Anda di halaman 1dari 41

BAB I

SISTEM PERIODIK UNSUR

SRUKTUR ATOM
A = NOMOR MASSA ATOM

Z = NOMOR ATOM

Nomor atom terdiri dari jumlah elektron dan proton dalam inti atom, nomor massa jumlah
proton dan netron.

Unsur atom dibagi menjadi 3 :

- Atom isotop : suatu unsur atom yang memiliki nomor atom sama tetapi neutron
berbeda.
- Atom isobar : suatu unsur atom yang memiliki nomor atom beda tetapi nomor massa
sama.
- Atom isoton : suatu unsur atom yang memiliki nomor atom beda tetapi jumlah neutron
sama.

SUSUNAN PERIODIK
-   Triad Dobereiner
Pada permulaan abad ke-19, teori atom dalton telah tersebar luas sehingga massa atom
relatif unsur merupakan sifat penting untuk membedakan satu unsur dengan yang lain. Pada
tahun 1817, Johann D. Dobereiner mencari hubungan antara massa atom relatif unsur dengan
sifat-sifatnya. Ia menemukan beberapa kelompok tiga unsur yang mempunyai sifat yang
mirip, contohnya

Litium                         Kalsium                      Klor
Natrium                      Strontium                   Brom
Kalium                       Borium                       Iod

Kelompok tiga unsur ini disebut Triad. Dobereiner menemuan suatu hukum:

Suatu triad adalah tiga unsur yang di susun berdasarkan kenaikan massa atom relatif
(Ar)-nya, sehingga Ar unsur kedua kira-kira sama dengan rata-rata Ar unsur pertama dan
ketiga.

Contoh 5.1

Li        = 6,94 Cl        = 35,5                            


Na       = 22,99          Br        = 79,9              
K         = 39,10 I           = 127
Li, Na dan K disebut satu triad, dan bersifat mirip. Demikian juga Cl, Br, dan I.
Meskipun cara Triad Dobereiner tidak begitu memuaskan namun telah mendorong para ahli
untuk mencari penggolongan lain.
-   Hukum Oktaf Newland
Pada tahun 1865, John Newland mendapatkan hubungan antara sifat unsur dengan
massa atom relatifnya, yaitu sebagai berikut.
“Jika unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya, maka pada unsur
yang kedelapan sifatnya mirip dengan unsur yang pertama, dan unsur kesembilan dengan
unsur yang kedua, dan seterusnya" (tabel 5.1)

Tabel 5.2
I II III IV V VI VII
Li Be B C N O F
6,94 9,01 10,9 12 14 16 19
Na Mg Al Si P S Cl
23 24,3 27 28,1 31 32,1 35,5
K Ca Ti Cr Mn Fe
dst.
39,1 40,1 47,9 52,0 54,9 55,9

Dengan demikian, Li, Na, dan K mempunyai sifat yang mirip, juga Be, Mg, dan Ca dan
seterusnya.
Hubungan ini oleh Newland disebut hukum oktaf, karena kemiripan sifat unsur terjadi
setelah hitungan kedelapan. Dilihat dari beberapa kasus tampaknya hukum ini benar, tetapi
untuk unsusr yang lain terbukti tidak, contohnya S dan Fe tidak mempunyai kemiripan sifat.

-   Sistem Periodik Mendeleyev


Dimitri Mendeleyev (bangsa rusia) dan Lothar Meyer (bangsa jerman) secara terpisah
membuat daftar unsur yang merupakan perbaikan hukum oktaf Newland. Pada waktu itu telah
dikenal 65 unsur. Ia mempelajari sifat-sifat unsur (tabel 5.2) dan mencari kaitannya dengan
massa ataom relatif

Sifat unsur merupakan fungsi periodik dari massa atom relatifnya atau sifat unsur
x=f(ArX)

Pada tahun 1869, Mendeleyev berhasil menyusun daftar unsur yang disebutsistem
periodik Mendeleyev (tabel 5.3). ia menempatkan unsur dalam kotak menurut kenaikan massa
atom relatifnya, seperti yang dibuat Newland.

Tabel 5.3

Gol. I Gol. II Gol. III Gol. IV Gol. V Gol. VI Gol.VII Gol. VIII
1 H1
2 Li 7 Be 9,4 B 11 C 12 N 14 O 16 F 19
3 Na 23 Mg 24 Al 27,3 Si 28 P 31 S 32 Cl 35,5
Fe 56, Co 59
4 K 39 Ca 40  -44 Ti 48 V 51  Cr 52 Mn 55
Ni 59, Cu 63
5 (Cu 63) Zn 65 -68 -72 As 75 Se 78 Br 80
Ru 104, Rh m104
6 Rb 85 Sr 87 ?Yt 88 Zr 90 Nb 94 Mo 96 -100
Pd 105, Ag 100
7 (Ag 108) Cd 412 Ln 113 Sn 118 Sb 122 Te 128 I 127
-        -
8 Cs 133 Ba 137 ?Di 138 ?Ce 140 - - -
-        -
9 - - - - - - - -
Os 195, Ir 197
10 - - ?Er 178 ?La 180 Ta 182 W 184 -
Pt 198, au 199
11 (Au 199) Hg 200 Ti 204 Pb 207 Bi 208 -
-        -
12 - - - Th 231 - U 240 -
-        -

     Ia membagi unsur atas 8 golongan dan 12 periode sehingga unsur dalam satu
golongan mempunyai sifat yang mirip. Hal penting yang terdapat dalam sistem Mendeleyev
ini adalah sebagai berikut.
1. Dua unsur yang berdekatan massa atom relatifnya mempunyai selisih paling kurang dua
atau satu satuan.
2. Terdapat kotak kosong untuk unsur yang belum ditemukan, seperti 44,68,72 dan 100
3. Dapat meramalkan sifat unsur yang belum dikenal seperti ekasilikon (tabel 5.4)
4. Dapat mengoreksi kesalahan pengukuran massa atom relatif beberapa unsur, contohnya Cr
= 52,0 bukan 43,3.

Kelebihan sistem periodik Mendeleyev adalah


1. Sifat kimia dan fisika unsur dalam satu golongan mirip dan berubah secara teratur
2. Valensi tertinggi suatu unsur sama dengan nomor golongannya
3. Dapat meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan waktu itu dan telah mempunyai
tempat yang kosong.

Tabel 5.4
Sifat Eka silikon (Es) Germanium (Ge)
massa atom (ar) 72 72,59
kerapatan (gr/cm3) 1,9 1,88
titik lebur (°c) tinggi 947
sifat fisik pada suhu kamar abu-abu abu-abu putih
reaksi dengan asam sangat lemah bereaksi dengan asam pekat
reaksi dengan basa sangat lemah bereaksi dengan alkali pekat
jumlah ikatan dalam senyawa 4 4
rumus klorida EsCl4 GeCl4
titik didih kloridanya 100 54

Selain itu, sistem periodik Mendeleyev juga mempunyai beberapa kekurangan, yaitu
1. Panjang periode tidak sama dan sebabnya tidak dijelaskan
2. Beberapa unsur tidak disusun berdasarkan kenaikan Ar-nya, contoh :
3. Te (128) sebelum I (127)
4. Selisih massa unsur yang berurutan tidak selalu dua, tapi berkisar antara 1 dan 4
sehingga sukar meramalkan massa unsur yang belum diketahui secara tepat.
5. Valensi unsur yang lebih dari satu sulit diramalkan dari golongannya
6. Anomali (penyimpangan) unsur hidrogen dari yang lain tidak dijelaskan.

-    Sistem periodik Mendeleyev versi modern


Setelah Moseley (pada tahun 1915) berhasil menemukan nomor atom, para ahli
mencoba melihat hubungan sifat unsur dengan nomor atom tersebut. seperti telah
dikemukakan bahwa nomor atom adalah jumlah proton yang terdapat dalam inti, dan nomor
massa (Ar) adalah jumlah proton dan neutron dalam inti itu.
Penyelidikan akhirnya menunjukan bahwa terdapat hubungan antara nomor atom
dengan volume, titik lebur, energi ionisasi dan jari-jari atom. Berdasarkan fakta di atas,
hukum periodik Mendeleyev harus diperbaiki menjadi hukum periodik versi modern.

Sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya atau sifat unsur X=f
(nomor atom unsur x)
Kemudian disusun sistem periodik baru yang di dasarkan kenaikan nomor atom dan
kemiripan sifat unsur. Sistem ini disebut sistem periodik Mendeleyev versi modern (tabel 5.5)
Dalam sistem ini, unsur dibagi atas 8 golongan dan 7 perioda. Perioda ada yang pendek
(1,2,3) dan yang panjang (4,5,6,dan 7). Di samping itu juga dikenal golongan Lantanida dan
aktinida.

-    Sistem Periodik Modern


Penggolongan unsur yang muktahir adalah sistem periodik modern. Dari sistem ini
dapat diketahui sifat unsur secara umum dari golongan dan periodanya. Yang perlu dipahami
adalah dasar penyusunannya, pengertian golongan dan perioda, serta kemiripan sifat tersebut.

Dasar Sistem Periodik Modern

Teori atom mekanika gelombang memberi banyak keterangan tentang elektron unsur,
elektron itu tersusun dalam tingkat energi. Setiap tingkat mengandung orbital s,p,d dan f yang
dapat diisi maksimum masing-masing 2,6,10 dan 14 elektron. Telah dibahas pada pasal 4.4
bahwa konfigurasi elektron suatu unsur menunjukan orbital-orbital yang terisi elektron, baik
yang penuh maupun sebagian. Dari konfigurasi tersebut dapat pula ditentukan jumlah elektron
pada tingkat energi terluar yang disebut elektron valensi. Seterusnya, dari konfigurasi elektron
unsur dapat diketahui orbital yang terisi elektron paling akhir serta jumlah elektron di
dalamnya.

Sistem periodik modern disebut juga sistem periodik panjang disusun berdasarkan
konfigurasi elektron unsur. Letak suatu unsur dalam sistem ini ditentukan oleh orbital yang
terisi paling akhir. Unsur yang mempunyai orbital terakhir sama terletak dalam blok yang
sama. Karena ada 4 macam orbital, maka ada 4 blok unsur, yaitu blok s,blok p,blok d, dan
blok f . Masing-masing blok ,mengandung beberapa baris, yakni 1s s/d 7s, 2p s/d 6p, 3d s/d
5d, dan 4f s/d 5f.

1s2         

2s2          2p6      

3s2       3p6         3d10

4s2       4p6         4d10     4f14

5s2       5p6       5d10     5f14

6s2          6p6       6d10

7s2       7p6
Karena jumlah elektron dalam orbital s = 2, p = 6, d = 10 dan        f = 14. Berdasarkan itu
terbentuklah sistem periodik modern yang terdiri dari beberapa kolom dan baris (tabel 5.6).
khusus unsur nomor dua dipindahkan ke pojok kanan blok p, karena unsur ini (helium)
mempunyai sifat sama dengan unsur kolom p.

Arti Golongan dan Periode Sistem Periodik Modern

1.  Periode

Periode adalah lajur - lajur horizontal dalam sistem periodik (sistem pengulangan). Artinya
periode akan
ke bawah Periode Ke Jumlah Unsur

dalam sistem 1 2

pengurutannya, 2 8
sesuai dengan 3 8
jumlah 4 18
periodiknya. 5 18
Jumlah unsur
6 32
pada sistem
7 32
periodik
modern
tidaklah sama setiap urutannya melainkan bertambah. Dalam sistem periodik modern kita
memiliki 7 periode.

          Berikut adalah tabel untuk melihat jumlah unsur pada setiap periode :

             
2.  Golongan 

Golongan adalah beberapa kolom vertikal yang termuat pada sistem periodik. Artinya,
sistem periodik dibedakan dengan mendatar pada tabel periodik. Coba lihat di tabel periodik.
Dalam system periodic untuk dapat menentukan sifat beberapa unsur dapat ditentukan dengan
berdasarkan golongannya. Jika memiliki golongan yang berbeda maka unsur-unsur tersebut
tidak memiliki sifat yang sama, namun sebaliknya jika berada pada golongan yang sama maka
unsur-unsur tersebut memiliki sifat yang sama pula.
Ada dua bagian dari unsur yang termasuk sifat berbeda dalam bagian golongan, yaitu
golongan A dan Golongan B. Coba kalian perhatikan baik-baik tabel periodik tersebut.
Golongan B disebut juga unsur transisi. Dalam pembuatan tabel periodik, golongan IIIA harus
mencari sifat yang sama dengannya begitu pula untuk unsur golongan IIA karena golongan
IIA dan IIIA memliki sifat yang sangat berbeda.

Sehingga unsur yang di dalam itu dimasukkan berdasarkan kemiripan IIIA. Jadi, unsur
golongan B termasuk unsur peralihan karena memiliki sifat yang sama dengan golongan IIIA
walupun tidak termasuk dalam golongan A.

Untuk Golongan A sebagian memiliki nama, yaitu;

 Golongan I A (kecuali H) disebut golongan alkali


 Golongan II A disebut golongan alkali tanah
 Golongan III A disebut golongan boron-alumunium
 Golongan IV A  disebut golongan karbon-silikon
 Golongan V A disebut golongan nitrogen-fosfor
 Golongan VI A disebut golongan oksigen-belerang
 Golongan VII A disebut golongan halogen
 Golongan VIII A disebut golongan gas mulia

Selain itu ada golongan dalam Golongan Transisi yaitu golongan transisi dalam. Golongan
transisi dalam ada dua antara lain, Lantanida dan Aktinida.

Lantanida adalah unsur yang hampir mirip dengan Lantanum sehingga namanya
disebut lantanida. Lantanida memiliki nomor atom 57 - 70 yang terdiri atas 14 unsur. 14 unsur
tersebut memiliki sifat yang hampir sama dengan lantanum (Lihat Golongan IIB, periode 6).

Aktinida adalah unsur yang hampir sama dengan Aktinium (lihat Golongan IIIB,
Periode 7). Aktanida memiliki nomor atom 89 - 102 yang terdiri atas 14 unsur. 14 unsur
tersebut memiliki sifat yang hampir sama dengan Aktinium.
KONFIGURASI ELEKTRON

Konfigurasi elektron adalah suatu penyisian atau persebaran elektron pada kulit atom.
Pengisian kulit atom ada 2:
- Pengisian per kulit terdiri dari : K,L,M,N,dll
- Pengisian per sub kulit terdiri dari : S, P, D, F

30 Zn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10

77 Os : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d7

Elektron valensi adalah jumlah elektron yang terdapat pada kulit terluar atom. Maka,
elektron valensi untuk Zn adalah 2, untuk Os adalah 2. Namun, jika kita menggambar dengan
struktur Lewis atau diagram molekular, maka semua elektron valensi logam transisi yang
termasuk dalam orbital d juga diikutsertakan, sehingga elektron valensi untuk Zn adalah 12,
untuk Os adalah 9 (penggunaan “kaidah 18” dikarenakan penambahan dari orbital d yang
berjumlah 10).

Penggunaan “Kaidah 18″ lebih mudah diterapkan dalam unsur golongan transisi. Sehingga
golongan transisi akan cenderung membentuk ikatan dengan jumlah elektron 18, hal yang
sama terjadi pada unsur golongan utama yang cenderung meniru gas mulia dengan
konfigurasi elektron terluar adalah 8.Kimia unsur terdiri dari banyaknya elektron valensinya,
mempunyai unsur elektron valensi sama dan bersifat yang mirip.

Pengisian elektron ada 3 :

- Jumlah maksimum elektron pada kulit : 2n2


- Jumlah maksimum elektron pada kulit terluar : 8
- Pengisian elektron dimulai dari kulit bagian dalam terdapat pada aturan Aufbau.

Aturan hud tentang pengisian sub kulit pada orbitan S, P, D, F

Paul menyatakan tidak ada pengisian 2 atau lebih elektron yang memiliki energi sama
sehingga satu orbital hanya diisi oleh dua elektron saja dan mersifat berlawanan

SUB KULIT

Orbital atom menyatakan kedudukan energi bentuk orbital, didalam orbital atom terdapat 4
bilangan kuantum :
 Bilangan kuantum Utama (n) : tingkatan utama yang memiliki nilai bilangan bulat
positif

 Bilangan kuantum Azimuth (l) : Menyatakan subkulit tempat elektron berada dan
bentuk orbital serta menentukan besarnya momentum sudut elektron terhadap inti.
Maksimal nilai l = n – 1

 Bilangan kuantum Magnetik (m): letak orbital yang ditempati e- dalam subkulit.
Bilangan kuantum magnetik (m) mempunyai harga (-l) sampai harga (+l)

 Bilangan kuantum spin (s) : menunjukan arah rotasi arah rotasi : searah jarum jam
(nilai s = + ½ dan dalam orbital dituliskan dengan tanda panah ke atas berlawanan
arah jarum jam (nilai s = - ½ dan dalam orbital dituliskan dengan tanda panah ke
bawah)

Prinsip Aufbau: Elektron akan mengisi orbital atom yang tingkat energi relatifnya lebih
rendah dahulu baru orbital atom yang tingkat energi relatifnya lebih tinggi .
Urutan tingkat energi : 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d

 Azas Larangan Pauli :“Tidak boleh ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki
ke empat bilangan kuantum yang sama”.

 Aturan Hund : pengisian elektron pada orbital yang mempunyai energy sama, mula-
mula elektron menempati orbital secara sendiri-sendiri dengan spin yang paralel, baru
kemudian berpasangan.

Sistem Periodik Unsur

 SPU disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat atom

 Golongan dibagi atas:

 Golongan A disebut Golongan Utama

 Golongan B disebut golongan transisi/peralihan

Disamping golongan di SPU terdapat dalam bentuk blok terdiri dari :

1. Blok s  gol IA dan IIA

2. Blok p  gol IIIA sampai VIIIA

3. Blok d  gol IIIB sampai IIB (transisi)

4. Blok f  gol lantanida dan aktinida (transisi dalam)


Golongan adalah jumlah elektron valensi, terdapat periode juga untuk meletakkan sub kulit
atom n

Macam – macam golongan :

 Golongan I A (Logam Alkali)  membentuk basa yang larut dalam air.

 Golongan II A (Logam Alkali Tanah)  membentuk basa, tetapi senyawa-


senyawanya kurang larut dalam air

 Golongan VII A (Halogen): pembentukan garam Unsur non-logam yang sangat reaktif
 mudah menerima 1 elektron. Membentuk ion (garam) dengan tk oksidasi -1.

 Golongan VIII A (Gas Mulia) gas yang sangat stabil (inert)  kulit terluarnya terisi
penuh

 Jari jari atom : jarak dari inti atom sampai kulit terluar

 Energi ionisasi : Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron terluar suatu atom
(dinyatakan dalam satuan kJ mol–1)

 Keelektronegatifan :Kemampuan suatu atom untuk menarik elektron dari atom lain.

 Afinitas elektron : Energi yang dibebaskan apabila suatu atom menerima elektron.

Dari ke4 jenis SPU dapat disimpulkan : Jari-jari Makin besar Keelektronegatifan makin
kecil Energi ionisasi makin kecil Afinitas elektron makin kecil
BAB 2
IKATAN KIMIA

Ikatan kima adalah interaksi elektron antar atom-atom yang berikatan sehingga
terbentuk suatu molekul, ikatan kimia dapat terjadi berdasarkan serah terima atau penggunaan
pasangan elektron bersama, bergantung pada jenis unsur yang berikatan.
Kemampuan atom membentuk ikatan tergantung konfigurasi elektron valensi
(ev). Atom dikatakan stabil jika konfigurasinya memenuhi konfigurasi gas mulia (oktet = 8
elektron).

• Lewis (Teori oktet)

• Atom-atom unsur memiliki kecenderungan ingin stabil seperti gas mulia terdekat
yang memiliki susunan 8e pada kulit terluar (oktet), kecuali helium dengan 2 e- pada
kulit terluar (duplet).

• Atom yang mempunyai ev sedikit (IA, IIA, IIIA) cenderung melepaskan elektron
dan membentuk ion positif, dan Atom yang mempunyai ev banyak (VA, VIA, VIIA)
cenderung menerima elektron dan membentuk ion negatif.

• Melepas Elektron

• Kecenderungan melepaskan elektron terjadi pada unsur logam yang mempunyai


energi ionisasi relatif kecil (bersifat elektropositif). Dan untuk menstabilkan jumlah
elekron lebih baik melepas agar elekton valensinya 8 atau agar elektron valensinya
menjadi 2 (duplet), seperti gas mulia (golongan VIIIA/ gas inert).

• Menangkap Elektron

• Pencapaian kestabilan dengan menangkap elektron dilakukan oleh unsur non logam
karena mempunyai afinitas elektron atau keelektronegatifan yang relatif besar
(bersifat elektronegatif). Atom-atom menyerap / mengikat elektron supaya memiliki
elektron valensi 8 (oktet) atau 2 (duplet) seperti gas mulia (gas inert/ golongan VIIIA).

Tipe ikan kima

• Logam dengan non logam : transfer electron dan ikatan ionik  antar atom yg
kecenderungan utk melepas / menerima elektronnya besar  transfer e- dr logam ke
nonlogam

• Nonlogam dengan nonlogam : sharing electron dan ikatan kovalen  antar atom yg
kecenderungan melepas e- nya rendah

• Logam dengan logam : penggabungan electron dan ikatan logam penggunaan eV


antar atom

Gaya tarik

• Gaya intramolekul : gaya tarik menarik di dalam molekul  ikatan kimia yang
mengikat molekul dan ada 4 macam ikatan :

a. Ikatan ion
b. Ikatan kovalen
c. Ikatan logam
d. Ikatan hidrogen

• Gaya intermolekul : gaya tarik menarik antar molekul. Gaya intermolekul (antar
molekul) bisa dikatakan lebih lemah dari gaya intramolekul. Terdapat 5 cabang gaya :

a. Gaya van der Waals


b. Gaya ion-dipol
c. ikatan Hidrogen
d. Gaya dipol-dipol
e. Gaya dipol- dipol terinduksi
f. Gaya London (gaya dispersi)
IKATAN ION

• Ikatan ion : ikatan kimia yang terjadi antara unsur logam dan nonlogam yang beda EN
besar dengan cara serah terima elektron valensi sehingga terjadi ion positif dan
negatif yang berikatan dengan gaya elektrostatik

SENYAWA ION

Sifat senyawa ion :

• Titik didih dan titik leleh tinggi

• Keras tapi mudah patah

• Penghantar panas yang baik dan penghantar listrik (elektrolit)

• Penghantar listrik jika dalam bentuk larutan dan lelehan, tetapi tidak jika bentuk
padatan

• Larut dalam air tapi tidak larut dalam senyawa organik.

IKATAN KOVALEN

• Ikatan kovalen terjadi karena pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal
dari atom-atom yang berikatan.

Ikatan kovalen dibedakan menjadi 3:

• Ikatan kovalen tunggal : ikatan yang terbentuk antara atom dimana masing-masing
menyumbangkan 1 elektron untuk berikatan sehingga memenuhi kaidah Oktet.

• Ikatan kovalen rangkap dua : ikatan yang dibentuk oleh atom nonlogam yang
masing-masing menyumbangkan 2 elektron untuk berikatan sehingga memenuhi
kaidah Oktet.

• Ikatan kovalen rangkap tiga ; ikatan yang terbentuk antara atom nonlogam yang
masing-masing menyumbangkan 3 elektron untuk saling berikatan sehingga
memenuhi kaidah Oktet.

IKATAN KOVALEN POLAR DAN NON POLAR

• Jika dua atom ( dwiatomik ) yang berbeda EN berikatan kovalen, maka molekulnya
memiliki kutub (positif dan negatif), disebut polar. Hal ini akibat momen dipol.
• Momen dipol ialah perkalian jarak ikatan (r) antar atom yang berikatan dengan
perbedaan keelektronegatifan antar dua atom yang berikatan.

Ikatan kovalen polar mempunyai ciri-ciri:

1. Senyawa poliatomik simetris yang memiliki atom pusat berpasangan elektron bebas (
lone pair electron ) selalu polar  punya PEB

2. Hal ini karena pasangan elektron bebas lebih kuat dibanding pasangan elektron ikatan
sehingga menimbulkan elektronegatifitas yang besar. Beda nilai elektronegativitas ≤
1,7

• Ikatan kovalen dikatakan nonpolar (tidak berkutub) jika pasangan elektron yang
digunakan bersama tertarik sama kuat ke semua atom, karena tidak ada perbedaan
keelektronegatifan pada atom-atom tersebut.

Ikatan kovalen non polar mempunyai ciri-ciri :

1. Molekul dwiatomik yang sama selalu simetris dan selalu nonpolar.


2. Molekul simetri poliatomik yang memiliki atom pusat tanpa elektron bebas ( lone pair
electron ) selalu nonpolar.

IKATAN KOVALEN KOORDINASI

• Ikatan Kovalen Koordinasi adalah ikatan kovalen yang terjadi jika pasangan elektron
yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan, sedang
atom yang lain tidak ikut menyumbang.

Ikatan kovalen mempunyai sifat :

• Titik didih rendah  meskipun ikatan kovalen dlm molekul kuat, tetapi ikatan
antarmolekulnya lemah shg mudah mendidih.

• Volatil

• Larut dalam pelarut organik (kovalen non polar), tetapi ada yg larut dlm air (kovalen
polar)

• Senyawa kovalen non polar tidak menghantarkan listrik, tp kovalen polar dalam
bentuk cair dapat menghantarkan listrik

GAYA INTRAMOLEKUL

Gaya intramolekul mempunyai 3 cabang :


1. Gaya van der Waals  gaya yg timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol
2. Gaya London : gaya tarik-menarik antarmolekul nonpolar yang lemah akibat
terbentuknya dipol sesaat (terkena aliran elektron).
3. Gaya dipol-dipol : terjadi pada molekul polar. Gaya tarik dipol-dipol lebih kuat
dibandingkan gaya dispersi (gaya London)

IKATAN HIDROGEN

• Ikatan hidrogen adalah Ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom yang
mempunyai elektronegatifitas sangat besar (F, O, N), sehingga lebih kuat dari gaya
van der Waals (london dan dipol-dipol), dan daya tarik molekul yang mempunyai
ikatan hidrogen mempunyai titik didih lebih tinggi.

Ada 2 ikatan hidrogen :

 Ikatan hidrogen intramolekul  terjadi antara atom-atom di dalam molekul yang sama

 Ikatan hidrogen intermolekul  terjadi antara molekul yang berbeda

BAB 3

STOKIOMETRI

 Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari
reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia)

Konsep Mol

Mol adalah Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia

1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram
C–12, yaitu 6,0221367 × 1023 partikel.

 Bilangan avogadro(L) adalah Jumlah Partikel yang berupa zat dapat berupa atom,
molekul, atau ion.

 Dinyatakan dengan rumus

gr
n=
Mr/Ar

X = n x 6,02 x 1023
Keterangan:

n=jumlah mol
X = jumlah partikel

MASSA MOLAR (m)

 Massa molar : massa 1 mol suatu zat, sama dengan Ar atau Mr zat itu dan dinyatakan
dalam g/mol

m = n x mm

massa unsur X = n x Ar X

massa senyawa X= n x Mr senyawa X

VOLUME MOLAR (V)

 Volume per mol gas disebut volume molar gas dan dinyatakan dengan lambang Vm.

 V = n x Vm

 Pada keadaan standar (suhu 0oC dan tekanan 1 atm, STP), volume molar gas (V m)
adalah 22,4 L/mol.

KEMOLARAN (M)

Kemolaran atau molaritas (M) adalah salah satu cara untuk menyatakan konsentrasi
(kepekatan) suatu larutan.

 Kemolaran dapat dinyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan, atau
jumlah mmol zat terlarut dalam tiap mL larutan.

Rumus

n
M
V
%  x 10 x  ρ
Molar zat cair M =
Mr

Diagram rumus/kesimpulan
Pengenceran larutan

M1 x V1 = M2 x V2

Dimana :

 M1 : konsentrasi larutan pekat (M, %, ppm, ppb)

 M2 : konsentrasi larutan yang diinginkan (M, %, ppm, ppb)

 V1 : Volume larutan pekat yang diambil (ml atau L)

 V2 : volume larutan yang akan dibuat (ml atau L)

Rumus kimia

menunjukkan jenis unsur dan jumlah relatif masing-masing unsur yang terdapat dalam
zat.

 Dapat berupa rumus empiris dan rumus molekul

Perbedaan rumus empiris dan rumus molekul

 Rumus empiris rumus kimia yang menyatakan rasio perbandingan terkecil dari atom-
atom pembentuk sebuah senyawa

 Rumus molekul, rumus yamg menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang
menyusun satu molekul senyawa

 Rumus Molekul = ( Rumus Empiris )n


Mr Rumus Molekul = n x ( Mr Rumus Empiris )

 n= bilangan bulat

menentukan dengan cara:

1. Cari massa (persentase) tiap unsur penyusun senyawa


2. Ubah ke satuan mol

3. Perbandingan mol tiap unsur merupakan rumus empiris

4. Untuk mencari rumus molekul dengan cara :


( Rumus Empiris ) n = Mr, n dapat dihitung

5. Kemudian kalikan n yang diperoleh dari hitungan, dengan rumus empiris.

PERSAMAAN REAKSI

 Penggunaan lambang (simbol) kimia untuk menunjukkan apa yang terjadi saat reaksi
kimia berlangsung

 N2(g) +  3 H2(g) →  2 NH3(g)

 Tanda + berarti “bereaksi dengan” dan tanda  berarti “menghasilkan”.

Cara menentukan persamaan reaksi

 Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama

 Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama

 Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud


gas perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu den
tekanannya sama)

Misalnya

HNO3 (aq) + H2S (g)   NO (g) + S (s) + H2O (l)

 a HNO3 + b H2S   c NO + d S + e H2O

 atom N : a = c (sebelum dan sesudah reaksi)


atom O : 3a = c + e   3a = a + e   e = 2a
atom H : a + 2b = 2e = 2(2a) = 4a   2b = 3a   b = 3/2 a
atom S : b = d = 3/2 a

dan dapat disimpulkan a = 2 berarti: b = d = 3, dan e = 4 sehingga persamaan reaksinya :

2 HNO3 + 3 H2S   2 NO + 3 S + 4 H2O

KADAR ZAT
Massa AxBy = p gram

x . ArA . p
massa A=
MrAxBy
y . ArB . p
massa B=
MrAxBy
x . ArA .100 %
%A =
MrAxBy
y . ArB.100 %
%B=
MrAxBy

Pereaksi pembatas Adalah pereaksi yang habis terlebih dahulu dalam suatu reaksi kimia

Cara menentukan pereaksi pembatas:

membagi jumlah mol masing-masing pereaksi dengan koefisiennya, kemudian hasil


terkecil itulah yang merupakan pereaksi pembatas.

CARA MENENTUKAN

 Tuliskan reaksi lengkapnya

 Setarakan koefisien reaksinya

 Hitung mol mula-mula masing-masing senyawa yang diketahui

 Cari pereaksi pembatas dengan membagi mol dengan koefisien. Pereaksi pembatas
adalah yg nilainya paling kecil

 Hitung mol setiap senyawa pada kondisi reaksi dan setimbang

 Carilah apa yg ditanyakan (mis : berat atau volume produk hasil reaksi)

Reaksi campuran Jika suatu campuran direaksikan, maka masing-masing komponen


mempunyai persamaan reaksi sendiri.

Pada umumnya hitungan yang melibatkan campuran diselesaikan dengan pemisalan.


BAB 4

LARUTAN DAN KOLOID


 Larutan adalah campuran homogen dari dua jenis zat atau lebih

 Larutan terdiri dari zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven)

 BENTUK LARUTAN :

 berbentuk cair : larutan gula

 berbentuk gas : udara yang merupakan campuran dari berbagai jenis gas terutama gas
nitrogen dan oksigen

 berbentuk padat : emas 22 karat yang merupakan campuran homogen dari emas
dengan perak

 SIFAT LARUTAN :

 tidak ada bidang batas antar komponen penyusunnya antara partikel solven dan solut
tidak bisa dibedakan
 komponen yang paling banyak dianggap sebagai pelarut. Jika larutan berbentuk cair,
maka air yang dianggap sebagai pelarut

 komposisi di seluruh bagian adalah sama

 JENIS LARUTAN ADA 2:

 ELEKTROLIT : larutan yang dapat menghantarkan listrik

 Contoh: larutan garam dapur, larutan asam asetat, larutan asam sulfat, air laut, air
sungai, larutan kapur sirih, dan larutan tawas

 NON ELEKTROLIT : larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik

 Contoh: larutan gula, larutan urea, dan larutan alkohol

Daya hantar larutan elektrolit dan non elektrolit tergantung pada jenis dan
kosentrasinya

 Larutan yang mempunyai daya hantar relatif baik walaupun konsentrasinya relatif
kecil  elektrolit kuat. Contoh : larutan garam dapur, larutan asam sulfat, dan larutan
natrium hidroksida

 Larutan yang mempunyai daya hantar rendah meskipun konsentrasinya besar 


elektrolit lemah. Contoh: larutan asam asetat, larutan amonia

Pada konsentrasi yg sama, larutan elektrolit kuat menghantarkan listrik lebih baik
daripada elektrolit lemah

 Dapat diukur dengan alat konduktometer atau konduktivitimeter

 Satuan daya hantar = ohm-1

 Atau dalam SI = Siemens disingkat S

ELEKTROLIT DAN IKATAN KIMIA

Dibagi menjadi 2

1. Senyawa ion
Senyawa ion terdiri atas ion. Contoh NaCl.
Jika dilarutkan maka ion dapat bergerak bebas dan larutan dapat menghantarkan listrik
Semua senyawa ion yang larut dalam air merupakan elektrolit kuat
Kristal senyawa ion tdk menghantarkan listrik, tapi jika dilelehkan bisa
menghantarkan listrik
2. Senyawa kovalen polar
Air merupakan pelarut polar
Jika zat terlarut yang bersifat polar dilarutkan dengan air maka terdapat gaya tarik-
menarik yang cukup kuat sehingga dapat memutuskan salah satu ikatan membentuk
ion  hidrolisis
Contoh : berbagai jenis asam dan basa
Senyawa : air
HCl (aq)  H+ (aq)+ Cl- (aq)

air

CH3COOH (aq)  H+ (aq) + CH3COO- (aq)


NH3 (aq) + H2O (l)  NH4+ (aq) + OH- (aq)

RUMUS
MOLARITAS (M)
menunjukkan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.

n
M=
V
¿
Keterangan :
M = molaritas (mol/l)
n = mol
v = volum larutan (L)
G = massa padatan (gram)
Mr = massa molekul relatif (g/mol)

MOLARITAS larutan pekat

Untuk menghitung molaritas dari larutan pekat (misalnya HCl, H2SO4) digunakan rumus :

%  x 10 x  ρ
M=
Mr

M : molaritas (M)

% : konsentrasi larutan pekat

ρ : massa jenis (g/L)

Mr : massa molekul relative (g/mol)


MOLARITAS

Keterangan:
m = molalitas (mol/kg)
Mr = massa molar zat terlarut (g/mol)
massa = massa zat terlarut (g)
p = massa zat pelarut (g)

CARA MEMBUAT LARUTAN

1. Tentukan konsentrasi dan volum yang ingin dibuat

2. Hitung mol larutan yg ingin dibuat

3. Cari massa solut

4. Timbang solut

5. Tuang dalam beaker glass dan tambahkan akuades secukupnya untuk melarutkan solut

6. Pindah ke dalam labu takar yang sesuai dengan volum yg kita inginkan

7. Tambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar, dikocok sampai homogen

RUMUS

Normalitas
mol zat terlarut (mol) x ekuivalen (eq)
N=
volume larutan (L)
% berat per volum (w/v atau b/v)

berat zat terlarut (g)


% w/v = x 100%
100 ml larutan

% volum per volum (%v/v)

volume zat terlarut (ml)


% v/v = x 100%
100 ml larutan

Part per million (ppm)

berat zat terlarut (mg) berat zat terlarut (mg)


ppm = =
volume larutan (L) berat larutan (kg)
Part per billion (ppb)

berat zat terlarut (g) berat zat terlarut (g)


ppb = =
volume larutan (L) berat larutan (kg)

RUMUS PENGENCERAN

Dengan catatan Bila ingin mengencerkan H2SO4 pekat, maka harus menambahkan
H2SO4 ke dalam air, bukan sebaliknya

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x N1 = V2 x N2

V1 = volume awal (mL atau L)

M1 = konsentrasi awal (Molaritas, M; dapat juga dalam %, ppm atau ppb)

N1 = konsentrasi awal (Normalitas, N)

V2 = volume akhir (ml atau L)

M2 = konsentrasi akhir (Molaritas, M; dapat juga dalam %, ppm atau ppb)

N2 = konsentrasi akhir (Normalitas, N)

KOLOID

 koloid adalah bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi
(suspensi = campuran kasar).

 Sistem koloid terdiri dari fase terdispersi (bersifat diskontinu/terputus-putus) dengan


ukuran tertentu dalam medium pendispersi (bersifat kontinu). Zat yang didispersikan
disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan
disebut medium pendispersi.

SIFAT KOLOID

Dibedakan menjadi 5 :

1. Efek Tyndall : penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya
sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke
segala arah.
2. Gerak Brown : gerak zig-zag partikel koloid.
terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul medium terhadap
partikel koloid.  energi kinetic, salah satu yang menstabilkan koloid. Oleh karena
bergerak terus menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi
sehingga tidak mengalami sedimentasi.
3. Elektroforesis : pergerakan partikel koloid karena medan listrik.
untuk menentukan jenis muatan koloid.
dalam sistem koloid diberikan dua batang elektrode kemudian diberi arus searah,
maka koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan
koloid bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif).
4. Adsorpsi : penyerapan ion atau muatan listrik dan molekul netral pada permukaan
partikel koloid.
Adsorpsi memiliki 4 sifat koloid :
1. Pemutihan gula tebu
2. Pembuatan obat norit

3. Penjernihan air
4. Penghilangan bau badan
Koagulasi : penggumpalan partikel koloid.
 Contohnya : Perebusan telur : telur mentah merupakan sistem koloid, dan jika direbus
akan terjadi koagulasi sehingga telur menggumpal.

PEMBUATAN KOLOID
Dibedakan menjadi 2:
1. kondensasi : partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel
koloid.
Dibedakan menjadi 4:
 Reaksi redoks : reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi
Contoh : pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl 4 dengan larutan
K2CO3 dan HCHO :
2HAuCl4(aq) + 6K2CO3(aq) + 3HCHO(aq) 2Au (koloid) + 5CO2(g) + 8KCl(aq) +
3HCOOK(aq) + KHCO3(aq) + 2H2O(l)
 Hidrolisis : reaksi suatu zat dengan air
Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3, jika ditambahkan air
mendidih ke dalamnya :
FeCl3(aq) + 3H2O(l)  Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl(aq)
 Dekomposisi rangkap
Contoh : sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer
dengan larutan HCl :
AgNO3(aq) + HCl(aq)  AgCl(koloid) + HNO3(aq)
 Penggantian pelarut
Contoh : larutan jenuh kalsium asetat ditambah dengan alkohol membentuk
koloid berupa gel
2. Cara dispersi : partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.
Dibagi menjadi 3:
 Cara mekanik : butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
 Cara peptisasi : pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
 Cara busur Bredig (gabungan dispersi dan kondensasi): logam yang akan dijadikan
koloid (sol logam) digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan pada medium
dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya.
BAB 5

ASAM BASA
ASAM : Cairan berasa asam dan dapat memerahkan kertas lakmus biru

BASA : Cairan berasa pahit dan dapat membirukan kertas lakmus merah

Asam basa menurut para Ilmuan :

 Arrhenius (1887)

 Asam adalah senyawa yang melepaskan H+ dalam air.

 Basa adalah senyawa yang melepaskan OH- dalam air.

 Kelemahan : hanya berlaku untuk larutan dalam air saja.

 Bronsted – Lowry(1923)

 Asam : Senyawa yg dapat memberikan proton ( H+ ) / donor proton.

 Basa: Senyawa yg dapat menerima proton (H+) / akseptor proton.

 Dibedakan:

 Asam konjugasi : Asam yg terbentuk dari basa yang menerima Proton


 Basa konjugasi : Basa yg terbentuk dari asam yang melepaskan Proton

 Lewis (1916)

 Asam : suatu partikel yg dapat menerima pasangan elektron dari partikel lain untuk
membentuk ikatan kovalen koordinasi

 Basa : suatu partikel yg dapat memberikan pasangan elektron kepada partikel lain
untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi

KESEIMBANGAN AIR

Rumus :

 Kw = [H+] [OH-]

 Amfoter : senyawa yang bisa berfungsi sebagai asam dan basa

 Autoionisasi pada air : Ketika molekul air bereaksi satu sama lain membentuk
ion-ionnya, dengan catatan bahwa H2O adalah tetap dan telah tercakup dalam
Kw

 2H2O (l)  H3O+ (aq) + OH- (aq)

 K = [H3O+][OH-] = [H+][OH-]

 K = tetapan ionisasi air , Kw

 Pada suhu kamar T= 25°C Kw = 10-14 sehingga [H+] = [OH-] = 10-7

KONSEP PH

Rumus

pH = - Log [H+] dan pOH = -Log [OH-]

pH + pOH = pKw

keterangan [H+] = [OH-]= 10-7 maka

 pH = pOH = 7 (netral)

 pH < 7 atau pOH > 7 bersifat asam

 pH > 7 atau pOH < 7 bersifat basa


 [H+] = [OH-] netral

 [H+] > [OH-] asam

 [H+] < [OH-] basa

RUMUS PH DAN POH

pH = - log [H+]

pOH = - log [OH-]

pH + pOH = 14

Kw = [H+] [OH-]

Perbedaan asam kuat dan asam lemah

Asam kuat : Asam kuat terionisasi sempurna atau hampir sempurna dlm air (100%).

Menghasilkan basa terkonjugasi yang lemah.

Contoh: HNO3, HCl, H2SO4, HClO4 , HBr, HI, HBrO4, HIO3

Asam lemah : Asam lemah terionisasi kurang dari 100% dalam air.

Menghasilkan basa terkonjugasi yang lemah.

Contoh: CH3 CO2H (asam asetat)

Rumus

 Ka = Konstanta kesetimbangan asam

 Kb = Konstanta kesetimbangan basa

Menentukan ph asam kuat


 Asam Kuat

 [H+] = M x valensi asam

 larutan HCl 0,01 M  [H+] = 10-2 x 1 = 10-2

pH = -log [H+] = - log 10-2 = 2

menentukan ph basa kuat

 Basa Kuat

 [OH-] = M x valensi basa

 Larutan NaOH 0,01 M  [OH-] = 10-2 x 1 = 10-2

 pOH = -log [OH-] = - log 10-2 = 2

 pH = 14 – pOH = 14 – 2 = 12

menentukan asam basa lemah

(H+) = √ Ka. M

(OH-) = √ Kb. M

NORMALITAS (N) DAN BERAT EKUIVALEN (BE) adalah banyaknya gram atau
berat ekivalen (BE) zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan.

Rumus :

N = massa

BE x volum

dimana: massa (g); BE (g/mol); volum (L)

 Berat ekivalen (BE) dapat ditentukan berdasarkan jenis reaksi, sebagai berikut :

 Berat ekivalen suatu senyawa dalam reaksi pengendapan dan pengomplekan


ditentukan oleh valensi dari senyawa tersebut.

 Berat ekivalen (BE) dalam reaksi oksidasi reduksi didasarkan pada banyaknya
elektron yang dilepaskan atau diikat dalam suatu reaksi oksidasi atau reduksi.

 Titrasi netralisasi (asam-basa) : yaitu suatu proses titrasi yang tidak mengakibatkan
terjadinya baik perubahan valensi maupun terbentuknya endapan dan atau terjadinya
suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi.

 Asam + Basa  Garam + Air

Titrasi penetralan dibagai menjadi 4 :

 Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam-garam
terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam.

 Titrasi Alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam-
garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dengan larutan standar basa.

 Titrasi pengendapan dan atau pembentukan kompleks yaitu suatu proses titrasi
yang dapat mengakibatkan terbentuknya suatu endapan dan atau terjadinya suatu
senyawa kompleks

 Titrasi reduksi oksidasi atau redoks yaitu suatu proses titrasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan valensi atau perpindahan elektron antara zat-zat
yang saling bereaksi.

 Hal ini bisa menjadi sebagai larutan standarnya adalah larutan dari zat-zat
pengoksidasi atau zat-zat pereduksi.

 Titrasi Asidi-Alkalimetri

Dibagi menjadi 2 larutan standar :

 Larutan standar primer : larutan yang telah diketahui konsentrasinya (molaritas


atau normalitas) secara pasti melalui pembuatan langsung

 Pembuatan larutan standar primer :

1. Kemurniannya tinggi
2. Stabil (tidak mudah menyerap H2O atau CO2, tidak bereaksi dengan udara, tidak
mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada pengeringan)
3. Memiliki massa molekul (Mr atau BM) yang tinggi
4. Larutan bersifat stabil

 Contoh : Na2CO3, Na2C2O4 .2H2O, K2Cr2O7, Na2B4O7.10 H2O

 Larutan standar sekunder : larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara


pasti melalui pembuatan langsung

Contoh : NaOH, Ba(OH)2, KMnO4, Na2S2O3

Cara proses titrasi

 Proses penambahan larutan standar primer ke dalam larutan yang akan ditentukan
sampai terjadi reaksi sempurna disebut titrasi.

 Saat dimana reaksi sempurna dimaksud tercapai disebut titik ekivalen atau titik akhir
titrasi.

 Pada proses titrasi ditambahkan indikator ke dalam larutan standar primer untuk
mengetahui perubahan warna sebagai indikasi bahwa titik ekuivalen titrasi telah
tercapai.

 Larutan standar Primer  di dalam erlenmeyer

 Larutan standar primer ditambah dengan indikator

 Larutan standar sekunder  di dalam buret (Titran)

 Titrasi dilakukan sampai mencapai titik ekuivalen  titik akhir titrasi terjadi
perubahan warna
BAB 6

LARUTAN PENYANGGA/BUFFER
• Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang pH-nya praktis tidak
berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila larutan
diencerkan.

• Mengandung campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam
konjugasinya.

Larutan penyangga dibedakan atas 2 :

• larutan penyangga asam yang mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7)

• larutan penyangga basa yang mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).

• Larutan penyangga asam merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasi
(garam)nya.

• Contoh :
• Larutan buffernya campuran CH3COOH (asam lemah) dan CH3COO- (garam atau
basa konjugasi)

• Larutan penyangga basa merupakan campuran basa lemah dengan asam konjugasi
(garam)nya.

• Contoh :

• Larutan buffernya campuran NH3 (basa lemah) dan NH4+ (garam atau asam konjugasi)

• Cara kerja larutan buffer asam

• Contoh larutan penyangga asam: CH3COOH dan CH3COO-

• Dalam larutan terjadi kesetimbangan :

• CH3COOH  CH3COO- + H+

• Penambahan asam : akan menggeser kesetimbangan ke kiri, ion H+ yang ditambahkan


akan bereaksi dengan CH3COO- membentuk CH3COOH ;

• CH3COO- + H+  CH3COOH

• Penambahan basa : ion OH- dari basa akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air,
sehingga kesetimbangan bergeser ke kanan dan konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan.

• bereaksi dengan CH3COOH membentuk CH3COO- dan air :

• CH3COOH + OH-  CH3COO- + H2O

• Cara kerja buffer basa

• Contoh larutan penyangga basa : NH3 dan NH4+

• Dalam larutan kesetimbangan :

• NH3 + H2O  NH4+ + OH-

• Penambahan asam : Asam yang ditambahkan bereaksi dengan NH3 membentuk NH4+.

• NH3 + H+  NH4+
• Penambahan basa : penambahan basa akan menggeser kesetimbangan ke kiri sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.

• bereaksi dengan asam (dalam hal ini NH4+) membentuk basa (NH3) dan air.

• NH4+ + OH-  NH3 + H2O

MENGHITUNG PH LARUTAN

• pH larutan penyangga bergantung pada Ka asam lemah atau Kb basa lemah serta
perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasi atau konsentrasi
basa dengan asam konjugasi dalam larutan tersebut.

• Rumus

• Penyangga asam :

[H ]  Ka x
a a
pH  pKa - log
g g

Keterangan

Ka = tetapan ionisasi asam lemah

a = jumlah mol asam lemah

g = jumlah mol garam (basa konjugasi)

penyangga basa

[OH ]  K b x
b b
pOH  pK b - log
g g
keterangan

Kb = tetapan ionisasi basa lemah

b = jumlah mol basa lemah

g = jumlah mol garam (asam konjugasi)

• Kapasitas atau daya penahan larutan penyangga bergantung pada jumlah mol dan
perbandingan mol dari komponen penyangga.

Makin banyak jumlah mol komponen semakin besar kemampuan mempertahankan pH


Perbandingan mol antara komponen-komponen suatu larutan penyangga sebaiknya antara
0,1 hingga 10. Di luar perbandingan tersebut maka sifat penyangganya akan berkurang

• Fungsi larutan penyangga

• Larutan penyangga digunakan dalam kimia analitik, biokimia, bakteriologi, fotografi


industri kulit dan zat warna.

• Cairan tubuh, baik intrasel maupun cairan luar sel, merupakan larutan penyangga.

• Sistem penyangga yang utama dalam cairan intrasel adalah pasangan asam basa
konjugasi H2PO4- – HPO42 :

• HPO42-(aq) + H+(aq) H2PO4-(aq)

• H2PO4-(aq) + OH-(aq) HPO42-(aq) + H2O(l)

• Sistem penyangga cairan luar sel (darah) adalah pasangan asam basa konjugasi H 2CO3
– HCO3-. Larutan penyangga tersebut menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar
7,4.

• H2CO3(aq) + OH-(aq) HCO3-(aq) + H2O(l)

• HCO3-(aq) + H+(aq) H2CO3(aq)

• Apabila mekanisme pengaturan pH darah gagal, terjadi penurunan pH (asidosis) atau


peningkatan pH 7,8 (alkalosis)

• pH dapat diukur dengan menggunakan :

• Kertas pH universal  warna pada indicator pH universal dibandingkan dengan warna


standar

• pH meter

• cara menggunakan pH meter

1. Kalibrasi pH meter
a. Siapkan pH meter dan larutan buffer pH 4, 7 dan 10 (biasanya tersedia bersama
pH meter)
b. Hidupkan alat dan pilih mode kalibrasi. Bilas elektroda dengan akuades dan
celupkan dalam larutan buffer pH 10
c. Tunggu selama 1-2 menit sampai pembacaan pH stabil (sampai nilai yang
tertera di display tidak berubah)
d. Angkat dan bilas elektroda dengan akuades, keringkan dengan tisu. Ulangi
untuk pH buffer 7 dan 4.
2. pH meter telah siap digunakan utk mengukur pH sampel

BAB 7

SPEKTROFOTOMETRI
 Spektrofotometri adalah pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan
instrumen

 Spektrofotometer : instrumen yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang


diserap atau intensitas warna yang sesuai dengan panjang gelombang

 Pengukuran kuantitatif dari cahaya yang diserap terukur dalam bentuk Transmitansi
dan absorbansi tersebut.

• Analisis spektrofotometri : analisis kimia yang berdasarkan pada pengukuran


intensitas warna larutan yang akan ditentukan konsentrasinya dibandingkan dengan
larutan standar, suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
• Prinsip Spektrometri
1. Larutan sampel dikenai radiasi elektromagnetik, sehingga menyerap energi /
radiasi  terjadi interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi
(atom/molekul)
2. Jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel dikonversi dengan
konsentrasi analit  data kuantitatif

berinteraksi dengan radiasi elektromagnetik, dibagi 2:

1. Spektrometri molekul : radiasi elektromagnetik berinteraksi dengan molekul


2. Spektrometri atom : radiasi elektromagnetik berinteraksi dengan atom

• Menentukan konsentrasi dengan metode analisis kimia yang didasarkan pada


pengukuran absorpsi (serapan) radiasi gelombang elektromagnetik.

Rumus radiasi elektromagnetik

Energi foton:  
V = 
C 

C C
E = h = h  =
 

Keterangan :

V = Wave Number (cm-1)

λ = panjang gelombang (nm-1)

C = kecepatan cahaya = 3 x 1010 cm/sec.

υ = frekuensi (Hz)

h (Tetapan Planck) = 6.62 x 10-27 (Ergsec)

dasar pengukuran spektrofotometer

Hukum Lambert Beer – hubungan linear antara absorbansi dengan konsentrasi zat
yang diserap

Penyimpangan :
1. Larutan pekat
pada konsentrasi larutan yang terlalu pekat, Absorbansi yang terbaca terlalu tinggi,
sehingga grafik tidak linear  Larutan yang diukur harus encer
2. faktor instrumentasi  sinar yang diserap tidak monokromatis  menyebabkan 2
panjang gelombang maksimum
3. Faktor kimia  karena terjadinya reaksi disosiasi, asosiasi, polimerisasi, solvolisis
Jika terjadi reaksi  konsentrasi zat yang akan diukur berkurang

Rumus

A = abc
Keterangan :

“a” is molar absorptivity dalam L/[(mol)(cm)]

“b” : panjang kuvet dalam cm

Diameter kuvet atau tempat sampel = jarak cahaya yang melalui sampel yang
diserap

“c” konsentrasi sampel dalam (mol/L)

Transmitansi dan Absorbansi

Rumus

Transmitansi :

T = I/Io

I : intensitas cahaya setelah melewati sampel

Io : intensitas cahaya awal

Hubungan Absorbansi dengan %T :

A = -logT = -log(I/ Io)

T= (I/Io) = 10-A

%T = (I/Io) x 100
A = -logT = log(1/T)

Cara mempergunakan alat spektrofotometer

Lampu : untuk sumber cahaya

Monochromator : memiliki 1 panjang gelombang yang dikirimkan melalui


sampel

Detector : mendeteksi panjang gelombang yang telah melewati sampel

Amplifier : alat untuk menguatkan sinyal dan mencegah kebisingan latar


belakang sehingga mudah dibaca

Metode pengukuran

Konsentrasi sampel :

1. Ukur panjang gelombang maks


2. Buat kurva standar
3. Ukur sampel
4. Konversi A sampel dengan kurva standar

Cara pemakaian alat

1. Dengan ruang sampel kosong, mengatur panjang gelombang yang diinginkan


kemudian menyesuaikan diri dengan T 0% dengan tombol kanan pada panel depan.

2. Masukkan larutan blanko, tutup dan menyesuaikan T 100%


dengan tombol kanan pada panel depan.

3. Alat membaca dan mencatat nilai% T.

4. Mengubah panjang gelombang, ulangi langkah 2-4

Struktur kimia dan absorpsi UV


Larutan yang dapat di ukur menggunakan spektrofotometer UV senyawa yang
mempunyai gugus kromofor

Gugus kromofor : gugus molekul yang mengandung sistem elektronik yang dapat
menyerap energi pada daerah UV

Jenis bahan/ aplikasi

Protein Glucose Determination

Amino Acids (aromatic) Enzyme Activity (Hexokinase)

Struktur kimia dan absorpsi Visible

Larutan yang dapat dianalisis dengan spektrofotometer visible  senyawa yang berwarna

Contoh : KMnO4

Apabila senyawa tersebut tidak berwarna, maka perlu ditambahkan pengompleks yang
dapat membentuk warna

Contoh : analisis logam Pb, Fe

Jenis bahan/ aplikasi

Niacin Metal Determination (Fe)

Pyridoxine Fat-quality Determination (TBA)

Vitamin B12 Enzyme Activity (glucose oxidase)

Anda mungkin juga menyukai