Sandus Revisi Yarti
Sandus Revisi Yarti
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belum ada pembagian yang jelas antara jenis dan tempat kerja dari
kegiatan pekerjaan formal dan informal. Sementara ini sektor informal dan
formal dibedakan karena ketidakberadaannya hubungan kerja atau kontrak
kerja yang jelas. Pada umumnya sifat pekerjaan informal hanya berdasarkan
perintah dan perolehan upah. Hubungan yang ada hanya sebatas majikan dan
buruh (tenaga kerja), dengan minimnya perlindungan K3. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu perlindungan tenaga kerja di
segala jenis kegiatan usaha, baik formal maupun informal. Kegiatan dan
penerapan K3 terhadap tenaga kerja di sektor formal, pada umumnya sudah
diterapkan dengan baik. Sedangkan penerapan di sektor informal belum
diketahui dengan baik. Kegiatan pekerjaan dan tempat kerja sektor informal
sangat banyak dan belum diklasifikasikan atas jenis usaha , jenis pekerjaan,
dan tempat kerja. Bila ditinjau dari ketiganya, nampaknya tidak jauh berbeda.
Namun bila dilihat kondisi tempat kerja dan Kesehatan Keselamatan Kerjanya
sangat berbeda. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara
semi-otomatis apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan
kecelakaan kerja.
B. Tujuan
A. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data dengan Observasi
Herdiansyah (2010:131) menyatakan bahwa: Inti dari observasi adalah
adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku
yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata,
dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Karena mensyaratkan
perilaku yang tampak, potensi perilaku seperti sikap dan minat yang masih
dalam bentuk kognisi, afeksi, atau kecenderungan perilaku tidak dapat
diobservasi. Selain itu, observasi haruslah mempunyai tujuan tertentu.
Pengamatan yang tanpa tujuan bukan merupakan observasi.
Untuk mendapatkan sejumlah data, peneliti melakukan observasi
partisipatif pada golongan partisipasi pasif dan observasi terus terang atau
tersamar. Masalah yang diobservasi pada penelitian ini adalah hal yang
berhubungan dengan kondisi karyawan dan kondisi lingkungan industri
Alumunium, serta beberapa aspek yang berpengaruh terhadap kecelakaan
kerja para karyawan. Observasi dilakukan pada tanggal 26 bulan Mei 2016
bertempat di Brongkol RT 97 Argodadi Sedayu, Bantul, Yogyaakarta.
Pencatatan hasil observasi dilakukan pada lembar observasi yang telah
disusun oleh peneliti.
2. Pengumpulan Data dengan Wawancara
Esterberg (Sugiyono, 2010) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu:
a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)
Wawancara ini digunakan apabila peneliti telah mengetahui informasi
yang akan diperolehnya oleh sebab itu instrumen penelitiannya telah
disiapkan yang berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dan alternatif
jawabannyapun telah disiapkan pula.
b. Wawancara Semiterstruktur (Semistructured Interview)
Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview,
dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas daripada wawancara
terstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk mengungkap permasalahan
lebih terbuka dengan cara minta pendapat dan ide-ide dari orang yang
diwawancarai.
c. Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)
Pada wawancara ini tidak menggunakan pedoman yang telah disusun
secara sistematis dan lengkap, namun hanya menggunakan garis-garis
besar permasalahan saja sebagai pedoman. Penelitian pendahuluan atau
penelitian yang lebih mendalam sering menggunakan wawancara model
ini.
Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara
takterstruktur. Wawancara ini memungkinkan peneliti mendapatkan
gagasan-gagasan dan jawaban yang bervariasi sehingga bisa mengungkap
suatu fenomena yang menjadi latar penelitian ini. Wawancara dilakukan
pada pemilik industri yang dilaksanakan hari dan taggal yang sama yaitu
pada 26 Mei 2016 bertempat disekitar ruang produksi industri. Hasil dari
wawancara berupa temuan-temuan dicatat pada lembar wawancara dan
disajikan berupa data-data yang diolah pada laporan ini.
Industri ini tidak memiliki syarat khusus bagi para warga yang
ingin bekerja di pabrik wajan. Semua warga diperkenankan bekerja
asal mau menuruti semua peraturan yang ada. Terdapat empat orang
pekerja yang semuanya adalah kaum adam. Dengan pembagian tugas
seperti satu orang pekerja dalam proses pembuatan cetakan wajan, satu
orang pekerja dalam proses pembuatan wajan, dan sisanya berada
dalam proses pembubutan wajan.
Adapun jam kerja para pegawai dimulai dari pukul 07.30 WIB
hingga pukul 15.00 WIB. Selama 8 jam bekerja para pegawai
mendapatkan 2 waktu untuk beristirahat diawali pada pukul 09.30
hingga pukul 10.00 untuk istirahat pertama, biasanya waktu istirahat
pertama ini digunakan pekerja untuk berkumpul sambil ngopi di
samping ruang produksi. Sedangkan istirahat kedua dilaksanakan pada
pukul 11.30 hingga pukul 12.30, pada jam istirahat kedua ini para
pekerja memanfaatkan waktunya untuk sholat dzhur dan makan siang.
Meskipun industri ini masih dalam industri informal dan masih skala
yang kecil, pemilik pabrik wajan ini tidak mengabaikan kesehatan para
pegawainya begitu saja. Jika terjadi kecelakaan kerja pada pegawai,
biasanya pegawai yang mengalami kecelakaan tersebut langsung
dibawa ke puskesmas terdekat. Namun apabila kecelakaan itu dengan
luka dan kondisi serius penanggung jawab industri langsung
membawa pegawainya ke rumah sakit.
D. Proses Produksi
4. Dibubut / dihaluskan.
Wajan yang sudah dicetak kemudian dibubut dengan
menggunakan mesin pembubut. Ini bertujuan agar wajan yang
dihasilkan rata. Kemudian di amplas sampai halus.
E. Bahan-Bahan
1. Alumunin
c. Jika pegawai tidak hati hati dalam bekerja cairan panas dapat
terkena anggota tubuh pegawai.
3. Pencetakan wajan
4. Pembubutan Wajan
5. Amplas Wajan
Proses ini dilakukan pegawai dengan berdiri, berdiri yang lama
dapat menyebabkan kelelahan anggota badan (kaki dan punggung).
2. Bahan
penyerap
bunyi dapat
digantungkan
untuk
menyerap
bunyi.
3. Dengan
menggilir
pekerja yang
bekerja
ditempat
kebisingan
tinggi.
4. Memakai alat
pelindung
diri untuk
kebisinga
seperti ear
plugs
(penyumbat
telinga) atau
ear muffs
(penutup
telinga)
2. Menggunakan
sarung tangan
pada saat
mengangkat
wajan yang
masih panas.
3. Kehati hatian
yang tinggi
perlu
diperhatikan,
sebab sekali
pegawai lalai
dalam
pekerjaanya
maka anggota
tubuh bisa
terpotong
pada saat
proses
pembubutan
KIMIA
Uap Pembakaran 1. Dapat 1. Menggunakan alat
Alumuniu Alumunium menyebabk pelindung diri seperti:
m Oksida an iritasi respirator udara
pada (masker babi),
.
anggota kacamata (googles),
tubuh yang sarung tangan
terkena. pekerja.
1. Pencahayaan Lokal
Pengukuran Titik
1 2 3 4 5
Ke 1 84,2 72,6 108,8 100,9 241,5
Ke 2 87,6 76,0 105,5 110,2 224,3
Ke 3 98,2 76,8 109,1 108,4 229,1
Jumlah 270 225,4 323,4 327,5 694,8
Rata-rata 90 75,1 107,8 109,16 231,6
3. Kebisingan
1. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 73,5 74,4 72,3 68,9 70,3 70,7 70,3 71,1 70,4 70,2
2 72,0 71,9 72,1 74,4 70,4 71,0 72,5 73,1 72,0 72,2
3 73,6 71,9 73,2 72,9 73,5 72,6 74,4 75,0 74,7 74,3
4 74,7 72,0 75,4 75,1 76,0 74,7 74,8 74,1 75,1 72,6
5 73,0 71,4 73,3 76,4 72,8 73,6 73,3 73,4 73,3 73,2
6 75,1 75,4 76,8 74,7 73,7 75,0 73,3 75,4 73,8 74,1
7 74,5 73,5 73,0 74,1 73,2 75,0 74,0 74,2 76,6 75,3
8 74,6 75,3 73,9 73,5 71,1 76,5 71,2 72,3 72,6 73,7
9 74,3 71,5 71,9 73,5 72,4 72,4 73,4 74,0 73,6 73,2
10 73,7 74,3 74,0 76,0 74,0 75,8 74,5 75,4 75,4 76,7
11 75,5 75,3 74,2 75,4 75,1 74,9 75,6 77,8 77,4 76,5
12 76,4 75,9 75,5 71,9 70,6 75,3 72,4 73,1 74,0 73,5
P1
L =X+( )xC
P 1+ P 2
77
= 70,5 + ( )x5
77+37
77
= 70,5 + ( )x5
144
= 70,5 + 0,67 x 5
= 73,85 dB
B. Faktor risiko lingkungan kerja
E. Ruang Bangunan
H. Pengolahan Limbah
Pengelolaan sampah domestic di industri Alumunium sudah
memenuhi syarat, dimana sampah domestic dibuang dan dibakar
serta tidak dikelola dengan baik. Sedangkan untuk limbah cair di
industri ini pada bagian pengolahan atau proses produksi tidak
menghasilkan limbah cair, namun penggunaan air dari kamar
mandi yang digunakan oleh para pekerja menghasilkan limbah cair
yang langsung disalurkan ke saluran pembuangan yaitu septictank.
Jadi tidak ada penanganan untuk limbah cair secara khusus.
Sedangkan limbah B3 yang ada dikelola dengan benar. Sampah B3
yang dihasilkan dapat dikumpulkan kemudian diolah kembali
sebagai bahan baku seperti wajan bekas dan panci bekas sehingga
tidak membahayakan bagi manusia maupun lingkungan.
I. Pencahayaan
L. Instalasi
1 Penyehatan lingkungan
60 30
luar/halaman
2 Ruang bangunan 60 15
6 Pencahayaan 60 100
10 Pengendalian vektor
70 28
penyakit
11 Instalasi 70 50
12 Pemeliharaan toilet 50 50
A. Kesimpulan
B. Saran
http://repository.upi.edu/9948/4/t_pkkh_0908265_chapter3(1).pdf