Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN NN. H DENGAN TETRALOGY OF FALLOT (TOF)


DI RUANG SAKURA
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Disusun Oleh:

Nama : Welan Danuarta


Nim : PO.62.20.1.19.438

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
KELAS REGULER V
TAHUN 2021
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi Tetralogy Of Fallot (TOF)


Tetralogy of Fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianotik. Kelainan yang
terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian
infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek
tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta. Sebagai konsekuensinya, didapatkan
adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut:

1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari
bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan
penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan
stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan
lubang aorta.

B. Epidemiologi
Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-7%
dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai saat ini para dokter tidak dapat memastikan
sebab terjadinya, akan tetapi penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga
factor genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22 deletions dan
juga Digeorge Syndrome. Ia lebih sering muncul pada laki-laki daripada wanita. Pengertian
akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum
bagian anterior, menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and
overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang
makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat
dipulihkan dengan operasi yang dini.

C. Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya melibatkan
berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot
adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma Down
Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi
pemompaan darah yang sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi
sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin gejala sianotik baru
timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik karena menyusu atau
menangis.
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena adanya
faktor endogen dan eksogen, antara lain :
a. Faktor endogen :
1) Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor eksogen :
1) Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-
obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.aminopterin,
amethopterin, jamu).
2) Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3) Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus
penyebab adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus
ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

D. Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya menangis atau
mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas, makan/menyusu, atau
menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh)
muncul dan menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana
percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan
oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang
mereka alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah
sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan meningkatkan right to left shunt dan
membawa lebih banyak darah dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis
pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi.
E. Patofisiologi
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah lubang
pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari kedua
ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan
ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel
dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini. 4. Karena
jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yang
bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran
ventrikel kanan.
Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah, ada
dispneu
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen
yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn
dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga
seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan,
dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat dirawat jalan jika
derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun dispneu berat. Jika
penderita perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot termasuk dalam derajat IV dengan
sianosis atau dispneu berat. Berikut penatalaksanaannya :
a) Tatalaksana Penderita Rawat Inap :
1. Mengatasi kegawatan yang ada
2. Oksigenasi yang cukup
3. Tindakan konservatif
4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total : dilakukan
pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada
6. Tatalaksana radang paru kalau ada
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
b) Tatalaksana Rawat Jalan
1. Derajat I :
- Medikametosa : tidak perlu Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total
dapat dikerjakan kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses
otak, perlu dilakukan operasi paliatif
- Kontrol : tiap bulan
2. Derajat II dan III :
- Medikamentosa ; Propanolol
- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan kalau BB
> 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu dilakukan
operasi paliatif
- Kontrol : tiap bulan
- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.
3. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
a. Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
- Membuat posisi knee chest atau fetus
- Ventilasi yang adekuat
b. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau subkutan
c. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk mencegah
asidosis metabolik
d. Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan sampai Hb 15-17
gr/dl
e. Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan dosis rumatan
1-2 mg/kg oral
H. Pathway
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
b. Diagnose medis
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama :
2. Riwayat kesehatan masa lalu
d.  Riwayat keluarga
e. Data Bio Psiko Sosial Spiritual
f. Pengkajian Fisik
1.  Kesadaran Umum
2. Pergerakan : agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas kanan atas
3. Sistem penglihatan          
4. Sistem pendengaran        
5. Sistem wicara                  
6. Warna kulit       
7. Suara waktu menangis
8. Tonus otot
9. Turgor kulit
10. Kepala
11. Hidung              
12. Leher             
13. Persyarafan
14. Alat kelamin    
15. Anus               
16. Gejala cardinal  :

B. Analisa Data
 Data subjektif
 Data objektif

C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
minat pada makanan

D. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Keperawatan Intervensi
O
1 Gangguan pertukaran gas 1. Monitor tanda-tanda vital
berhubungan dengan 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
hipoksemia 3. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu nafas, dan reaksi otot supraclaviculas dan
interkosta
4. Monitor suara tambahan seperti ngorok atau mengih
5. Monitor pola nafas (misalnya bradipneu, takipneu,
hiperfentilasi, pernafsasan kusmaul, pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi beot, dan pola ataxic)
6. Monitor saturasi oxygen pada pasien yang tersedia (seperti
SAO2, SVO2, SPO2) sesuai dengan protokol yang ada
Pasang sensor pemantauan oksigen noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari, hidung dan dahi) dengan mengatur
alarm pada pasien beresiko tinggi (misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan pernah mengalami apnea saat tidur,
mempunyai riwayat penyakit dengan terapi oksigen menetap,
usia extrim) sesuai dengan prosedur yang ada.
2 Intoleransi aktifitas 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam berpartisipasi
berhubungan dengan melalui aktivitas spesifik
ketidakseimbangan antara 2. Berkolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi dan terapi
suplai dan kebutuhan oksigen rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program
aktivitas, jika memang diperlukan
3. Pertimbangkan komitmen klien untuk meningkatkan
frekuensi dan jarak aktifitas
4. Bantu klien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan (misalnya bekerja)
dan aktivitas-aktivitas yang disukai
5. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan pecapaian tujuan
melalui aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan
rencana perawatan dengan melibatkan klien dan
3 Ketidakseimbangan nutrisi: 1. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan
kurang dari kebutuhan tubuh klien(dan orang terdekat klien dengan tepat)
berhubungan dengan kurang 2. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai
minat pada makanan bersama dengan ahli gizi
3. Kembangkan hubungan yang mendukung dengan klien
4. Monitor tanda-tanda fisiologis (tanda-tanda vital, elektrolit)
jika diperlukan
5. Timbang berat badan klien secara rutin ( pada hari yang sama
dan setelah BAB/BAK)
6. Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat
7. Monitor asupan kalori makanan harian

Daftar Pustaka

Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2017. Nursing Interventions Classification (NIC). Kidlington:


Elsevier
Israr, A.Y., (2017). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 21 September 2021. Diunduh
dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2016). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal. Diunduh pada
tanggal 21 September 2021. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/120
5/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2015. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington :
Elsevier
Samik Wahab, (2016). Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada Ununiversity Press.

Anda mungkin juga menyukai