Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eustakio Septiano Gandhi UAS Akuntansi Internasional

No/NIM : 03/1802622010165
Kelas : A Akuntansi malam 2018

Soal 1

a Transfer pricing adalah suatu kebijakan yang diatur oleh perusahaan untuk menentukan
harga transfer atas suatu transaksi, baik harga atas barang, jasa, harta tak berwujud, ataupun
transaksi finansial yang dilakukan oleh perusahaan. Transfer pricing bisa juga diartikan
sebagai besaran harga yang dibebankan satuan usaha individu pada perseroan multi satuan
atas transaksi yang terjadi di antara mereka.
b Adopsi ISA di Indonesia dilakukan sebagai bagian dari prosesuntuk memenuhi
salah satu butir Statement of Membership Obligationdari International Federation of
Accountants (IFAC), yang harus dipatuhiprofesi Akuntan Publik di Indonesia. Adopsi ISA
ini juga bertujuan untukmerespon rekomendasi dari World Bank, sekaligus
sebagai wujudpelaksanaan komitmen Indonesia sebagai salah satu anggota dari G-
20ya ng m e ndorong set ia p anggot anya untuk me nggunaka n
st a nd a r internasional
Soal 2
a SPAP versus ISA Diketahui banyak perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan
GAAS di Amerika atau SPAP versi Indonesia, menurut AICPA.org/FRC dan menurut
Linberg & Seifert bahwa terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara lain :
1) Dokumentasi prosedur audit. Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit
antara SPAP dengan ISA atau Standar Audit berbeda. Pada ISA atau SA lebih
menekankan kepada kearifan profesional (professional judgement). Secara spesifik
pada ISA 230 paragraf 14 mensyaratkan auditor untuk menyusun dokumentasi
audit didalam suatu berkas audit dan melengkapi proses administratif penyusunan
berka audit final tepat waktu setelah tanggal laporan auditor, dan penerapan yang
terkait serta penjelasan materialitas yang mengindikasikan bahwa batas waktu
penyelesaian penyusunan berkas audit final biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah
tanggal laporan aduitor. Paragraf 15 pada ISA 230 juga mensyaratkan setelah
penyusunan audit final telah selesai, maka auditor tidak boleh memusnahkan
dokumentasi audit sebelum periode retensi berakhir. Periode retensi daripada kertas
kerja juga berbeda pada SPAP versus ISA. Pada ISA 230 mengenai dokumentasi
audit dinyatakan bahwa bagi kantor akuntan publik harus menetapkan kebijakan
dan prosedur untuk retensi dokumentasi penugasan. Biasanya periode retensi
penugasan audit kurang dari lima tahun sejak tanggal laporan auditan atau tanggal
laporan auditan kelompok perusahaan, sedangkan pada SPAP bahwa periode
retensi paling sedikit tujuh tahun. Menurut SPM 1 paragraf 47 dan ISA 230 paragraf
A23 menuntut KAP untuk menetapkan suatu kebijakan dan prosedur yang
mengatur masa penyimpanan dokumen penugasan atau perikatan. Batas waktu
penyimpanan pada umumnya tidak boleh dari lima tahun sejak tanggal yang lebih
akhir dari laporan auditor atas laporan keuangan entitas atau laporan auditor atas
laporan keuangan konsolidasian entitas dan perusahaan anak. Paragraf 17 ISA 230
mensyaratkan bahwa setelah tanggal penyelesaian dokumentasi. Auditor tidak
boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum akhir dari periode retensi yang
bersangkutan.
2) Pertimbangan kelangsungan usaha (going-concern). Ketika mempertimbangkan
apakah suatu entitas berkemampuan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya
dimasa depan, ISA tidak membatasi paling sedikit 12 bulan, sedangkan SPAP
membatasi hingga 12 bulan setelah akhir periode pelaporan. Pada ISA 570
mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung jawab untuk menilai
kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai “goimng concern”
tanpa mempertimbangkan apakah kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan
oleh manajemen atau tidak. Salah satu dari tujuan ISA 570 yaitu untuk memperoleh
bukti audit yang memadai terkait dengan penggunaan asumsi “going concern” oleh
manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa auditor harus mengevaluasi
apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan usaha entitas untuk
periode waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570 menetapkan
pertimbangan asumsi kelangsungan usaha seluruh penugasan atau perikatan.
3) Penilaian dan pelaporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Menurut
ISA bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada kaitannya
dengan efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit akan tetapi lebih
menekankan kepada relevansinya dimana hal tersebut terlihat pada laporan
auditornya...........In making those risk assessment, auditor considers internal
control relevant to the entity’s preparation dan fair prsentation of the financial
statements in order to design audit procedures, that are appropriate in the
circumstances , but not for the purpose of expressing an opinion on the
effectiveness of the entity’s internal control”..... sedangkan SPAP mengkaitkan
penilaian dan pelaporan pengendalian internal dengan efektifitasnya. Menurut ISA
juga mensyaratkan auditor harus menguji pengendalian internal entitas yang
diauditnya guna memastikan bahwa sistem yang diterapkan adalah mencukupi dan
berfungsi sebagaimana yang ditetapkan.
4) Penilaian dan respons terhadap risiko terhadap risiko yang dinilai. ISA
mensyaratkan prosedur penilaian risiko tertentu agar diperoleh suatu pemahaman
yang lebih luas mengenai suatu entitas dan lingkungannya, tentunya dengan tujuan
untuk mengidentifikasi risiko salah saji material. Lebih lanjut ISA mensyaratkan
auditor harus memperoleh suatu pemahaman risiko bisnis entitas misalnya risiko
operasi dan risiko strategis. Auditor mengikuti ISA harus juga menetapkan
bagaimana kliennya merespons terhdap risiko semacam sebagaimana auditor
merencanakan dan melakukan audit. Lebih lanjut, auditor diharuskan mengajukan
pertanyaan kepada auditor internal entitas yang diauditnya, dengan tujuan
memperoleh pemahaman suatu pemahaman yang lebih baik atas keahlian entitas
dalam menilai risiko. Auditor juga harus memperoleh seluruh informasi yang
terkait dengan risiko sama halnya dengan respons klien dalam menilai risiko salah
saji material, termasuk pemahaman atas pengendalian internalnya, sedangkan
SPAP tidak sekomprehensif ISA.
5) Penggunaan auditor lain untuk bagian suatu audit. Dalam penggunaan auditor
pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan auditor utama menggunakan
referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan SPAP membolehkan
auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audit yang dikatakan
sebagai “division of responsibility”. Dengan kata lain merujuk kepada laporan dan
kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang diterbitkan.

b International Standards On Auditings ( ISA ) muncul dikarenakan adanya suatu


pergerakan globalisasi yang terjadi dalam suatu bisnis,artinyabagi perusahaan yang
ingin melakukan pengembangan perusahaannya secara internasional harus
memiliki seorang akuntan yang professional yang dapat mengatur diri mereka dalam
lingkungan organisasi bisnis secara global yang dapat memberikan pelayanan secara
luas.Selain hal tersebut pasar modal dan pasar uang dunia dihadapkan dengan
banyaknya manipulasi dalam pelaporan keuangan (dalam istilah ISA) bersifat
massivedan pervasiveyang tejadi di Amerika Serikat, Eropa, bahkan Asia. Dengan
munculnya ISA dimaksudkan untuk mencapai pelaporan keuangan yang lebih
berkualitas pada tingkat global.Dalam penelitian ini untuk mengetahuiApakah dengan
munculnya ISA memberikan dampak terhadap kinerja Auditor.Jenis penelitian
yangdigunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif.Hasil dari penelitian bahwa International Standards On Auditings ( ISA
)berdampak terhadap kinerja Auditor.
Soal 3
a Peranan kredit pajak dalam perpajakan internasional:
Kredit pajak dapat diperkirakan jika jumlah pajak penghasilan luar negri yang dibayarkan
tidak terlampaui jelas. Disini deviden yang dilaporkan dalam surat pemberitahuan pajak
induk perusahaan harus dihitung kotor untuk mencakup jumlah pajak ditambah seluruh
pungutan luar negri yang berlaku.
b PT Abadi Jaya Esa yang berkedudukan di negara Malaysia memiliki anak perusahaan di
Indonesia, yaitu PT Abadi Jaya Makmur. Untuk memproduksi mainan yang dijual di
Indonesia, PT Abadi jaya Makmur mengimpor bahan baku dari Abadi Jaya Esa.
PT Abadi Jaya Esa yang berkedudukan di negara Malaysia memiliki anak perusahaan di
Indonesia yaitu PT Abadi Jaya Makmur. Untuk memproduksi mainan yang dijual di
Indonesia, PT Abadi jaya Makmur mengimpor bahan baku dari Abadi Jaya Esa. Jika harga
wajar bahan baku tersebut misalnya US$10/buah, dalam transaksi antara PT Abadi Jaya
Esa dan PT Abadi Jaya Makmur harga bahan baku yang sama dijual dengan harga
US$30/buah.
Maka, harga yang di-markup terjadi karena prinsip harga pasar wajar (Arm’s Length Price
Principle). Mengapa perusahaan menerapkan prinsip ini?
• Untuk menghindari pemungutan pajak di Indonesia dari keuntungan yang didapat oleh
PT Abadi Jaya Makmur, maka dikenakan harga bahan baku setinggi-tingginya
sehingga revenue yang tercatat kecil . Tidak jarang perusahaan juga tercatat rugi untuk
menghindari pengenaan pajak.
• Perusahaan lebih memilih keuntungan dialirkan ke anak perusahaan lainnya dibanding
harus dipotong untuk membayar pajak.
c Pemerintah sebenarnya membuat BUT ini untuk perusahaan yang melakukan
penanaman modal asing yang menjadi wajib pajak dalam negeri. Hal seperti ini
memang terjadi lantaran semakin meningkatnya investor asing yang masuk ke
Indonesia dengan menggunakan joint venture yaitu bekerja sama dengan perusahaan
asing lainnya maupun perusahaan lokal yang ada di Indonesia.
Dengan demikian untuk menghindari adanya pengenaan pajak berganda dengan
penghasilan yang diperoleh suatu perusahaan asing di Indonesia, maka pemerintah
melakukan pengujian keberadaan apakah suatu BUT di Indonesia memiliki kriteria
yang menentukan apakah Indonesia memiliki hak atas pajak penghasilan tersebut. Hal
ini sesuai dengan yang sebagaimana tercantum dalam UU 36/2008 pasal 2 ayat 6 yaitu
bahwa tempat tinggal orang pribadi atau kedudukan suatu badan ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.
Bentuk usaha tetap yang menjadi subjek pajak berdasarkan yang sebagaimana
dimaksud dalam UU 36/2008 pasal 2 ayat 5 yaitu antara lain tempat kedudukan
manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel,
gudang, ruang yang digunakan untuk promosi dan penjualan, pertambangan dan
penggalian sumber alam, wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi, serta 6
subjek pajak lainnya BUT tidak menikmati tax treaty Indonesia dengan negara partner
karena bukan penduduk Indonesia serta dalam laba bersih setelah pajak yang
diperoleh suatu BUT di Indonesia akan dikenakan branch profit tax dimana branch
profit tax ini merupakan penghasilan tambahan yang akan dikenaka n atas penghasilan
neto BUT setelah dikenakan PPh badan dan akan dikenakan PPh pasal 26 yang
bertarif 20%.
• Dalam perlakuannya dalam perpajakan BUT ini dikenakan tarif 25% , namun tarif ini
tidak hanya berlaku untuk wajib pajak luar negeri melainkan juga berlaku untuk wajib
pajak badan dalam negeri sebagaimana yang tercantum dalam perubahan Undang-
undang PPh No.36/2008 pada pasal 17 ayat 2a.
• Perlu kita ketahui juga bahwa penghasilan kena pajak yang sudah dikurangi pajak dari
suatu bentuk usaha tetap di Indonesia akan tetap dikenakan pajak dengan tarif 20%
kecuali penghasilan yang diperoleh tersebut ditanamkan kembali ke Indonesia yang
tentunya akan ada ketentuannya yang berbeda yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai