364 1025 1 PB
364 1025 1 PB
172
SIDHI LAKSONO PURWOWIYOTO
173
OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DAN GAGAL JANTUNG
Pada fase REM dan saat manusia Pada The Wisconsin Sleep Cohort
terbangun dari tidur, aktifitas saraf Study ditemukan keluhan henti napas
simpatis meningkat dan dilaporkan pada 4% laki-laki dan 2%
mengakibatkan peningkatan tekanan perempuan. Kebiasaan mendengkur
darah dan denyut jantung. Akan tetapi, ditemukan pada 40-60% subjek. (Young
peningkatan ini masih dibawah T et al., 2002) Penelitian The Sleep Heart
ambang batas saat terbangun. (Bradley Study meneliti kaitan antara OSA
TD et al., 2003; Wexler L et al., 2005) dengan penyakit jantung koroner dan
gagal jantung pada 4422 subjek.
Epidemiologi Obstructive Sleep Apnea Diagnosis OSA memprediksi insiden
pada Gagal Jantung gagal jantung pada subjek laki-laki
Henti napas sangat umum dengan hazard ratio 1,13 pada setiap
terjadi pada pasien gagal jantung dan peningkatan 10unit IAH. Laki-laki
memilik peranan penting dalam dengan IAH ≥ 30 memiliki 58% resiko
progresifitas penyakit. Beberapa gagal jantung lebih tinggi dibanding
penelitian menemukan bahwa subjek dengan IAH < 5. (Gottlieb DJ et
prevalens OSA pada gagal jantung al., 2010)
sekitar 11% sampai dengan 45%.
(Ferreira S et al., 2006; Arzt M and Faktor Risiko
Bradley TD, 2006) Prevalens CSA Beberapa faktor risiko OSA
antara 33% sampai dengan 42% pada dikemukan pada pasien gagal jantung
gagal jantung. Peran OSA semakin antara lain usia lebih tua, laki-laki dan
menjadi penting dengan meningkatnya indeks massa tubuh (IMT) lebih,
kejadian kardiovaskular fatal dan kebiasaan mendengkur dan
nonfatal, terutama pada kelompok OSA perpindahan cairan tubuh pada malam
yang tidak diberikan terapi. (Arzt M hari. (Somers VK et al., 2008; Arzt M
and Bradley TD, 2006) and Bradley TD, 2006; Kasai T and
Beberapa studi polisomnografi Bradley TD, 2011; Young T et al., 2002;
pada pasien gagal jantung menemukan Stradling JR and Davies RJ et al., 2004;
kejadian OSA yang variatif, antara 12% Sin DD et al., 1999) Usia juga dikatakan
sampai dengan 53% lebih tinggi turut mempengaruhi OSA. Prevalensi
dibanding populasi umum. (Kasai T OSA lebih tinggi pada usia tua
and Bradley TD, 2011) Wilcox dkk daripada usia muda. (Somers VK et al.,
melaporkan OSA terjadi pada sepertiga 2008; Young T et al., 2002; Stradling JR
kasus gagal jantung. (Wilcox I et al., and Davies RJ et al., 2004) Usia menjadi
1998) Pada kasus gagal jantung sistolik faktor risiko OSA yang utama pada
terdapat 45% pasien dengan IAH ≥ 10 pasien perempuan dengan gagal
dan 40% dengan IAH ≥ 15%. jantung. (Arzt M and Bradley TD, 2006;
Sedangkan, kasus henti napas pada Sin DD et al., 1999)
kasus gagal jantung diastolik The Wisconsin Sleep Cohort Study
ditemukan sebanyak 50%. (Wexler L et melaporkan bahwa kejadian henti
al., 2005) The Sleep Heart Health Study napas pada laki-laki lebih banyak
menemukan bahwa OSA dengan IAH ≥ daripada perempuan (24% vs 9%).
11 secara independen tekait dengan (Young T et al., 2002) Sin dkk
peningkatan risiko gagal jantung menemukan 37% kasus OSA pada
sebanyak 2,38 kali. (Shahar E et al., pasien gagal jantung dengan prevalens
2001) pada laki-laki 38% dan perempuan
174
SIDHI LAKSONO PURWOWIYOTO
175
OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DAN GAGAL JANTUNG
176
SIDHI LAKSONO PURWOWIYOTO
177
OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DAN GAGAL JANTUNG
terjadi saat pasien berdiri dapat beralih hipoksia dapat menstimulasi terjadinya
menuju leher ketika berbaring. vasokontriksi arteri pulmonalis
Perpindahan cairan ini dapat sehingga afterload ventrikel kanan
mengakibatkan distensi vena di derah meningkat.Akibatnya, terjadi distensi
leher dan/atau edema pada jaringan ventrikel kanan dan septum
lunak sekitar faring. Kemudian akan interventrikel tergeser ke kiri dan
terjadi peningkatan tekanan yang mengakibatkan pengisian ventrikel kiri
mengakibatkan obstruksi faring. pada fase diastolik berkurang.
Semakin banyak perpidahan cairan ke Peningkatan afterload ventrikel kiri dan
daerah leher dapat mengkibatkan berkurangnya preload mengurangi isi
peningkatan lingkar leher dan IAH. sekuncup dan curah jantung yang lebih
(Kasai T and Bradley TD, 2011; Sin DD jauh pada pasien gagal jantung. Pada
et al., 1999) subjek yang sehat, terhentinya kondisi
apnea dapat mengembalikan isi
Efek Siklus Tidur sekuncup dalam waktu singkat. (Arzt
Kondisi OSA mengakibatkan M and Bradley TD, 2006; Kasai T and
gangguan pada siklus tidur yang Bradley TD, 2011; Sin DD et al., 1999)
normal. Masalah sumbatan saluran Sedangkan pada pasien gagal jantung,
napas pada OSA terjadi secara berulang proses pemulihan ini tertunda.2, 9-10, 16
pada saat tidur selama fase non-rapid (Bradley TD et al., 2003; Arzt M and
eye movement (non-REM) dan rapid eye Bradley TD, 2006; Kasai T and Bradley
movement (REM) sehingga TD, 2011; Sin DD et al., 1999). Gambar 2
menyebabkan aliran udara ke paru memperlihatkan efek OSA pada
menjadi terhambat. Kejadian apnea ventrikel kiri dan kanan.
terjadi selama 10-60 detik dan OSA
yang ekstrim dapat terjadi berulang
setiap 30 detik. (American Academy of
Sleep Medicine, 1999) Selain itu, pasien
gagal jantung biasanya memiliki waktu
tidur 1,3 jam lebih sedikit
dibandingkan dengan subjek tanpa
gagal jantung. (Bradley TD et al., 2003;
Wexler L et al., 2005)
Efek Mekanis
Usaha napas yang lebih kuat
diperlukan untuk melawan obstruksi
jalan napas yang terjadi pada OSA.
Inspirasi yang tidak efektif ini
mengakibatkan tekanan negatif Gambar 2. Efek mekanik OSA pada
intratoraks yang turun secara medadak. ventrikel kanan dan kiri.
Tekanan intratoraks yang lebih negatif PA: arteri pulmoner; RV: ventrikel
ini meningkatkan tekanan transmural kanan; LV: ventrikel kiri.
pada ventrikel kiri dan afterload. Dikutip dari (Lattimore JD)
Kemudian aliran balik vena akan
meningkat dan menambah preload pada
ventrikel kanan. Pada OSA, kondisi
178
SIDHI LAKSONO PURWOWIYOTO
179
OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DAN GAGAL JANTUNG
180
SIDHI LAKSONO PURWOWIYOTO
Gambar 3. Efek patofisiologi OSA pada gagal jantung. SNA: aktifitas saraf simpatis;
PIT: tekanan intratoraks; TD: tekanan darah.
Dikutip dari (Bradley TD)
SIMPULAN KEPUSTAKAAN
Obstructive sleep apnea (OSA) Somers VK. Chapter 79: Sleep Apnea and
merupakan masalah pernapasan saat Cardiovascular Disease. In: Bonow RO,
tidur (sleep-disordered breathing) yang Mann DL, Zipes DP, Libby P, editors.
paling sering terjadi dan merupakan Braunwald's Heart Disease A Textbook
of Cardiovascular Medicine Ninth
salah satu komorbiditas pada pasien
Edition. Philadelphia: Saunders
gagal jantung. OSA adalah keadaan
Elsevier; 2012. p.1719-26.
apnea dan hipopnea berulang selama Bradley TD, Floras JS. Sleep apnea and
siklus tidur akibat hambatan parsial heart failure: Part I: obstructive sleep
atau total pada saluran napas atas, apnea. Circulation 2003;107(12):1671-8.
meskipun disertai usaha untuk Ferreira S, Winck J, Bettencourt P, Rocha-
bernapas. Patofisiologi OSA pada gagal Goncalves F. Heart failure and sleep
jantung meliputi efek dari gangguan apnoea: to sleep perchance to dream.
tidur, efek mekanik dari penurunan Eur J Heart Fail 2006;8(3):227-36.
tekanan intratoraks, efek otonomik, Sleep-related breathing disorders in adults:
proses inflamasi, stress oksidatif dan recommendations for syndrome
definition and measurement
disfungsi endotel dan efek aritmogenik.
181
OBSTRUCTIVE SLEEP APNEA DAN GAGAL JANTUNG
182
SIDHI LAKSONO PURWOWIYOTO
Buxbaum SG, Elston RC, Tishler PV, Ryan CM, Bradley TD. Pathogenesis of
Redline S. Genetics of the apnea obstructive sleep apnea. J Appl Physiol
hypopnea index in Caucasians and 2005;99(6):2440-50.
African Americans: I. Segregation Dempsey JA, Veasey SC, Morgan BJ,
analysis. Genet Epidemiol O'Donnell CP. Pathophysiology of
2002;22(3):243-53. sleep apnea. Physiol Rev 2010;90(1):47-
112.
183