Anda di halaman 1dari 7

HuEssay 1

HUBUNGAN DERAJAT OBESITAS DENGAN HARGA DIRI PADA MAHASISWA


KESEHATAN STIKES SUAKA INSAN BANJARMASIN

Fase remaja hingga dewasa awal merupakan segmen perkembangan individu yang sangat
penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan.
Ciri utama pada masa remaja hingga dewasa awal, ditandai dengan adanya berbagai
perubahan, seperti perubahan fisik, perubahan intelektual, perubahan sosial, dan perubahan
emosi. Remaja yang kurang nyaman dengan pertumbuhannya yang pesat, sedangkan di sisi
lain mereka ingin berpenamilan seperti pada umumnya teman sebayanya atau idolanya.
Sebagian dari mereka mungkin sedang menyiapkan diri mereka untuk melakukan aktivitas
seperti sebagai model, entertainer, dancer, gymnast, jockey, dan kegiatan olahraga lainnya,
yang mengharuskan mereka mengatur berat badan mereka.sehingga remaja sangat rentan
terhadap gangguan makan (Atikah Proverawati, 2010).

Bagi sebagian remaja hingga dewasa awal, gangguan makan berkembang secara perlahan-
lahan. Faktor yang berperan dalam gangguan makan ini adalah factor individu dan keluarga,
faktor biologis serta psikologis. Gangguan makan atau eating disorder merupakan masalah
gizi yang sering timbul pada masa remaja pada saat ini. Ciri-ciri seorang remaja yang
mengalami gangguan makan adalah, berat badan menurun drastis, menimbang berat badan
beberapa kali dalam sehari, olahraga berlebihan, banyak makan atau mengurangi makan,
perubahan kebiasaan makan seperti mengambil potongan makanan yang terkecil atau
menghindari makanan, menggunakan obat-obatan laktasif atau diuretik, merokok untuk
menurunkan selera makan, dan menghindari makan atau menghendaki makan sendirian tanpa
ditemani oleh siapapun, hingga peningkatan berat badan melebihi batas normal (Atikah
Proverawati, 2010).

Obesitas adalah faktor penting untuk mulai menilai perilaku terkait dengan perubahan
berat badan. Oleh karena itu, memelihara berat badan agar tetap ideal dan sehat merupakan
kepuasan tehadap ukuran tubuh. Mengkaji persepsi individu terkait berat badan idealnya
membantu menentukan pandangan individu tersebut terhadap kepercayaan diri. Hal ini
didefinisikan sebagai persepsi, pemikiran dan perasaan tentang tubuhnya Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2016, penderita Obesitas meningkat hmpir tiga kali
lipat sejak tahun1975. Pada tahun 2016 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa yang berusia >18
tahun, mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 650 juta mengalami
obesitas. Secara keseluruhan, sekitar 13% dari populasi dunia dewasa (11% laki-laki dan 15%
perempuan) yang mengalami obesitas pada tahun 2016. Sebagian besar populasi di negara-
negara di dunia menyebutkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas membunuh lebih
banyak orang daripada kekurangan berat badan.
Masalah gizi di beberapa wilayah di Indonesia dinilai masih tinggi. Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Rikesdas) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2018,
menyatakan prevalensi obesitas atau kegemukan pada orang dewasa di atas 18 tahun terus
meningkat dari tahun ketahun sejak 2007. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 Badan
Litbangkes Kementerian Kesehatan menunjukkan prevalensi Obesitas meningkat sejak tiga
periode Riskesdas yaitu pada 2007 10.5%, 2013 14.8 persen dan 2018 21,8%. Dalam
Riskesdas 2018 juga disebutkan provinsi dengan penduduk paling banyak mengalami
obesitas yaitu Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Papua Barat. Sedangkan
prevalensi penduduk dengan obesitas paling rendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan
10,3%.
Lingkungan sosial mahasiswa di kampus merupakan faktor utama yang meningkatkan
perhatian menuju norma sosial yang terkait dengan daya pikat yang dapat meningkatkan
risiko mahasiswa memanfaatkan modalitas perubahan tubuh yang sehat. Penanganan tepat
yang dapat dilakukan peneliti terhadap mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Suaka Insan BANJARMASIN untuk tetap meningkatkan kepercayaan diri yang disebabkan
oleh obesitas adalah, memberikan motivasi agar dapat menjaga ideal tubuh dengan
melakukan beberapa hal penting seperti, memonitoring asupan gizi, menyeimbangkan
aktivitas fisik, dan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Oleh karena itu penelitian ini
dirancang untuk mengidentifikasi Hubungan Obesitas dengan Kepercayaan Diri Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Suaka Insan BANJARMASIN.
Essay 2
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT
DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA

Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu Yang


ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, Hati dan ginjal
serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa Otot-otot tubuh. Penurunan
fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari Berkurangnya jumlah dan kemampuan sel
tubuh, sehingga kemampuan Jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi secara
normal menghilang, Sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010). Hipertensi sangat erat hubungannya dengan
Faktor gaya hidup dan pola makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada Bentuk
perilaku atau kebiasaan seseorang yang mempunyai pengaruh positif Maupun negatif
pada kesehatan. Kecemasan merupakan satu-satunya factor Psikologis yang
mempengaruhi hipertensi. Hal tersebut di dukung pendapat Anwar (2012) pada
banyak orang kecemasan atau stress psikososial dapat meningkatkan tekanan darah.
Pada dasarnya kecemasan berupa keluhan dan gejala yang bersifat psikis dan fisik.
Gangguan ini sering dialami oleh individu yang berusia di atas 60 tahun dan lebih
banyak menyerang wanita Dari pada pria. Gangguan kecemasan yang banyak dialami
lansia adalah Kecemasan menyeluruh.

Pengetahuan pasien hipertensi lansia yang kurang ini berlanjut pada Kebiasaan yang
kurang baik dalam hal perawatan hipertensi. Lansia tetap Mengkonsumsi garam
berlebih, kebiasaan minum kopi merupakan contoh Bagaimana kebiasaan yang salah
tetap dilaksanakan. Dampak gawatnya Hipertensi ketika telah terjadi komplikasi, jadi
baru disadari ketika telah Menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung koroner,Fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke. Hipertensi pada
dasarnya Mengurangi harapan hidup para penderitanya. Penyakit ini menjadi muara
Beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Hipertensi selain
mengakibatkan angka kematian yang tinggi Juga Berdampak kepada mahalnya
pengobatan dan perawatan yang harus Ditanggung para penderitanya. Perlu pula
diingat hipertensi berdampak pula Bagi penurunan kualitas hidup. Bila seseorang
mengalami tekanan darah Tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan
pengontrolan Secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-
kasus Serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus
Mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat Terjadi
kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff,2006). Kecemasan
dan kebiasaan yang masih kurang tepat pada lansia Hipertensi dapat mempengaruhi
motivasi lansia dalam berobat.Motivasi merupakan dorongan, keinginan dan tenaga
penggerak yang Berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan
mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat.

Motivasi yang Kuat yang berasal dari diri pasien hipertensi untuk sembuh akan
memberikan pelajaran yang berharga. Proses untuk menjaga tekanan darah Pasien
hipertensi tidak hanya dengan perawatan non farmakologi seperti olah raga, namun
juga dilakukan dengan cara pengobatan farmakologi. Pengobatan farmakologi
diperoleh salah satunya dengan cara: Senyum Untuk membuat diri kita merasa baik :
Otot-otot yang kita gunakan untuk Tersenyum akan memberitahu otak kita bahwa kita
sedang senang. Lakukan Selama minimal 30 detik, Senyum membuat orang lain
merasa baik : Buat Koneksi, komunikasi terbuka, memicu sel-sel otak cermin yang
membuat Kita mengalami empati untuk orang lain, Bangun Dan Bergerak : Melompat
lompat. Hal ini penting untuk bergerak kelenjar getah bening kita untuk mendapatkan
racun keluar dari tubuh kita. Sekali lagi, ini akan memberitahu otak kita bahwa kita
sedang senang dan membuat kita merasa lebih baik. Bangun dari meja anda secara
teratur, Memeriksa dengan tubuh kita : ketegangan ini dan perubahan emosi yang kita
rasakan untuk mulai memahami di mana dan bagaimana yang berbeda emosi
mempengaruhi kita, Secara fisik menghapus ketegangan : Jika kita merasa tegang di
lengan, goyang lengan, jika kita merasa sesak di dada meregangkan dan memperluas
atau bernapas dalam-dalam. Dan Pengobatan Pasien hipertensi lansia di puskesmas
yang rutin sesuai jadwal kunjungan, akan mempercepat kondisi tekanan darah pasien
hipertensi lansia tetap terjaga dengan normal.
Essay 3
GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG STROKE

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa Kelumpuhan saraf
(defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah keotak. Secara sederhana stroke
didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan
(stroke iskemik) atau pendarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Stroke juga merupakan
gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak yang dapat timbul
secara mendadak atau secara cepat dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu (Rosjidi & Nurhidayat,2009). Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa
perubahan status mental, gangguan penglihatan, ataksia, vertigo mual muntah, nyeri kepala
dan penurunan fungsi motorik (Mansjoer, 2007). Stroke atau disebut juga cerebrovaskuler
accident adalah penyakit pembuluh darah otak yang paling dekstruktif dengan konskwensi
berat, mencakup beban fisik, psikologis, dan keuangan baik pada pasien, keluarga dan
masyarakat. Laporan World Stroke Organization (WSO) tahun 2009, memperlihatkan bahwa
stroke adalah penyebab utama hilangnya hari kerja dan kualitas hidup yang buruk, kecacatan
akibat strok tidak hanya berdampak bagi penyandangnya, namun juga bagi para anggota
keluarga. Hal inilah yang menimbulkan stigma menakutkan dari penyakit stroke dikalangan
masyarakat. Belum lagi perubahan psikologis pasien pasca stroke yang biasanya rendah diri,
emosi yang tidak terkontrol, dan selalu ingin diperhatikan (Yastroki, 2009).

Pengetahuan masyarakat berikutnya adalah mengetahui tentang tanda dan gejala


Kemunduran fungsi yang dialami oleh individu yang menderita stroke. Perubahan fungsi
yang terjadi adalah kesemutan tiba-tiba, Kelemahan atau mati rasa. Dengan mengetahui
gejala tersebut, diharapkan masyarakat bisa cepat tanggap untuk segera mencari bantuan di
pelayanan kesehatan jika hal itu terjadi. Gejala lain yang perlu dicermati adalah: hilangnya
kemampuan dalam menggerakan lengan dan kaki serta wajah di salah satu sisi tubuh,
kesulitan mendadak dalam berbicara, memahami, mengingat halhal yang sangat mendasar
seperti atau perintah alfabet. Selain hal tersebut, akan terjadi gangguan koordinasi mendadak,
seperti keseimbangan dan atau kemampuan berjalan, sakit kepala yang terjadi tanpa sebab
dan terjadi tiba-tiba. Pengetahuan masyarakat berikutnya tentang aktivitas dan olahraga bagi
anggota keluarga yang sudah pernah menderita stroke(post stroke). Dengan pengetahuan
tersebut, diharapkan anggota keluarga yang sehat bisa membantu mengembalikan
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Meski pengetahuan sudah baik, jika ada
anggota keluarga yang sakit stroke akan diberikan latihan mobilitas yang akan diajarkan oleh
bagian fisioterapist untuk pasien dan keluarga. Tujuan dari latihan tersebut adalah: mencegah
pemendekan otot dan kontraksi sendi, mencegah spastisitas dan pola gerak sinergis fleksor
dan eksteksor dan mencegah timbulnya nyeri. Latihan dan aktivitas perlu dilakukan sebagai
rehabilitasi individu penderita stroke. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan
rehabilitasi Adalah:

1) bergerak merupakan obat yang paling mujarab. Bila anggota gerak sisi terkena terlalu
lemah untuk bergerak sendiri, anjurkan untuk bergerak dengan menggunakan sisi yang sehat
yang sedapat mungkin juga mengikutsertakan sisi yang sakit.

2) latihan gerak yang diberikan sebaiknya adalah gerak fungsional, misalnya: gerakan meraih
barang tertentu, memegang dan membawa gelas ke mulut. Gerak fungsional yang dilakukan
mengikutsertakan dan mengaktifkan bagian-bagian otak, baik

area lesi maupun area normal guna menstimuli sirkuit baru yang dibutuhkan.

melatih gerak pada area yang lemah, misalnya: menekuk atau meluruskan lengan yang lemah
hanya akan menstimuli area yang terkena lesi saja. 3) sedapat mungkin pasien dibantu dan
diarahkan untuk melakukan gerak fungsional yang normal, jangan biarkan menggunakkan
gerak abnormal. Gerak normal artinya adalah sama dengan gerak sisi yang sehat. Bila sisi
yang sakit masih terlalu lemah, berikan bantuan tenaga dari bagian/sisi yang sehat, misalnya:
mendekatkan gelas ke mulut dengan kedua tangan karena yang sehat mendorong atau
memberikan kekuatan pada tangan yang lemah agar sampai ke mulut.

4) fungsional dapat dilatih apabila tubuh sudah Bisa stabil, dalam pasien dalam posisi
duduk dan berdiri. Stabilitas duduk dibedakan dalam stabilitas duduk statik dan dinamik.
Stabilitas duduk statik tercapai jika pasien sudah mampu mempertahankan duduk tegak,
bersandar dan tidak pegangan dalam kurun waktu tertentu tanpa jatuh atau miring kesalah
satu sisi. Stabilitas duduk dinamik tercapai apabila pasien dapat mempertahankan duduk,
sementara tubuh doyong/condong ke arah depan, belakang, sisi kanann atau kiri dan atau
tanpa jatuh/miting ke salah satu sisi sementara lengan digerakan untuk meraih ke atas, bawah
atau samping. Latihan ini dilanjutkan dengan stabilitas berdiri statik dan dinamik.
Kemampuan fungsional ini berjalan optimal jika pasien mampu melakukan aktivitas sambil
berjalan.

5) persiapkan pasien dalam untuk melakukan latihan gerak secara fisik dan mental sehingga
akan mencapai hasil yang maksimal.

6) hasil latihan maksimal diharapkan akan optimal jika ditunjang oleh kemampuan fungsi
kognitif, persepsi dan semua modalitas sensoris yang utuh. Rehabilitasi fisik dan kognitif
tidak bisa dipisahkan. Untuk mengembalikan kemampuan fisik seseorang harus melalui
kemampuan kognitif karena rehabilitasi pada prinsipnya adalah suatu proses belajar untuk
mampu melaksanakan aktivitas lagi dengan segala keterbatasan yang ada. (Pradanasari,
2009). Dengan mengetahui aktivitas dan olahraga bagi anggota keluarga yang menderita
stroke, diharapkan keluarga khususnya warga desa Jetiskarangpung bisa melatih agar
individu yang sakit tetap bisa berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan Pribadi sehari-hari
dan juga bisa mewujudkan aktualisasi diri meski dengan keterbatasan Yang ada.

Anda mungkin juga menyukai