IKATAN KIMIA
Unsur No.atom K L M N O P
He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8
Unsur gas mulia bersifat sangat stabil sehingga sukar untuk bereaksi. Konfigurasi
elektron gas mulia adalah konfigurasi elektron yang paling stabil. Kestabilan unsur gas
mulia disebabkan oleh elektron valensinya yang berjumlah delapan (kecuali helium yang
mempunyai dua elektron valensi). Konfigurasi elektron gas mulia disebut konfigurasi oktet
(atau duplet untuk helium).
Untuk mencapai konfigurasi oktet gas mulia, unsur-unsur cenderung untuk melepas
elektron atau menyerap elektron.
a. Melepas elektron
Contoh : Na ( 2, 8, 1 ) melepas 1 elektron membentuk ion Na+ ( 2, 8 )
b. Menyerap elektron
Contoh : F ( 2, 7 ) menyerap 1 elektron membentuk ion F- ( 2, 8 )
BAB 3 STOIKIOMETRI
B. Hipotesis Avogadro
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang volumnya sama akan mengandung jumlah
molekul yang sama pula”
Contoh :
H2 (g) + O2 (g) 2 H2O (g)
2 liter 1 liter 2 liter
4 liter 2 liter 4 liter
100 molekul 50 molekul 100 molekul
C. Massa Atom Relatif / Massa Molekul Relatif
Massa atom relatif, yaitu perbandingan massa suatu atom unsur dengan satu atom
pembanding. Sedangkan massa molekul relatif (Mr) sama dengan jumlah massa atom relatif
(Ar) dari atom-atom penyusun molekul zat itu. Massa atom relatif (Ar) dari masing-masing
atom dapat dilihat pada sistem periodik unsur.
Contoh : Ar H = 1, C=12
D. Mol
Mol adalah satuan jumlah.
1 mol suatu unsur menyatakan banyaknya unsur tersebut sehingga :
- m = Ar
- jumlah partikelnya sebanyak 6,02 × 1023 atom
- jika wujudnya gas, volumnya dalam keadaan STP 22,4 liter
Pada keadaan tidak standar, volum gas mengikuti persamaan: P.V = n.R.T
E. Massa Molar
Secara umum dapat dikatakan bahwa massa molar suatu zat adalah sama dengan Ar atau
Mr zat itu yang dinyatakan dalam satuan gram/mol. Hubungan jumlah mol (n) dengan massa
zat (m) dinyatakan dengan :
G. Kadar Zat
- Persen massa (% massa)
Persen massa menyatakan bahwa banyaknya zat terlarut dalam 100 gram larutan. Satuan ini
digunakan apabila zat terlarut berupa padatan.
massa komponen
%massa= x 100 %
massa campuran
- Persen volume (% volume)
Persen volume menyatakan besarnya volume zat terlarut yang terdapat dalam 100 ml larutan.
volume komponen
%volume= x 100 %
volume campuran
I. Perhitungan Kimia
Penentuan jumlah pereaksi dan hasil reaksi yang terlibat dalam reaksi harus diperhitungkan
dengan satuan mol. Metode ini dinamakan metode pendekatan mol.langkah langkah dalam melakykan
metode ini adalah:
1. Setarakan reaksi soal yang di tanyakan
2. Ubah semua satuan zat ke dalam mol
3. Gunakan koefisien reaksi untuk meyeimbangkan reaktan dengan produk
4. Ubah satuan zat yang ditanyakan ke dalam satuan yang di tanyakan.
J. Pereaksi Pembatas
Pereaksi pembatas adalah zat yang habis lebih dulu dalam suatu reaksi. Hal ini terjadi karena di
dalam suatu reaksi kimia, perbandingan mol-zat-zat pereaksi yang ditambahkan tidak selalu sama
dengan perbandingan koefisien reaksinya. Apabila zat-zat yang direaksikan tidak ekivalen, maka salah
satu pereaksi akan habis lebih dahulu sedangkan pereaksi yang lain bersisa. Dapat ditentukan dengan
cara membagi semua mol reaktan dengan koefisiennya, lalu pereaksi yang mempunyai nilai hasil bagi
terkecil, merupakan pereaksi pembatas.
BAB 4
LARUTAN DAN KOLOID
Larutan merupakan campuran yang homogen yang terdiri dari pelarut dan terlarut.
Pelarut merupakan Komponen yang memiliki komposisi paling banyak dalam sebuah larutan
atau yang paling menentukan sifat larutan. Sedangkan larutan merupakan Komponen yang
jumlahnya sedikit dalam sebuah larutan
4.1 Sifat Larutan
a. Sifat Fisik
- tidak ada bidang batas antar komponen penyusunnya
- antara partikel solven dan solut tidak bisa dibedakan
- Warna, bau, rasa, pH, titik didih, titik beku
b. Sifat Koligatif
- Sifat larutan yang tergantung pada konsentrasi zat terlarut
- Penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis
4.2 Jenis Larutan
a. Larutan Elektrolit : jenis larutan yang dapat menghantarkan listrik
Contoh : amonia, HCL, air kapur, dll
b. Larutan Non Elektrolit : Jenis larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik
Contoh : larutan urea, larutan alkohol, dll
4.3 Molaritas
Merupakan banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Rumus molaritas :
mol zat terlarut G 1000
M= atau M = x
volume larutan Mr ¿ ¿
4.4 Molalitas
Merupakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1000 gram (1 kg) pelarut. Satuan molalitas
adalah molal.
Rumus Molalitas :
mol zat terlarut
M= \
jumlah kilogramlarutan
4.5 Pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x N1 = V2 x N2
4.6 Koloid
Sistem koloid merupakan sistem dispersi dari dua atau lebih zat yang bersifat homogen.
a. Jenis – jenis koloid
Medium
Fase terdispersi pendispersi
Padat Cair Gas
Padat Sol padat Sol Aerosol padat
Cair Emulsi padat Emulsi Aerosol
Gas Buih padat Buih -
b. Sifat – sifat koloid
1. Efek Tyndall
Merupakan gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Pemanfaatannya pada bioskop yang sorot lampunya terlalu terang, kap
lampu dapat dibuat dari koloid sehingga cahaya dapat terhamburkan.
2. Gerak brown
Merupakan gerakan partikel-partikel koloid dengan lintasan lurus, tetapi arahnya
tidak menentu (gerak acak/ tidak beraturan). Jika koloid diamati di bawah
mikroskop ultra, akan terlihat bahwa partikel-partikel tersebut bergerak secara
zigzag. Pergerakan zigzag inilah yang dinamakan gerak Brown.
3. Adsorpsi
Merupakan peristiwa penyerapan ion atau senyawa lain oleh permukaan-
permukaaan partikel koloid. Peristiwa ini terjadi karena luasnya permukaan
partikel koloid. Sifat ini digunakan pada pemutihan gula tebu dan penjernihan air.
4. Koagulasi
Merupakan peristiwa penggumpalan partikel koloid sehingga terbentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, zat terdispersi tidak lagi membentuk suatu koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik melalui pemanasan, pendinginan, dan
pengadukan, atau secara kimia melalui penambahan elektrolit dan pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
5. Dialisis
Merupakan proses pemisahan koloid dari ion-ion pengotor. Dialisis dilakukan
dengan cara mengalirkan cairan melalui membran semipermeabel yang berfungsi
sebagai penyaring. Membran semipermeabel ini dapat dilewati cairan, tetapi tidak
dapat dilewati koloid. Akibatnya, koloid dan cairan akan terpisah.
6. Elektroforesis
Merupakan peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik. Proses elektroforesis ini berguna untuk menentukan
jenis muatan koloid. ifat ini dapat digunakan untuk mengidenti kasi DNA pada
korban pelaku kejahatan
c. Cara Pembuatan Koloid
1. Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan
menggumpalkan partikel yang sangat kecil (larutan) menjadi partikel koloid.
Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara berikut.
Reaksi redoks
Reaksi hidrolisis
Reaksi pengendapan
Reaksi pergeseran
Reaksi penggantian pelarut
2. Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil
partikel suspensi yang kasar menjadi partikel koloid yang lebih lembut. Beberapa
metode yang dapat dilakukan pada proses dispersi adalah cara mekanik, cara
peptisasi, cara busur Bredig, dan cara ultrasonik
d. Pemanfaatan koloid
1. Industri kosmetik
2. Industri farmasi
3. Industri tekstil
4. Industri sabun dan detergen
BAB 5
ASAM BASA
5.1 Pengertian
Larutan asam mempunyai rasa asam dan bersifat korosif (merusak logam, marmer,
dan berbagai bahan lain). Sedangkan larutan basa berasa agak pahit dan bersifat kaustik (licin,
seperti bersabun).
1. Teori asam – basa Arrhenius
Dalam air, asam melepas ion H+ sedangkan basa melepas ion OH
Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air mengalami ionisasi
sebagai berikut : HxZ (aq) x H+ (aq) + ZX- (aq)
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi
asam. Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+
disebut ion sisa asam.
Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai
sebagai berikut:
M(OH)x (aq) → Mx+ (aq) + x OH- (aq)
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi
basa.
2. Teori asam – basa Brownsted Lowry
Asam adalah spesi atau zat yang merupakan donor proton (H+ ). Sedangkan
basa adalah spesi atau zat yang merupakan akseptor proton (H+ ).
Asam yang telah melepaskan satu proton akan membentuk spesi atau zat yang
disebut basa konjugasi sedangkan basa yang telah menerima satu proton akan
membentuk spesi atau zat yang disebut asam konjugasi.
3. Teori Asam-basa Lewis
Transfer proton terjadi karena adanya pasangan elektron bebas pada basa, yang
kemudian akan membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan proton tersebut.
Asam adalah spesi atau zat akseptor pasangan elektron sedangkan basa adalah
spesi atau zat donor pasangan elektron.
5.2 Tetapan Kesetimbangan Air (Kw)
H2O → H+ + OH-
Pada keadaan setimbang:
Kw = [H+] [OH-]
Pada suhu kamar T= 25°C Kw = 10-14 sehingga [H+] = [OH-] = 10-7
5.3 Indikator Asam Basa
Indikator asam-basa adalah zat warna yang mempunyai warna berbeda dalam larutan
yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat basa. Oleh karena itu, indikator asam-basa
dapat digunakan untuk membedakan larutan asam dan larutan basa. Contohnya Dalam air
murni adalah kertas lakmus. Lakmus berwarna merah pada larutan asam dan berwarna biru
pada larutan basa. Di dalam laboratorium, indikator yang sering digunakan selain kertas
lakmus adalah fenoltalein, metil merah, dan metil jingga.
5.4 Kekuatan Asam-basa
Berdasarkan banyaknya ion yang dihasilkan pada ionisasi asam dan basa dalam
larutan, maka kekuatan asam dan basa dikelompokkan menjadi asam kuat dan asam lemah
serta basa kuat dan basa lemah. Kekuatan asam dan basa tersebut dapat dinyatakan dengan
derajat ionisasi. Derajat ionisasi (α) adalah perbandingan antara jumlah molekul zat yang
terionisasi dengan jumlah molekul zat mula-mula.
Larutan elektrolit kuat mengalami ionisasi sempurna, sehingga harga α mendekati
satu. Sementara itu, larutan elektrolit lemah hanya mengalami ionisasi sebagian, sehingga
harga α sangat kecil (α < 1).
5.5 Mengukur pH
- Asam Kuat
[H+] = M x valensi asam
- Basa kuat
[OH-] = M x valensi basa
- pH asam-basa lemah
(H+) = √ Ka. M
(OH-) = √ Kb. M
5.6 Titrasi Asam – basa
Merupakan prosedur menetapkan kadar suatu larutan dengan mereaksikan sejumlah
larutan tersebut yang volumenya terukur dengan suatu larutan lain yang telah diketahui
kadarnya.
Rumus Titrasi :
M1 V1 = M2 V2
BAB 6
LARUTAN BUFFER(PENYANGGA)
6.1 Pengertian
Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika
ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan
campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam
konjugasinya.
6.2 Jenis – Jenis Penyangga
a. Campuran Asam Lemah dan Basa Konjugasinya(Buffer Asam)
Contoh : Campuran asam lemah CH3COOH dan basa konjugasinya, yaitu ion
CH3COO- ,
[H ] K a x
a
g
a
pH pKa - log
g
Cara kerja :
Pada penambahan asam, asam (H+ ) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Ion H + yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
Pada penambahan basa, basa (OH- ) akan menggeser kesetimbangan ke kanan. Basa yang
ditambahkanakan bereaksi dengan komponen asam (dalam hal ini CH3COOH)
membentuk ion CH3COO dan air.
BAB 7
SPEKTROFOTOMETRI
Metode ini berdasarkan penyerapan sinar ultraviolet maupun sinar tampak yang
menyebabkan terjadinya transisi elektron (perpindahan elektron dari tingkat energi yang
rendah ketingkat energi yang lebih tinggi). Spektrofotometri UV-Vis juga merupakan anggota
teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)
ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Spektrofotometri UV- Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar
pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer UV-Vis maka
perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-Vis dilakukan dengan
menggunakan blangko :
Setting nilai absorbansi = 0
Setting nilai transmitansi = 100%
Penentuan kalibrasi dilakukan dengan beberapa prosedur, diantaranya adalah
dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam sampel)
dengan kuvet yang sama. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan
proses kalibrasi. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu
macam panjang gelombang, dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit.
Dengan adanya proses kalibrasi pada spektrofotometer UV-Vis maka akan membantu
praktikan untuk memperoleh hasil yang akurat dan presisi