TONSILITIS KRONIS
\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\
Oleh :
Dewi Laila Azhar
NIM. 1708436490
Pembimbing :
dr. Asmawati Adnan, Sp.THT-KL
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tonsilitis kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada
tonsila palatina yang menetap. Tonsilitis kronis disebabkan oleh serangan ulangan
dari tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil.1
2.2 Anatomi
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya. Terdapat tiga macam tonsil, yaitu tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil palatina yang
biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut
orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (M. palatoglosus) dan pilar posterior
(M. palatofaringeus).3,4
Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang
merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat
pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan
mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel
skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan
lekosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral
tonsil melekat erat pada otot faring.3
Tonsil mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna,
yaitu:3
1. A. Maksilaris eksterna (A. Fasialis) dengan cabangnya A. Tonsilaris
dan A. Palatina asendens.
2. A. Maksilaris interna dengan cabangnya A. Palatina desendens.
3. A. Lingualis dengan cabangnya A. Lingualis dorsal.
4. A. Faringeal asendens.
3
Gambar 1. Cincin Waldeyer
4
mencegah bakteri dan virus masuk ke tubuh melalui mulut dan sinus. Tonsil juga
menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk melawan patogen.
Lokasi tonsil sangat memungkinkan terpapar benda asing dan patogen,
selanjutnya membawanya ke sel limfoid. Jika tonsil tidak mampu melindungi
tubuh, maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu tonsilitis.5
Tonsil mengandung sel limfosit B dan limfosit T. Limfosit B membentuk
kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar sedangkan limfosit T pada tonsil adalah
40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di
pusat germinal. Imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), interferon, lisozim dan
sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Tonsil merupakan organ limfatik
sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah
disensitisasi.5
2.4 Patologi
Karena proses radang berulang yang timbul, maka selain epitel mukosa
juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga
kripti melebar. Secara klinik, kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan
terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan
dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak, proses ini dapat disertai
dengan pembesaran kelenjar limfe submandibular.1
2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda
Pada anamnesis, penderita biasanya datang dengan keluhan berupa nyeri
tenggorokan dan nyeri waktu menelan, rasa ada yang mengganjal dan kering di
tenggorokan, dan/atau napas berbau. Gejala-gejala konstitusi dapat ditemukan
seperti demam, namun tidak mencolok. Pada pemeriksaan tampak tonsil
membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti
terisi oleh detritus. Pada anak dapat ditemukan adanya pembesaran kelenjar limfe
submandibular.1
5
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan
mengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan
medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi:4
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
Gambar 2. (A) Tonsil hipertrofi T1; (B) T2; (C) T3; (D) T4 (“kissing tonsils”)4
Pemeriksaan penunjang
Gold standard pemeriksaan mikrobiologi tonsil adalah kultur dari dalam
tonsil. Kegagalan mengeradikasi organisme patogen disebabkan ketidaksesuaian
pemberian antibiotika atau penetrasi antibiotika yang inadekuat. Penatalaksanaan
dengan antimikroba sering gagal untuk mengeradikasi kuman patogen dan
mencegah kekambuhan infeksi pada tonsil.4
Bakteri penyebab tonsilitis tersering adalah Streptococcus beta
hemolitikus grup A. Daerah tenggorokan banyak mengandung flora normal.
Permukaan tonsil mengalami kontaminasi dengan flora normal di saluran nafas
6
atas. Patogen yang didapatkan dari daerah ini bisa jadi bukan merupakan bakteri
yang menginfeksi tonsil. Pemeriksaan kultur dari permukaan tonsil saja tidak
selalu menunjukkan bakteri patogen yang sebenarnya, sehingga pemeriksaan
bakteriologi dapat dilakukan dengan swab jaringan inti tonsil. Pemeriksaan kultur
dari inti tonsil dapat memberikan gambaran penyebab tonsilitis yang lebih akurat.
Pemeriksaan kultur dari inti tonsil ini dilakukan sesaat setelah tonsilektomi atau
dengan aspirasi jarum halus dengan pasien diberikan bius lokal terlebih dahulu.4
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk tonsillitis kronik terdiri atas terapi medikamentosa
dan operatif.
Medikamentosa
Terapi ini ditujukan pada higiene mulut dengan cara berkumur atau obat
isap, pemberian antibiotik, pembersihan kripta tonsil dengan alat irigasi gigi atau
oral. Pemberian antibiotik sesuai kultur. Pemberian antibiotik yang bermanfaat
pada penderita tonsilitis kronis yaitu antibiotik golongan penisilin merupakan
antibiotik pilihan pada sebagian besar kasus karena efektif dan harganya lebih
murah. Namun, pada anak dibawah 12 tahun, golongan sefalosporin menjadi
pilihan utama karena lebih efektif terhadap Streptococcus. Golongan makrolida
dapat digunakan hanya jika terdapat alergi terhadap penisilin, hal ini disebabkan
efek samping yang ditimbulkan golongan makrolida lebih banyak.1
Operatif
Indikasi tonsilektomi
Adapun indikasi tonsilektomi menurut The American of Otolaryngology-
Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 adalah:1
1) Serangan tonsillitis lebih dari 3x pertahun walaupun telah mendapat terapi
yang adekuat.
2) Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan orofasial.
7
3) Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan
napas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor
pulmonale.
4) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengan pengobatan.
5) Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
6) Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri Streptokokus beta
hemolitikus grup A.
7) Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
8) Otitis media efusa/otitis media supuratif.
2.7 Komplikasi
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya
berupa rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum.
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul
endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uvetis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus,
urtikaria, dan furunkulosis.1
8
Status Pasien
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :, Pekanbaru
Suku Bangsa : Melayu / Indonesia
9
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Asma (-)
• Keluhan yang sama dalam keluarga (-)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : komposmentis kooperatif
Tekanan darah :
Frekuensi Nadi : 96 x/i
Suhu Tubuh : 37,2oC
Pemeriksaan Sistemik
Kepala
Mata : Allergic shiner : (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada
Trauma Tidak ada Tidak ada
Daun Telinga Radang Tidak ada Tidak ada
Nyeri tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Lapang / sempit Lapang Lapang
Liang Telinga Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Bau Tidak Tidak
Sekret/Serumen
Warna Kekuningan Kekuningan
Jumlah Minimal Minimal
10
Membran Tympani
Gambar
Hidung
Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
11
Rinoskopi Anterior
Gambar
12
Jaringan Granulasi
Ukuran
Warna
Konkha Inferior Permukaan
Edema
Ada / Tidak
Muara Tertutup sekret
tuba Eustachius Edema
Lokasi
Massa Ukuran
Bentuk
Permukaan
Post Nasal Drip Ada / Tidak
Jenis
Gambar
Orofaring / Mulut
13
Bentuk - -
Tumor Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Gigi Karies / Radiks Tidak ada Tidak ada
Kesan Dalam batas normal Dalam batas normal
14
Massa
Sinus Piriformis Massa
Sekret
Valekule Sekret ( jenisnya )
Massa
Gambar
15
RESUME ( DASAR DIAGNOSIS )
Anamnesis :
Keluhan Utama :
Nyeri tenggorokan.
Pemeriksaan Fisik
Normal Normal
Liang Telinga
Normal Normal
Membran Tympani
Gambar
16
Gambar
Epiglotis
Pita Suara
Gambar
Faring
Tonsil T4 T4
Gambar
17
Prognosis : Bonam.
Nasehat: Hindari jajan di luar, makanan terlalu dingin ataupun pedas, jaga
kebersihan mulut dan gigi, kepala ditinggikan saat tidur.
18
BAB IV
PEMBAHASAN
19
Dilihat dari ukuran kedua tonsil T4, keadaan pasien merasa kesulitan untuk
menelan makan, tidur mengorok dan keluhan yang sering berulang sejak SD, maka
disarankan untuk dilakukan operasi tonsilektomi. Namun sebelum dilakukan
tonsilektomi, peradangan pada tonsil ditenangkan terlebih dahulu dengan terapi
medikamentosa. Pasien telah mendapatkan obat Cefixime, Paracetamol, Rhinofed dan
Vectrine pada pengobatan sebelumnya dan tonsil sudah dalam keadaan tenang. Pasien
dapat dipersiapkan untuk operasi, mulai dengan pemeriksaan laboratorium meliputi
pemeriksaan darah lengkap, bleeding time dan clotting time serta kimia darah dan
pemeriksaan foto polos toraks.
Pada tonsilitis kronis terjadi penurunan fungsi imunitas tonsil. Penurunan
fungsi ditunjukkan melalui peningkatan deposit antigen persisten pada jaringan
tonsil sehingga terjadi peningkatan regulasi sel-sel imunokompeten berakibat
peningkatan insiden sel yang mengekspresikan IL-1β, TNF-α, IL-6, IL-8, IL-2,
INF-γ, IL-10, dan IL-4. Karena hal tersebut, banyak manfaat dilakukannya
tonsilektomi pada pasien tonsilitis kronis. Tetapi tindakan tonsilektomi tetap harus
sesuai indikasi. Beberapa manfaat tonsilektomi seperti menurunkan angka
kejadian nyeri menelan/ nyeri tenggorok, penurunan pemakaian antibiotik,
menurunkan pemakaian fasilitas kesehatan dan meminimalkan beban ekonomi
penderita tonsillitis.8
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22