Anda di halaman 1dari 4

MATERI KULIAH (ONLINE) HUKUM ISLAM

Tanggal 25 September 2018

DOSEN PENGAJAR :

SRI ADIATI, SH.MH


Ketua Kelas A dan B
1. Dicka Maulana
2. Nurmaulina Fitris Pulungan

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAYABAYA JAKARTA

2018

II. HUKUM ISALAM DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA


I. Hukum Islam Muamalah yang berlaku Hukum Perdata Islam menjadi Hukum Positif
II. Perbandingan antara Hukum Adat, Hukum Islam, Hukum Barat

Perbedaan Hukum Adat Hukum Islam Hukum Barat

-Tidak Tertulis dalam -Sejak VOC datang ke


Undang-undang tetapi Indonesia bentuknya
Keadaan Bentuk -Tidak Tertulis
tertulis dalam Al- tertulis dalam Undang-
Qur’an dan Al-Hadis undang Dasar

-Kebiasaan yang
diikuti dan
-Al-Qur’an
berkembang dalam
Sumber -Al-Hadis -Kitap Undang-undang
masyarakat sehingga
-Fiqih
menjadi peraturan
yang di patuhi

-Memelihara Agama
-Menyelenggarakan
-Memelihara Jiwa
kehidupan masyarakat -Sebagai kepastian dan
Tujuan -Memelihara Akal
yang aman, tentram, keadilan Hukum
-Memelihar Keturunan
dan sejahtera
-Memelihara Harta

III. HUKUM PERDATA TERTENTU (HUKUM PERDATA ISLAM)

A. Kompilasi Hukum Islam sebagai sumber inpres No 1 Tahun 1991


Sebelum berlakunya kompilasi Hukum Islam di Indonesia maka sudah ada UU No 1 Tahun 1974
yang berlaku Universal sehingga menjadi Hukum Positif.
Berlakunya Kompilasi Hukum Islamsangat dibutuhkan bagi masyarakat yang beragama Islam
dalam menyelesaikan berbagai masalah Perdarta tertentu.
B. UU No 1 tahun 1974 hanya membahas perkawinan dan perceraian secara umum sedangkan
Kompilasi Hukum Islam membahas persoalan selain perkawinan dan perceraian yang bersumber
dari Al-Qur’an, Hadis dan Fiqih.
C. Isi Kompilasi Hukum Islam terdiri dari 229 Pasal
I. Ketentuan Umum (Pasal 1)
II. Dasar-dasar Perkawinan (Pasal 2-10)
III. Peminangan (Pasal 11-13)
IV. Rukun dan Syarat Perkawinan (Pasal 14-29)
V. Mahar (Pasal 30-38)
VI. Larangan Kawin (Pasal 39-44)
VII. Perjanjian Perkawinan (Pasal 45-52)
VIII. Kawin Hamil (Pasal 53-54)
IX. Beristri Lebih dari 1 Orang (Pasal 55-59)
X. Pencegahan Perkawinan (Pasal 60-69)
XI. Batalnya Perkawinan (Pasal 70-76)
XII. Hak dan Kewajiban Suami Istri (Pasal 77-84)
XIII. Harta Kekayaan dalam Perkawinan (Pasal 85-97)
XIV. Pemiliharaan Anak (Pasal 98-106)
XV. Perwalian (Pasal 107-112)
XVI. Putusmya Perkawinan (Pasal 113-148)
XVII. Akibatnya Putusnya Perkawinan (Pasal 149-162)
XVIII. Rujuk (Pasal 163-169)
XIX. Masa Berkabung (Pasal 170)

D.PERBANDINGAN UU NO 1 TAHUN 1974 DENGAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

Perbandingan UU No 1Tahun 1974 Kompilasi Hukum Islam


-Pasal 1: Perkawinan ialah -Pasal 2: Perkawinan menurut
ikatan lahir dan batin antara Hukum Islam adalah
seorang pria dan wanita dengan pernikahan yaitu akad yang
tujuan membentuk keluarga sangat kuat atau miitsaaqan
Dasar Perkawinan
yang bahagia dan kekal gholiidhan untuk mentaati
berdasarkan Ketuhanan Yang perintah Allah dan
Maha Esa. melaksanakannya merupakan
ibadah.
-Bertujuan untuk membentuk -Pasal 3: Perkawinan bertujuan
keluarga bahagia untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, warohma.
Tujuan Perkawinan

-Materil Pasal 2 (ayat 1): -Materil Pasal 4: Perkawinan


Perkawinan adalah sah apabila adalah Sah apabila dilakukan
dilakukan menurut Hukum menurut Hukum Islam
masing-masing agamanya dan -Yuridis Formil Pasal 5-6
kepercayaannya itu
Syarat Sah Perkawinan -Yuridis Formil Pasal 2 (ayat
2): Tiap-tiap Perkawinan
dicatat menurut peraturan
Perundang-undangan yang
berlaku
Larangan Perkawinan -Menyesuanikan Agama -Harus di Sosialisasikan

E. PASAL 7
1) Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatatan
nikah
2) Dalam hal perkawinan yang tidak dapat dibuktikan dapat diajukan itsbat nikahnya
kepengadilan agama’
3) Itsbat nikah yang dapat diajukan kepengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan:
a) Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perkawinan
b) Hilangnya akte nikah
c) Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan
d) Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 dan
e) Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan
perkawinan menurut UU No.1 Tahun 1974.
4) Yang berhak mengajukan permohonan itsbat nikah iyalah suami atau istri, anak-anak
mereka, wali nikah dan pihak yang berkepentingan dengan perkawinan itu.

F. PEJANJIAN PERKAWINAN
1) Pencatatan perkawinan menurut UU No 1 Tahun 1974 pencatatan dilakukan dicatatan sipil
perjanjian tentang harta bawaan suami dan istri.
2) Perjanjian perkawinan dilakikan dikantor catatan sipil yaitu sebelul atau sesudah ijab kobul
atau pemberkatan pendeta.
3) Akibat Hukum dari perjanjian perkawinan maka seluruh harta bawaan suami menjadi milik
istri.

Anda mungkin juga menyukai