Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KESULITAN BELAJAR MENULIS SISWA

Dosen Pengampu : Kinanti Dartanyan, M. Psi., Psikolog

Disusun Oleh:

Dewi Sri Rejeki Widodo 200101060832

Dwi Maulania Putri 200101060637

Febryana Agrainy 200101060711

Pratiwi Agustina Putri Lestari 200101060751

Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kesulitan Belajar Menulis
Siswa. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
dan kami juga mengucapkan terima kepada Ibu Kinanti Dartanyan, M. Psi., Psikolog selaku
dosen pengampu mata kuliah Diagnostik Kesulitan Belajar sehingga makalah kami dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita bersama
mengenai Kesulitan Belajar Menulis Siwa. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang
Kesulitan Belajar Menulis Siswa bermanfaat untuk dapat memberikan wawasan serta inspirasi
terhadap pembaca.

Kelompok 5

Banjar, 17 November 2021


KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 4
A. Latar Belakang .............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 6
A. Hakikat Menulis ............................................................................................ 6
B. Hakikat Kesulitan Belajar Menulis ............................................................... 7
C. Ciri-Ciri Disgrafia ......................................................................................... 10
D. Tahap Awal Pembelajaran Menulis Secara Umum ...................................... 11
E. Asesmen Kesulitan Belajar Menulis ............................................................. 13
F. Remediasi Kesulitan Belajar Menulis ........................................................... 14
G. Media Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan ............ 19
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi orang tua, anak adalah sebuah representasi keberhasilan keluarganya. Karena itu,
keberhasilan dalam belajar anaknya merupakan salah satu faktor penting dan diharapkan.
Keberhasilan belajar anaknya akan mampu mengembangkan konsep diri yang positif bagi anak.
Namun, bagi beberapa anak-anak berkesulitan belajar proses belajar tidak mudah, mereka
memiliki kendala yang datang dari dalam dirinya. Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok
kesulitan yang manifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar atau
kemampuuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan
oleh adanya disfungsi sistem saraf. Anak berkesulitan belajar adalah salah satu dari mereka yang
berada dalam kelompok anak berkebutuhan khusus (children with special needs). Mereka adalah
anak yang memiliki disfungsi minimum otak (DMO), sehingga menyebabkan tercampur aduk
sinyal-sinyal di antara indera otaknya atau terjadi gangguan di dalam sistem saraf pusat otak
(neurobiologist) yang menimbulkan gangguan berbagai perkembangan, misalnya gangguan
berbicara, berbahasa serta kemampuan akademik.
Secara umum, penanganan anak berkesulitan belajar memiliki tujuan untuk
membangkitkan kesadaran tentang dirinya, kemudian mengembangkan kelebihan dan
meminimalkan kesulitan/kekurangan dalam dirinya. Diperlukan upaya serius dan
berkesinambungan untuk melaksanakan penanganan anak berkesulitan belajar. Anak-anak
berkesulitan belajar, biasanya merasa frustrasi karena sering mengalami kegagalan dalam
menyelesaikan tugas atau pun langkah-langkah untuk diri sendiri.
Ada dua jenis kesulitan belajar (learning disabilities), yaitu yang
bersifat developmental dan yang bersifat akademis. Komponen utama dari developmental learning
disabilities adalah perhatian, memori, persepsi, dan kerusakan persepsi motori, selain kerusakan
berpikir dan kekurangan bahasa. Di dalam kelompok ini, sejumlah anak yang memiliki kesulitan
belajar khusus ( specific learning difficulty, SpLD) atau kesulitan belajar akademis dideskripsikan
sebagai mereka yang memiliki kesulitan dalam aspek bahasa, membaca, mengeja, dan matematika.
Meskipun fungsi inteligensinya normal dalam arti intelektual, mereka mengalami kesulitan yang
signifikan sekalipun tingkat kinerjanya secara umum baik.
Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam
lambang-lambang tulisan. Kegunaan kemampuan menulis bagi para siswa adalah utnuk menyalin,
mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas sekolah. Tanpa memiliki kemampuan untuk
menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan ketiga jenis tugas tersebut.
Banyak orang yang lebih menyukai membaca dripada menulis karena menulis dirasakan lebih
lambat dan lebih sulit. Meskipun demikian, kemampuan menulis sangat diperlukan baik dalam
kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Siswa memerlukan kemampuan menulis untuk
menyalin, mencatat, atau untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Dalam kehidupan masyarakat
orang memerlukan kemampuan menulis untuk keperluan berkirim surat, mengisi formulir, atau
membuat catatan.
Ada banyak beberapa definisi tentang menulis. Lerner mengemukakan bahwa menulis
adalah menuangkan ide-ide ke dalam suatu bentuk visual. Menulis adalah suatu aktivitas yang
mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata teintegrasi. Menulis juga terkait dengan
pemahaman bahasa dan kemampuan bicara. Menurut Tarigan bahwa menulis itu sebagai lambang-
lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan
bahasa yang sama dengan penulis tersebut.
Dari beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan:
a. Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.
b. Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide kedalam bentuk lambang-lambang
bahasa grafis.
c. Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hakikat Menulis ?
2. Apa Pengertian Hakikat Kesulitan Belajar Menulis ?
3. Bagaimana Ciri-Ciri Disgrafia ?
4. Bagaimana Tahap Awal Pembelajaran Menulis Secara Umum ?
5. Apa Saja Asesmen Kesulitan Menulis ?
6. Apa Saja Remediasi Kesulitan Belajar Menulis ?
7. Media Apa Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hakikat Menulis.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Hakikat Kesulitan Belajar Menulis.
3. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Disgrafia.
4. Untuk Mengetahui Tahap Awal Pembelajaran Menulis Secara Umum.
5. Untuk Mengetahui Asesmen Kesulitan Menulis.
6. Untuk Mengetahui Remediasi Kesulitan Belajar Menulis.
7. Untuk Mengetahui Apa Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Menulis
Proses belajar menulis melibatkan rentang waktu yang panjang. Proses belajar menulis tidak
dapat dilepaskan kaitannya dengan proses belajar berbicara dan membaca. Pada saat bayi
dilahirkan mereka telah menyadari adanya berbagai bunyi sekitarnya. Lama kelamaan bayi
menyadari bahwa bunyi-bunyi yang mereka keluarkan dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengemukakan keinginannya. Pada usia dua tahun, anak biasanya telah mampu berbicara dengan
menggunakan kalimat yang lebih panjang dan pada saat masuk SD anak telah mampu
menggunakan kalimat lengkap dalam percakapan.
Pada usia pra sekolah, anak mungkin pernah mendengarkan cerita yang dibacakan oleh
orangtua atau guru. Pada usia tersebut, anak juga melihat bahwa orang-orang dewasa memperoleh
berbagai informasi melalui membaca surat kabar, majalah, atau buku. Berdasarkan pengalaman
tersebut maka anak mulai menyadari perlunya kemampuan membaca. Pada awal anak belajar
membaca, mereka menyadari pula, bahwa bahasa ujaran yang biasa digunakan dalam percakapan
dapat dituangkan dalam bentuk lambang tulisan. Mulai saat itu, timbulah kesadaran pada anak
tentang perlunya belajar menulis. Dengan demikian proses belajar menulis terkait erat dengan
proses belajar berbicara dan membaca.
Banyak orang yang lebih menyukai membaca daripada menulis karena menulis dirasakan
lebih lambat dan lebih sulit. Meskipun demikian, kemampuan menulis sangat diperlukan baik
dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Para siswa memerlukan kemampuan menulis
untuk menyalin, mencatat, atau untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Dalam kehidupan
masyarakat orang memerlukan kemampuan menulis untuk keperluan berkirim surat, mengisi
formulir, atau membuat catatan.

Ada banyak definisi tentang menulis yaitu :

1. Lerner (1985 :413)


Menulis adalah menuangkan ide kedalam satu bentuk visual
2. Soemarmo Markam (1989 :7)
Menulis adalah mengugkapkan bahasa dalam bentuk symbol gambar. Menulis adalah suatu
aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan ,tangan, jari,dan mata secara
terintegrasi. Menulis juga terkait dengan pemahaman bahasa dan kemampuan bicara
3. Tarigan (1986 : 21)
Mendefinisikan menulis sebagai melukiskan lambang –lambang grafis dari bahasa yang
dipahami oleh penulisnya maupun orang – orang lain yang menggunakan bahasa yang
sama dengan penulis tersebut.
4. Hargrove dan Poteet (1984 : 239 )
Menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan
menggunakan symbol – symbol system bahasa penulisnya untuk keperluan komunikasi
atau mencatat.
Dari beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa :
- Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi
- Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambang-
lambang bahasa grafis
- Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi.

Proses belajar menulis pada hakikatnya merupakan suatu proses neurofisiologis. Russel dan
Wanda (1986:16-21) mengemukakan adanya pembagian otak ke dalam empat lobus

1. Lobus frontalis
Lobus frontalis terletak dibagian depan, dilindungi oleh tulang dahi. Fungsinya adalah
sebagai pusat pengertian, koordinasi motorik, dan yang berhubungan dengan watak dan
tabiat.

2. Lobus parietalis
Lobus perietalis terletak dibagian atas, dilindungi oleh tulang ubun-ubun. Fungsinya adalah
untuk menerima dan menginterpretasikan rangsangan sensoris, kinestetis, orientasi ruang,
penghayatan tubuh (body emage), dan taktil lobus temporalis terletak pada bagian samping,
dilindungi oleh tulang pelipis.

3. Lobus temporalis
Adapun fungsi lobus temporalis adalah sebagai pusat pengertian pembicaraan,
pendengaran, asosiasi pendengaran, memori, pengecap, dan penciuman.

4. Lobus occipitalis
Lobus occipitalis terletak dibagian belakang, dilindungi oleh tulang belakang kepala.
Fungsinya adalah sebagai penglihatan dan asosiasi penglihatan. Pada saat menulis akan
terjadi peningkatan aktivitas pada susunan saraf pusat dan bagian-bagian organ tubuh.
Rangsangan dari lingkungan diterima oleh alat indra, dan selanjutnya diteruskan ke
susunan saraf pusat melalui spinal ke cortex di daerah lobus occipitalis, lobus temporalis,
lobus parietali, dan lobus frontalis; kemudian kembali ke saraf-saraf spinal yang keluar dari
sumsum tulang belakang.

B. Hakikat Kesulitan Belajar Menulis


Dalam menulis sesuatu seseorang membutuhkan penglihatan yang cukup jelas,
keterampilan motorik halus, pengetahuan tentang bahasa dan ejaan, dan otak untuk
mengkoordinasikan ide dengan mata dan tangan untuk menghasilkan tulisan. Jika salah satu
elemen tersebut mengalami masalah maka menulis akan menjadi suatu pekerjaan yang sulit atau
tidak mungkin dilakukan. Gangguan ini berkaitan dengan berkurangnya atau hilangnya
kemampuan dalam menulis, sehingga tulisan yang dihasilkan sangat buruk dan hampir tidak dapat
dibaca.
Menurut Lerner (1985:402), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk
menulis:
 Motorik
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan, akan
kesulitan dalam menulis. Tulisannya tidak jelas, terputus-putus dan tidak mengikuti garis.
 Perilaku
Anak yang kesulitan dalam menulis akan menunjukkan perilaku yang mudah bosan dalam
belajar, karena ia kesulitan untuk mengekspresikan sesuatu.
 Persepsi
Jika persepsi visualnya yang terganggu, anak mungkin akan sulit membedakan bentuk-
bentuk huruf yang hampir sama seperti, d dengan b, p dengan q, h dengan n, atau m dengan
w.
Jika persepsi auditorisnya yang terganggu, maka anak akan kesulitan dalam menulis apa
yang dikatakan oleh guru.
 Memori
Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan menulis karena anak
tidak mampu mengingat apa yang akan dituis. Jika gangguan menyangkut ingatan visual,
maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata dan jika gangguan tersebut
menyangkut memori auditori maka anak akan mengalami kesulitan menulis kata-kata yang
baru saja diucapkan oleh gurunya.
 Kemampuan melaksanakan (cross modal)
Kemampuan ini menyangkut kemampuan mentransfer dan mengorganisasikan fungsi
visual ke motorik. Kemampuan ini dapat menyebabkan anak mengalami gangguan
koordinasi mata-tangan sehingga tulisan menjadi tidak jelas, terputus-putus atau tidak
mengikuti garis lurus.
 Penggunaan tangan yang dominan
Anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering terbalik-balik
dan kotor.
 Kemampuan memahami instruksi
Ketidakmampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis
kata-kata yang sesuai dengan perintah guru.

1. Visual Spatial (ruang penglihatan)


Lerner (1985: 413) menyatakan bahwa menulis adalah menuangkan ide-ide dalam bentuk
visual. Gangguan dalam mengolah informasi non verbal: pemahaman waktu, daya bayang ruang,
persepsi visual dan ingatan visual.
Cara belajar visual, yaitu belajar dengan cara melihat atau membaca, memahami materi lebih
baik dalam bentuk visual dibandingkan verbal (catatan tertulis, diagram, grafik, peta, gambar),
senang menggambar, membaca, menulis, mudah mengeja dan teratur.
Kiat belajar yang dapat diterapkan antara lain dengan menggunakan buku, film, komputer,
alat-alat visual dan kartu, menandai catatan penting dengan warna atau tanda visual lainnya,
menggunakan diagram, daftar, grafik atau menggunakan gambar dan ilustrasi, berwarna akan lebih
menarik serta melakukan pencatatan di kelas.
Jenis gangguan ini bisa membuat anak kesulitan memisahkan jarak antar kata dan
mengurutkan kata-kata secara logis di dalam kalimat.
Pemahaman visual juga dapat dengan cara:
a. Mengangkat baris
Artinya anak yang terganggu dalam ruang penglihatannya akan sulit menulis karena mereka tidak
dapat membedakan jarak antara baris satu dan baris selanjutnya. Maka jarak baris yang mereka
lihat harus diperjelas..
b. Memperbesar ruang
Mereka harus dilatih untuk mengatur jarak perbesaran ruang penglihatannya, dan melatih cara
membedakan huruf dengan memperjelas huruf.
c. Kertas grafik
Kertas grafik dapat memberikan latihan menulis kepada anak agar melatih visualnya.
Sementara itu, pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan membedakan
bentuk, ukuran, dan detailnya, sehingga anak menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.

2. Motorik halus (Fine motor)


Kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada motoris sehingga
tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat aktivitas motoriknya, dan juga
adanya hambatan pada ideo motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan
dengan yang ditulis.
Anak dengan disgrafia menemui kesulitan dalam menyusun kata serta mengkoordinasikan
gerak motorik halusnya untuk menulis. Beberapa cirinya antara lain adalah besar huruf tidak
konsisten, kesulitan memegang pensil, jarak antar huruf tidak sama, serta perbedaan mencolok
antara kemampuan menulis dan berbicara.

a. Pegangan
Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan cara bagaimana anak memegang pensil.
Ada empat cara anak berkesulitan menulis dalam memegang pensil:
 Sudut pensil terlalu besar
 Sudut pensil terlalu kecil
 Menggenggam pensil
 Menyeret pensil
 Memegang pensil dengan benar dengan cara bantuan sudut segitiga.
b. Kekerasan Diri
Anak yang dengan hambatan belajar terutama untuk kesulitan menulis seringkali memaksakan
dirinya untuk menulis. Cara motorik halusnya memegang pensil yang sulit maka akan membuat
mereka memaksakan diri.
c. kelelahan
Akibat dari anak terlalu memaksakan diri maka anak akan cepat merasa kelelahan. Oleh karena
itu, akan mempengaruhi perkembangan anak dan mereka akan bosan untuk menulis.

3. Proses Bahasa
Taringan (1986: 21) mengemukakan menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis
dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang
sama dengan penulisnya.
Masalah bahasa, yang mengakibatkan kesulitan dalam mengucapkan serta mengeja kata
dan memahami struktur kalimat. Cara belajar auditori, yaitu belajar dengan cara mendengarkan,
memahami materi lebih baik dalam bentuk lisan (seminar, diskusi, instruksi verbal, belajar
kelompok) dan mengerjakan tugas lebih baik dalam bentuk lisan, serta senang musik dan bahasa.
Proses bahasa sangat mempengaruhi anak dalam kesulitan menulis. Mereka tidak tahu apa
yang mereka tulis dan tidak dapat mencek dirinya sendiri dalam menulis.
Adapun cara-cara agar anak disgfaria dapat memproses bahasa untuk menulis :
 Pengolahan kata
 Suara untuk mencetak
 Oragan maju
 Kata kunci
 Rancangan atau mengedit

C. Ciri-Ciri Disgrafia
 Terdapat ketidakkonsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
 Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih tercampur.
 Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
 Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan
atau pemahamannya lewat tulisan.
 Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.
 Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan
yang dipakai untuk menulis.
 Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
 Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.

D. Tahap Awal Pembelajaran Menulis Secara Umum


Kegiatan menulis merupakan penyampaian pesan melalui simbol bunyi yang berbentuk
grafis. Menulis ialah komponen yang menentukan dan merupakan tujuan utama dalam program
pengembangan bahasa. Menulis merupakan aktivitas yang sangat kompleks, meliputi :
a. Penyampaian pesan dengan berbicara dan mendengarkan.
b. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi
c. Pemahaman tentang bentuk-bentuk simbol grafis melalui membaca
d. Koordinasi mata dan tangan untuk membentuk grafis yang melambangkan bunyi
e. Mampu mengekspresikan pesan dengan bahasa yang terstruktur.
f. Pesan yang terstruktur disampaikan lewat simbol grafis.

1. Menulis dengan Tangan atau Menulis Permulaan

Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar menulis tangan karena kemampuan ini
merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang lain. Kesulitan menulis
dengan tangan tidak hanya menimbulkan masalah bagi anak tetapi juga guru. Tulisan yang tidak
jelas misalnya, baik anak maupun guru tidak dapat membaca tulisan tersebut.

Menurut Hagin (Lovitt, 1989:227), ada lima alasan perlunya anak diajar menulis huruf cetak
lebih dulu pada awal belajar menulis:

1. Huruf cetak lebih mudah dipelajari karena bentuknya sederhana;


2. Buku-buku menggunakan huruf cetak sehingga anak-anak tidak perlu
mengakomodasikan dua bentuk tulisan;
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan huruf s huruf
cetak digunakan untuk kehidupan sehari-hari seperti mengisi formulir atau berbagai
dokumen; dan
4. ata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena huruf-huruf tersebut
berdiri sendiri-sendiri.

Para ahli yang menyarankan agar anak diajar menulis dengan huruf sambung lebih dahulu
bertolak dari tiga alasan. Ketiga alasan tersebut adalah
1. Tulisan sambung memudahkan anak untuk mengenal kata-kata sebagai satu kesatuan
2. Tidak memungkinkan anak menulis terbalik-balik;
3. Menulis dengan huruf sambung lebih cepat karena tidak ada gerakan pensil yang terhenti
untuk tiap huruf.

Pengalaman menunjukkan, bahwa untuk menentukan jenis tulisan yang harus diajarkan pada saat
anak belajar menulis permulaan bukan pekerjaan yang sederhana. Guru harus melakukan
observasi cukup lama lebih dulu untuk menentukan jenis tulisan yang pertama harus diajarkan.

2. Mengeja
Mengeja adalah kemampuan membunyikan huruf-huruf menjadi suku kata, kata, sampai
pada kalimat dan dapat menafsirkan maknanya.
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan adanya kreativitas atau berpikir
devergen. Hanya ada satu pola susunan huruf-huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar.
Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara berbeda.
Kelompok huruf ‘b’, ‘i’dan ‘u’ misalnya, dapat disusun menjadi “ibu”, “ubi”, “bui”, “iub”, tiga
susunan pertama mengandung makna.

Oleh karena itu, mengeja pada hakikatnya adalah memproduksi urutan huruf yang benar baik
dalam bentuk ucapan atau tulisan dari suatu kata yang berbeda makna atau mungkin tidak
bermakna. Kemampuan mengeja murid dapat diketahui ketika guru melakukan dikte kepada
murid. Pada saat ini murid diminta untuk menulis dengan benar dengan huruf-huruf yang
membentuk kata tertentu. Untuk melakukan ini murid dituntut untuk mengubah fonem (bunyi) ke
dalam grafem (tulisan).

Pada murid dengan kesulitan belajar menulis jenis ejaan, mereka memiliki hambatan untuk
mengubah bunyi ke dalam bentuk tulisan, sehingga mereka tidak mampu melakukan tugas dikte.
Dengan kata lain, mereka tidak memiliki kesadarn bunyi huruf.

Kesalahan lain yang ada pada murid kesulitan belajar menulis jenis ejaan adalah adanya
pembalikan huruf dalam kata; ibu ditulis ubi, pembalikan konsonan dan vokal; kata air ditulis ari,
kata berjalan ditulis berjrlan, dan pembalikan suku kata; kata laba ditulis bala.

Menurut Lerner (1985:406), ada dua cara untuk mengajarkan anak mengeja :
 Mengeja melalui pendekatan linguistic
 Mengeja melalui pendekatan kata-kata.

3. Ekspresif Menulis
Ekspresif menulis merupakan bagian akhir dari tingkatan kemampuan menulis, karena berbagai
kemampuan yang dipelajari sebelumnya akan berujung untuk mengekspresikan perasaan, ide atau
penyampaian pesan melalui simbol-simbol tertulis.
Tahapan mengajarkan menulis ekspresi oleh Lovitt (1989:251) :
1. Menulis perintah dan pemberitahuan
2. Menulis laporan tentang artikel atau cerita
3. Merangkum bacaan
4. Menulis pengalaman pribadi
5. Menulis Karangan imajinatif
6. Menulis surat untuk tujuan sosial
7. Menulis untuk koran atau majalah sekolah
8. Menulis mengorganisasikan dan mengembangkan ide
9. Menulis peringatan untuk diri sendiri dan orang lain

E. Asesmen Kesulitan Menulis


Ada dua jenis asesmen yang digunakan dalam menulis yaitu asesmen formal dan informal.
Dinegara kita asesmen formal belum dikembangkan, Dua alasan mengapa asesmen formal belum
dikembangkan :

 Kajian tentang kesulitan belajar itu sendiri masih berada pada tahap permulaan
 Melakukan adaptasi berbagai asesmen dari Negara lain yang telah mengembangkan dan hal
ini bukan pekerjaan yang mudah karena adanya latar belakang budaya yang berbeda.

1. Asesmen Kesulitan Menulis dengan Tangan (Menulis Permulaan)

Untuk mengetahui apakah anak mengalami kesulitan menulis tangan, guru dapat melakukan
observasi terhadap berbagai kemampuan sebagai berikut:

 Menulis dari kiri ke kanan


 Memegang pensil dengan benar;
 Menulis nama panggilannya sendiri
 Menulis huruf-huruf
 Menyalin kata-kata dari papan tulis ke buku atau kertas; dan
 Menulis pada garis yang tepat.

2. Asesmen Kesulitan Mengeja


Untuk mengetahui kemampuan anak dalam mengeja dapat dilihat adanya berbagai kesalahan
pada tulisan mereka. Adapun berbagai kesalahan yang sering dilakukan oleh anak-anak dalam
mengeja adalah:

 Pengurangan huruf (bekerja ditulis bekerja)


 Mencerminkan dialek (sapi ditulis sampi)
 Mencerminkan kesalahan ucap (namun ditulis nanum)
 Pembalikan huruf dalam kata (ibu ditulis ubi)
 Pembalikan konsonan (air ditulis ari)
 Pembalikan konsonan atau vokal (berjalan ditulis berjrlan)
 Pembalikan suku kata (laba ditulis bala).

3. Asesmen Kesulitan Menulis Ekspresif

Untuk mengetahui kemampuan menulis ekspresif anak-anak SD Johnson seperti dikutip oleh
Lovitt (1989:254) telah mengembangkan intstrumen informal yang meminta anak-anak
menuliskan suatu cerita yang mencakup bagian permulaan, pertengahan, dan akhir. Berdasarkan
tulisan cerita tersebut guru melakukan evaluasi berdasarkan :

 Panjang karangan
 Ejaan, tanda baca, dan tata bahasa
 Kematangan dan keabstrakan tema
 Bentuk tulisan tangan dan huruf
 Panjang kalimat dan perkembangan perbendaharaan kata.

Untuk memperoleh data tentang kemampuan anak dalam menulis, Poteet meminta kepada
anak-anak beberapa contoh yang menggambarkan berbagai tulisan, huruf, daftar, laporan, jawaban
terhadap pertanyaan, sesuai dengan tingkat kelas masing-masing. Ia juga menyarankan agar anak-
anak membaca tulisan mereka dengan keras., dan guru mencatat tiap penyimpangan dari tulisan
anak-anak tersebut.

F. Remediasi Kesulitan Belajar Menulis

Ada tiga jenis remedial yang dibahas yaitu pengajaran remedial (1) menulis permulaan atau
menulis dengan tangan, (2) mengeja, dan (3) menulis ekspresi.

a. Menulis Permulaan atau Menulis dengan Tangan

Ada 15 macam aktivitas yang menurut Lerner (1988: 422) dapat digunakan untuk membantu anak
berkesulitan belajar menulis dengan tangan seperti dikemukakan berikut ini.

1. Aktivitas Menggunakan Papan Tulis


Aktivitas ini dilakukan sebelum pelajaran menulis yang sesungguhnya. Kepada anak
disediakan papan tulis dan kapur, dan pada papan tulis tersebut anak diberi kebebasan untuk
menggambar garis, lingkaran, bentuk-bentuk geometri, dan sebagainya. Aktivitas tersebut dapat
melibatkan motorik kasar dan halus.

2. Bahan-bahan Lain untuk Latihan Gerakan Menulis


Selain papan tulis, ada bahan-bahan lai yang dapat digunakan untuk melatih gerakan
menulis, yang mencakup motorik kasar maupun motorik halus. Bahan-bahan tersebut antara lain
kertas yang ditempel pada papan atau dengan menggunakan bak pasir. Pada kertas atau bak pasir
tersebut anak dapat berlatih membuat angka, huruf, atau bentuk-bentuk geometri. Tujuannya untuk
melatih gerakan menulis yang erat kaitannya dengan kematangan mtorik halus dan koordinasi
mata tangan.

3. Posisi
Untuk latihan menulis anak hendaknya disediakan kursi yang nyaman dan meja yang cukup
berat agar tidak mudah goyang. Kedua tangan anak diletakkan diatas meja, tangan yang satu untuk
menulis dan tangan yang lain un tuk memegang kertas bagian atas.

4. Kertas
Posisi kertas untuk menlis cetak sejajar dengan sisi meja, untuk menulis tulisan sambung 60
derajat kekiri bagi anak yang menggunakan tangan kanan, dan sebaliknya. Agar kertas tidak
bergerak, dapat direkat dengan selotip.

5. Memegang Pensil
Untuk memegang pensil yang benar, ibu jari dan telunjuk diatas pensil, sedangkan jari
tengah berada dibawah pensil, dan pensil dipegang agak sedikit diatas bagian yang diraut. Bagi
anak yang belum dapat memegang pensil dengan benar, bagian pensil yang harus dipegang dapat
dibatasi dengan selotip. Bagi anak yang sulit memegang pensil dengan benar, pensil dapat
dimasukkan kedalam pelastik yang berbentuk segitiga dan anak memegang segitiga tersebut. Bagi
anak yang dapat memegang pensil, latihan dapat dimulai dengan spidol besar, sedang, biasa, dan
kemudian pensil.

6. Kertas Stensil dan Karbon


Kepada anak diberikan kertas stensil yang sudah digambari berbagai bentuk. Letakkan kertas
polos diatas meja, letakkan karbon diatasnya, dan kemudian letakkan kertas stensil bergambar
diatas karbon tersbut, diklip, dan selanjutnya anak diminta untuk mengikuti gambar dengan pensil.

7. Menjiplak
Buat bentuk atau tulisan dengan warna hitam tebal diatas kertas yang agak ebal, letakkan
diatasnya selembar kertas tipis, dan suruh anak menjiplak bentuk atau tulisan tersebut. Gambar
hendaknya berupa garis-garis tegak lurus (vertikal), horisontal, miring kekiri, miring kekanan,
lengkung keatas, dan lengkung kebawah, dan baru segi empat, segi tiga, lingkaran, angka, dan
huruf.

8. Menggambar di Anatar Dua Garis


Kepada anak diberikan selembar kertas bergaris dan anak diminta membuat “jalan” yang
mengikuti atau memotong garis-garis tersebut. Selanjutnya, anak diminta menulis berbagai angka
dan huruf diantara garis-garis secara tepat.

9. Titik-titik
Guru membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat dari titik-titik.
Selanjutnya, anak diminta untuk menggabungkan titik-titik tersebut menjadi huruf yang utuh.

10. Menjiplak dengan Semakin Dikurangi


Pada mulanya guru menulis huruf utuh dan anak diminta untuk menjiplak huruf tersebut.
Lama kelamaan guru yang menulis sebagian besar hingga sebagian kecil huruf tersebut dan anak
diminta untuk meneruskan penulisan.

11. Buku Bergaris Tiga


Buku bergaris tiga sering disebut juga buku tipis-tebal. Dengan buku bergaris semacam itu,
anak dapat berlatih membuat dan meletakkan huruf-huruf secara benar. Garis dapat diberi warna
yang mencolok untuk meningkatkan perhatian anak.

12. Kertas dengan Garis Pembatas


Anak yang mengalami kesulitan untuk berhenti menulis pada tempat yang telah ditentukkan
dapat dibantu dengan menggunakan pembatas berupa karton yang diberi “jendel” atau dibatasi
dengan selotip.

13. Memperhatikan Tingkat Kesulitan Penulisan Huruf


Ada pula huruf yang mudah dan ada pula huruf yang sulit untuk ditulis. Berbagai huruf yang
mudah ditulis adalah m, n, t, i, u, r, s, l, dan r, sedangkan yang sulit ditulis adalah x, z, y, j, p, b, h,
k, / g, dan q. Anak hendaknya diajar menulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah, meningkat ke
yang lebih sulit, dan baru krmudian gabungan dari keduanya.

14. Bantuan Verbal


Pada saat anak sedang menulis, guru dapat memberikan banuan dengan mengucaokan
petunjuk seperti “naik”, “turun”, “belok”, “stop”.

15. Kata dan Kalimat


Setelah anak mampu menulis huruf-huruf, latihan ditingkatkan dengan menulis kata-kata
selanjutnya kalimat. Penempatan huruf, ukuran, dan kemiringan hendaknya juga memperoleh
perhatian.

b. Mengeja
Ada beberapa metode pengajaran remedial bagi anak berkesulitan belajar mengeja seperti
dikemukakan berikut ini.

1. Persepsi dan Memori Auditoris Bunyi-bunyi Huruf


Berikan kepada anak latihan untuk mendengarkan bunyi-bunyi huruf, berikan penekanan
pada pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa (phonics) dan analisis susunannya, dan
dikembangan pula keterampilan untuk menggunakan bunyi-bunyi bahasa secara umum.

2. Persepsi dan Memori Visual Huruf-huruf


Berikan kepada anak latihan persepsi dan memori visual huruf-huruf sehingga anak dapat
mengenal dan mengingat bentuk-bentuk huruf tersebut. Berikan pula kepada anak latihan untuk
mempercepat penglihatan, misalnya dengan menggunakan kartu-kartu kata, anak disuruh mengeja,
makin lama makin cepat.

3. Penggunaan Metode Multisensori

 Mengartikan dan mengucapkan


 Mengkhayalkan.
 Mengingat kembali.
 Menganalisis kata.
 Menguasai.

4. Metode Fernald
Metode ini merupakan pendekatan multisensori untuk mengajar membaca, menulis, dan
mengeja. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Anak diberitahu bahwa mereka akan mempelajari kata-kata dan didorong untuk memilih
sendiri kata yang ingin dipelajari.
2. Guru menulis kata yang dipilih oleh anak diatas selembar kertas berukuran 4x10 inci
3. Anak menulusuri bentuk kata dengan jarinya, mengucapkan kertas tersebut berulang kali
4. Selanjutnya anak menuliskan kata tersebut dari ingatannya, tanpa melihat tulisan aslinya.
5. Pada tahapan yang lebih akhir, anak tidak lagi menulusuri bentuk kata dengan jarinya.

5. Metode “Tes-Belajar-Tes” Lawan Metode “Belajar-Tes”


Ada dua metode mengajar mengeja, metode “tes-belajar-tes” dan metode “belajar-tes”.
Metode “tes-belajar-tes” dimulai dengan memberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan
anak, setelah itu anak diajar, dan kemudian dites lagi.

6. Mengeja Kata dari Proyektor Film Strip


Guru menulis kata-kata yang akan dieja pada transparansi. Kata-kata tersebut selanjutnya
diletakkan diatas OHP dan ditutup dengan kertas yang memiliki “jendela” yang dapat dibuka dan
ditutup. Dengan membuka dan menutupi jendela tersebut anak diminta untuk mengeja atau
melengkapi huruf yang ditutup.

7. Mengeja Melalui Tape Recorder


Pengajaran mengeja dapat dilakukan dengan menggunakan tape recorder. Anak yang sudah
dapat belajar sendiri, dapat melakukannya dilaboratorium bahasa. Di laboratorium bahasa anak
dapat menggunakan earphone. Dengan alat ini, anak memperoleh instruksi secara individual dari
guru. Penggunaan eraphone dapat mengurangi rangsangan auditoris yang dapat mengganggu
perhatian anak.

8. Menirukan Kesalahan Anak


Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengulang kesalahan anak sebelum memperbaikinya
dapat memberi keuntungan kepada anak. Melalui metode ini, anak disadarkan dari kesalahannya,
baru kemudian diperbaiki. Dengan kemudian, anak dapat membedakan antara respons yang salah
dari respons yang benar.

c. Menulis Ekspresi

Banyak anak berkesulitan belajar yang meskipun telah duduk dibangku SLTA tetapi
memiliki pengalaman menulis ekspresif yang sangat sedikit. Hal ini karena anak itu sendiri
memiliki kecendrungan untuk menolak belajar ekspresif. Berikut ini dikemukakan berbagai
strategi dalam memberikan kesempatan kepada anak berkesulitan belajar untuk menulis ekspresif.

8. Pemebelajaran dalam proses menulis.


Bos seperti dikutip oleh Lerner (1988: 417) mengemukakan enam pendekatan untuk
mengajarkan proses menulis bagi anak berkesulitan belajar

 Memberi kesempatan kepada anak untuk banyak menulis.


 Menempatkan anak dalam suasana kehidupan yang gemar menulis.
 Biarkan anak memilih topik tulisannya sendiri.
 Model penulisan dan berfikir strategis.
 Mengembangkan berfikir reflektif.
 Transfer kepemilikan dan kontrol penulisan siswa.

9. Memberikan motivasi secara bertingkat.


Agar anak berani mengapresiasikan pikiran dan perasannya dalam bentuk tulisan, penulisan
hendaknya diberikan secara bertingkat

10. Tulisan pribadi dan tulisan fungsional.


Tulisan pribadi bertujuan untuk mengembangkan ide dan mengekspresikannya ke dalam
bentuk tulisan. Yang dipentingkan dalam tulisan pribadi adalah proses penuangan ide, bukan
kesempatan tekniknya.

11. Memberikan masukan sebanyak-banyaknya.


Agar siswa dapat menulis dengan baik, mereka memerlukan bahan untuk ditulis.

12. Melengkapi kalimat.


Tugas melengkapi kalimat merupakan suatu metode menulis ekspresif yang bermanfaat.

13. Menggabungkan berbagai kalimat.


Menulis beberapa kalimat yang terpisah-pisah tetapi kalimat-kalimat tersebut dapat disusun
menjadi suatu cerita. Selanjutnya, anak diminta untuk menyusun kalimat-kalimat tersebut menjadi
suatu cerita yang logis dan sistematis.

G. Media Yang Digunakan Dalam Pembelajaran Menulis Permulaan


Untuk mengajarakan menulis permulaan ada beberapa jenis media yang dapat digunakan
antara lain :
1. Papan Tulis
Digunakan guru untuk memberikan contoh, dan oleh siswa digunakan untuk menuliskan apa
yang ditugaskan oleh guru. Misalnya menulis kata, kalimat, nama sendiri, dan sebagainya.
2. Papan Selip
Digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar atau kartu kata, kartu kalimat yang harus
disalin oleh siswa atau gambar yang harus dituliskan judulnya oleh siswa.
3. Papan Tali
=Digunakan untuk menggantungkan kartu kalimat, kartu-kartu kata, dan huruf yang harus
disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu dituliskan judulnya.d. Majalah anak-anak dapat
digunakan untuk tugas menyalin kalimat sederhana yang ada didalamnya atau menyalin
judule. Papan nama, kartu nama, label, dan sebaginya digunakan untuk tugas menyalin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Gangguan Belajar (Learning Disorder) adalah suatu gangguan neurologis yang


mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan
informasi. Anak dengan Disgrafia mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau
bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi sering berjuang untuk
belajar secepat orang di sekitar mereka.
Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana anak-anak tidak bisa menuliskan atau
mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan,karena mereka tidak bisa menyuruh atau
menyusun kata dengan baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis.
Secara spesifik penyebab disgrafia tidak diketahui secara pasti, namun apabila disgrafia terjadi
secara tiba-tiba pada anak maupun orang yang telah dewasa maka diduga disgrafia disebabkan
oleh trauma kepala entah karena kecelakaan, penyakit, dan seterusnya. Disamping itu para ahli
juga menemukan bahwa anak dengan gejala disgrafia terkadang mempunyai anggota keluarga
yang memiliki gejala serupa.

B. Saran
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua/guru untuk membantu anak yang
mengalami gangguan ini, diantaranya:

1. Memahami keadaan anak/siswa. Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping
memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah
untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu
hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa
frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat
saja.
2. Meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan
gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
3. Menyajikan tulisan cetak. Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak
disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan
komputer atau mesin tik.
4. Membangun rasa percaya diri anak. Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang
dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu
akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kita sebagai calon pendidik juga
harus memahami karakteristik dari disgrafia, cara penanganannya dan bagaimana
asessmennya.

Dan bagi pembaca semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan pembaca tentang disgrafia.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Mulyadi, M.Pd.I. 2012. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar
Khusus

Prof. Mulyono. 2003. Anak Berkesulitan Belajar (Teori, Diagnosis, dan Remediasinya)

Dr. Mulyono Abdurahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar

https://www.popmama.com/big-kid/6-9-years-old/verena-diandra/cara-mengatasi-anak-kesulitan-dalam-
menulis Diakses pada tanggal 17 November 2021 Pukul 20:10
https://www.blogbarabai.com/2015/01/makalah-kesulitan-belajar-menulis.html Diakses paa tanggal 17
November 2021 Pukul 20:25

Anda mungkin juga menyukai