Anda di halaman 1dari 24

Gerak merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan Bab yang akan dipelajari:

kita sehari-hari. Gerak muncul dan terjadi pada hampir


1. Posisi dan Gerak
seluruh benda dari benda yang memiliki ukuran sangat kecil 2. Perpindahan dan Jarak
seperti elektron yang bergerak mengelilingi inti atom hingga 3. Kelajuan dan Kecepatan
benda-benda masiv yang memiliki ukuran sangat besar 4. Kelajuan dan Kecepatan Sesaat
seperti planet-planet dan galaksi. 5. Percepatan
6. Gerak Lurus dengan Percepatan Konstan
Pengetahuan tentang gerak benda-benda merupakan inti 7. Gerak Jatuh Bebas
pengembangan ilmu pengetahuan yang menjadi fokus utama 8. Gerak Lurus dengan Percepatan tidak
dari zaman Aristoteles hingga Galileo. Teka-teki ilmiah Konstan/Berubah-ubah

yang muncul pada masa awal adalah mengenai gerakan


matahari yang terlihat bergerak dari timur ke barat, juga Tujuan Pembelajaran:
gerakan benda-benda langit lainnya. Jauh sebelum Sir Isaac 1. Menjelaskan gerak lurus dalam kecepatan
Newton memformulasikan konsep gerak universalnya yang rata-rata dan sesaat
sangat terkenal, gerak telah dipelajari dalam kerangka 2. Menginterpretasikan grafik posisi terhadap
konsep ilmiah misalnya seperti gerak benda yang jatuh. waktu, kecepatan terhadap waktu dan
percepatan terhadap waktu untuk gerak lurus
Mekanika adalah salah satu cabang fisika yang mempelajari 3. Memecahkan masalah gerak lurus dengan
tentang kinematika dan dinamika gerak. Kita akan percepatan konstan, termasuuk gerak jatuh
mengawali pembahasan kinematika dengan mempelajari bebas

gerak benda sepanjang garis lurus. 4. Menganalisa gerak lurus jika percepatan tidak
konstan

Rosari Saleh dan Sutarto


Rosari Saleh dan Sutarto
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 21

Seperti yang telah dikemukakan pada pendahuluan bab ini, salah satu
cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak benda dan
hal-hal yang menyebabkan benda bergerak adalah mekanika.
Mekanika dibagi dalam dua sub topik yaitu kinematika dan dinamika.
Kinematika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak
suatu benda sedangkan dinamika merupakan ilmu yang mempelajari
tentang penyebab gerak benda, disamping juga mempelajari gerak
benda itu sendiri. Pada bab ini kita akan mempelajari kinematika dan
membatasi pada gerak benda satu dimensi, yaitu gerakan pada lintasan
yang lurus.

2–1 Posisi dan Gerak

Gerak adalah fenomena yang sudah sangat umum kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Perhatikan peta Jawa Tengah berikut ini,
daerah yang ditandai dengan huruf A adalah kota Boyolali. Sebuah
kota kecil yang terletak di antara Yogyakarta, Surakarta dan Salatiga.
Daerah yang ditandai dengan huruf B adalah Yogyakarta, sebuah kota
budaya dan pendidikan yang sangat terkenal.

Dengan menggunakan garis bujur dan lintang, posisi kota Boyolali


terletak di LU dan LS. Berdasarkan kota-kota di sekitarnya, posisi
kota Boyolali terletak di sebelah utara Yogyakarta, sebelah timur kota
Magelang, sebelah barat kota Surakarta dan sebelah selatan kota
Salatiga. Posisi kota Boyolali dapat juga dinyatakan berdasarkan
jaraknya terhadap kota di sekitarnya. Kota Boyolali tertetak kira-kira
sejauh 64 km dari kota Yogyakarta.Ada berbagai cara untuk
menentukan posisi kota Boyolali, demikian juga dengan kota-kota
lainnya.

A
B

Rosari Saleh dan Sutarto 
22 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

Gambar 2.1 Peta Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kota yang diberi tanda
huruf A adalah kota Boyolali sedangkan kota yang ditandai dengan huruf B
adalah kota Yogyakarta.

Seseorang, misalnya Helen, mula-mula berada di Boyolali, kemudian


naik mobil menuju Yogyakarta. Dengan kecepatan mobil rata-rata 60
km/jam, Boyolali – Yogyakarta yang berjarak sekitar 64 km ditempuh
selama hampir 1¼ jam. Pada saat Helen berada di Boyolali, orang lain
yang berada di kota lain menyatakan bahwa posisi Helen adalah di
Boyolali. Setelah 1 jam kemudian posisi Helen berubah yaitu yang
tadinya di Boyolali, sekarang Helen berada di Yogayakarta. Ketika
Helen mengendarai mobilnya, Helen bergerak dari Boyolali menuju
Yogyakarta. Ketika Helen sudah tiba di Yogyakarta 1 jam kemduain,
posisi Helen kini berubah. Dikatakan bahwa Helen telah melakukan
perpindahan posisi.

Dari ilustrasi tersebut, kita telah memperoleh gambaran mengenai


gerak secara umum. Gerak berhubungan dengan perubahan posisi.
Posisi Helen berpindah dari Boyolali ke Yogyakarta. Perpindahan
posisi tersebut menunjukkan adanya aktivitas gerak. Secara sederhana,
gerak didefinisikan sebagai perubahan posisi suatu benda selama
selang waktu tertentu. Untuk menyatakan perubahan poisi digunakan Ke Yogyakarta
titik acuan yaitu suatu titik yang digunakan untuk mengukur posisi Helen
awal dan akhir suatu benda.

Perhatikan Gambar 2.1 jika acuan yang digunakan adalah kota


Yogyakarta maka Helen, yang bergerak dari Boyolali, dikatakan
bergerak relatif terhadap orang lain yang berada di kota Yogyakarta.
Namun lain halnya jika titik acuan yang digunakan adalah mobil.
Helen yang mengendarai mobil tersebut dikatakan tidak bergerak
relatif terhadap mobil sedangkan orang yang berada di kota Orang berada di pinggir jalan
Yogyakarta atau orang yang berada di kota Boyolali dikatakan
bergerak relatif terhadap mobil. Bagi Helen, gerak dari benda dan Gambar 2.2 Seseorang berdiri di
orang-orang yang ia amati di sekitarnya bukanlah gerak yang pinggir jalan melihat Helen dan
sesungguhnya. Gerak semacam itu disebut dengan gerak semu yaitu mobilnya bergerak. Helen yang
jenis gerak dimana benda yang telrihat seolah-olah bergerak berada di dalam mobil melihat
sebenarnya tidak bergerak. Yang bergerak adalah pengamat, yang seolah-olah orang tersebut bergerak
dalam hal ini adalah Helen. ke belakang.

Apa yang dilihat Helen pernah juga kita alami. Pohon-pohon yang
terlihat bergerak ketika kita naik mobil sebenarnya tidak bergerak,
yang bergerak adalah kita. Demikian halnya yang terlihat oleh
pengendara mobil ketika melewati orang yang sedang berdiri.
Pengendara mobil seolah-olah melihat orang berdiri di pinggir jalan
bergerak ke belakang, beserta pohon-pohon di sekitarnya, lihat
Gambar 2.2. Gerak bersifat relatif artinya suatu benda dikatakan
bergerak bergantung dari titik acuan yang diambil.

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 23

Mungkin Anda berpikir bahwa ketika sedang membaca buku ini


sambil duduk, Anda menganggap bahwa Anda sedang diam. Relatif
terhadap benda-benda di sekitar Anda mungkin saja Anda memang
tidak mengalami perubahan posisi namun jika kita memperluas sistem
hingga skala planet maka akan kita dapati bahwa Anda, dan juga
orang-orang yang ada di bumi seluruhnya, setiap saat selalu bergerak
bersama-sama bumi mengelilingi matahari dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Demikian juga jika kita perluas lagi skala pengamatan
kita hingga sistem tata surya. Kita bersama-sama planet-planet
lainnya, dan juga matahari, bergerak bersama-sama mengelilingi pusat
A B  galaksi bimasakti, demikian seterusnya.

C  D 

2–2 Perpindahan dan Jarak


Gambar 2.3 Perbedaan antara
perpindahan dan jarak.  Telah dibahas pada sub bab sebelumnya bahwa setiap benda dikatakan
bergerak jika selama selang waktu tertentu, posisi benda tersebut
berubah relatif terhadap suatu titik acuan. Perubahan posisi benda
merupakan besaran yang dapat kita ukur. Perubahan posisi benda
tersebut dinyatakan dalam bentuk perpindahan dan jarak.
Perpindahan dan jarak merupakan dua besaran yang berbeda. Setiap
benda yang bergerak selalu melalui suatu lintasan tertentu, bergerak
dari titik awal dan berakhir pada titik akhir. Perpindahan benda diukur
berdasarkan posisi pada titik awal dan titik akhir, tidak
memperhatikan pada bentuk lintasan yang dilalui benda. Oleh karena
perpindahan menyatakan besarnya perubahan posisi benda pada arah
tertentu maka perpindahan merupakan jenis besaran vektor.

Lain halnya dengan jarak, jarak yang ditempuh benda merupakan


panjang total dari seluruh lintasan yang dilalui selama benda tersebut
bergerak, yang diukur dari posisi awal hingga posisi akhir. Jika untuk
menyatakan perpindahan kita harus menyebutkan besar dan arahnya,
maka untuk menyatakan jarak tempuh total suatu benda kita cukup
menyebutkan besarnya saja karena memang jarak merupakan suatu
besaran skalar.Perbedaan antara perpindahan dan jarak dapat dilihat
pada Gambar 2.3.

Gambar 2.4 Para pembalap saling Pada Gambar 2.3 terlihat bahwa mobil berangkat dari titik A menuju
berkejaran untuk mendahului agar titik B kemudian titik C dan berhenti di titik D. Diketahui jarak AB =
menjadi yang paling depan. Pada 10 km, BC = 6 km, dan CD = 10 km. Titik A dimana mobil mulai
lintasan yang lurus, para pembalap bergerak disebut titik awal, sedangkan titik D dimana mobil berhenti
akan lebih mudah untuk mengatur disebut titik akhir. Perpindahan mobil diukur dari titik akhir dan titik
kecepatan gerak motornya.  awal posisi mobil sehingga untuk mengukur besarnya perpindahan
maka kita harus mengukur jarak dari titik D ke titik A. Jarak tempuh
mobil adalah panjang lintasan total yang dilalui dari titik A hingga
titik D sehingga jarak tempuh total merupakan penjumlahan dari jarak
AB, BC, dan CD.

Rosari Saleh dan Sutarto 
24 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

Secara umum, untuk memahami gerak suatu benda maka kita harus
menganalisa dalam besaran-besaran yang dapat diukur secara
langsung dari gerak tersebut. Ketika benda bergerak maka setidaknya
ada dua besaran yang dapat diukur secara langsung yaitu jarak dan
waktu. Kita dapat menggunakan meteran atau penggaris untuk
mengukur jarak sedangkan untuk mengukur waktu kita dapat
menggunakan jam atau stopwatch. Perhatikan Gambar 2.4 yang
menunjukkan sebuah arena balap sepeda motor.

Dalam balapan sepeda motor, jalur balapan dibuat berliku-liku dengan


tikungan yang kadang-kadang sangat tajam. Namun demikian,
terdapat juga jalur balapan yang lurus, seperti tampak pada Gambar
2.4. Misalnya kita anggap motor-motor tersebut baru mulai akan
bergerak. Anggaplah kita memiliki sebuah alat ukur yang dapat kita
pasang sepanjang lintasan lurus tersebut. Alat tersebut dapat
digunakan untuk mencatat waktu tempuh setiap kali motor bergerak
sejauh 5 meter. Berdasarkan data tersebut kita dapat mengetahui
posisi setiap motor pada waktu tertentu. Dengan kata lain, posisi dan
waktu saling memiliki kebergantungan satu sama lain. Gerak dari para
pembalap tersebut, yaitu perubahan posisinya, dapat dinyatakan dalam
bentuk fungsi yang menggambarkan perubahan posisi terhadap waktu.
Karena gerak tersebut adalah gerak satu dimensi maka perubahan
posisi sama dengan jarak tempuh. Jika data-data tersebut diplot dalam
sebuah grafik maka akan kita peroleh grafik fungsi jarak terhadap
waktu seperti terlihat pada Gambar 2.5 berikut ini:

Gambar 2.5 Grafik jarak (x) terhadap waktu (t) dari seorang pembalap yang
menempuh jarak 300 m selama selang waktu 3,5 s.

Dari grafik pada Gambar 2.5 dapat kita perkirakan bagaimana gerak
pembalap beserta motornya. Pada saat t = 0, terlihat bahwa jarak yang
ditempuh oleh pembalap adalah nol, itu artinya motor mula-mula
berada dalam keadaan diam. Hingga t = 1 sekon, kurva pada grafik
Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 25

jarak–waktu menunjukkan pola garis yang tidak linier dan cenderung


kuadratik sedangkan pada saat t > 1 sekon, kurva grafik jarak–waktu
menunjukkan kecenderungan garis yang linier.

Grafik pada Gambar 2.5 merupakan grafik fungsi jarak terhadap


waktu. Jika jarak kita notasikan dengan x dan waktu dengan t maka
grafik tersebut dapat kita tuliskan sebagai grafik fungsi jarak terhadap
waktu atau grafik x (t) saja. Pada Gambar 2.4, terlihat bahwa para
pembalap menempuh lintasan yang lurus. Dengan mengambil segmen
dari sistem gerak pada bagian ini maka kita bisa mengasumsikan
bahwa para pembalap tersebut melakukan gerak satu dimensi. Pada
gerak satu dimensi, besarnya perpindahan yang dilakukan oleh benda
yang bergerak adalah sama dengan jarak yang ditempuhnya.

Kembali pada Gambar 2.4, jika pada t1 posisi pembalap adalah x1 dan
pada saat t2 posisi pembalap adalah x2 maka perpindahan pembalap
tersebut dapat dituliskan sebagai selisih posisi akhir dan posisi awal
atau dalam notasi matematik dapat dituliskan sebagai berikut:

∆ x ≡ x 2 − x1 (2–1)

Sedangkan selisih waktu yang digunakan untuk menempuh jarak


sejauh ∆ x adalah ∆t yaitu selisih waktu antara t2 dan t1 atau dalam
notasi yang lebih ringkas kita tuliskan sebagai berikut:

∆t = t2 − t1 (2–2)

Mari kita perhatikan sejenak persamaan (2–1) dan (2–2). Seperti yang
telah dijelaskan pada Bab 1, besaran vektor dapat memiliki dua nilai
yaitu positif atau negatif bergantung pada titik acuan yang diambil
yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Hal itu berarti selisih
antara x1 dan x 2 dapat bernilai positif atau negatif. Jika arah lintasan
balapan diasumsikan positif untuk jalur start ke finish maka
perpindahan pada arah tersebut akan bernilai positif. Dikatakan bahwa
pembalap yang menempuh arah tersebut bergerak pada arah x (+).
Sebaliknya, jika pembalap menempuh arah yang berlawanan dengan
arah tersebut maka pembalap itu dikatakan bergerak pada arah x (–)
dan perpindahan yang ia lakukan juga bernilai negatif. Lain halnya
dengan waktu, selisih waktu ∆t selalu bernilai positif.

2–3 Kelajuan dan kecepatan

Kelajuan dan kecepatan sebenarnya menggambarkan keadaan yang


sama yaitu besaran yang menyatakan seberapa cepat suatu benda
bergerak. Kita tentu sudah akrab dengan dua istilah tersebut dan sudah
barang tentu kita juga sering menggunakannya dalam percakapan
Rosari Saleh dan Sutarto 
26 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

sehari-hari. Ketika kita naik kendaraan, kita bisa merasakan seberapa


cepat kendaraan tersebut bergerak. Juga ketika kendaraan tersebut
tiba-tiba melambat, kita bisa merasakan perubahan gerak kendaraan
tersebut dengan menandai makin lambat gerakannya. Dalam
kehidupan sehari-hari, praktis kita menggunakan istilah “cepat “ dan
“lambat” untuk menandai gerak suatu benda.

Dalam penggunaannya, istilah kelajuan dan kecepatan sering kali


dianggap sebagai dua istilah yang memiliki makna yang sama.
Biasanya kita lebih akrab dengan istilah kecepatan dibanding kelajuan
untuk menyatakan seberapa cepat benda bergerak. Dalam bidang ilmu
fisika, penggunaan kedua istilah tersebut memiliki aturan tersendiri
karena memang kelajuan dan kecepatan merujuk pada dua besaran
yang berbeda. Kelajuan merupakan besaran skalar yang hanya
memiliki besar saja, tidak mempunyai arah. Secara kualitatif, kelajuan
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh benda tiap satu satuan
waktu. Karena kelajuan merupakan besaran skalar maka kelajuan
selalu bernilai positif.

Gerak suatu benda tidaklah selalu teratur. Kadang benda bergerak


dengan sangat cepat, kadang lambat. Perhatikanlah gerak sebuah
mobil di jalan yang lurus. Pada saat kondisi jalan sepi mobil bergerak
dengan kecepatan tinggi. Mobil akan diperlambat ketika melewati
jalur yang terdapat banyak kendaraan lain di sekitarnya. Ketika mobil
sampai pada sebuah perempatan dimana lampu lalu lintas
menunjukkan warna merah maka mobil tersebut direm untuk
kemudian berhenti. Walaupun bergerak dalam lintasan yang lurus,
mobil tersebut bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda. Untuk
menggambarkan gerak mobil tersebut tentu saja kita harus mengetahui
kapan mobil bergerak dengan kecepatan tinggi, berapa jarak yang
ditempuh pada saat bergerak dengan kecepatan tinggi tersebut. Kita
juga harus mengetahui kapan dan sebarapa jauh jarak yang ditempuh
mobil bergerak lambat dan seterusnya. Ringkasnya, jika kita ingin
menggambarkan gerak mobil tersebut secara mendetail maka kita
harus mengetahui informasi-informasi yang terkait dengan jarak
tempuh dan waktu yang digunakan mobil untuk bergerak pada setiap
kondisi kecepatan tertentu.

Hal ini tentu saja menjadi rumit walaupun secara prinsip kita akan
memperoleh gambaran gerak yang sangat detail. Misalnya mobil
menemuh lintasan lurus AF dimana pada lintasan AB mobil bergerak
selama tAB, pada lintasan BC mobil bergerak selama tBC, pada lintasan
CD mobil bergerak selama tCD, pada lintasan DE mobil bergerak
selama tDE sedangkan pada lintasan EF mobil bergerak selama tEF
dimana tAB ≠ tBC ≠ tCD ≠ tDE ≠ tEF.

Sebagai simplifikasi, untuk menggambarkan gerak mobil dengan


kelajuan yang tidak selalu konstan tersebut maka didefinisikan
kelajuan rata-rata yaitu total jarak yang ditempuh oleh benda selama
Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 27

selang waktu tertentu. Secara kualitatif, kelajuan rata-rata dapat


dipahami sebagai suatu nilai kecepatan konstan yang digunakan untuk
menempuh suatu lintasan dalam waktu yang sama. Perhatikan ilustrasi
mobil yang bergerak pada lintasan AF tadi. Mobil tersebut begerak
dengan kecepatan yang berbeda-beda selama bergerak pada lintasan
AF. Untuk menempuh lintasan AF mobil dapat juga begerak dengan
kecepatan konstan dimana kecepatan tersebut harus menghasilkan
waktu tempuh yang sama dengan pola gerak sebelumnya. Nilai
kecepatan inilah yang disebut dengan kecepatan atau kelajuan rata-
rata. Secara matematis, kelajuan rata-rata dirumuskan dengan:

total jarak yang ditempuh


Kelajuan rata −rata = (2–3)
waktu yang dibutuhkan

Merujuk pada ilustrasi di atas, jika kelajuan kita nyatakan dengan


notasi v, panjang lintasan (total jarak) kita notasikan dengan Σr dan
total waktu tempuh kita simbolkan dengan Σt maka dalam ungkapan
matematik, kelajuan rata-rata mobil tersebut dapat dituliskan sebagai
berikut:

v =
∑ r = AB + BC + CD + DE + EF
∑ t t AB + t BC + t CD + t DE + t EF

Secara umum, jika suatu benda bergerak menempuh lintasan yang


berbeda-beda dalam selang waktu yang berbeda pula maka kelajuan
rata-rata benda tersebut dapat dinyatakan sebagai:

∑r
v = i
(2–4)
∑t
i

Yang mana indeks i = 1, 2, 3 … yang menyatakan lintasan ke–1,


selama t1, lintasan ke–2 selama t2 dan seterusnya. Kelajuan diukur
dalam satuan meter per sekon (m/s). Satuan lain yang juga sering
digunakan adalah kilometer per jam (km/jam) dan mile per jam
(mil/jam). Kelajuan kapal yang berlayar di laut atau kapal selam
kadang dinyatakan dalam satuan knot dimana 1 knot setara dengan
1,852 km/jam. Pesawat jet supersonic yang bergerak melebihi
kecepatan suara memiliki satuan kelajuan lain yaitu Mach. 1 Mach
setara dengan 331,56 m/s pada suhu 00C.

Kecepatan berbeda dengan kelajuan. Kecepatan menyatakan seberapa


cepat posisi benda berubah. Seperti halnya kelajuan, kecepatan juga
diukur dengan mengacu pada interval waktu tertentu. Jika selama
selang waktu ∆t posisi suatu benda berubah sebesar ∆x maka, untuk
kasus gerak satu dimensi, kecepatan rata-rata benda tersebut adalah:

Rosari Saleh dan Sutarto 
28 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

perpindahan
v =
selang waktu
x 2 − x1
=
t 2 − t1
∆x
=
∆t (2–5)

Dalam gerak satu dimensi, persamaan (2–5) yang menyatakan


kecepatan rata-rata suatu benda dapat bernilai positif atau negatif.
Mengapa demikian? Karena kecepatan bergantung pada perpindahan
sedangkan perpindahan itu sendiri merupakan besaran vektor yang
berarti dapat memiliki nilai positif atau negatif. Jika v bernilai
positif maka dikatakan bahwa benda bergerak pada arah x (+)
sedangkan jika v bernilai negatif maka dikatakan bahwa benda
bergerak pada arah x (–). Seperti halnya kelajuan, kecepatan diukur
dalam satuan meter per sekon (m/s). Pada bab ini dan bab-bab
selanjutnya, untuk menuliskan besarnya kecepatan benda digunakan
simbol v sedangkan untuk menyatakan kecepatan benda digunakan
notasi v , seperti aturan baku yang telah dijelaskan pada Bab 1.

Perbedaan utama antara kecepatan dan kelajuan adalah kecepatan


dipengaruhi oleh posisi akhir benda sedangkan kelajuan tidak
dipengaruhi oleh kedudukan akhir melainkan total jarak yang
ditempuh benda selama bergerak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa nilai dari kecepatan selalu lebih kecil atau sama
dengan kelajuan. Nilai kecepatan suatu benda akan sama dengan nilai
kelajuannya jika perpindahan sama dengan total jarak yang ditempuh.
Hal ini dapat terjadi jika benda bergerak pada lintasan yang lurus.

2–4 Kelajuan dan kecepatan sesaat

Untuk menggambarkan gerak benda secara mendetail maka kita harus


memiliki data-data yang detail pula. Gambaran mendetail ini
tercermin pada bagaimana mekanisme gerak yang dialami oleh benda
tersebut. Mekanisme gerak ini menyangkut besaran-besaran baik yang
dapat diukur secara langsung maupun yang tidak dapat diukur secara
langsung. Besaran yang dapat diukur secara langsung misalnya
perpindahan dan waktu sedangkan variabel lainnya yang tidak dapat
diukur secara langsung misalnya kelajuan dan kecepatan. Besaran-
besaran tersebut secara tidak langsung menggambarkan bagaimana
mekanisme gerak yang dialami benda yang terepresentasi dalam
sebuah persamaan gerak. Dengan mengetahui persamaan gerak suatu
benda maka kita akan lebih mudah untuk menganalisa pergerakan
benda setiap saat.

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 29

Kelajuan dan kecepatan rata-rata menyatakan seberapa cepat benda


berpindah dari satu posisi ke posisi lainnya. Walaupun dua besaran ini
penting namun belum cukup untuk digunakan sebagai untuk
menjelaskan gerak benda secara mendetail. Yang dimaksud mendetail
adalah kita bisa mengetahui posisi, kecepatan, kelajuan, jarak dan
besaran terkait lainnya pada sembarang waktu. Untuk dapat
melakukan hal tersebut maka kita harus memformulasikan suatu
persamaan yang menggambarkan gerak benda setiap saat dimana
persamaan tersebut menghubungkan besaran-besaran seperti posisi,
waktu, kecepatan dan besaran lainnya.

Kita mulai dengan mendefinisikan kelajuan dan kecepatan sesaat.


Kelajuan sesaat merupakan kelajuan benda pada saat t tertentu.
Demikian juga dengan kecepatan sesaat, kecepatan sesaat merupakan
kecepatan benda pada saat t tertentu.

Tampaknya agak mustahil mendefinisikan kelajuan dan kecepatan


pada saat t tertentu. Berdasarkan konsep dasar yang telah dipelajari di
muka tentu saja tidak mungkin mengetahui kelajuan dan kecepatan
benda pada satu waktu tertentu. Terdapat sebuah paradoks konseptual
yang akan kita diskusikan sejenak sebelum kita beranjak pada
pembahasan berikutnya.

Paradoks!

Perhatikan sebuah benda yang bergerak dengan kecepatan v


menempuh lintasan sepanjang L. Pada waktu tertentu, misalnya tA = 1
s, benda berada pada posisi tertentu pula, katakanlah xA = 10 m.
Bagaimana kita mendefinisikan atau mengetahui kecpeatan benda
tersebut pada saat tA di posisi xA? Apakah dengan sekedar membagi
∆t xA dengan tA? Secara matematis, kita tentu saja akan memperoleh
suatu nilai kecepatan tertentu yaitu vA = xA/tA = 10 m/s namun secara
konseptual nilai tersebut tidak memberikan makna apapun. Mengapa
demikian?

Sederhana saja, pada satu waktu tertentu, benda berada pada posisi
tertentu pula. Dengan demikian pada saat itu benda tidak bergerak
∆x (benda diam) yang implikasinya adalah benda tidak mungkin memiliki
kelajuan atau kecepatan.
L
Paradoks ini memberikan gambaran pada kita bahwa untuk
Gambar 2.6 Mobil bergerak pada mengetahui kecepatan suatu benda maka kita harus melakukan
lintasan L menempuh jarak ∆x
pengamatan pada (minimal) dua waktu yang berbeda. Dengan
yang sangat pendek selama
mengacu pada konsep dasar ini, selanjutnya kita dapat
selang waktu ∆t yang sangat
singkat. mengaplikasikan konsep matematika untuk menentukan kecepatan
benda pada suatu saat tertentu. Kecepatan benda pada keadaan
seperti inilah yang disebut sebagai kecepatan sesaat. Demikian juga
dengan kelajuan.

Rosari Saleh dan Sutarto 
30 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

Perhatikan Gambar 2.6, sebuah mobil bergerak pada lintasan L. Pada


suatu ketika mobil menempuh lintasan sejauh ∆x selama selang waktu
∆t. Perhatikan dengan seksama bahwa jika ∆t sangat singkat maka
jarak yang ditempuh mobil, yaitu ∆x, menjadi sangat pendek. ∆x
menyatakan perpindahan mobil yang dapat dituliskan sebagai ∆x = x
(t + ∆t) – x (t). Kecepatan rata-rata mobil pada selang waktu tersebut
dinyatakan sebagai:

∆x
v rata − rata =
∆t

Semakin kecil ∆t maka semakin kecil pula ∆x. Namun demikian,


perbandingan antara ∆x dan ∆t adalah selalu sama. Jika kita ambil ∆t
yang sangat kecil hingga mendekati nol maka kita dapat
mengasumsikan bahwa waktu ∆t tersebut merujuk ke satu waktu
tertentu. Nilai batas ∆t mendekati nol disebut sebagai limit ∆t
mendekati nol dan dituliskan sebagai:
x (t)
lim ∆t Æ 0

Mengacu pada pendekatan tersebut maka kecepatan rata-rata mobil


dapat dinyatakan sebagai:

x(t + ∆t ) − x(t ) ∆x
v = lim = lim (2–6)
∆t →0 ∆t ∆t → 0 ∆ t
x0

Perlu diketahui bahwa perubahan ∆x sangat bergantung pada t


perubahan ∆t. Jika gerak mobil pada Gambar 2.6 kita gambarkan
dalam sebuah grafik maka secara umum grafik jarak sebagai fungsi Gambar 2.7 Grafik jarak 
waktu. Terlihat seperti Gambar 2.7. sebagai fungsi waktu pada 
sebuah mobil yang bergerak 
Perhatikan garis AC dan AB, semakin kecil nilai ∆x dan ∆t maka rasio
dengan kecepatan 
∆x/∆t mendekati gradien dari garis yang dibentuk oleh x dan t. Jika
sembarang.
rasio ∆x/∆t sangat kecil maka rasio tersebut akan sama dengan gradien
garis lengkung AB pada titik tertentu. Kemiringan garis ∆x/∆t inilah
yang didefinisikan sebagai kecepatan sesaat. Persamaan (2–6) dapat
kita nyatakan kembali dalam bentuk persamaan:

∆x dx
v = lim = (2–7)
∆t →0 ∆t dt

dx dx
Notasi berarti turunan dari fungsi jarak (x) terhadap waktu (t).
dt dt
menunjukkan gradien persamaan garis x sebagai fungsi t dimana
dalam konteks gerak dapat diinterpretasikan sebagai rasio perubahan
jarak terhadap waktu. Rasio tersebut menunjukkan kecepatan gerak
suatu benda.

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 31

2–5 Percepatan

Jika kecepatan sesaat sebuah benda berubah seiring dengan


berubahnya waktu maka dikatakan bahwa benda mengalami
percepatan dan sistem geraknya disebut sebagai gerak lurus berubah
beraturan (GLBB). Percepatan menyatakan perubahan kecepatan
benda selama selang waktu tertentu sehingga:

∆v
a= (2–8)
∆t

Persamaan (2–8) menyatakan percepatan untuk selang waktu tertentu


∆t = t2 – t1 untuk perubahan kecepatan ∆v = v2 – v1. Percepatan rata-
rata dinyatakan dengan persamaan berikut:

∆v
a rata − rata = (2–9)
∆t

Seperti halnya kecepatan, benda juga dapat mengalami percepatan


sesaat. Dengan analogi yang sama, percepatan benda dapat dituliskan
sebagai:

∆v dv
a = lim = (2–10)
∆t → 0 ∆t dt

dv dx
Karena =  maka persamaan (2–10) dapat dituliskan kembali
dt dt
dalam bentuk:

∆v dv
a = lim =
∆t →0 ∆t dt
⎛ dx ⎞ (2–11)
d⎜ ⎟
d 2x
a= ⎝ ⎠= 2
dt
dt dt

Jadi percepatan gerak suatu benda dapat ditentukan dengan persamaan


d 2x dv
a= 2
 dan a = . 
dt dt

2–6 Gerak lurus dengan percepatan konstan

Benda yang bergerak dengan percepatan konstan memiliki kecepatan


yang berubah–ubah setiap saat. Percepatan merupakan besaran vektor
sehingga percepatan dapat memiliki dua tanda yaitu positif atau
negatif. Percepatan positif menyebabkan gerak benda semakin lama
semakin cepat dan biasa disebut percepatan saja sedangkan
Rosari Saleh dan Sutarto 
32 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

percepatan negatif menyebabkan gerak benda semakin lama semakin


lambat dan biasa disebut sebagai perlambatan.

Bagaimana menentukan persamaan gerak untuk benda yang bergerak


dengan percepatan konstan? Percepatan konstan berarti kecepatan
benda v berubah secara linier terhadap waktu t. Jika kecepatan mula–
mula benda v0 dan percepatan benda adalah a maka kecepatan benda
pada saat t tertentu dapat dituliskan sebagai berikut:

v = v0 + at (2–12)

Jika posisi benda pada saat t0 = 0 adalah x0 dan posisi benda pada saat
t tertentu adalah di x maka perpindahan benda pada saat t (∆x = x – x0)
adalah:

∆x = vrata – rata t (2–13)

vrata–rata kecepatan rata-rata dari benda yaitu ½ (v0 + v) dengan v


menyatakan kecepatan akhir benda sehingga persamaan (2–13) dapat
dituliskan kembali menjadi:

∆x = ½ (v0 + v) t (2–14)

karena v = v0 + at maka:

∆x = ½ (v0 + (v0 + at)) t

∆x = v0t + ½at2

x – x0 = v0t + ½at2

x = x0 + v0t + ½at2 (2–15)

Persamaan (2–15) adalah persamaan gerak benda dengan percepatan


konstan. Terlihat bahwa pada persamaan (2–15) jarak yang ditempuh
benda, yaitu x, bergantung pada variabel x0, v0, t dan a. Kecuali t, nilai
dari setiap variabel tersebut diketahui. Oleh karena itu, persamaan (2–
15) menyatakan jarak sebagai fungsi waktu. Kita dapat menyatakan
jarak sebagai fungsi variabel lain misalnya kecepatan. Kecepatan
benda selalu berubah setiap saat karena benda mengalami percepatan.
Dengan mengganti variabel t pada persamaan (2–15) dengan t pada
v − v0
persamaan (2–12), t = , maka diperoleh:
a

2
⎛ v − v0 ⎞ ⎛ v − v0 ⎞
∆x = v0 ⎜ ⎟ + ½a ⎜ ⎟
⎝ a ⎠ ⎝ a ⎠

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 33

(v v − v ) + 12 (v
0
2
0
2
− 2v 0 v + v 2 )
∆x =
a
1 2 1
v 0 v − v 02 + v − v 0 v + v 02
v (t) v = v0 + at  2 2
∆x =
a
v 2 − v 02
∆x = (2 − 16a )
2a
2 2
v0 v = v 0 + 2a∆x (2 − 16b)
t
Persamaan (2–16a) dan (2–16b) adalah bentuk lain dari persamaan
Gambar 2.8 Grafik v – t (2–15) yang menyatakan kebergantungan jarak terhadap variabel
pada gerak dengan kecepatan. Pada gerak dengan percepatan konstan, kecepatan berubah
percepatan
secara linier setiap selang waktu tertentu. Dari persamaan (2–12). Kita
dapat membuat sebuah grafik hubungan antara kecepatan dan waktu:

v = v0 + at

Kita dapat melihat persamaan (2–12) sebagai sebuah persamaan garis


lurus yang memiliki gradien sebesar a. Variabel-variabel yang
berubah dalam persamaan ”garis” tersebut adalah v dan t sedangkan v0
adalah konstanta, lihat Gambar 2.8.

Masih pada gerak dengan percepatan konstan, hubungan jarak dengan


x (t) waktu adalah seperti yang terlihat pada persamaan (2–15) dimana
jarak tidak berubah secara linier melainkan kuadratik. Karakteristik
x = x0 + v0t + ½at2  kuadratik ini memberikan gambaran kepada kita bahwa perubahan
jarak yang ditempuh oleh benda semakin lama semakin besar artinya
total jarak yang ditempuh selama t sekon pertama dengan t sekon
berikutnya tidaklah sama. Perubahan jarak tempuh pada t sekon kedua
lebih besar. Representasi grafik dari gerak dipercepat yang
x0 menggambarkan kebergantungan antara jarak dan waktu dapat dilihat
dx/dt = v0 + at 
pada Gambar 2.9.
t
Garis penuh menunjukkan persamaan gerak posisi terhadap waktu
Gambar 2.9 Grafik x – t pada sedangkan garis titik-titik menunjukkan gradien garis pada saat t.
gerak dengan percepatan Gradien persamaan x = x0 + v0t + ½at2 tidak lain adalah fungsi
  kecepatan terhadap waktu v = v0 + at. Jika kita mengetahui persamaan
gerak suatu benda maka kita bisa menggambarkan grafik gerak benda
tersebut. Demikian juga sebaliknya, jika grafik suatu gerak dapat
diketahui maka persamaan gerak benda tersebut dapat ditentukan.
Kadang lebih mudah untuk mendeskripsikan gerak benda melalui
grafik namun dalam beberapa hal deskripsi secara analitik lebih
disukai. Kedua metode tersebut saling melengkapi penjelasan satu
sama lain.

Rosari Saleh dan Sutarto 
34 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

2–7 Gerak jatuh bebas (GJB)

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai gerak jatuh


misalnya buah kelapa yang jatuh dari pohonnya, buku yang jatuh dari
meja, termasuk juga air hujan yang jatuh di permukaan bumi. Setiap
benda selalu ”jatuh ke bawah”. Tidak ada benda yang jatuh ”ke atas”.
Setiap benda yang ada di permukaan bumi dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi yang arahnya menuju ke pusat bumi. Percepatan
gravitasi inilah yang menyebabkan benda yang jatuh selalu berarah ke
bawah. Percepatan gravitasi bumi disimbolkan dengan huruf g dan
memiliki nilai rata-rata 9,8 m/s2.

Dengan mengabaikan gesekan udara, setiap benda yang dilepaskan


dari ketinggian tertentu dari permukaan bumi akan bergerak ke bawah
dengan percepatan konstan yaitu sebesar g = 9,8 m/s2. Gerakan benda
semacam ini disebut dengan gerak jatuh bebas dan merupakan salah
satu contoh dari gerak satu dimensi. Galileo, ilmuwan yang amat
tersohor dalam bidang fisika, adalah orang pertama yang melakukan
investigasi terhadap gerak jatuh ini. Beberapa abad sebelumnya,
pengkajian terhadap gerak jatuh benda-benda juga telah dilakukan.
Seorang ilmuwan sekaligus filsuf yang juga sangat terkenal hingga
sekarang, Aristoteles, mengemukakan sebuah hipotesis bahwa gerak
jatuh benda-benda dipengaruhi oleh massa benda itu sendiri;
sedangkan kecepatan benda dipengaruhi langsung oleh jarak yang
ditempuhnya. Semakin jauh jarak yang ditempuh benda maka semakin
besar kecepatannya.

Namun oleh Galileo, asumsi Aristoteles ini ternyata tidak seluruhnya


sesuai dengan kenyataan. Bahwa gerak benda jatuh dipengaruhi oleh
massa benda ternyata adalah asumsi yang terbukti keliru. Dalam
eksperimennya, Galileo menemukan bahwa jarak yang ditempuh oleh
benda yang dijatuhkan dari keadaan diam sebanding dengan kuadrat
waktu yang digunakan untuk menempuh jarak tersebut. Demikian
juga dengan kecepatan benda, Galileo menemukan bahwa kecepatan
benda yang jatuh sebanding dengan akar kuadrat dari jarak dimana
benda tersebut dijatuhkan. Seperti yang telah kita pelajari pada sub
bab sebelumnya tentang gerak lurus dengan percepatan konstan,
temuan Galileo ini secara implisit menunjukkan bahwa gerak jatuh
yang ia amati merupakan gerak jatuh dengan percepatan konstan.

Secara kualitatif, asumsi Aristoteles yang menyatakan bahwa


kecepatan benda dipengaruhi oleh jarak adalah benar namun
pernyataan tersebut tidak lengkap karena Aristoteles tidak
menyebutkan bagaimana bentuk kesaling-bergantungan yang terjadi
antara keduanya.

Untuk mempelajari gerak jatuh bebas maka sebelumnya kita akan


mendefinisikan variabel-variabel yang terlibat di dalamnya. Gerak
jatuh merupakan gerak yang terjadi pada arah vertikal atau dalam
Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 35

sistem koordinat dua dimensi, arah vertikal diidentikkan dengan arah


sumbu y. Jika arah ke bawah, yaitu arah percepatan gravitasi g,
diasumsikan sebagai arah positif maka percepatan g bernilai positif.
Dengan demikian, arah koordinat ke bawah pada sumbu y juga
bernilai positif. Kita juga bisa memilih untuk membuat asumsi arah ke
bawah negatif, seperti konvensi standar tanda positif dan negatif pada
umumnya. Karena pembahasan pada sub bab ini masih terkait dengan
bab berikutnya, terutama gerak dua dimensi, maka agar lebih mudah
kita akan menggunakan konvensi arah ke bawah memiliki tanda
negatif. Oleh karena itu, percepatan gravitasi g bertanda negatif atau g
= –9,8 m/s2.

Percepatan, seperti yang telah kita pelajari pada sub bab sebelumnya,
merupakan laju perubahan kecepatan tiap satu satuan waktu. Untuk
gerak yang dipengaruhi oleh percepatan konstan maka pertambahan
kecepatan juga bersifat konstan. dengan mengadopsi persamaan gerak
satu dimensi yang mengalami percepatan konstan maka kita peroleh
persamaan berikut ini:

v = v0 + at

dengan mengganti percepatan a dengan –g kita peroleh persamaan


baru berikut ini:

v = v0 – gt (2–17)

kecepatan rata-rata yang dimiliki benda jatuh bebas kita definisikan


sebagai berikut:

vrata-rata = ½ (v0 + v) (2–18)

dengan mensubstitusikan persamaan (2–17) ke persamaan (2–18)


diperoleh:

vrata-rata = ½ (2v0 – gt)

vrata-rata = v0 – ½gt (2–19)

Jarak yang ditempuh oleh benda merupakan perkalian antara


kecepatan rata-rata dengan waktu tempuhnya. Karena benda yang
bergerak jatuh memiliki perpindahan pada arah vertikal maka
perpindahan atau jarak yang ditempuh kita notasikan dengan huruf ∆y
atau secara matematik dituliskan dalam bentuk:

∆y = vrata-rata t (2–20)

Substitusikan persamaan (2–19) ke persamaan (2–20) kita peroleh:

∆y = v0t – ½gt2

y – y0 = v0t – ½gt2

Rosari Saleh dan Sutarto 
36 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

y = y0 + v0t – ½gt2 (2–21)

Persamaan (2–21) merupakan persamaan gerak umum untuk gerak


jatuh. Jika benda dijatuhkan dari keadaan diam (tanpa kecepatan awal)
maka v0 pada persamaan (2–21) bernilai nol. Gerak semacam ini
disebut dengan gerak jatuh bebas. Dengan mengambil titik awal, y0,
bernilai nol maka persamaan gerak jatuh bebas benda adalah:

y = – ½gt2 (2–22)

Perlu diingat bahwa tanda (–) baik pada g maupun y hanya


menunjukkan arah saja. Jadi, kadang, dalam penerapannya y
dituliskan nilai mutlaknya saja (bernilai positif).

Dengan mengkombinasikan persamaan (2–17) dan (2–21) kita dapat


membuat persamaan baru untuk gerak jatuh yaitu: Titik tertinggi Gerak
Gerak vertikal
v2 = v02 – 2g (y – y0) (2–23) vertikal turun
naik
Catatan:

Selama kita menganalisis gerak jatuh pada sub bab ini, kita
mengasumsikan bahwa percepatan gravitasi adalah konstan. pada
kenyataannya asumsi tersebut hanya berlaku di tempat-tempat yang
dekat dengan permukaan bumi. Percepatan gravitasi bervariasi untuk
ketinggian tempat yang berbeda-beda artinya nilainya tidak konstan.
Percepatan gravitasi bumi yang paling besar adalah yang dekat
dengan permukaan bumi. Semakin jauh dari permukaan bumi, maka
semakin kecil percepatan gravitasinya. Jadi, persamaan yang telah
kita turunkan tadi hanya berlaku untuk wilayah-wilayah yang dekat
dengan permukaan bumi.

Bagaimana jika benda tidak dijatuhkan, melainkan dilempar ke atas?


Gambar 2.10 Gerak sebuah bola
Benda yang dilempar ke atas hanya memiliki arah gerak yang yang dilempar ke atas. Bola bergerak
berkebalikan dengan gerak benda yang dijatuhkan ke bawah. ke atas dan setelah mencapai titik
Percepatan gravitasi bumi selalu bekerja pada arah vertikal ke bawah. tertinggi, bola bergerak ke bawah.
Jika pada gerak ke bawah percepatan gravitasi mempercepatan gerak
benda maka ketika benda bergerak ke atas, percepatan gravitasi akan
memperlambat gerak benda. Perhatikan Gambar 2.10.

Ketika bola dilempar ke atas dengan kecepatan v tertentu maka pada


suatu saat bola tersebut akan mencapai titik tertinggi, lalu berhenti
sesaat dan kemudian jatuh ke bawah. Persamaan gerak bola pada arah
vertikal ke bawah tidak berbeda dengan persamaan gerak bola pada
arah vertikal ke atas. Kecepatan bola setiap saat dituliskan sebagai:

vt = v0 – gt

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 37

Pada saat bola mencapai titik tertinggi kecepatan bola adalah nol atau
vt = 0 sehingga:

0 = v0 – gt Æ t = v0/g

t pada saat v = 0 adalah t maksimum, selanjutnya t dituliskan sebagai


tmaks. Jarak yang ditempuh oleh bola sebagai fungsi waktu dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:

y = y0 + v0t – ½gt2

Lantas, apa yang membedakan antara gerak vertikal ke atas dan ke


bawah selain arah geraknya? Pada gerak vertikal ke bawah kita
dapatkan bahwa baik perpindahan maupun kecepatan benda kedua-
duanya memiliki tanda negatif. Sedangkan pada gerak arah vertikal ke
atas, baik perpindahan maupun kecepatannya memiliki tanda positif.
Pada gerak ke bawah percepatan gravitasi mempercepat gerak bola
sedangkan pada saat benda bergerak ke atas, percepatan gravitasi
berperan memperlambat gerak bola.

2–8 Gerak dengan percepatan yang tidak konstan/berubah–


ubah

Dalam kenyataannya, benda yang bergerak dapat mengalami berbagai


variasi percepatan yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu.
Gerak semacam ini disebut gerak dengan percepatan yang tidak
konstan dan bukan hanya kecepatan yang bergantung waktu tetapi
juga percepatannya.

Kita telah belajar bagaimana menentukan fungsi kecepatan dan


percepatan jika fungsi jarak diketahui. Sekarang kita akan belajar
bagaimana menentukan fungsi jarak jika fungsi kecepatan diketahui
atau mencari fungsi kecepatan jika fungsi percepatan diketahui.

Rosari Saleh dan Sutarto 
38 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

 
v
v xn ∆tn

v xn

t0 ta

Gambar 2.11 Grafik kurva umum fungsi kecepatan terhadap waktu dari
suatu benda yang bergerak.

Pada grafik v–t luas daerah di bawah kurva menunjukkan total


lintasan yang ditempuh benda. Perhatikan grafik pada Gambar 2.11,
untuk menentukan luas daerah di bawah kurva dapat kita bagi menjadi
persegi panjang kecil yang identik. Jika diperhatikan dengan seksama
maka semakin kecil (sempit) ukuran persegi panjang yang dibuat
maka penjumlahan luas dari semua persegi panjang tersebut akan
mendekati luas di bawah kurva. Secara matematis dapat kita tuliskan
sebagai berikut:

∆x = ∑ vi ∆t i (2–24)
i

Dalam kurva di atas, ukuran persegi panjang adalah v dan t yang


masing-masing menyatakan kecepatan dan waktu tempuh. Agar
ukuran persegi panjang menjadi sangat kecil maka lebar persegi
panjang ∆t harus dibuat sekecil mungkin, ∆t Æ 0. Pada sub bab
sebelumnya kita telah mempelajari konsep limit. Untuk kasus dimana
kita menerapkan syarat batas suatu variabel mendekati nol maka kita
dapat menggunakan limit. Untuk limit ∆t Æ 0, sehingga persamaan di
atas menjadi:

∆x = lim ∑ vi ∆t i (2–25)
∆t →0 i

Yang mana indeks i menyatakan persegi panjang ke 1, 2, 3 dan


seterunya hingga n. Limit penjumlahan dengan selisih nilai salah satu
variabel sangat kecil dapat diselesaikan dengan integral. Integral pada
dasarnya adalah penjumlahan. Integral dituliskan dengan notasi
b
∫ f (x )dx dimana a dan b adalah batas-batas integral, f (x) adalah fungsi
a

Rosari Saleh dan Sutarto 
Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus | 39

yang bergantung pada variabel x dan dx disebut integran yang


menunjukkan variabel pada fungsi x yang diintegralkan. Pada kurva di
atas, batas integral adalah t0 = 0 dan ta = t sedangkan fungsi yang
diintegralkan adalah v (t) dan integrannya adalah dt. Hasil integral dari
persamaan (2–25) dapat ditentukan sebagai berikut:

∆x = ∫tt a vdt
0

x = x0 + ∫tt a vdt (2–26)


0

Dalam kasus gerak linier tanpa percepatan maka hasil integrasi dari
persamaan (2–26) adalah:

x = x0 + v (ta – t0)

Jika kita ambil t0 = 0 dan ta = t maka persamaan umum untuk gerak


linier tanpa percepatan adalah:

x = x0 + vt (2–27)

Dengan logika yang sama, untuk menentukan fungsi kecepatan dari


fungsi percepatan kita mengintegralkan fungsi percepatan a terhadap t
seperti pada persamaan berikut ini:

∆v = ∫tt a adt
0

v = v0 + ∫tt a adt (2–28)


0

Hasil integrasi dari persamaan (2–28) adalah sebagai berikut:

v = v0 + a (ta – t0) (2–29)

dengan mengambil nilai t0 = 0 dan menuliskan ta = t saja maka kita


peroleh persamaan berikut:

v = v0 + at (2–30)

Jika persamaan (2–28) kita integrasi sekali lagi maka kita akan
memperoleh persamaan gerak dengan percepatan konstan.

Rosari Saleh dan Sutarto 
40 | Bab 2 Gerak Sepanjang Garis lurus

ta ta
∆x = ∫ vdt = ∫ (v0 + at )dt
t0 t0
1
(
∆x = v0 (t a − t 0 ) + a t a2 − t 02
2
)
1
x − x0 = v0t + at 2
2
1
x = x0 + v0t + at 2
2

Dua persamaan terakhir diperoleh dengan menerapkan asumsi seperti


pada persamaan (2–29).

Rosari Saleh dan Sutarto 
Lampiran Referensi Gambar
Bab 2  Gerak Sepanjang Garis Lurus 
Gambar Cover Bab 2 Gerak Sepanjang Garis Lurus 
Sumber: http://www.inmagine.com

Gambar  Sumber
Gambar  2.1  Peta  Jawa  Tengah  dan 
Yogyakarta.  Kota  yang  diberi  tanda  huruf  A 
adalah  kota  Boyolali  sedangkan  kota  yang  http://www.pusakamitrajasa.wordpress.com 
ditandai  dengan  huruf  B  adalah  kota 
Yogyakarta. 
Gambar  2.2  Seseorang  berdiri  di  pinggir 
jalan melihat Helen dan mobilnya bergerak. 
Helen  yang  berada  di  dalam  mobil  melihat  Dokumentasi Penulis 
seolah‐olah  orang  tersebut  bergerak  ke 
belakang. 
Gambar  2.3  Perbedaan  antara  perpindahan 
http://www.tonterias.com 
dan jarak. 
Gambar  2.4  Para  pembalap  saling 
berkejaran  untuk  mendahului  agar  menjadi 
yang paling depan. Pada lintasan yang lurus,  Dokumentasi Penulis 
para  pembalap  akan  lebih  mudah  untuk 
mengatur kecepatan gerak motornya 
Gambar 2.5 Grafik jarak (x) terhadap waktu 
(t)  dari  seorang  pembalap  yang  menempuh  Dokumentasi Penulis 
jarak 300 m selama selang waktu 3,5 s. 

Gambar 2.6 Mobil bergerak pada lintasan L 
menempuh jarak Δx yang sangat pendek  Dokumentasi Penulis 
selama selang waktu Δt yang sangat singkat. 
Gambar  2.7  Grafik  jarak  sebagai  fungsi 
waktu  pada  sebuah  mobil  yang  bergerak  Dokumentasi Penulis 
dengan kecepatan sembarang. 
Gambar 2.8 Grafik v – t pada gerak dengan 
percepatan  Dokumentasi Penulis 

Gambar 2.9  Grafik x –  t pada gerak dengan 


percepatan  Dokumentasi Penulis 

Gambar  2.10  Gerak  sebuah  bola  yang 


dilempar ke atas. Bola bergerak ke atas dan 
setelah  mencapai  titik  tertinggi,  bola  Dokumentasi Penulis 
bergerak ke bawah. 

Gambar 2.11 Grafik kurva umum fungsi 
kecepatan terhadap waktu dari suatu benda  Dokumentasi Penuli 
yang bergerak. 
Daftar Pustaka

Serway, R.A and Faughn, J.S., 1999. College Physics, 7th Edition, USA: Harcourt Brace
College Publisher.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 11, 1st Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.
Dick, Greg, et.al. 2001. Physics 12, 1st Edition. Canada: McGraw-Hill Ryerson.
Fishbane, P.M., et.al. 2005. Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics, 3rd
Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Huggins, E.R. 2000. Physics 2000. Moose Mountain Digital Press. Etna, New Hampshire
03750.
Tipler, P.A. and Mosca, G. Physics For Scientist and Engineers: Extended Version, 5th
Edition. W.H. Freeman & Company.
Young, Freedman. 2008. Sears and Zemanky’s University Physics with Modern Physics,
12th Edition. Pearson Education Inc.
Crowell, B. 2005. Vibrations and Waves. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Crowell, B. 2005. Newtonian Physics. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Crowell, B. 2005. Conservations Law. Free Download at:
http://www.lightandmatter.com.
Halliday, R., Walker. 2006. Fundamental of Physics, 7th Edition. John-Willey and Sons,
Inc.
Pain, H.J. 2005. The Physics of Vibrations and Waves, 6th Edition. John Wiley & Sons
Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ,
England.
Mason, G.W., Griffen, D.T., Merril, J.J., and Thorne, J.M. 1997. Physical Science
Concept, 2nd Edition. Published by Grant W. Mason. Brigham Young
University Press.
Cassidy, D., Holton, G., and Rutherford, J. 2002. Understanding Physics, Springer-Verlag
New York, Inc.
Serway, R.A. and Jewet, J. 2003. Physics for Scientist and Engineers, 6th Edition. United
State of America: Brooks/Cole Publisher Co.

Anda mungkin juga menyukai