Anda di halaman 1dari 6

‫ُّه ْو ِر َواألَيَّ ِام َوالَليَايِل‬‫الش‬ ‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ص‬َّ ‫خ‬ ‫ف‬

َ ‫ض‬ٍ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ل‬


َ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ض‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫َّل‬
‫ض‬ ‫ف‬
َ ‫و‬ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫الز‬ ‫ق‬ ‫ل‬
َ ‫خ‬ ‫ي‬ ِ َّ‫احلم ُد لِ ِله ال‬
‫ذ‬
ُ ُ َْ َ َْ َ َ
ُ َْ َ َ َ ّ َ َ ْ َْ
ِ ِ َ‫مِب َزايا وف‬
ُ‫ك لَه‬ َ ْ‫ أَ ْش َه ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري‬.‫ات‬ ْ ‫ضائ ِل يُ َعظَّ ُم فْي َها األ‬
ُ َ‫َجُر واحلَ َسن‬ َ َ ََ
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم علَى‬ ِ َّ ‫َّاعى بَِقولِِه وفِعلِ ِه إِىَل‬ ِ ‫َن سيِّ َدنا حُم َّم ًدا عب ُده ورسولُه الد‬
َ ‫ اللّ ُه َّم‬.‫الر َشاد‬ ْ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ُ َْ َ َ َّ ‫َوأَ ْش َه ُد أ‬
‫َّاس‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬
َُّ‫أ‬ ‫ا‬ ‫في‬ ، ‫د‬
ُ ‫بع‬ ‫ا‬ ‫أم‬
َّ . ِ َ‫عب ِد َك ورسولِك حُم م ٍد وعلَى آلِه وأصحابِِه ه َد ِاة األَنَ ِام يف أَحْن ِاء البِال‬
‫د‬
ُ َ َ ْ َ ُ َْ َ َ ّ َ َ ْ ُ َ َ َْ
ِ ‫َّات ُقوا اهلل َتعاىَل بِِفع ِل الطَّاع‬
‫ات‬ َ ْ َ َ
‫اب اللَّ ِه‬
ِ َ‫ إِ َّن ِع َّد َة الشُّهو ِر ِعْن َد اللَّ ِه ا ْثنَا َع َشر َش ْهرا يِف كِت‬: ِ‫ال اهلل َتعاىل يِف كِتَابِِه الْ َك ِرمْي‬
ً َ ُ َ َ ُ َ َ‫َف َق ْد ق‬
ٌ‫ح ُرم‬ ‫ة‬‫ع‬ ‫ب‬‫َر‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ِ ‫ات واأْل َرض‬
‫م‬ ِ ‫السماو‬
ٌ
ُ ََ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َّ ‫َي ْو َم َخلَ َق‬

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Pada zaman jahiliah, berkembang anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial atau dikenal dengan istilah tasyâ-
um. Bulan yang tidak memiliki kehendak apa-apa ini diyakini mengandung keburukan-keburukan sehingga ada
ketakutan bagi mereka untuk melakukan hal-hal tertentu. Pikiran semacam ini juga masih menjalar di zaman
sekarang. Sebagian orang menganggap bahwa hari-hari tertentu membawa hoki alias keberuntungan, sementara
hari-hari lainnya mengandung sebaliknya.

Padahal, seperti bulan-bulan lainnya, bulan Safar netral dari kesialan atau ketentuan nasib buruk. Jika pun ada
kejadian buruk di dalamnya, maka itu semata-mata karena faktor lain, bukan karena bulan Safar itu sendiri.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah bersabda:

‫َس ِد‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ص َفَر َوفَّر م ْن الْ َم ْج ُذوم َك َما تَفُّر م ْن اأْل‬
َ ‫اَل َع ْد َوى َواَل طَيَر َة َواَل َه َامةَ َواَل‬
“Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra)
sebagaimana kamu menjauh dari singa.” (HR Bukhari dan Muslim)

‘Adwa adalah keyakinan tentang adanya wabah penyakit yang menular dengan sendirinya, tanpa sebuah proses
sebelumnya dan tanpa seizin Allah. Thiyarah adalah keyakinan tentang nasib baik dan buruk setelah melihat burung.
Dalam masyarakat jahiliah ada mitos yang mengatakan, bila seorang keluar rumah dan menyaksikan burung terbang
di sebelah kanannya, maka tanda nasib mujur bakal datang. Sementara bila melihat burung terbang di sebelah
kirinya maka tanda kesialan akan tiba sehingga sebaiknya pulang.

Sedangkan hamah adalah semacam anggapan bahwa ketika terdapat burung hantu hinggap di atas rumah maka
pertanda nasib sial akan tiba kepada pemilik rumah tersebut. Tak beda jauh dengan shafar yang diyakini sebagai
waktu khusus yang bisa mendatangkan malapetaka.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Islam tidak mengenal hari, bulan, atau tahun sial. Sebagaimana seluruh keberadaan di alam raya ini, waktu adalah
makhluk Allah. Waktu tidak bisa berdiri sendiri. Ia berada dalam kekuasaan dan kendali penuh Rabb-nya. Setiap
umat Islam wajib berkeyakinan bahwa pengaruh baik maupun buruk tidak ada tanpa seizin Allah ‫ﷻ‬.

Begitu juga dengan bulan Safar. Ia adalah bagian dari dua belas bulan dalam satu tahun hijriah. Safar merupakan
bulan kedua dalam kalender Qamariyah, terletak sesudah Muharram dan sebelum bulan Rabiul Awwal.
Ibnu Katsir ketika menafsirkan Surat at-Taubah ayat 36 yang membicarakan tentang bilangan bulan dalam satu
tahun, menjelaskan bawah nama shafar terkait dengan aktivitas masyarakat Arab terdahulu. Shafar berarti kosong.
Dinamakan demikian karena di bulan tersebut masyarakat kala itu berbondong-bondong keluar mengosongkan
daerahnya, baik untuk berperang ataupun menjadi musafir.

Rasulullah sendiri menampik anggapan negatif masyarakat jahiliah tentang bulan Safar dengan sejumlah praktik
positif. Habib Abu Bakar al-‘Adni dalam Mandhûmah Syarh al-Atsar fî Mâ Warada ‘an Syahri Shafar memaparkan
bahwa beberapa peristiwa penting yang dialami Nabi terjadi pada bulan Safar, di antaranya pernikahan beliau
dengan Sayyidah Khadijah, menikahkah putrinya Sayyidah Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah
dari Makkah ke Madinah. Artinya, Rasulullah membantah keyakinan masyarakat jahiliah bukan hanya dengan
argumentasi tapi juga pembuktian bagi diri beliau sendiri. Dengan melaksanakan hal-hal sakral dan penting di bulan
Safar, Nabi seolah berpesan bahwa bulan Safar tidak berbeda dari bulan-bulan lainnya.

Hadirin,

Manusia diperintahkan untuk senantiasa melakukan proses-proses dan tahapan-tahapan yang wajar. Islam adalah
agama yang sangat menghargai fungsi akal sehat. Karena itu, tiap pekerjaan amat dianjurkan melalui satu
perencanaan yang matang dan ikhtiar yang maksimal. Selebihnya adalah doa dan kepasrahan total kepada Allah.

Sial atau beruntung merupakan kelanjutan dari proses dan tahap tersebut, bukan pada mitos-mitos khayal yang tak
masuk akal. Untuk terbebas dari penyakit, manusia diperintahkan untuk hidup bersih dan menghindari pengidap
penyakit menular. Agar selamat dari bangkrut, pedagang disarankan untuk membuat perhitungan yang teliti dan
hati-hati. Agar lulus ujian, pelajar mesti melewati belajar secara serius. Dan seterusnya.

Menolak adanya “bulan sial” dan “bulan beruntung” akan mengantarkan kita menjadi pribadi yang wajar. Tidak
malas ikhtiar karena merasa hari-harinya pasti diliputi keberuntungan. Juga tidak dicekam kecemasan karena
dihantui hari-hari penuh sial. Sebagai hamba, manusia didorong untuk berencana, berjuang, dan berdoa; sementara
ketentuan hasil dipasrahkan kepada Allah. Dengan demikian, saat menuai hasil, kita tetap bersyukur; dan tatkala
mengalami kegagalan, kita tidak lantas putus asa.

Kemudaratan dan kesialan dapat menimpa kita kapan saja, tidak mesti pada bulan-bulan tertentu. Dari sinilah kita
diharapkan untuk selalu menjaga diri, melakukan usaha-usaha pencegahan, termasuk dengan doa memohon
perlindungan kepada Allah setiap hari. Doa yang bisa dibaca adalah:

ِ ‫الس ِم‬ ِ َّ ‫ض واَل يِف‬ ِِ ِ ِ


‫يم‬
ُ ‫يع الْ َعل‬
ُ َّ ‫الس َماء َو ُه َو‬ ُ َ‫بِ ْس ِم اللَّه الَّذي اَل ي‬
َ ِ ‫ضُّر َم َع امْس ه َش ْيءٌ يِف اأْل َْر‬
“Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya tidak akan ada sesuatu di bumi dan di langit yang sanggup
mendatangkan mudarat. Dialah Maha-mendengar lagi Maha-mengetahui.”

Barangsiapa yang membaca doa tersebut pagi dan sore, maka ia tidak akan menerima akibat buruk dari malapetaka.
Keterangan tentang doa ini bisa ditemukan dalam hadits riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,

Keberuntungan sejati adalah ketika seorang hamba mengisi waktunya, kapan saja itu, untuk menjalankan ketaatan
kepada Allah. Sebaliknya, kerugian terjadi adalah saat seseorang menyia-nyiakan waktunya, termasuk ketika di
bulan-bulan mulia sekalipun. Tidak ada bulan sial atau tidak, yang ada adalah apakah perbuatan kita membawa
maslahat atau tidak, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Inilah momentum baik untuk lebih menghargai
waktu, dengan membangun optimisme dan gairah menghamba kepada Allah setulus-tulusnya.

‫ َو َن َف َعيِن َوإِيَّا ُك ْم مِب َافِْي ِه ِم ْن آيَِة َو ِذ ْك ِر احْلَ ِكْي ِم َوَت َقبَّ َل اهللُ ِمنَّا َو ِمْن ُك ْم‬،‫آن اْ َلع ِظْي ِم‬
ِ ‫بار َك اهلل يِل ولَ ُكم ىِف اْل ُقر‬
ْ ْ َ ََ
‫الر ِحْيم‬
َّ ‫الع ِظْي َم إِنَّهُ ُه َو الغَ ُف ْو ُر‬ ِ َ‫ وأَُقو ُل َقويِل ه َذا ف‬،‫الس ِميع العلِيم‬ ِ
َ َ‫أسَت ْغف ُر اهلل‬ ْ َ ْ ْ َ ُ ْ َ ُ ْ َّ ‫تالََوتَهُ َوإِنَّهُ ُه َو‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ ِ ِ ِِ‬ ‫هلل على إِحسانِِ‬ ‫اَحْل م ُد ِ‬


‫لى َت ْوفْيقه َوا ْمتنَانه‪َ .‬وأَ ْش َه ُد أَ ْن الَ الَهَ إِالَّ اهللُ َواهللُ َو ْح َدهُ‬ ‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ُ‬‫ه‬‫َ‬‫ل‬ ‫ر‬ ‫ك‬
‫ْ‬ ‫الش‬
‫ُّ‬
‫َ َ َ ُ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬
‫َّاعى إىل ِر ْ ِِ‬ ‫أن سيِّ َدنَا حُم َّم ًدا عب ُده ورسولُه الد ِ‬ ‫الَ َش ِريْ َ‬
‫ص ِّل َعلَى‬‫الله َّم َ‬
‫ض َوانه‪ُ .‬‬ ‫َ‬ ‫َ َْ ُ َ َ ُ ْ ُ‬ ‫ك لَهُ َوأَ ْش َه ُد َّ َ‬
‫َص َحابِِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِْي ًما كِ ْثيًرا‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫َسيِّدنَا حُمَ َّمد ِو َعلَى اَله َوأ ْ‬

‫َّاس اَِّت ُقوا اهللَ فِْي َما أ ََمَر َوا ْنَت ُه ْوا َع َّما َن َهى َو ْاعلَ ُم ْوا أ َّ‬
‫َن اهللَ أ ََمَر ُك ْم بِأ َْم ٍر بَ َدأَ فِْي ِه‬ ‫أ ََّما َب ْع ُد فَياَ اَيُّ َها الن ُ‬
‫لى النَّىِب يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْ َن‬
‫َ‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫و‬‫صل ُّْ‬‫َ‬ ‫ي‬
‫ُ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫ت‬
‫َ‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ال تَعاَىَل إِ َّن اهلل ومآلئِ‬
‫ََ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫و‬‫َ‬
‫بَِن ْف ِس ِه وثَـ مِب َآل ئِ َكتِ ِه بُِق ْد ِس ِ‬
‫ه‬ ‫َ ىَن‬
‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِآل‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّدنَا حُمَ َّمد َ‬ ‫صلُّ ْوا َعلَْيه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلْي ًما‪ُ .‬‬
‫الله َّم َ‬ ‫َآمُن ْوا َ‬
‫ض اللّ ُه َّم َع ِن اْخلُلَ َف ِاء َّ‬
‫الر ِاش ِديْ َن أَىِب‬ ‫ار‬
‫َْ َ‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫نْي‬‫ِ‬‫ب‬ ‫ر‬
‫َّ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫مل‬‫ْ‬‫ا‬ ‫ك ومآلئِ َك ِ‬
‫ة‬ ‫َ َُ ُ ََ‬
‫َ‬
‫سيِّ ِدناَ حُم َّم ٍد وعلَى اَنْبِيآئِك ورسلِ‬
‫َ ََ‬ ‫َ‬
‫ُ‬
‫ان اِلَ َىي ْوِم‬
‫الصحاب ِة والتَّابِعِ وتَابِعِي التَّابِعِ هَل م بِاِحس ٍ‬
‫ْ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫نْي‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫نْي‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ب ْك ٍر وعمر وعثْمان وعلِى وعن ب ِقيَّ ِ‬
‫ة‬ ‫َ َ َُ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ‬
‫الرامِح ِ‬ ‫ض َعنَّا َم َع ُه ْم بَِرمْح َتِ َ‬
‫ك يَا أ َْر َح َم َّ نْي َ‬ ‫الدِّيْ ِن َو ْار َ‬

‫ات الله َّم أ ِ‬


‫َعَّز‬ ‫ات اَالَحيآء ِمْنهم واْالَمو ِ‬ ‫ات واْملسلِ ِم واْملسلِم ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِِ‬
‫ُ‬ ‫ْ ُ ُ ْ َ َْ‬ ‫لله َّم ا ْغف ْر ل ْل ُم ْؤمننْي َ َواْملُْؤمنَ َ ُ ْ نْي َ َ ُ ْ َ‬ ‫اَ ُ‬
‫صَر الدِّيْ َن‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫ي‬
‫َّ‬ ‫اْ ِإلسالَم واْملسلِ ِم وأ َِذ َّل الشِّر َك واْمل ْش ِركِ وانْصر ِعباد َك اْملو ِّح ِ‬
‫د‬
‫َ ُْ َ ْ َ‬ ‫ْ َ ُ نْي َ َ ُ ْ َ َ َُ‬ ‫ْ َ َ ُ ْ نْي َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ك إِىَل َي ْو َم الدِّيْ ِن‪ُ .‬‬
‫الله َّم ْادفَ ْع َعنَّا‬ ‫اخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل اْمل ْسل ِمنْي َ َو َد ِّم ْر أ َْع َداءَ الدِّيْ ِن َو ْاع ِل َكل َماتِ َ‬ ‫ْ‬ ‫َو‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫الزالَ ِز َل َواْمل َح َن َو ُس ْوءَ اْلفْتنَة َواْمل َح َن َما ظَ َهَر مْن َها َو َما بَطَ َن َع ْن َبلَدنَا‬ ‫اْلبَالَءَ َواْ َلوبَاءَ َو َّ‬
‫الد ْنيَا َحسنَةً وىِف‬ ‫ُّ‬ ‫ب اْ َلعالَ ِمنْي َ ‪ .‬ربَّنَا آتِناَ ىِف‬‫َّ‬ ‫ر‬ ‫ا‬‫ي‬ ‫ة‬
‫ً‬ ‫عآم‬
‫َّ‬ ‫خآصةً وسائِِر اْلب ْل َد ِان اْملسلِ ِ‬
‫م‬ ‫َّ‬ ‫ا‬ ‫ي‬
‫َّ‬ ‫اِنْ ُدونِي ِ‬
‫س‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫نْي‬ ‫ُْ‬ ‫ََ ُ‬ ‫ْ‬
‫اب النَّا ِر‪َ .‬ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَْن ُف َسنَا َواإ ْن مَلْ َت ْغ ِف ْر لَنَا َوَت ْرمَحْنَا لَنَ ُك ْونَ َّن ِم َن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اْآلخَر ِة َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫تآء ِذي اْل ُقرىب ويْنهى ع ِن اْل َفح ِ‬ ‫ان وإِي ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫شآء‬ ‫ْ‬ ‫ْ َ ََ َ َ‬ ‫اْخلَاس ِريْ َن‪ .‬عبَ َاداهلل ! إِ َّن اهللَ يَأْ ُمُر بِاْ َلع ْدل َواْ ِإل ْح َس َ ْ‬
‫لى نِ َع ِم ِه‬
َ ‫ع‬
َ ‫ه‬
ُ ‫و‬
ْ ‫ر‬
ُ ‫ك‬
ُ ‫ش‬
ْ ‫ا‬‫و‬َ ‫م‬
ْ ‫ك‬
ُ ‫ر‬
ْ ‫ك‬
ُ ‫ذ‬
ْ ‫ي‬
َ ‫م‬
َ ‫ي‬
ْ
ِ ‫واْملْن َك ِر واْلب ْغي يعِظُ ُكم لَعلَّ ُكم تَ َذ َّكرو َن واذْ ُكروا اهلل اْلع‬
‫ظ‬ َ َ ُ َ ُْ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ
ِ ‫ي ِز ْد ُكم ولَ ِذ ْكر‬
‫اهلل أَ ْكَب ْر‬ ُ َْ َ

Naskah khutbah Jumat kali ini mengingatkan kita tentang pentingnya saling tolong
menolong kepada sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, kita tentu membutuhkan
hidup yang harmonis dengan orang lain. Dengan membantu orang lain sama saja
dengan membantu dan memudahkan urusan diri sendiri karena suatu saat nanti kita
pun tentu akan membutuhkan pertolongan dari orang lain juga.  
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Mari Mudahkan Urusan Orang Lain". Untuk
mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau
bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
  ‫ َوأَ ْش< َه ُد أَنْ اَّل إِل َه إِاَّل هللاُ َوحْ< دَ هُ اَل‬،ُ‫صحْ ِب ِه َو َمنْ َوااَل ه‬ َ ‫ َو َعلَى آلِ< ِه َو‬،‫هللا‬ ِ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َر ُس ْو ِل‬ َّ ‫ َوال‬،‫هلل‬ ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬
:ِ‫<ل في مُحْ َك ِم ِك َت ِاب<ه‬ِ <‫هللا ْال َقا ِئ‬ ُ َ َ َ
ِ ‫ َفإِ ِّني أ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْف ِسيْ ِب َت ْق< َ<وى‬،‫ أمَّا َبعْ ُد‬.ُ‫ْك لَ ُه َوأ ْش َه ُد أنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه اَل َن ِبيَّ َبعْ دَ ه‬
َ ‫َش ِري‬
ْ ْ ْ َ ‫أْل‬ ُ
‫ َفاِنَّ َم َع العُسْ ِر يُسْ رً ا اِنَّ َم َع العُسْ ِر يُسْ رً ا‬:‫ َو َقا َل‬. ‫ون َيا أولِي ا ل َباب‬ ِ ُ‫ َوا َّتق‬،‫الزا ِد ال َّت ْق َوى‬
َّ ‫ َو َت َزوَّ ُدوا َفإِنَّ َخي َْر‬ 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,


Pada kesempatan mulia ini mari kita terus meningkatkan dan meneguhkan ketakwaan
kita pada Allah SWT. Takwa inilah yang akan membedakan kemuliaan seseorang di
sisi Allah SWT dibandingkan dengan orang lain. Sebagaimana ditegaskan dalam QS Al
Hujurat ayat 13:
  ‫اِنَّ اَ ْك َر َم ُك ْم عِ ْندَ هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم اِنَّ هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخ ِب ْي ٌر‬   
Artinya: “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”  
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam setiap aktivitas
kehidupan, manusia selalu membutuhkan orang lain. Oleh karenanya, diperlukan
kehidupan yang harmonis dengan saling membantu dan memudahkan urusan orang
lain. Ketika kita bisa menjadi jiwa yang baik dan mampu memberi jalan kemudahan
bagi kesulitan orang lain, maka Allah pun akan memberikan balasan berupa
kemudahan pada kesulitan yang kita hadapi baik di dunia maupun di akhirat. Seperti
ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari Abu Hurairah:
  ‫ب َي ْو ِم ْالقِ َيا َم ِة َو َمنْ َي َّس َر َعلَى مُعْ ِس ٍر َي َّس َر هَّللا ُ َعلَ ْي< ِه فِى‬
ِ ‫س هَّللا ُ َع ْن ُه ُكرْ َب ًة مِنْ ُك َر‬ ِ ‫ِن ُكرْ َب ًة مِنْ ُك َر‬
َ ‫ب ال ُّد ْن َيا َن َّف‬ َ ‫َمنْ َن َّف‬
ٍ ‫س َعنْ م ُْؤم‬
‫ال ُّد ْن َيا َواآلخ َِر ِة‬   
Artinya: “Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-
kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari
kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah
mudahkan baginya di dunia dan akhirat."  
Oleh karena itu, mari hindari berprilaku buruk dengan mempersulit orang lain melalui
berbagai macam alasan yang direkayasa sedemikian rupa. Apalagi kita memanfaatkan
kesulitan yang dihadapi orang lain untuk mengambil keuntungan bagi diri sendiri,
terlebih hal itu melanggar ketentuan dan syariat yang telah ditetapkan oleh agama.
Mari berikan hak-hak yang memang itu menjadi milik orang lain dengan menjauhi sikap
senang mengambil sesuatu yang bukan menjadi hak kita. Selayaknya, kita harus
menjadi orang-orang yang mampu memberi manfaat pada orang lain, bukan orang
yang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan kita. Nabi Muhammad SAW
bersabda:

ِ ‫اس اَ ْن َف ُع ُه ْم لِل َّن‬


  ‫اس‬ ِ ‫خ ْي ُر ال َّن‬ 
َ  

Artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama.”  
Terkait dengan saling menolong ini,  Allah SWT telah mengingatkan kepada kita untuk
saling membantu hanya dalam hal kebaikan dan bisa meningkatkan ketakwaan kita
pada Allah SWT. Kita dilarang untuk saling membantu dalam hal keburukan dan
kejahatan seperti manipulasi dan konspirasi yang menghantarkan kita kepada dosa.
Oleh karenanya, ketika ada orang lain yang memiliki keperluan dengan kita, maka
bantulah dengan tidak menyulitkannya dan gunakan cara-cara yang baik. Mari
budayakan membantu masalah yang dihadapi orang lain dengan prinsip: “Kalau bisa
dipermudah kenapa dipersulit”. Jangan sebaliknya yakni: “Kalau bisa dipersulit kenapa
dipermudah”.  
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,
Kesulitan dan masalah dalam kehidupan di dunia ini merupakan sunnatullah yang
bakal dihadapi setiap orang. Masalah yang kita hadapi tak boleh mematahkan
semangat hidup kita. Allah SWT telah menegaskan bahwa Ia tidak akan memberikan
beban berat pada manusia, kecuali manusia itu bisa menyelesaikannya. Dengan
menyelesaikan masalah yang dihadapi, kita akan menemukan pelajaran atau hikmah
yang bisa kita gunakan untuk menghadapi masalah-masalah yang pasti akan kita temui
di masa depan. Janganlah lari dari masalah karena bisa jadi kita akan menghadapi
masalah yang lebih besar lagi. Mari kita berikhtiar menyelesaikan masalah dan
selanjutnya bertawakkal pada Allah SWT. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada
kita untuk tidak terbebani oleh masalah yang kita hadapi, namun kita diberi cara untuk
menyelesaikan masalah itu.   
Allah SWT telah memberikan penegasan dalam Al-Qur’an surat Al-Insyirah ayat 5-6:
  ‫ َفإِنَّ َم َع ْٱلعُسْ ِر يُسْ رً ا إِنَّ َم َع ْٱلعُسْ ِر يُسْ رً ا‬ 
Artinya: “ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”  
Mari kita amalkan doa Nabi yang termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Anas r.a:
‫والعجْ< ِز َو ْال َك َس ِل‪   ،‬‬
‫<ك م َِن ال َه ِّم َوالحَ َز ِن‪َ ,‬‬ ‫عن أنس بن مالك قال ‪ :‬ك<<ان الن<<بي صلى هللا عليه وسلّم يق<<ول ‪ :‬اللّ ُه َّم إِ ِّني أَع ُ‬
‫ُوذ ِب< َ‬
‫وغلَب ِة الرِّ َجال‬
‫ين‪َ ,‬‬ ‫وض ْل ِع ال َّد ِ‬
‫ْن َوالب ُْخ ِل‪َ ،‬‬
‫‪. ‬وال ُجب ِ‬
‫‪َ  ‬‬
‫‪Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat gelisah (pesimis), sedih, malas,‬‬
‫‪kikir, pengecut, terlilit hutang, dan keganasan orang lain."  ‬‬
‫‪Maasyiral Muslimin Rahimakumullah,‬‬
‫‪Demikian khutbah singkat kali ini, semoga kita diberikan kekuatan untuk menjadi orang‬‬
‫‪baik yang senantiasa suka membantu orang lain. Dan semoga Allah SWT memberikan‬‬
‫‪kekuatan kepada kita untuk dapat menghadapi berbagai masalah yang kita hadapi‬‬
‫‪dalam kehidupan di dunia ini. Mudah-mudahan bermanfaat. Amin‬‬
‫آن ْا َلعظِ ي ِْم‪َ ،‬و َن َف َع ِني< َوإِيَّا ُك ْم ِب َمافِ ْي ِه مِنْ آ َي ِة َوذ ِْك ِر ْال َح ِكي ِْم َو َت َق َّب َل هللاُ ِم َّنا َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه َوإِ َّن ُه ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ‪   ‬‬
‫ار َك هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُرْ ِ‬
‫َب َ‬
‫ُ‬
‫الغف ْو ُر الرَّ ِحيْم‬ ‫َّ‬
‫العظِ ْي َم إِن ُه ه َُو َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫‪ ‬العلِ ْي ُم‪َ ،‬وأق ْو ُل ق ْولِي َهذا فأسْ تغفِ ُر هللاَ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫‪َ  ‬‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫صلِّيْ َوأ ُ َسلِّ ُم َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ْالمُصْ َط َفى َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َح ِاب ِه أَهْ< ِل ْال َوفَا‪ .‬أَ ْش< َه ُد أَنْ اَّل إِل َه إِاَّل هللاُ َوحْ< دَ هُ اَل ‪ ‬‬ ‫هلل َو َك َفى َوأ ُ َ‬ ‫اَ ْل َحمْ ُد ِ‬
‫هللا ْال َعلِيِّ ْال َعظِ يْم َواعْ لَ ُم< ْ<وا أنََّ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ْك لَ ُه َوأ ْش َه ُد أنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْول ُه أمَّا َبعْ ُد َف َيا أ ُّي َها المُسْ لِم ُْو َن أ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ يْ ِب َت ْق< َ<وى ِ‬ ‫َ‬ ‫َش ِري َ‬
‫ِ‬
‫ِين آ َمن<<وا‬‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫ون َعلَى ال َّن ِبيِّ يَا أيُّهَا الذ َ‬ ‫ُّ‬
‫ُصل َ‬ ‫هَّللا‬ ‫ْ‬
‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى َن ِب ِّي ِه ال َك ِري ِْم َفقَا َل‪ :‬إِنَّ َ َو َماَل ِئ َكتَ ُه ي َ‬ ‫هللا أَ َم َرك ْم ِبأمْ ٍر َعظِ ي ٍْم أ َم َرك ْم ِبال َّ‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫آل َس ِّي ِد َنا‬ ‫ْت َعلَى َس ِّي ِد َنا إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫صلَّي َ‬ ‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّمُوا َتسْ لِيمًا ‪   ‬اَل ٰلّ ُه َّم َ‬ ‫َ‬
‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫آل َس ِّي ِدنا إِب َْرا ِه ْي َم فِيْ ال َعال ِمي َْن إِن َك‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ت َعلى َس ِّي ِدنا إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلى ِ‬ ‫َ‬ ‫ارك َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫آل َس ِّي ِدنا م َُح َّم ٍد ك َما َب َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اركْ َعلى َس ِّي ِدنا م َُح َّم ٍد َو َعلى ِ‬ ‫َ‬ ‫إِب َْرا ِه ْي َم َو َب ِ‬
‫اَل‬ ‫ْ‬ ‫اَل‬ ‫ْ‬
‫ت اللهم ادفَعْ َعنا ال َب َء َوال َغ َء‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫أْل‬ ‫ْ‬
‫ت ا حْ يَا ِء ِمن ُه ْم َوا مْ< َوا ِ‬ ‫َ‬ ‫أْل‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ت وال ُم< ْ<ؤ ِم ِني َْن َوالم ُْؤمِنَا ِ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫ٰ‬ ‫َ‬
‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪    .‬الل ُه َّم اغفِرْ لِلمُسْ لِ ِمي َْن َوالم ُْسلِ َما ِ‬
‫ص‬ ‫بَر ِ‬ ‫<ك م َِن ْال َ‬ ‫ف ْالم ُْخ َتلِ َف َة َوال َّشدَ ائِدَ َو ْالم َِح َن َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن ‪ .‬اللَّ ُه َّم إِ ِّنا َنع ُ‬
‫ُوذ ِب< َ‬ ‫َو ْال َو َبا َء َو ْال َفحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْال َب ْغ َي َوال ُّسي ُْو َ‬
‫ان َوإِيْتَا ِء ذِي ْالقُ<رْ َبى‬ ‫ْ‬ ‫ِّئ األَسْ َق ِام‪ .‬إِ َّن َك َعلَى ُك ِّل َش<يْ ٍء قَ ِد ْي ٌر ‪   ‬عِ بَادَ ِ‬
‫هللا يَأ ُم ُر ِب ْالعَ ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬ ‫هللا إنَّ َ‬ ‫ون َو ْالج َُذ ِام َو مِن َسي ِ‬ ‫َو ْال ُج ُن ِ‬
‫هللا أ ْك َب ُر‬‫َ‬ ‫ْ‬
‫هللا ْال َعظِ ْي َم َيذ ُكرْ ُك ْم َولَذ ِْك ُر ِ‬ ‫ُ‬
‫‪  ‬و َي ْن َهى َع ِن ال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوال َب ْغيِ َيعِظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‪َ .‬فاذ ُكرُوا َ‬
‫‪H. Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung‬‬
‫‪Sumber: islam.nu.or.id‬‬

Anda mungkin juga menyukai