Sea, 2008, Challenge: The U.S. in Southeast Asian
diakses Regional Security Strategies, East-West
tanggal 24 Mei 2013. Center Washington, hal. 31

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 7


minyak. Kemerosotan ini terus Cina Selatan dianggap sebagai
berlanjut sampai dekade berikutnya teritorial Tiongkok untuk
meskipun tidak diketahui jumlahnya memproyeksikan peranan strategisnya
secara pasti. Kemungkinan fakta ini secara aktual. Keterlibatan Beijing
dipengaruhi oleh cepatnya dalam persengketaan tersebut semata-
pertumbuhan penduduk dan matahanya untuk menegaskan kembali
industrialisasi selama program perannya sebagai negara besar dalam
modernisasi. Kecenderungan itu percaturan regional. Berakhirnya
berdampak pada permintaan konflik Kamboja telah mengubah
masyarakat terhadap sumber energi peran Beijing yang sebelumnya
mineral terus bertambah. Sebagai memanfaatkan isu tersebut untuk
konsekuensinya, Tiongkok harus menarik negara-negara non-komunis
meningkatkan impor minyak dan gas, ke dalam pengaruhnya. Melalui
memperbaiki kapabilitas berproduksi langkah ini, Tiongkok dapat
atau kerjasama gabungan dalam mengisolasi posisi Vietnam secara
mengeksplorasi daerah tepi pantai. regional.
Meningkatnya kebutuhan Tiongkok Persoalan Laut Cina Selatan ini
akan minyak terlihat dari kebijakan sangat berkaitan erat dengan negara-
impor pada tahun 1993. Menurut negara yang merupakan anggota
penilaian Hisahiro Kanayama dari ASEAN, karena beberapa negara
Institute for International Policy ASEAN berbatasan langsung dengan
Studies sampai bulan Juni 1994 Laut Cina Selatan yang tentunya juga
diperkirakan kebutuhan energi punya kepentingan di wilayah Laut
Tiongkok terutama minyak akan Cina Selatan, sehingga ASEAN
melebihi jumlah produksinya. Guna dituntut untuk menyatakan sikap
mengurangi impor minyak, dalam dalam persoalan tersebut. Akan tetapi
jangka panjang negara ini sangat disayangkan adalah munculnya
memanfaatkan Laut Cina Selatan perpecahan di ASEAN dalam upaya
sebagai tempat memperoleh ladang penyelesaian sengketa di Laut Cina
minyak baru dan sekaligus sebagai Selatan, sehingga ditakutkan konflik
jalur lalu lintas perdagangan. tersebut akan menjadi konflik terbuka
Dari aspek politik, klaim dan mengganggu stabilitas regional
tersebut berkaitan dengan strategi Asia Tenggara.
politik luar negeri Tiongkok terhadap Dampak buruk lainnya dari
negara-negara Asia Tenggara. Laut permasalahan Laut Cina Selatan

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 8


tersebut adalah terjadinya perpecahan penghormatan Asia Tenggara sebagai
di antara anggota-anggota ASEAN zona damai, bebas dan netral oleh
seperti Kamboja yang menolak kekuatan luar seraya memperluas kerja
gagasan yang mengatakan bahwa sama antara mereka sendiri sebagai
ASEAN harus turut serta prasyarat bagi “memperkokoh
menyelesaikan permasalahan tersebut. kekuatan, kesetiakawanan dan
7
Menurut pemerintah Kamboja, keakraban mereka”.
permasalahan tersebut cukup Pada salah satu lawatannya di
diselesaikan melalui penyelesaian Vietnam Menteri Luar Negeri
secara bilateral dan tidak perlu adanya Indonesia, Marty Natalegawa
suatu deklarasi bersama seluruh mengutarakan dalam pertemuannya
anggota ASEAN terkait penyelesaian dengan Menteri Luar Negeri Vietnam,
konflik Laut Cina Selatan tersebut. Pham Binh Minh bahwa kedua negara
Beberapa upaya penting yang berhasil mendiskusikan beberapa ide
dilakukan oleh ASEAN dalam yang berkaitan dengan hal-hal yang
Menyelesaikan konflik Laut Cina mempersatukan ASEAN. Ide tersebut
Selatan adalah sebagai berikut: di identifikasi enam prinsip utama,
1. Negara Anggota ASEAN antara lain:
Mengadakan Pertemuan 1. Perlunya reafirmasi mengenai
dalam Menyelesaikan konflik the Declaration on the Conduct
Laut Cina Selatan of Parties kepada semua pihak
Pada tahun 1971, ASEAN di Laut Tiongkok Selatan
sudah berhasil melembagakan Asia 2. Perlunya afirmasi guidelines
Tenggara sebagai suatau wilayah Declaration on the Conduct of
keamanan, ketika para Menteri Luar Parties (DOC)
Negeri menandatangani Declaration 3. Perlunya afirmasi mengenai
on the Zone of Peace, Freedom and pentingnya suatu Code of
Neutrality (ZOPFAN). Deklarasi Conduct
ZOPFAN itu merupakan 4. Penghormatan terhadap hukum
pengejawantahan dan sikap ASEAN internasional dan
yang tidak mau menerima keterlibatan 5. Konvensi PBB mengenai
terlalu jauh dari negara-negara besar Hukum Laut UNCLOS, serta
dari luar regional, seperti Amerika 6. Penyelesaian masalah secara
Serikat, RRC, Uni Soviet dan Jepang.
ASEAN mengusahakn pengakuan dan 7
C.P.F. Luhulima, 1997, ASEAN Menuju
Postur Baru, CSIS, Jakarta, hlm. 53

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 9


damai sesuai dengan UNCLOS Selain untuk menyelesaikan
Selain melakukan lawatan di konflik, Kode Etik Konflik di Laut
kawasan ASEAN, pada pertemuan Cina Selatan ini juga diharapkan
dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok nantinya dapat mengembangkan kerja
Yang Jiechi di Jakarta Agustus lalu, sama di Laut Cina Selatan antar
kedua negara sepakat untuk sesama negara anggota maupun
meningkatkan stabilitas di kawasan dengan negara di luar kawasan
Laut Tiongkok Selatan. Dalam ASEAN. Kegagalan ASEAN dalam
pertemuan ini Presiden Indonesia dan memberikan solusi bagi upaya
Menteri Luar Negeri Tiongkok penyelesaian sengketa hanya akan
menggaris bawahi pentingnya ASEAN membuat Vietnam dan Filipina beralih
serta Tiongkok untuk fokus pada ke Amerika Serikat sebagai kekuatan
penyusunan deklarasi tata berperilaku penyeimbang Cina di kawasan. Hingga
(DOC) menuju kode tata perilaku kini Amerika Serikat menegaskan
(COC). bahwa mereka tetap netral dalam
2. Tahun 2011 ASEAN sengketa yang terjadi meskipun
menerapkan kode etik Filipina telah meminta bantuan secara
konflik laut Cina Selatan tidak langsung kepada Amerika
Sejauh ini upaya negara-negara Serikat. Pada akhirnya permasalahan
ASEAN termasuk Indonesia dalam sengketa wilayah antar beberapa
mencegah terjadinya konflik terbuka negara Asia Tenggara dengan Cina
adalah dengan penyusunan Kode Etik turut menjadi permasalahan ASEAN
Konflik di Laut Cina Selatan (Code of mengingat dampaknya yang tidak
Conduct on South Tiongkok Sea). hanya mengganggu stabilitas kawasan
Kode Etik Konflik di Laut Cina namun juga global.
Selatan ini berupaya membuat aturan 3. ASEAN mengoptimalkan
larangan berkonflik khususnya bagi peran ASEAN Regional
negara-negara yang memiliki Forum dalam Penyelesaian
kepentingan di Laut Cina Selatan. Sengketa Laut Cina Selatan
Konflik di Laut Cina Selatan ini Konstelasi politik dan
diharapkan dapat dikembangkan lagi keamanan global semakin beragam,
di antara negara-negara ASEAN untuk dengan dinamika yang terjadi di
membuat aturan larangan berkonflik berbagai sub regional dan regional.
dengan sesama anggota maupun Dinamika global kini terfokus pada
dengan negara mitra di luar kawasan. geostrategis di kawasan Pasifik,

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 10


dimana kekuatan negara-negara Laut Cina Selatan yang menjadi
selama ini seperti Amerika Serikat, bagian geografis di Asia Tenggara,
Russia, Kanada, Australia, Jepang, dimana sebagian masyarakat negara
Korea Selatan, dan Tiongkok. Dari anggota ASEAN menemukan potensi
beberapa negara kuat dan memiliki kapitalnya disana, dan perairan
kapasitas bargaining position tinggi, tersebut menjadi potensi bagi Cina
yakni yang menjadi ketertarikan di membangun kekuatan baru di Asia
masa kini adalah kebangkitan Pasifik melalui klaim wilayah perairan
Tiongkok. Laut Cina Selatan.
Dinamika Asia Tenggara yang Klaim ini menimbulkan ujian
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor bagi ASEAN untuk tegas menanggapi
internal tetapi faktor eksternal berasal sifat eksesif Tiongkok atas klaimnya.
dari Asia Timur (Tiongkok), dan Asia Jika ditarik melalui pendekatan pada
Selatan (India), yang merupakan dua prinsip fundamental ASEAN yang
sumber pengaruh dinamika yang tercantum pada TAC (Treaty of Amity
pertemuannya di Asia Tenggara. and Coorporation) dalam poinnya
Berarti dinamika yang terjadi di Asia menjadi perhatian yakni non-
Tenggara berpeluang menimbulkan interference dan menjaga kedaulatan
kondisi ketidakstabilan regional, setiap negara-negara dari ancaman
sehingga mendapatkan respon dan intervensi dari luar.
tindakan internasional. Begitu Selama ini perkembangan
pentingnya peran kedua negara ini dinamika di ASEAN dari beberapa
dalam pengaruh dinamika Asia dekade terakhir perubahannya sangat
Tenggara, sebab itu ASEAN menuntut signifikan, hal inimencoba
untuk memprioritaskan terhadap mempertanyakan kemampuan ASEAN
keamanan regional menjadi pengatur dalam menyikap konflik-konflik yang
stabilitas dinamika yang terjadi di Asia berasal dari internal dan eksternal,
Tenggara. ditambahkan konflik sengketa Laut
Tiongkok sendiri, bagi ASEAN Cina Selatan merupakan perpaduan
sangat dibutuhkan dibanding beberapa konflik internal antar negara anggota
negara di Asia Timur lainnya, karena ASEAN dan eksternal dari Tiongkok
Tiongkok memiliki kepentingan yang mengklaim atas teritorial.
geopolitik negara tersebut dan Sejumlah tantangan yang dialami
sekaligus mengendalikan sistem ASEAN dalam permasalahan
maritim ke wilayahnya. Terkait dengan keamanan harus tetap

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 11


mempertahankan keberadaan non- Cina Selatan, ASEAN berada diposisi
interference yang didasari oleh krusial dimana Tiongkok telah
ASEAN Way. melakukan latihan angkatan lautnya di
Pada masa dekade akhir ini, daerah perairan tersebut, melalui ARF
ASEAN sebagai institusi atas kesediaan Tiongkok untuk terlibat
mengandalkan sistem rejim ARF dengan ASEAN, muncul anggapan
dalam isu keamanan tradisional dan bahwa Tiongkok akan semakin agresif
non-tradisional issue dengan dalam konflik sengketa Laut Cina
mencerminkan nilai-nilai ASEAN Selatan. Ajang diskusi dan kerjasama
Way, dengan sukses dalam konflik diforum ARF, hanya semata
sengketa Kuil Preah Vihear melalui menggunakan pendekatan cooperative
CBM (Confidence Building security, otomatis pencapaiannya
Measures), kerjasama keamanan yang bukan melalui instrument militer.
berujung sukses yakni Aceh Dalam hal ini komunitas keamanan
Monitoring Mission, selain itu sukses didefinisikan sebagai komunitas
mengajak Tiongkok untuk duduk negara yang menyeesaikan
bersama dalam konflik sengketa Laut permasalahan di antara mereka tidak
Cina Selatan. dengan penggunaan kekuatan militer,
Dengan dimulai dari legitimasi tetapi dengan cara-cara damai
Myanmar bergabung di ASEAN (peaceful changes). Krusialnya, negara
menimbulkan cara pandang yang anggota ASEAN pun masih lemah
berubah bagi nilai-nilai ASEAN Way dalam peningkatan kerjasama militer,
dan prinsip fundamental ASEAN yakni kemudian sikap setiap keanggotaan
non-interference yang sedikit bergeser ASEAN menjadi terbelah dan berteguh
menjadi constructive engagement dan pada non-interference, hal ini semakin
proactive engagement. Pada memperkeruh keadaan dinamika
konsepnya bahwa negara ASEAN sengketa Laut Cina Selatan, dengan
bersikap proaktif untuk membantu akibat ASEAN belum mampu
suatu negara yang mengalami menciptakan balance of power untuk
permasalahan politik dan konflik mengimbangi kekuatan Tiongkok.
keamanan manusia, melalui bantuan Ekspresi geopolitik Tiongkok,
ekonomi dan politik demokrasi, tetapi terkait Laut Cina Selatan terlihat
tetap tidak melanggar prinsip dengan kebijakan Tiongkok yang
kedaulatan. dibawa dalam ASEAN Regional
Dalam kasus sengketa Laut Forum (ARF), salah satunya

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 12


menyetujui The Declaration on the penjelasan diatas, untuk memenuhi
Conduct of Parties in the South upaya-upaya penyelesaian konflik
Tiongkok Sea, pada tahun 2002. yang berkempanjangan direalisasikan,
Dalam deklarasi tersebut Tiongkok alhasil akar permasalahan tidak
sepakat bahwa sengketa perairan tidak muncul kembali. Melalui alternatif
akan menjadi isu internasional dan isu otoritas yang jelas dan baik dalam
multilateral. Delapan tahun setelah bentuk organisasi kawasan yang
deklarasi tersebut dengan Tiongkok diharapkan mampu memenuhi cita-cita
mengenai konflik perairan ini untuk mempromosikan perdamaian
diratifikasi, kejelasan status atas yang tercantum di dalam Piagam
kepemilikan Kepulauan Spratly dan ASEAN. Oleh karena itu, dalam
Paracel belum jelas. pelaksanaannya, ARF harus di
Optimalisasi peran ASEAN dekonstruksi untuk beradaptasi
Regional Forum sebagai badan yang terhadap dinamika ASEAN sehingga
mampu lebih menjawab tantangan juga mampu menjaga relevansi dan
keamanan, kedepannya, terutama signifikan dalam proses mengelola dan
permasalahan isu tradisional dan non- mengupayakan penyelesaian konflik
tradisional. Beberapa optimalisasi berkepanjangan untuk mewujudkan
peran Asean Regional Forum dalam perdamaian dan stabilitas keamanan di
menyelesaikan konflik Laut Cina ASEAN.
Selatan adalah sebagai berikut:
1. Dekonstruksi prinsip non- KESIMPULAN
interferance (Constructive Berdasarkan penjelasan pada
Engagement dan Proactive bab sebelumnya maka dapat
Engagement), disimpulkan bahwa upaya ASEAN
2. Memaksimalkan implementasi dalam menyelesaikan konflik Laut
kebijakan Code of Conduct dan Cina Selatan adalah dilakukan dengan
Declaration on the Conduct cara perundingan damai berdasarkan
(DOC) of Parties in the South peraturan hukum internasional.
Tiongkok Sea, dan Pendekatan yang digunakan oleh
3. Menyatukan perspektif dan ASEAN dalam menyelesaikan konflik
mengesampingkan kepentingan Laut Cina Selatan dengan Tiongkok
antar negara-negara anggota menggunakan pendekatan cooperative
ASEAN. security, otomatis pencapaiannya
ASEAN berharap terhadap bukan melalui instrument militer.

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 13


Dalam hal ini komunitas keamanan 1. Tahun 2011 ASEAN
didefinisikan sebagai komunitas menerapkan Code of Conduct
negara yang menyeesaikan dan Declaration on the
permasalahan di antara mereka tidak Conduct (DOC) of Parties in
dengan penggunaan kekuatan militer, the South Tiongkok Sea.
tetapi dengan cara-cara damai 2. Negara anggota ASEAN
(peaceful changes). mengoptimalkan peran
Laut Cina Selatan merupakan ASEAN Regional Forum dan
bagian dari Samudera Pasifik, yang ASEAN Political Security
meliputi sebagian wilayah dari Community dalam
Singapura dan Selat Malaka hingga ke penyelesaian konflik keamanan
Selat Taiwan dengan luas sekitar 3,5 terkait laut Cina Selatan.
juta km². Berdasarkan ukurannya, Laut 3. Negara-negara ASEAN
Cina Selatan ini merupakan wilayah mengadakan pertemuan dalam
perairan terluas atau terluas kedua menyelesaikan konflik Laut
setelah kelima samudera. Laut Cina Cina Selatan.
Selatan merupakan sebuah perairan
dengan berbagai potensi yang sangat
besar karena di dalamnya terkandung
minyak bumi dan gas alam dan selain
itu juga peranannya sangat penting
sebagai jalur distribusi minyak dunia,
perdagangan, dan pelayaran
internasional. Oleh karena itu, dengan
pentingnya posisi strategis Laut Cina
Selatan yang berada di wilayah
perairan Laut negara Asia Tenggara,
maka diperlukan upaya oleh negara-
negara anggota ASEAN untuk
menyelesaikan konflik sengketa Laut
Cina Selatan dengan Tiongkok secara
bersama-sama. Adapun upaya yang
dilakukan oleh ASEAN dalam
menyelesaikan sengketa Laut Cina
Selatan adalah sebagai berikut:

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 14


DAFTAR PUSTAKA www.eia.gov, US Energy Information
and Administration, South
Buku Tiongkok Sea, 2008, diakses
Archer, Clive. 1983. International tanggal 24 Mei 2013.
Organization. London. Allen &
Unwid Ltd.

Bandoro Bantarto. 2005. Mencari


Desain Baru Politik Luar
Negeri Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius.

Bennett, Alvin LeRoy. 1983.


International Organizational :
Principles and Issues. New
Jersey : Prentice-Hall.

C.P.F. Luhulima, 1997, ASEAN


Menuju Postur Baru, CSIS,
Jakarta.

Evelyn Goh, 2005, Meeting the


Tiongkok Challenge: The U.S.
in Southeast Asian Regional
Security Strategies, East-West
Center Washington.

Website

http://militaryanalysisonline.blogspot.c
om/2013/09/sengketa-
kepulauan-spratly-potensi.html,

www.anneahira.com, Laut Cina


Selatan, 2011, diakses tanggal
24 Mei 2013

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 15

Anda mungkin juga menyukai