Anda di halaman 1dari 26

ASMA

A. Definisi Asma
Asma merupakan suatu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang disebabkan
oleh alergi. Gejalanya seperti sesak nafas, sulit menarik dan mengeluarkan nafas, kadang
disertai bunyi mengik dan batuk yang disebabkan gangguan kontraksi (penyempitan saluran
nafas ).
Serangan asma pada anak biasanya diawali dengan gejala eksim dan rinitis atau alergi
yang sering terjadi pada bayi. Faktor yang merangsang timbulnya asma adalah alergi fisik,
kimia, infeksi yang masuk kesaluran pernafasan (Wong, 2004).
B. ANATOMI FISIOLOGI

Keterangan :
1. Hidung
2. Faring
3. Epiglotis
4. Pita Suara
5. Laring
6. Trakea
7. Bronkus
8. Diafragma
Organ Pernapasan
1. Hidung
Hidung atau naso atau  nasal merupakan saluran udara  yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk  menyaring  udara,  debu,  dan  kotoran  yang  masuk  ke 
dalam lubang hidung.
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke
depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium,
ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal
dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang  rawan  yang  berfungsi  pada  waktu  kita  menelan  makanan menutupi laring.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C) sebelah dalam diliputi  oleh  selaput  lendir  yang  berbulu  getar    yang 
disebut  sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di
belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada
bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan
lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus
bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli
tidak   terdapat   cincin   lagi,   dan   pada   ujung   bronkioli   terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa atau alveoli.
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini
terjadi pertukaran udara, O2  masuk ke dalam darah dan CO2  dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan
kanan)
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru),
lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-
tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-
paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen
ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di
dalam lobulus, bronkiolus ini   bercabang-cabang   banyak   sekali,   cabang   ini  
disebut   duktus alveolus.   Tiap   duktus   alveolus   berakhir   pada   alveolus   yang
diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung.  Paru-paru  dibungkus  oleh  selaput  yang  bernama 
pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada 
pembungkus)  yaitu  selaput  paru  yang  langsung  membungkus paru-paru. Kedua
pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan
normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis
dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya
(pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan
bernapas.
C. FISIOLOGI ASMA
Proses terjadi pernapasan

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA


Gambar 3 Proses pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi
pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 
dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2  dikeluarkan melalui traktus
respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena
pulmonalis  kemudian  massuk  ke serambi  kiri  jantung  (atrium  sinistra) menuju ke
aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini terjadi oksidasi
(pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah  CO2   dan  dikeluarkan  melalui 
peredaran  darah  vena  masuk  ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju
ke bilik kanan (ventrikel  dekstra)  dan  dari  sini  keluar  melalui  arteri  pulmonalis  ke
jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari
metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan 
panjang  menuju  paru-paru  (sampai  alveoli).  Pada  laring terdapat epiglotis yang
berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak  masuk ke
trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan
masuk ke dalam laring, maka  akan  mendapat  serangan  batuk,  hal  tersebut  untuk 
mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara
bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks
yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat
pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh
karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini
berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan
sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2  dalam darah dan kekurangan dalam darah.
Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus
lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan
kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara
sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar
maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya
berkurang dan masuklah udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi
cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian  rongga  dan  dengan 
demikian  rongga  dada  menjadi  kecil kembali,   maka   udara   didorong   keluar.  
Jadi   proses   respirasi   atau pernapasan  ini  terjadi  karena  adanya  perbedaan 
tekanan  antara  rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar
bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada 
yang lunak,  yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan. Pernapasan perut, jika
pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka  ini  dinamakan  pernapasan  perut. 
Kebanyakan  pada  orang  tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas
lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak
ditemukan pada laki-laki.
D. PATOFISIOLOGI ASMA
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme
otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus
intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan
resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran,
penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus,
obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah
terutama penurunan pCO2  akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan.
Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin
berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi
kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif
berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya
adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
 
 

     
Gambar 4. Patofisiologi asma
E. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.Suatu hal yang yang
menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita
asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun
rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen
yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu- bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold,
infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
3. Asma gabungan: bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik
Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma:
a. Faktor Predisposisi, meliputi genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi,meliputi:
- Alergen
Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang, bakteri dan
polusi.
2. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti : perhiasan,
logam,dan jam tangan.
- Perubahan cuaca
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
- Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
- Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau
cuti.
- Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika  melakukan aktifitas ja
smani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
- Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
- Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel
cabang-cabang bronkus
- Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
- Terdapatnya neutrofil eosinofil
2.      Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
- Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
- Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
- Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
- Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan,
dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
- Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3.      Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada  serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan
pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
- Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
- Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
- Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan
sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan
penurunan tekanan sistolik.
- Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh
asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma
yang berat.
5.      Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
- Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi
searah jarum jam
- Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
- Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau
terjadinya relatif ST depresi.

G. Cara Pertolongan Pertama pada Penderita Asma


a. Kenali kondisi penderita.
Anda harus mengenali kondisi penderita ketika terkena serangan asma. Apakah penderita
sebelumnya batuk-batuk parah, mengeluarkan bunyi ketika bernafas, batuk, sulit untuk
bernafas dari sulit untuk berbicara. Pengenalan kondisi ini akan membantu untuk
menentukan seberapa parah tingkat serangan dan cara untuk menolong penderita.
b. Tenangkan penderita asma.
Berikan jaminan bahwa anda bisa mengatasi keadaan ini sehingga harus bersikap sangat
tenang. Kemudian minta penderita untuk tenang dan tetap bernafas dengan sangat pelan
dan lakukan instruksi untuk mengambil nafas dan menghembuskan nafas.Cara ini akan
membantu penderita merasa lebih tenang dan bisa mengendalikan. Tapi langkah ini tidak
mudah dan anda harus benar-benar tenang.
c. Cari Inhaler.
Alat pernapasan atau obat asma dalam bentuk inhaler adalah bantuan yang paling bisa
diandalkan. Biasanya penderita asma selalu membawa alat ini untuk mengatasi serangan
yang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Anda bisa membantu mencari inhaler
tersebut,apakah disimpan di dalam tas atau kantong baju. Usahakan tetap tenang dan terus
memberikan intruksi untuk bernafas ketika mencari inhaler.
d. Bantu mengunakan inhaler
Ketika anda sudah menemukan inhaler maka berikan bantuan kepada penderita untuk
bisa menggunakan inhaler dengan baik. Anda bisa membantu memegang inhaler tersebut
ketika digunakan. Biasanya penderita asma akan merasa sangat panik ketika
serangan,sehingga terkadang jari tangan mereka tidak bisa memegang inhaler dengan
baik.
e. Buat posisi duduk penderita asma nyaman.
Posisi duduk penderita asma memang sangat berpengaruh ketika serangan asma terjadi.
Anda bisa meminta penderita duduk tegak. Posisi duduk yang tegak akan membantu
penderita asma bisa bernafas dengan baik. Selain itu buat penderita asma merasa nyamn
dengan anda mengatakan bahwa anda tidak akan meninggalkan penderita hingga
mendapatkan bantuan dari keluarga/pihak medis.
f. Amati lagi kondisi penderita asma.
Ada beberapa serangan mungkin penderita asma bisa langsung pulih,namun pada kondisi
tertentu serangan juga bisa menjadi lebih buruk. Karena itu perhatikan kondisi penderita
asma apakah membaik atau kondisi yang lebih menghawartirkan. Jika kondisi lebih
menghawartikan maka usahakan untuk meminta bantuan medis.
g. Ketika penderita kehilangan kesadaran.
Ketika penderita asma kehilangan kesadaran maka terus awasi kondisi pernapasan
penderita. Jika tahap ini terjadi maka anda tidak bisa berbuat apapun. Anda harus segera
meminta bantuan medis dan menunggu korban hingga bantuan datang.
h. Setelah serangan asma terjadi.
Ketika serangan asma sudah terjadi maka anda sebagai penolong harus memastikan
apakah penderita bisa beraktivitas sendiri/tetap membutuhkan bantuan. Anda bisa
mencoba untuk bertanya kepada penderita / jika harus tetap menemani penderita ke
rumah sakit terdekat. Anda juga bisa membantu untuk menghubungi keluarga /teman
terdekatnya.
H. Cara Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma.
a. Menjaga pola hidup yang sehat,tidur yang cukup,tidak terlalu lelah dan menghindari
pemicu stres.
b. Jika mendapat resep obat dokter,maka sebaiknya obat harus diminum secara teratur.
Obat akan membantu agar serangan asma tidak udah terjadi dan biasanya bisa
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
c. Penderita asma sebaiknya juga melakukan pemeriksaan asma ke dokter secara teratur.
Asma merupakan sebuah kondisi jangka panjang namun penyakit ini bisa dikendalikan
dengan baik.
d. Hindari bahaya merokok / tinggal dalam lingkungan perokok. Bahaya asap rokok bisa
menyebabkan serangan asma karena membuat saluran pernafasan menjadi sangat
sensitif.
e. Jika penderita asma mengalami beberapa gejala asma sebaiknya tidak banyak aktivitas
diluar rumah untuk menjaga agar tidak terkena serangan asma.
f. Lakukan beberapa gaya hidup sehat seperti olahraga ringan sesuai kondisi secara
teratur, tidak terlalu lelah dan mendapatkan istirahat yang cukup.
g. Pilih berbagai jenis makanan yang sehat dan tidak menyebabkan serangan asma.
Beberapa jenis makanan yang emnyebabkan alergi seperti daging merah, ikan laut,
telur, kerang, dan berbagai jenis produk kacang-kacangan bisa menyebabkan asma.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
- Peningkatan sekresi pernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala asma
sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat
berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak
ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan,
meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit
yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
- Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
- Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
- Thorak
Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi peranfasan.
Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
- Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem pernafasan
- Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak
jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi
infeksi sekunder.
- Frekuensi pernapasan meningkat
- Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
- Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai
ronchi kering dan wheezing.
- Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
- Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior
rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
 Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
- Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
- Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
- Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
 takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
 Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
- Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
Asma

DIAGNOSA KEPERAWATAN  ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi
mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar

3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..

4.  Kurang  pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.

5.  Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh

C. RENCANA KEPERAWATAN  ASMA 

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL  INTERVENSI  (NIC)


KEPERAWATAN (NOC)
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
efektif berhubungan selama 3 x 24 jam, pasien mampu : Airway Management
dengan tachipnea,
v  Respiratory status : Ventilation - Buka jalan nafas, guanakan
peningkatan produksi
v  Respiratory status : Airway patency teknik chin lift atau jaw
mukus, kekentalan
v  Aspiration Control, thrust bila perlu
sekresi dan Dengan kriteria hasil : - Posisikan pasien untuk
bronchospasme. - Mendemonstrasikan batuk efektif dan memaksimalkan ventilasi
suara nafas yang bersih, tidak ada - Identifikasi pasien perlunya
sianosis dan dyspneu (mampu pemasangan alat jalan nafas
mengeluarkan sputum, mampu buatan
bernafas dengan mudah, tidak ada - Lakukan fisioterapi dada jika
pursed lips) perlu
- Menunjukkan jalan nafas yang paten - Keluarkan sekret dengan
(klien tidak merasa tercekik, irama batuk atau suction
nafas, frekuensi pernafasan dalam - Auskultasi suara nafas, catat
rentang normal, tidak ada suara nafas adanya suara tambahan
abnormal) - Lakukan suction pada mayo
- Mampu mengidentifikasikan dan - Berikan bronkodilator bila
mencegah factor yang dapat perlu
menghambat jalan nafas - Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan status
O2
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Airway Management
perubahan membran
v  Respiratory Status : Gas exchange
kapiler – alveolar v  Respiratory Status : ventilation
- Buka jalan nafas, gunakan teknik
v  Vital Sign Status
Dengan kriteria hasil : chin lift atau jaw thrust bila
- Mendemonstrasikan peningkatan perlu
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat - Posisikan pasien untuk
- Memelihara kebersihan paru paru dan memaksimalkan ventilasi
bebas dari tanda tanda distress - Identifikasi pasien perlunya
pernafasan pemasangan alat jalan nafas
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan buatan
suara nafas yang bersih, tidak ada - Pasang mayo bila perlu
sianosis dan dyspneu (mampu - Lakukan fisioterapi dada jika
mengeluarkan sputum, mampu perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada - Keluarkan sekret dengan batuk
pursed lips) atau suction
- Tanda tanda vital dalam rentang - Auskultasi suara nafas, catat
normal adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berika bronkodilator bial perlu
- Barikan pelembab udara
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

- Monitor rata – rata, kedalaman,


irama dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
- Monitor suara nafas, seperti
dengkur
- Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan paradoksis)
- Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
- Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama
- Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
3 Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
Airway Management
penyempitan bronkus v Respiratory status : Ventilation
v  Respiratory status : Airway patency
- Buka jalan nafas, guanakan
v  Vital sign Status
teknik chin lift atau jaw thrust
Dengan Kriteria Hasil :
bila perlu
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan
- Posisikan pasien untuk
suara nafas yang bersih, tidak ada
memaksimalkan ventilasi
sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu - Identifikasi pasien perlunya

bernafas dengan mudah, tidak ada pemasangan alat jalan nafas

pursed lips) buatan

- Menunjukkan jalan nafas yang paten - Pasang mayo bila perlu


(klien tidak merasa tercekik, irama
- Lakukan fisioterapi dada jika
nafas, frekuensi pernafasan dalam
perlu
rentang normal, tidak ada suara nafas - Keluarkan sekret dengan batuk
abnormal) atau suction
- Tanda Tanda vital dalam rentang
- Auskultasi suara nafas, catat
normal (tekanan darah, nadi,
adanya suara tambahan
pernafasan)
- Lakukan suction pada mayo

- Berikan bronkodilator bila perlu

- Berikan pelembab udara Kassa


basah NaCl Lembab

- Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan.

- Monitor respirasi dan status O2

Terapi Oksigen

- Bersihkan mulut, hidung dan


secret trakea
- Pertahankan jalan nafas yang
paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
- Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola pernapasan
abnormal
- Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
- Monitor sianosis perifer
- Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
- Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
4 Kurang  pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, pasien mampu : Teaching : disease Process
faktor-faktor pencetus
v  Kowlwdge : disease process - Berikan penilaian tentang tingkat
asma. v  Kowledge : health Behavior pengetahuan pasien tentang
Dengan Kriteria Hasil : proses penyakit yang spesifik
- Pasien dan keluarga menyatakan - Jelaskan patofisiologi dari
pemahaman tentang penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini
prognosis dan program pengobatan berhubungan dengan anatomi
- Pasien dan keluarga mampu dan fisiologi, dengan cara yang
melaksanakan prosedur yang tepat.
dijelaskan secara benar - Gambarkan tanda dan gejala
- Pasien dan keluarga mampu yang biasa muncul pada
menjelaskan kembali apa yang penyakit, dengan cara yang tepat
dijelaskan perawat/tim kesehatan - Gambarkan proses penyakit,
lainnya dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara yang
tepat
- Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
- Hindari harapan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau
pasien informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara
yang tepat
- Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
- Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
5 Intoleransi  aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, pasien mampu : Activity Therapy
batuk persisten dan
v  Energy conservation - Kolaborasikan dengan Tenaga
ketidakseimbangan antara
v  Activity tolerance Rehabilitasi Medik
suplai oksigen dengan
v  Self Care : ADLs dalammerencanakan progran
kebutuhan tubuh. Dengan Kriteria Hasil : terapi yang tepat.
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik - Bantu klien untuk
tanpa disertai peningkatan tekanan mengidentifikasi aktivitas yang
darah, nadi dan RR mampu dilakukan
- Mampu melakukan aktivitas sehari - Bantu untuk memilih aktivitas
hari (ADLs) secara mandiri konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
- Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
- Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
- Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas disukai
- Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
- Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
- Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial
Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam,
FKUI/RSCM

Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.  Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai