Anda di halaman 1dari 68

Petunjuk Praktikum

Petunjuk Praktikum TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK

ii Dr. Ir. Lalu Ahmad Zaenuri, M.Rur.Sc.


Petunjuk Praktikum

Dr. Ir. Lalu Ahmad Zaenuri, M.Rur.Sc.

Mataram University Press


Judul:
Petunjuk Praktikum
TEKNOLOGI
REPRODUKSI
TERNAK

Penulis:
Dr. Ir. Lalu Ahmad Zaenuri, M.Rur.Sc.

Layout:
Tim Mataram University Press

Design Sampul:
Tim Mataram University Press

Design Isi:
Baiq Septina Astriani, SH

Penerbit:
Mataram University Press
Jln. Majapahit No. 62 Mataram-NTB
Telp. (0370) 633035, Fax. (0370) 640189, Mobile Phone +6281917431789
e-mail: upt.mataramuniversitypress@gmail.com website:
www.uptpress.unram.ac.id.

Cetakan Pertama, Oktober 2018

Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Petunjuk Praktikum TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK
= Dr. Ir. Lalu Ahmad Zaenuri, M.Rur.Sc.=
Pustaka Bangsa, 2018
60 + xiv hlm. 15,3 cm x 23,5 cm
ISBN: Proses

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak, sebagian atau


seluruh isi buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, tanpa izin penulis dan
penerbit.
KATA PENGANTAR

Buku Petunjuk Praktikum Teknologi Reproduksi


Ternak ini merupakan salah satu luaran penelitian
MP3EI tahun Anggaran 2016 – 2018 yang difasilitasi oleh
Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
Untuk itu penyusun menyampaikan terima kasih kepada
Kemenristek Dikti yang telah membiayai penelitian dan
penyusunan buku ini.
Materi Praktikum ini disusun berdasarkan materi
pokok yang tertuang didalam Buku Ajar mata kulliah
Teknologi Reproduksi Ternak dan diharapkan mahasiswa
sudah membaca bahan praktikum ini sebelum mengikuti
praktikum, sehingga pada saat pelaksanaan praktikum
dapat berjalan dengan mudah dan lancar. Buku
petunjuk ini disusun dengan format sangat ringkas dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu diharapkan
masukan untuk perbaikan bahan kuliah ini.
Mudah mudahan buku petunjuk praktikum ini
dapat memudahkan mahasiswa untuk mengikuti dan
memahami materi kuliah Ilmu Reproduksi Ternak secara
lebih komprehensip.

Mataram, Oktober 2018


Penulis,
ttd
Dr. Ir. Lalu Ahmad Zaenuri, M.Rur.Sc.
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN SAMPUL.................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR..............................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................xi
PERSYARATAN MENGIKUTI PRAKTIKUM...............................1
TATA TERTIB PRAKTIKUM................................................................3
BAB I. ACARA PRAKTIKUM PENAMPUNGAN
SEMEN 7
A. Pendahuluan 7
B. Tujuan Praktikum------------------------------8
C. Bahan dan alat praktikum--------------------8
D. Cara kerja penampungan
menggunakan vagina tiruan (VT)------------9
1. Pada ternak kecil (Kambing dan
Domba) 9
2. Cara kerja penampungan
menggunakan Elekto Ejakulator-------13
3. Proses dan data yang perlu dicatat
sebagai bahan laporan-------------------15
4. Penampungan semen menggunakan
VT Pada ternak besar (sapi dan
kerbau) 17
5. Proses dan data yang perlu dicatat
sebagai bahan laporan-------------------22
E. Referensi 23
BAB II. ACARA PRAKTIKUM PENILAIAN
SEMEN SECARA MAKROSKOPIS----------------24
A. Pendahuluan 24
B. Tujuan Praktikum----------------------------25
C. Bahan dan alat praktikum------------------25
D. Cara kerja 25
E. Referensi 28
BAB III. ACARA PRAKTIKUM PENILAIAN
SEMEN SECARA MIKROSKOPIS----------------29
A. Pendahuluan 29
B. Tujuan Praktikum----------------------------30
C. Alat dan bahan praktikum------------------30
D. Cara kerja 30
1. Motilitas massa spermatozoa-----------30
2. Motilitas individu--------------------------31
3. Menghitung konsentrasi spermatozoa
per ml 32
E. Referensi 36
BAB IV. MENGHITUNG VIABILITAS DAN
MORFOLOGI SPERMATOZOA-----------------37
A. Pendahuluan 37
B. Tujuan Praktikum-----------------------------38
C. Bahan dan alat praktikum-------------------39
D. Cara kerja 39
1. Membuat pewarna spermatozoa--------39
2. Menghitung Viabilitas-------------------39
3. Menghitung morfologi--------------------41
4. Catat hasilnya pada lembar kerja
sesuai pengamatan dibawah
mikroskop 43
E. Referensi 43

BAB V. ACARA PRAKTIKUM MENILAI


INTEGRITAS PLSMA MEMBRAN
SPERMATOZOA-----------------------------------44
A. Pendahuluan 44
B. Tujuan Praktikum----------------------------45
C. Bahan dan alat praktikum------------------45
D. Cara kerja 45
1. Membuat larutan HOS-------------------45
2. Penilaian integritas plasma
membran spermatozoa-----------------46
3. Catat hasilnya pada lembar kerja
sesuai pengamatan dibawah
mikroskop 47
E. Referensi 47
BAB VI. ACARA PRAKTIKUM MEMBUAT
PENGENCER DAN PENGENCERAN
SEMEN----------------------------------------------49
A. Pendahuluan 49
B. Tujuan Praktikum----------------------------50
C. Bahan dan alat praktikum------------------50
D. Cara kerja 51
1. Membuat larutan penyanggah--------51
2. Membuat Sediaan kuning telur
dan pengencer tris kuning telur------52
3. Pengenceran semen-----------------------53
4. Cara Pengenceran (konsentrasi
100 juta/ml pengencer)------------------54
5. Catat semua data yang diperoleh
pada lembar kerja, tunjukkan
kepada teknisi Laboratorium dan
ditanda tangani, dilampirkan
pada laporan akhir-----------------------55
E. Referensi 55
Petunjuk Praktikum TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK

DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1.1. Vagina buatan: 1. Selongsong
vagina buatan, 2. Inner liner, 3.
Gelang pengikat inner liner, 4.
Karetpenghubung selongsong
v.buatan dengan gelas......................................9
Gambar 1.2. Vagina tiruan untuk kambing....................10
Gambar 1.3. Proses penampungan semen
kambing...............................................................12
Gambar 1.4. Contoh semen kambing hasil
penampungan menggunakan vagina
buatan, Warna dan volumenya
berbeda (Dok. Pribadi)..................................13
Gambar 1.5. Elektro ejakulator dan Probe Untuk
sapi dan kambing............................................15
Gambar 1.6. Proses penampungan semen
menggunakan elektro ejakulator pada
kambing (kiri) dan Rusa (kanan). .17
Gambar 1.7. Seperangkat vagina buatan untuk
sapi.........................................................................18

viii Dr. Ir. Lalu Ahmad Zaenuri, M.Rur.Sc.


Petunjuk Praktikum TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK

Gambar 1.8. Pejantan dibiarkan naik ke


punggung betina beberapa kali
untuk meningkatkan libidonya
(atas), ujung penis diarahkan ke
lubang VT dan biarkan didalam VT
sampai ternak menariknya sendiri
(tengah) dan bawah semen hasil
penampungan (Tararua Breeding
Centre, New Zealand. Dok. Pribadi,
2017).....................................................................21
Gambar 1.9. Contoh semen sapi hasil
penampungan menggunakan
Vagina Tiruan, volume 10 ml
dengan warna putih susu atau crem
(kiri), volume 1,5 ml warna bening
(kanan).................................................................22
Gambar 3.1. Dari atas ke bawah:
Haemocytometer, haemocytometer
dengan pembesaran 10x10, Empat
kotak besar ditentukkan secara
diagonal ditambah satu kotak di
pojok kiri bawah atau kanan atas,
cara menghitung spermatozoa
(Adaptasi dari Toelihere, 1985)...................33
Gambar 4.1. Spermatozoa hidup tidak menyerap
warna sehinggaberwarna putih atau
transparan sebaliknya spermatozoa
mati menyerap warna sehingga
berwarna merah (Dok. Pribadi)...................41
Gambar 4.2. Berbagai karakteristik kelainan
morfologi spermatozoa..................................42
Gambar 5.1. Spermatozoa dengan membran utuh
(ekor melingkar) dan membran
rusak (ekor lurus)..............................................46

x Dr. Ir. Lalu Ahmad Zaenuri, M.Rur.Sc.


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Konsentrasi spermatozoa sesuai


skor kekentalan dan warna semenError! Bookmark no
Tabel 6.1. Komposisi bahan pengencer dasarError! Bookmark no
Tabel 2.1. Konsentrasi spermatozoa sesuai
skor kekentalan dan warna semen.........27
Tabel 6.1. Komposisi bahan pengencer dasar..........51
PERSYARATAN MENGIKUTI PRAKTIKUM

1. Sebelum pelaksanaan praktikum, dosen atau Tenaga Teknis

akan memberikan asistensi atau kuliah khusus persiapan

pelaksanaan praktikum

2. Mahasiswa yang berhak mengikuti praktikum adalah

mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Teknologi

Rerodusi Ternak dan sudah lulus ujian asistensi

3. Mahasiswa yang tidak mengikuti assistensi atau ujian

asistensi atau keduanya tidak berhak mengikuti praktikum

4. Untuk mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum, nilai

akhir untuk mata kuliah Teknologi Reproduksi Ternak

tidak akan dikeluarkan sampai mahasiswa yang

bersangkutan telah menyelesaikan praktikum

5. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum karena alasan

sakit, harus melampirkan surat keterangan sakit dari

Dokter
Petunjuk Praktikum TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK

6. Mahasiswa yang tidak lulus mata kuliah Teknologi

Reproduksi Ternak dan karenanya harus mengulang pada

semester berikutnya, harus mengikuti semua kegiatan

praktikum sama seperti mahasiswa lainnya yang baru

memprogramkan mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak.

2 Dr. Ir. Lalu Ahmad Zaenuri, M.Rur.Sc.


TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikan harus mengenakan baju praktikum warna putih

lengan pendek atau lengan panjang

2. Sebelum praktikum dimulai, semua praktikan harus

mengisi dan mennda tangani blanko peminjaman alat

praktikum yang akan digunakan

3. Setelah praktikum selesai, paktikan harus membersihkan

dan mengembalikan semua peralatan praktikum yang

dipinjamnya. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan alat

praktikum maka kelompok praktikan harus bertanggung

jawab untuk mengganti kehilangan atau kerusakan

tersebut.

4. Jika kerusakan atau kehilangan tersebut tidak diperbaiki

atau diganti, maka nilai mata kuliah Teknologi Reproduksi

Ternak untuk seluruh anggota kelompok praktikan yang

merusak atau menghilangkan peralatan praktikum tidak


akan dikeluarkan sampai perbaikan atau penggantian

peralatan tersebut sudah diselesaikan.

5. Semua praktikan harus menjaga ketertiban, keamanan dan

kenyamanan selama pelaksanaan praktikum

6. Setiap praktikan harus mengikuti semua petunjuk atau cara

kerja yang tertuang ddalam buku petunjuk praktikum,

didampingi oleh dosen pengampu, assisten dosen atau

tenaga teknis yang ditunjuk oleh Fakultas.

7. Lembar kerja praktikum harus diisi oleh setiap praktikan

untuk diserahkan dan ditanda tangani oleh dosen

pengampu atau assisten dosen setelah praktikum selesai.

8. Laporan praktikum harus mengikuti sistimatika yang telah

ditentukan serta melampirkan lembar kerja yang sudah

ditanda tangani dosen pengampu atau assisten dosen, ditik

1,5 spasi, font 11, huruf Arial dan dijilid rapi.

9. Penyerahan laporan hasil praktikum paling lambat satu

minggu setelah praktikum selesai dilakukan.

10. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum karena alasan

sakit, harus menyerahkan surat keterangan sakit dari dokter

dan pelaksanaan praktikum susulan akan diatur kemudian

bersama dosen pengampu atau assisten dosen.

11. Selama praktikum diharapkan para praktikan melatih dan

memakai panca indera sebaik-baiknya, bekerja secara teliti,

rapi, bersih, memperhatikan sungguh-sungguh penjelasan


dosen atau teknisi, sehingga dapat memperoleh gambaran

yang jelas mengenai acara praktikum yang dilaksanakan

sesusi dengan dengan tujuan praktikum


BAB I
ACARA PRAKTIKUM
PENAMPUNGAN SEMEN

A. Pendahuluan

Yang dimaksud dengan semen adalah sekresi


kelamin jantan yang secara normal dienjakulasikan
kedalam saluran kelamin betina sewaktu konpulasi,
tetapi dapat pula ditampung dengan beberapa cara
untuk keperluan insenisasi buatan (IB). Garner dan
Hafez, 2008), menjelaskan, semen terdiri dari atas dua
bagian, yaitu spermatozoa (sel kelamin jantan) dan
plasma semen (cairan/medium semi glatinous basal
spermatozoa).

Semen bisa ditampung dengan berberapa cara atau


metode. Pada ternak besar seperti sapi, kerbau, kuda
dan ternak besar lainnya sapi bisa dilakukan dengan
metode masase, menggunakan vagina buatan dan elektro
ejakulator. Pada ternak keciil seperti kambing, domba,
rusa, babi bisa dilakukan menggunakan metode elekto
ejakulator dan vagina buatan (Evans dan Maxwell, 1987;
Partodihadjo, 1988).

Metode yang paling umum dipergunakan adalah


elektro ejakulator dan vagina buatan. Sebbagai bahan
praktikum akan dijelaskan dua cara tersebut yaitu
elektro ejakulator dan vagina buatan (Evands dan
maxwell, 1987; Toelihere, 1982).

B. Tujuan Praktikum

1. Mengenal dan mengetahui bahan dan alat yang


diperlukan untuk menampung semen sapi dan
kambing
2. Mengetahui cara mempersiapkan alat penampung
semen (Vagina tiruan dan elektro ejakulator)
3. Mengetahui dan bisa melakukan penampungan
semen
4. Mengetahui cara menangani semen segar supaya
tahan sampai proses selanjutnya.
5. Mengetahui cara memperlakukan pejantan yang akan
ditampung semennya

C. Bahan dan alat praktikum

a. Ternak kambing, domba, sapi atau kerbau jantan serta


ternak betina sebagai pemancing.
b. Seperangkat vagina buatan, Electro Ejaculator, Gelas
penampung, Air hangat, Vaseline, Mikroskop,
Termos (air hangat), Termometer, Kertas tissu,
Vaseline (V gel), Pompa tangan serta teaser/dummy
dan kandang jepit.

Gambar 1.1. Vagina buatan : 1. Selongsong vagina buatan, 2.


Inner liner, 3. Gelang pengikat inner liner, 4.
Karetpenghubung selongsong v.buatan dengan
gelas

D. Cara kerja penampungan menggunakan vagina


tiruan (VT)

1. Pada ternak kecil (Kambing dan Domba)

a. Persiapkan semua peralatan yang diperlukan yaitu


satu set vagina buatan beserta gelas penampungnya
serta alat dan bahan lain yang diperlukan (Gambar
1.2).

Gambar 1.2. Vagina tiruan untuk kambing

b. Isi VT dengan air hangat sampai penuh melalui lubang


angin yang sudah dipersiapkan. Tiupkan udara
melalui lubang angin sampai cukup kencang dan
ditutup erat.
c. Olesi lubang VT dengan vaselin secukupnya dan ukur
temperaturnya sekitar 470C. VT sudah siap
dipergunakan
d. Persiapkan tempat atau areal penampungan yang
teduh, dibawah pohon atau dibawah bangunan yang
terhindar dari matahari langsung. Bila perlu areal
sekitarnya disiram dengan desinfektan untuk
menghindari debu dan menjamin kebersihannya.
e. Bawa betina pemancing atau dummy kedekat
pejantana atau sebaliknya. Gunting bulu yang
terdapat pada ujung gland penis lalu bersihkan
dengan aquades. Biarkan pejantan menaiki betina
pemancing atau dummy berkali kali tetapi dicegah
jangan sampai pejantan penetrasi dan ejakulasi.
Tujuannya untuk meningkatkan volume dan kualitas
semen yang akan tertampung.
f. Posisi penampung sebaiknya disebelah kanan
pejantan, tangan kanan memegang VT dan mengarah
sesuai dengan arah penis. Setelah pejantan
mengalami ereksi secara sempurna, tangan kiri
memegang preputium sambil diarahkan memasuki
VT.
Gambar 1.3. Proses penampungan semen kambing

g. Ejakulasi akan terjadi 1 atau 2 detik setelah ujung


penis memasuki VT dan berlangsung selama kurang
lebih 0,3 detik yang ditandai dengan dorongan secara
tiba-tiba pinggul pejantan kedepan. Setelah itu
pejantan akan turun, VT juga ditarik segera dan
diajunkan pelan-pelan supaya semen terkumpul pada
gelas penampung.
h. Catat semua proses pelaksanaan penampungan mulai
dari persiapan vagina tiruan, lama waktu sejak
persiapan sampai ejakulasi serta indikator kualitas
semen secara makroskopis
Gambar 1.4. Contoh semen kambing hasil penampungan

menggunakan vagina buatan, Warna dan

volumenya berbeda (Dok. Pribadi)

2. Cara kerja penampungan menggunakan Elekto


Ejakulator

a. Disiapkan sumber listrik Elektro Ejakulator (EE)


b. Kambing dgn restraining (ditahan), dipegangi,
rebah pada salah satu sisi. Sedangkan pada sapi,
sebaiknya dilakukan dengan posisi berdiri.
c. Fleksura sigmoidea ditekan hingga glan penis
keluar.
d. Glan penis di pegang dengan membalut dengan
kain pembalut agar penis dapat dipegang dengan
tangan kiri dan glan penis tidak masuk ke
preputium
e. Gelas penampung digenggam dengan tangan
kanan agar hangat, ditempatkan didepan glan
penis
f. Probe EE di beri vaselin, dimasukkan pada
rektum, diperkirakan sampai pada ampula
g. Pangkal probe dipegang menjadi satu dengan
ekor, dan diangkat, sehingga probe mengarah
pada ampula
Gambar 1.5. Elektro ejakulator dan Probe Untuk sapi dan
kambing

h. Berikutnya elektro volt diputar, 5 detik, dan


istirahat 5 detik, selama 2 menit.
i. Semakin lama elektro volt dinaikkan hingga,
memberikan respon kontraksi otot bag belakang,
hingga semen dikeluarkan.

3. Proses dan data yang perlu dicatat sebagai bahan


laporan

a. Catat data ternak yang ditampung semennya


seperti umur, jenis atau bangsa ternak, berat
badan, lingkar scrotum,
b. Catat tempat penampungan, nama pemilik dan
frekuensi penampungan sesuai informasi dari
pemilik ternak
c. Uraikan secara singkat semua proses
penampungan semen mulai persiapan alat dan
bahan sampai semen tertampung.
d. Catatan Proses penampungan sesuai dengan yang
dilakukan pada saat pelaksanaan praktikum,
tidak boleh sama dengan petunjuk praktikum.
e. Buat catatan sementara dan harus diparaf atau
ditanda tangani oleh Laboran.
f. Laporan sementara tersebut harus dilampirkan
dilaporan akhir.
Gambar 1.6. Proses penampungan semen menggunakan

elektro ejakulator pada kambing (kiri)


dan Rusa (kanan)

4. Penampungan semen menggunakan VT Pada


ternak besar (sapi dan kerbau)

1. Proses penampungan semen pada sapi


menggunakan VT relatif sama dengan
penampungan semen pada kambing
2. Persiapkan semua peralatan yang diperlukan
yaitu satu set vagina buatan beserta gelas
penampungnya serta alat dan bahan lain yang
diperlukan (Gambar 1.6).

Gambar 1.7. Seperangkat vagina buatan untuk sapi

3. Isi VT dengan air hangat sampai penuh melalui


lubang angin yang sudah dipersiapkan. Tiupkan
udara melalui lubang angin sampai cukup
kencang dan ditutup erat.
4. Olesi lubang VT dengan vaselin secukupnya dan
ukur temperaturnya sekitar 40-420C. Olesi 3/4
bagian dalam VT dengan vaselin. VT sudah siap
dipergunakan
5. Persiapkan tempat atau areal penampungan yang
teduh, dibawah pohon atau dibawah bangunan
yang terhindar dari matahari langsung. Bila perlu
areal sekitarnya disiram dengan desinfektan
untuk menghindari debu dan menjamin
kebersihannya.
6. Bawa betina pemancing atau dummy kedekat
pejantana atau sebaliknya. Gunting bulu yang
terdapat pada ujung gland penis lalu bersihkan
dengan aquades. Biarkan pejantan menaiki betina
pemancing atau dummy berkali kali tetapi dicegah
jangan sampai pejantan penetrasi dan ejakulasi.
Tujuannya untuk meningkatkan volume dan
kualitas semen yang akan tertampung.
7. Posisi penampung sebaiknya disebelah kanan
pejantan, tangan kanan memegang VT dan
mengarah sesuai dengan arah penis. Setelah
pejantan mengalami ereksi secara sempurna,
tangan kiri memegang preputium sambil
diarahkan memasuki VT.
8. Ejakulasi akan terjadi 1 atau 2 detik setelah ujung
penis memasuki VT dan berlangsung selama
kurang lebih 0,3 detik yang ditandai dengan
dorongan secara tiba-tiba pinggul pejantan
kedepan. Setelah itu pejantan akan turun, VT juga
ditarik segera dan diajunkan pelan-pelan supaya
semen terkumpul pada gelas penampung.
9. Catat semua proses pelaksanaan penampungan
mulai dari persiapan vagina tiruan, lama waktu
sejak persiapan sampai ejakulasi serta indikator
kualitas semen secara makroskopis
Gambar 1.8. Pejantan dibiarkan naik ke punggung betina
beberapa kali untuk meningkatkan libidonya
(atas), ujung penis diarahkan ke lubang VT dan
biarkan didalam VT sampai ternak menariknya
sendiri (tengah) dan bawah semen hasil
penampungan (Tararua Breeding Centre, New
Zealand. Dok. Pribadi, 2017)
Gambar 1.9. Contoh semen sapi hasil penampungan
menggunakan Vagina Tiruan, volume 10 ml
dengan warna putih susu atau crem (kiri),
volume 1,5 ml warna bening (kanan).

5. Proses dan data yang perlu dicatat sebagai bahan


laporan

a. Catat data ternakyang ditampung semennya


seperti umur, jenis atau bangsa ternak, berat
badan, lingkar scrotum,
b. Catat tempat penampungan, nama pemilik dan
frekuensi penampungan sesuai informasi dari
pemilik ternk
c. Uraikan secara singkat semua proses
penampungan semen mulai persiapan alat dan
bahan sampai semen tertampung.
d. Catatan Proses penampungan sesuai dengan yang
dilakukan pada saat pelaksanaan praktikum,
tidak boleh sama dengan petunjuk praktikum.
e. Buat catatan sementara dan harus diparaf atau
ditanda tangani oleh Laboran.
f. Laporan sementara tersebut harus dilampirkan
dilaporan akhir.

E. Referensi

Evans, G. and W.M.C. Maxwell. 1987. Salomon’s


Artificial Insemination of Sheep and Goats.
Butterworth, Sydney, NSW, Australia: University
Press.
Garner, D.L., and E.S.E. Hafez. 2008. Spermatozoa and
seminal plasma. In: Reproduction in Farm Animal.
Hafez, B. And Hafez, E.S.E. 7th ed. Blackwell
Publishing. Australia. 96-109.
Salisbury dan VanDemark. 1985. FISIOLOGI
REPRODUKSI DAN INSEMINASI BUATAN PADA
SAPI. Penerbit Gadja Mada University Press.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.
Angkasa. Bandung
BAB II
ACARA PRAKTIKUM
PENILAIAN SEMEN SECARA
MAKROSKOPIS

A. Pendahuluan

Penilaian semen secara makroskopis adalah


penilaian pertama yang harus dilakukan untuk
menentukan layak atau tidak semen tersebut untuk
diproses lebih lanjut. Jika semen yang masih segar
tersebut tidak memenuhi syarat, maka tidak perlu
dilanjutkan untuk diproses lebih lanjut, baik untuk
diinseminasi, diproses menjadi semen cair apalagi semen
beku (Salisbury dan VanDemark, 1987; Evans dan
Maxwell,1987; Toelihere, 1985).

Cara dan aspek yang akan dinilai secara


mikroskopis akan dijelaskan berikut ini.
B. Tujuan Praktikum

a. Mengetahui cara penilaian kualitas semen secara


makroskopis
b. Bisa melakukan penilaian semen secara
makroskopis melalui beberapa indikasi yaitu :
volume, warna, motilitas, konsistensi, pH dan
warna.

C. Bahan dan alat praktikum

Semen segar yang baru ditampung menggunakan


elektro ejakulator atau vagina buatan, mikro pipet dan
kertas lakmus atau pH meter digital.

D. Cara kerja

Pemeriksaan makroskopis terhadap semen


(ejakulat) yang tertampung harus segera dilakukan
langsung ditempat penampungan. Semen diamati secara
langsung tanpa bantuan mikroskop atau secara visual
meliputi:

a. Warna
 Warna semen langsung bisa dilihat dan dinilai
pada tabung penampung.
 Warna semen yang normal adalah seperti air
susu atau agak krem.
 Kadang-kadang warna semen agak kekuningan
menandakan bahwa pakan yang diberikan
banyak mengandung riboflavin.
 Jika warnanya pink atau kemerahan berarti
semen bercampur darah, jika ada infensi pada
saluran reproduksi jantan maka semen akan
berwarna Kecoklaan dan jika baunya seperti
urine maka kemungkinan semen yang
tertampung bercampur dengan urin.
b. Volume
 Volumen semen bisa dilihat langsung pada
skala yang tertera pada gelas penampung atau
bisa menggunakan mikro pipet.
 Rata-rata volume semen kambing sekitar 0,8 –
2,5 ml. Rata-rata volumen semen sapi 6 – 12
ml.
 Volume semen tergantung dari antara lain
frekuenasi penampungan, keterampilan tenaga
teknis, umur pejantan seta kondisi kesehatan
pejantan.
7. Konsistensi atau tingkat kekentalan semen
ditentukan dengan cara menggoyang-goyangkan
tabung yang berisi semen. Jika gerakan
permukaan semen di dalam tabung lambat berati
konsistensinya kental, sebaliknya jika gerakan
semen dipermukaan tabung cepat berarti
konsistensinya encer. Semen encer tidak
memenuhi syarat untuk proses lebih lanjut.
contoh konsentrasi sperma kambing dan domba
berdasarkan konsistensinya/kekentalannya (Tabel
2.1).
8. Konsistensi semen bisa dinilai dengan cara
menggoyang-goyangkan semen didalam gelas
penampung
9. Mengukur keasaman semen dilakukan dengan car
mencelupkan ujung probe ph meter pada semen,
skalanya bisa dilihat pada angka yang tertera
pada pH meter tersebut. pH semen yang kambing
yang normal adalah 6,8 – 7,2

Tabel 2.1. Konsentrasi spermatozoa sesuai skor

kekentalan dan warna semen

Konsentrasi
skor Warna
spermatozoa
Kekentalan
Rata-rata range
5 Krem tua 5,0 5-5-6,0

4 Krem 4,0 3,5-4,5

3 Agak krem 3,0 2,5-3,5

2 Putih susu 2,0 1,0-2,5

1 Keruh 0,7 0,3-1,0

0 Bening 0 0

1. Catat semua indikator penilaian semen secara

makroskopis pada lembar kerja.


E. Referensi

Evans, G. and W.M.C. Maxwell. 1987. Salomon’s


Artificial Insemination of Sheep and Goats.
Butterworth, Sydney, NSW, Australia: University
Press.

Salisbury dan VanDemark. 1985. FISIOLOGI


REPRODUKSI DAN INSEMINASI BUATAN PADA
SAPI. Penerbit Gadja Mada University Press.

Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.


Angkasa. Bandung
BAB III
ACARA PRAKTIKUM
PENILAIAN SEMEN SECARA
MIKROSKOPIS

A. Pendahuluan

Penilaian semen secara mikroskopis adalah


penilaian lanjutan setelah penilaian secara makroskopis.
Seperti pada penilaian semen secara makroskopis,
penilaian secara mikroskopis juga sangat diperlukan
untuk menentukan layak atau tidak semen tersebut
untuk diproses lebih lanjut. Jika semen segar tersebut
secara mikroskopis tidak memenuhi syarat, maka tidak
perlu dilanjutkan untuk diproses lebih lanjut, baik
untuk diinseminasi, diproses menjadi semen cair apalagi
semen beku.

Penilaian semen dilakukan sesuai metode yang


dijelaskan oleh Ax et al. (2008) dan Evans dan Maxwell
(1987). Semen dievaluasi secara makroskopis segera
setelah penampungan meliputi : warna, volume,
konsistensi, keasaman dan mikroskopis meliputi
motilitas massa, motilitas progresif, morfologi, viabilitas
serta konsentrasi spermatozoa. Kemudian dilakukan
pemeriksaan lanjutan secara mikroskopis meliputi
integritas membran, status akrosom dan kapasitasi.

B. Tujuan Praktikum

a. Untuk memprediksi kualitas semen berdasarkan


motilitas massa dan motilitas individu
b. Untuk mengetahui konnsentrasi spermatozoa/ml
semen segar.

C. Alat dan bahan praktikum

Semen segar, tabung reaksi, NaCl fisiologis, NaCl


3%, objek glass, cover glass, mikroskop cahaya yang
dihubungkan dengan layar monitor

D. Cara kerja

1. Motilitas massa spermatozoa

a. Teteskan satu tetes semen segar ke atas glass


objek (tanpa cover glass) dan letakkan dibawah
mikroskop dengan pembesaran 100 atau 200
pada suhu yang dijaga konstan 37ºC.
b. Gerakan spermatozoa dalam satu kelompok
yang cendrung bergerak cepat secara bersama
atau berkelompok ke satu arah membentuk
gelombang tebal atau tipis.
c. Kriteria motilitas massa spermatozoa yaitu 0, +
sampai +++. Standar 58 minimal motilitas
massa spermatozoa yang memenuhi syarat
untuk diproses lebih lanjut adalah ++

2. Motilitas individu

a. Motilitas idividu spermatozoa diamati segera


setelah penampungan dan setelah pengenceran
b. campur semen satu tetes semen segar dengan 1
ml larutan NaCl fisiologis didalam tabung
reaksi, goyangkan pelan-pelan supaya homogen
b. Pengamatan motilitas individu dilakukan
menggunakan mikroskop cahaya pembesaran
400x dengan cara meneteskan satu tetes semen
diatas permukaan gelas objek ditutup cover
glass.
c. Motilitas individu ditentukan berdasarkan
kriteria sebagai berikut: 0% jika Spermatozoa
imotil atau tidak terlihat gerakan sama sekali,
50% jika spermatozoa bergerak ditempat, atau
bergerak melingkar dan kurang dari 50%
bergerak progresip, 50 - 80% jika spermatozoa
bergerak secara progresip dan membentuk
gerakam massal, 90% jika spermatozoa
bergerak sangat progresip dan terbentuk
gelombang tebal dan 100% jika gerakan sangat
progresip dan terbentuk gelombang seketika
terus menerus
d. Motilitas spermatozoa segar yang bisa diproses
lebih lanjut adalah jika motilitas individunya
minimal 70%

3. Menghitung konsentrasi spermatozoa per ml

a. Konsentrasi spermatozoa per unit volume (ml)


dihitung menggunakan haemocytometer thoma.

b. Siapkan larutan NaCl 3% dengan cara


melarutkan 1,5 gr NaCl ke dalam 50 ml
aquabides dan di homogenkan.
c. Gunakan mikro pipet untuk mengambil 10 μl
semen segar dan teteskan semen tadi ke dalam
tabung reaksi.
Dilihat dengan pembesaran 10 x 10, untuk melihat rata atau tidaknya
penyebaran sperma

Sperma yang1dihitung hanya yang


5 terdapat dalam 5 kotak.
2
Menggunakan pembesaran 10
x 45 3
5 4 B

Kepala sperma yang terpotong oleh garis sisi A dan


B dihitung. Yang terpotong oleh garis sisi C dan D tidak
dihitung

Gambar 3.1. Dari atas ke bawah: Haemocytometer,


haemocytometer dengan pembesaran
10x10, Empat kotak besar ditentukkan
secara diagonal ditambah satu kotak di
pojok kiri bawah atau kanan atas, cara
menghitung spermatozoa (Adaptasi dari
Toelihere, 1985)
d. Campur semen segar tadi dengan 1990 μl larutan
NaCl 3% yang berarti bahwa semen sudah
diencerkan 200x, homogenkan semen dan larutan
NaCl 3% dengan cara menggoyang-goyangkan
tabung pelan-pelan beberapa kali.
e. Ambil 2 μl sampel semen menggunakan mikro
pipet dan teteskan disisi gelas penutup
haemositometer.
f. Kemudian spermatozoa diamati menggunakan
mikroskop cahaya dengan pembesaran 400x.
Hitung spermatozoa pada 5 kotak besar yang
setiap kotaknya terdiri dari 16 kotak kecil
sehingga jumlah seluruh kotak yang dihitung
adalah 80 kotak kecil.
g. Catat jumlah spermatozoa pada 5 kotak besar.
konsentrasi spermatozoa per ml adalah jumlah
spermatozoa terhitung kalikan 107
Menghitung konsentrasi spermatozoa bisa juga
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Siapkan hemocytometer (Blood cell counter)
dan cover glass, hisap semen segar sampe
tanda 0,5 dgn pipet erythrocyt, bersihkan
ujungnya.
b. Selanjutnya, hisap pelarut (3% saline)
sampai mencapai tanda tanda 101,
goyangkan pipet hemocytometer pelan-
pelan membentuk angka delapan selama
kurang lebih setengah menit.
c. Buang 4-5 tetes campuran sperma dengan
pelarut melalui ujung pipet ke atas kertas
hisap. Tetseskan 1-2 tetes semen disisi
cover glass. 5-6 menit kemudian dihitung
dengan pembesaran 400x.
d. Hitung spermatozoa pada 5 kotak besar, 1
kotak = 16 kotak kecil, semua = 80 kotak
kecil. Catat jumlah Spermatozoa pada 5
kotak besar, lihat gambar dibawah ini.
e. Catat hasilnya pada lembar kerja sesuai
pengamatan dibawah mikroskop
Contoh cara menghitung
Jumlah spermatozoa terhitung = 450
Konsentrasi = 450x109=4,5x109 atau
4.500 juta=4,5 milyar/ml semen
Atau
Hitung 5 kamar (kotak)
1 kamar = 16 ruang kecil, 5 kamarx16 = 80 ruang kecil
Volume setiap ruang = 0,1mm3
PENGENCERAN = 20 kali
MAKA
a x 400/80x10x200 = 10.000
= a x 0,01 juta sperma/mm3
Atau a x 10 juta sperma/ml
E. Referensi

Ax, R.L., M.R. Dally, B.A. Didion, R.W. Lenz, C.C. Love. D.D.

Varner, B. Hafez and M.E. Bellin. 2008. Artificial

Insemination. In: Reproduction In Farm Animal. E.S.E.

Hafez and B. Hafez. (Edit). 7th ed. Blackwell Publishing.

Australia: 376-389.

Evans, G. and W.M.C. Maxwell. 1987. Salomon’s Artificial

Insemination of Sheep and Goats. Butterworth, Sydney, NSW,

Australia: University Press.


BAB IV
MENGHITUNG VIABILITAS
DAN MORFOLOGI
SPERMATOZOA

A. Pendahuluan

Viabilitas spermatozoa berhubungan langsung


dengan motiltas. Jika motilitasnya rendah maka
viabilitasnya pasti rendah dan sebaliknya. Spermatozoa
dengan viabilitas rendah, daya fertilitas juga rendah.

Demikian juga dengan morfologi atau bentuk


spermatozoa atau normal dan abnormal spermatozoa.
Spermatozoa yang bentuknya atau morfologinya tidak
normal tidak bisa membuahi ovum. Jika persentase
spermatozoa dengan morfologi tidak normal tinggi,
tidaak pperlu diproses lebih lanjut. Jadi viabilitas dan
morfologi adalah indikator makroskopis yang sangat
penting untuk
menentukan layak atau tidaknya spermatozoa untuk
diproses lebih lanjut.

Secara morfologis spermatozoa terdiri dari kepala,


badan dan ekor. Bagian ekor terdiri dari leher, tengah,
utama dan bagian ujung. Secara fungsional spermatozoa
memiliki nukleus atau payload yang mengandung
genom, flagela atau propeller sebagai sarana penggerak,
selubung mitokondria sebagai mesin pembakaran,
akrosom sebagai tanda pengenalan dan penetrasi Oosit
(Tournaye, 1994). Total panjang spermatozoa kambing
dan domba sekitar 60 mikron (60 µm), panjang serta
lebar dan tebal kepalanya berturut-turut 8 - 10 µm, 4 µm
dan 1 µm (Evans dan Maxwell, 1987), masing-masing
bagian mempunyai fungsi yang spesifik (Garner dan
Hafez, 2008; Tournaye, 1994).

B. Tujuan Praktikum

a. Untuk mengetahui bahan dan cara membuat


pewarna eosin negrosin untuk pengecatan
spermatozoa yang akan dipergunakan untuk
menilai viabilitas dan morfologi spermatozoa
b. untuk mengetahui jumllah spermatozoa mati dan
hidup (viabilitas) per ml semen segar
c. Untuk mengetahui cara menghitung jumlah
spermatozoa normal dan abnormal (morfologi)
C. Bahan dan alat praktikum

Pewarna eosin nigrosin, aquades, tabung reaksi,


kompor listrik, magnetic steerer dan timbangan digital

D. Cara kerja

1. Membuat pewarna spermatozoa

a. Eosin-aniline biru : 1 gr eosin (mengandung 88%


zat warna) dan 4 gr analine biru, dilarutkan dalam
100 ml M/8 phospat buffer. Buffer hospate. M/8
biasanya terdiri atas : 90,4 ml Na2phospate (bi
natrium phospate) M/8 dan 19,6 ml K phospate
(mono kalium phospate). Campur dan masukkan
dalam botol coklat, disimpan dalam lemari es untuk
janga waktu lama
b. Nigrosin-Eosin-Citrate : 1 gr eosin B, 5 gr nigrosin,
25 gr Na citrat, 100 ml aquadest

2. Menghitung Viabilitas

a. Pengamatan viabilitas dilakukan menggunakan


teknik pewarnaan diferensiasi preparatulas yang
diwarnai eosin-negrosin.
b. Teteskan satu atau dua tetes semen sampel pada
pinggir gelas obyek, kemudian teteskan satu atau
dua tetes zat warna eosin di atas semen yang sudah
di teteskan sebelumnya. homogenkan semen
dengan eosin secara hati-hati menggunakan ujung
mikro pipet
c. Letakkan ujung gelas obyek yang lain di atas
campuran semen dan eosin, tarik sedikit ke
belakang sehingga campuran semen dan eosin akan
menyebar merata pada ujung gelas obyek,
miringkan gelas obyek 45º kemudian dorong gelas
obyek tadi ke depan sehingga akan menghasilkan
preparat oles yang merata pada seluruh permukaan
gelas obyek, kemudian dikeringkan.
d. Setelah kering, spermatozoa dievaluasi
menggunakan mikroskop cahaya yang
dihubungkan dengan monitor dengan pembesaran
400x. Spermatozoa yang mati akan menyerap
warna sehingga akan berwarna ungu sedangkan
spermatozoa yang hidup tidak menyerap warna
sehingga tidak berwarna (transparan).
e. Cara menentukan viabilitas spermatozoa adalah
menghitung spermatozoa mati dan hidup beberapa
lapang pandang dibawah mikroskop menggunakan
hand counter sampai berjumlah 200. Viabilitas
spermatozoa adalah jumlah spermatozoa hidup
dibagi 200 x 100%.

Dari 200 SPERMA TERHITUNG, BERAPA %


spermatozoa berwarna MERAH dan berapa % TIDAK
berwarna MERAH. Jika sperma berwarna MERAH
berjumlah 25 berarti 25% dari seluruh konsentrasi
spema adalah sperma mati da sisanya 75% adalah
sperma hidup

Gambar 4.1. Spermatozoa hidup tidak menyerap warna


sehinggaberwarna putih atau transparan
sebaliknya spermatozoa mati menyerap
warna sehingga berwarna merah (Dok.
Pribadi)

3. Menghitung morfologi

a. Spermatozoa abnormal dibedakan menjadi 5


kategori yaitu : tidak ada ekor, kelainan pada
kepala spermatozoa, kelainan bentuk ekor, kelainan
bentuk ekor dengan adanya sitoplasmik droplet
pada bagian proksimal dan terakhir bentuk
abnormal pada ekor dengan distal droplet.
b. Preparat yang digunakan sama dengan preparat
untuk menghitung sperma hidup dan sperma mati
(viabilitas).
c. Hitung sperma normal menggunakan hand counter
ditangan kiri dan spermatozoa abnormal ditangan kanan
sampai jumlah sperma terhitung di tangan kiri dan
tangan kanan berjumlah 200.
d. Ciri atau karakteristik morfologi
spermatozoa seperti Gambar 4.2

Gambar 4.2. Berbagai karakteristik kelainan morfologi


spermatozoa

Dari 200 SPERMA TERHITUNG,Berapa % sperma


NORMAL dan berapa % TIDAK NORMAL dengan cirri
khas masing-masing seperti contoh gambar 4.2. dia atas
kemudian dihitung dengan rumus yang sama dengan
viabilitas spermatozoa.
4. Catat hasilnya pada lembar kerja sesuai
pengamatan dibawah mikroskop

E. Referensi

Evans, G. and W.M.C. Maxwell. 1987. Salomon’s Artificial

Insemination of Sheep and Goats. Butterworth, Sydney,

NSW, Australia: University Press.

Garner, D.L., and E.S.E. Hafez. 2008. Spermatozoa and seminal

plasma. In: Reproduction in Farm Animal. Hafez, B.

And Hafez, E.S.E. 7th ed. Blackwell Publishing.

Australia. 96-109.

Tournaye, H. 1994. The effect of pentoxifilin on sperm function

and embryonic development and its use in the treatment

of male factor infertility. Thesis. Vrije Universiteit

Brussel, Belgium.
BAB V
ACARA PRAKTIKUM MENILAI
INTEGRITAS PLSMA
MEMBRAN SPERMATOZOA

A. Pendahuluan

Keutuhan membran dan viabilitas spermatozoa


adalah syarat utama untuk terjadinya fertilisasi (Mocé
dan Graham, 2008). Integritas plasma membran
spermatozoa perlu dievaluasi karena sangat menentukan
keberhasilan proses fertilisasi melalui kemampuannya
berinteraksi dan menempel pada cumulus oophorus
(Pawar dan Kaul, 2011; Uysal et al., 2006; Uysal dan
Kormaz, 2004; Rodrigues-Matrinez, 2003). Secara
fisiologis integritas membrane spermatozoa berperan
pada berbagai proses fisiologis yang sangat vital pada
spermatozoa, termasuk melindungi dan
mempertahankan motilitas spermatozoa di dalam
saluran reproduksi betina, kapasitasi dan fertilisasi
(Mocé dan Graham, 2008) sehingga, keutuhan membran
adalah salah satu indikator yang menentukan tingkat
fertilitas spermatozoa (Mocé dan Graham, 2008;
Zamfirescu et al., 2003).

B. Tujuan Praktikum

a. Mengetahui bahan dan cara membuat larutan


HOS
b. Mengetahui cara menghitung spermatozoa yang
membrannya masih utuh menggunakan metode
hypo osmotic sweeling test (HOST)

C. Bahan dan alat praktikum

Semen sebag atau semen cair, mikroskop yang


terhubung dengan layar monitor, natrium sitrat (2H2O),
13,52 g fruktosa dilarutkan dalam 1000 ml aquabides

D. Cara kerja

1. Membuat larutan HOS

Persiapan dan cara kerja pemeriksaan integritas


membran spermatozoa dilakukan seperti dijelaskan
Susilawati (2011) yang merupakan modifikasi dari
beberapa referensi sebagai berikut. Pertama, 1 ml
larutan hipoosmotik 150 m osmol (7,35 g natrium sitrat,
2H2O), 13,52 g fruktosa dilarutkan dalam 1000 ml
aquabides) dan masukkan ke dalam tabung reaksi. Stok
larutan HOS disimpan didalam lemari pendingin sampai
digunakan (Ahmad et al., 2003; Jeyendran et al., 1984;
Susilawati, 2011).

2. Penilaian integritas plasma membran spermatozoa

a. 1 ml larutan hipoosmotik 150 m osmol dimasukkan


ke dalam tabung reaksi.
b. Teteskan 0,1 ml semen ke dalam tabung reaksi
berisi larutan hipoosmotok tadi dan diinkubasi
pada suhu 37ºC selama 40 menit.
c. Setelah inkubasi, satu tetes semen sampel
diperiksa menggunakan mikroskop cahaya dengan
pembesaran 400x.

Gambar 5.1. Spermatozoa dengan membran utuh (ekor


melingkar) dan membran rusak (ekor lurus)
d. Perubahan yang akan terjadi adalah adanya
pembengkakan atau ekornya melingkar pada
bagian ujungnya.
e. Dua ratus spermatozoa dihitung untuk
karakteristik ekornya (melingkar) yang
mengidentifikasikan keutuhan plasma membrannya.

3. Catat hasilnya pada lembar kerja sesuai


pengamatan dibawah mikroskop

E. Referensi

Ahmad, Z., M. Anzar, M. Shahab, N. Ahmad and S.M.H.


Andrabi. 2003. Sephadex and sephadex
ionexchange filtration improves the quality and
freezability of low-grade buffalo semen ejaculates.
Theriogenology. 59: 1189-1202.
Jeyendran, R. S., H.H. Van Der Ven, M. P. Pelaez, B. G.
Crabo and L.J.D. Zaneveld. 1984. Development of
an assay to assess the functional integrity of the
human sperm membrane and its relationship to
other semen characteristics. J. Reprod. Fertil. 70:
219-228.
Pawar, K. and G. Kaul. 2011. Assessment of buffalo
(Bubalus bubalis) sperm DNA fragmentation using a
sperm chromatin dispersion (SCD) test.
Reproduction in Domestic Animals. doi:
10.1111/j.1439-0531.2011.01766.x.
Rodríguez-Martínez, H. 2003. Laboratory semen
assessment and prediction of fertility: still utopia?
Reprod Domest Anim. 38: 312-8.
Uysal, O., T. Korkmaz, I. Yavas and N.M. Bucak. 2006.
Evaluation by hypoosmotic swelling–eosine test of
cryopreserved bovine spermatozoa, Indian Vet. J.
83:557-559.
Uysal, O. and T. Korkmaz. 2004. Evaluation of
membrane integrity by hypo-osmotic swelling eosine
test in canine spermatozoa. Indian Vet. J. 81: 1229-
1231.
BAB VI
ACARA PRAKTIKUM
MEMBUAT PENGENCER
DAN PENGENCERAN
SEMEN

A. Pendahuluan

Pengenceran semen bertujuan untuk


memperbanyak volume dan mempertahankan daya
fertilisasi sebelum disemprotkan ke dalam saluran
kelamin betina pada saat birahi serta memperbanyak
jumlah betina yang bisa dibuahi dari satu ejakulat
dengan fertilitas yang relatif sama dengan kawin alam
(Hafez, 2008).

Pengenceran dan penyimpanan semen juga


bertujuan untuk menurunkan aktivitas metabolisme
yang berlebihan agar dapat memperpanjang waktu hidup
spermatozoa di dalamnya, bahan pengencer yang
digunakan hendaknya mampu menyediakan zat-zat
makanan sebagai sumber energi, mencegah stres dingin,
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan sebagai
buffer untuk mencegah perubahan pH akibat
terbentuknya asam laktat yang membahayakan
spermatozoa (Brackett et al., 1981; Hafez, 2008).

B. Tujuan Praktikum

a. Untuk mengetahui bahan dan cara membuat


larutan penyanggah
b. untuk mengetahui cara membuat beberapa jenis
bahan pengencer semen
c. Untuk mengetahui cara mengencerkan semen

C. Bahan dan alat praktikum

Tris (OHCH3) aminomethane, Asam citrat


monohidrat, Fruktosa, Sodium penicillin G,
Streptomycin, timbangan Ohaus, aquabides, hot plate,
tabung erlenmeyer, kuning telur, magnetic steerer,
kertas saring, kertas tissue (Salamon dan Maxwell,
1987).
D. Cara kerja

1. Membuat larutan penyanggah

a. Pembuatan pengencer semen dilakukan dalam tiga


tahap.
b. Tahap pertama, membuat pengencer dasar dengan
komposisi yaitu 3,786 g Tris dan 2,172 g asam
sitrat, masukkan ke dalam erlenmeyer dan
tambahkan 100 ml aquabides.
c. Semua bahan tadi dipanaskan dengan cara
meletakkan erlenmeyer di atas hot plate sampai
mendidih kemudian diangkat.
d. Setelah suhu bahan di dalam erlenmeyer turun
menjadi 37ºC tambahkan 0,06 g penisilin, 0,1 g
streptomycin dan 0,625 g fruktosa (Tabel 6.1),
dihomogenkan menggunakan magnetic stierring dan
simpan pada suhu 5ºC sampai saat digunakan.

Tabel 6.1. Komposisi bahan pengencer dasar


Komposisi Jumlah
Tris (OHCH3) 3,786 g
aminomethane
Asam citrat monohidrat 2,172 g
Fruktosa 0,625 g
Sodium penicillin G 0,06 g
Streptomycin 0,1 g
Aquabides Sampai volume
mencapai 100 ml
Sumber: Salamon dan Maxwell (1987)
2. Membuat Sediaan kuning telur dan pengencer tris
kuning telur

a. Telur segar umur 1 – 2 hari dibersihkan


cangkangnya dengan air hangat, kemudian
dicucihamakan dengan alkohol 70% lalu
dikeringkan menggunakan kertas tissu.
b. Pecahkan cangkangnya dan buang seluruh putih
terlurnya. Letakkan kuning telur diatas kertas
saring dan digelindingkan beberapa kali sampai
putih telurnya benar-banar habis.
c. Ambil kuning telur menggunakan mikro pipet
sesuai kebutuhan dan dicampur dengan bahan
pengencer yang sudah dibuat sebelumnya.
d. Penambahan kuning telur ke dalam pengencer
dilakukan beberapa saat sebelum pengenceran
dilakukan.
e. Untuk membuat 50 ml pengencer tris kuning telur
dilakukan dengann cara memasukkan 50 ml
larutan penyanggah tris kedalam tabung
Erlenmeyer. Selanjutnya ambil 2,5% larutan
penyanggah tris dari tabung tadi menggunakan
mikro pipet dan diganti dengan jumlah yang sama
(2,5%) kuning telur yang sudah dibuat
sebelumnya. Homogenkan selama 5 menit
menggunakan magnetic steerer. Pengencer tris
kuning telur sudah siap digunakan atau bisa
disimpan di lemari pendingin sampai saat
digunakan
3. Pengenceran semen

a. Semen yang layak diproses lebih lanjut adalah :


Volume yang tertera di skala gelas penampung :
0,8 – 2,5 ml. Aroma sperma kambing spesifik
(khas). Warna krem dan agak keruh, seperti
segelas susu milk. Konsistensi : tingkat kemoloran
0,5 cm. pH : 7,0. Gerakan masal >70% bergerak (+
+ dan +++). Gerakan individual >70% bergerak.
Konsentrasi spermatozoa 1,5 x 109/ml,
Spermatozoa hidup >70%, Spermatozoa abnormal
<20 %
b. Setelah semua syarat tersebut terpenuhi, semen
diencerkan dengan pengencer yang sudah
dipersiapkan.
c. Pengenceran dilakukan secara bertahap dengan
mencampur semen dengan pengencer sedikit demi
sedikit dan digoyangkan pelan-pelan supaya
homogen. Konsentrasi spermatozoa ditentukan
sesuai kebutuhan, misalnya 100 atau 200 juta/ml
d. Di rekomendasikan supaya semen encer dibiarkan
didalam water bath selama 30 menit sebelum
dimasukkan ke dalam kulkas supaya antibiotik
berfungsi secara maksimal.
e. Untuk mencegah stess dingin, tabung berisi semen
dimasukkan ke dalam water jacket yang sudah di
equilibrasi sehingga suhu semen akan turun
sedikit demi sedikit dari 30ºC menjadi 5ºC dalam
waktu 1 jam.
f. Cara lain adalah, tabung berisi semen perlakuan
dimasukkan kedalam beaker glass volume 200 ml
yang berisi 50 ml air suhu 18 – 21ºC, masukkan
ke dalam kulkas sehingga suhu semen di dalam
tabung akan turun secara gradual menjadi 5ºC
dalam waktu 1 jam.

4. Cara Pengenceran (konsentrasi 100 juta/ml


pengencer)

Contoh 1

% Motilitas Spz x
Frekuensi ⁼ Konsentrasi/ml x Vol. semen ⁼ X
Pengenceran 100 Juta

Jika volume semen segar 1 ml, maka 1/X = x ml


(semen segar) diencerkan di dalam 1 ml pengencer
sehingga konsentrasi spermatozoa per 1 ml pengecer
adalah 100 juta

Contoh 2:

Vol 2,5ml/12,6 (atau nilai X) = 0,20 ml, jadi semen


segar dilarutkan didalam 1 ml pengencer, maka setiap 1
ml pengencer mengandung 100 juta spz

Untuk IB konsentrasi spz/dosis = 100 juta

Motilitas 70%, Kosentrasi/ml 4,5 milyard, Vol semen 2,5 ml,


MAKA
((70% X 4,5 m)/2,5 ml))/(100 juta) = 1.260.000.000
/100.000.000 = 12,6
JADI 2,5 ml SEMEN SEGAR diencerkan menjadi
12,6 ml SEMEN ENCER
Jika dosis/IB = 0,25 ml, maka 12,6/0,25 = 50,6 kali atau
cukup untuk menginseminasi 50,6 ekor kambing

5. Catat semua data yang diperoleh pada lembar


kerja, tunjukkan kepada teknisi Laboratorium dan
ditanda tangani, dilampirkan pada laporan akhir

E. Referensi

Salamon, S., W.M.C. Maxwell and J.H. Firth. 1979. Fertility of

ram semen after storage at 50C. Anim. Rep. Sci. 2: 373-

385.

Salamon, S. and W.M.C. Maxwell. 1995. Frozen storage of ram

semen. II. Causes of low fertility after cervical

insemination and methods of improvement. Anim.

Reprod. Sci. 38:1-36.

Anda mungkin juga menyukai