PENDAHULUAN
IDENTITAS PASIEN
Nama : ny. AK
NO RM : 00084xxx
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : wiraswata
Tanggal masuk RSUD : 17 Oktober 2021
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari SMRS.
Pemeriksaan Umum
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Komposmentis kooperatif
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 97 x/menit
• SpO2 : 98%
• Suhu : 36,8 °C
• Napas : 19x/ menit
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
1. Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, diameter
pupil kiri dan kanan 2 mm , reflek cahaya +/+.
2. Telinga: deformitas daun telinga (-), cairan (-), darah (-)
3. Hidung: nafas cuping hidung (-), cairan (-), darah (-)
4. Mulut : mukosa basah, lidah tidak kotor, bibir sianosis (-)
5. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP 5-2 cmH20
Toraks
Paru:
1. Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri,
penggunaan otot bantu pernafasan (-), retraksi dinding dada (-)
2. Palpasi : Vokal fremitus teraba sama pada paru kanan = kiri
3. Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
4. Auskultasi : Vesikuler (+/+) ,wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung :
1. Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
2. Palpasi : iktus kordis teraba di SIK VI linea midklavikula sinistra
3. Perkusi :
Batas jantung kanan : Linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri : Linea midklavikula sinistra
4. Auskultasi: bunyi jantung S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak datar, venektasi (-), scar (-)
- Auskultasi : bising usus (+) 8x/menit
- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-).
RESUME
Anamesisr
a. Sesak nafas yang dicetuskan debu rumah dan kelelahan
b. Suara nafas berbunyi “ngik”
c. Sesak sejak 1 minggu memberat 1 hari
d. Sesak muncul 3 kali dalam 1 minggu
e. Sesak malam hari 3x/bulan
f. Mengganggu aktivitas dan tidur
g. Posisi tidur berbaring terlentang
h. Batuk berdahak bewarna putih
i. Riwayat asma sejak 3 tahun yang lalu
Pemeriksaan Fisik
a. SpO2 : 98%
b. RR : 19x/menit
c. Penggunaan otot-otot pernafasan (-)
d. Wheezing (+/+)
DIAGNOSIS KERJA
Asma persisten ringan
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non farmakologis
• Bed rest
• Hindari faktor pencetus
Farmakologis
• Inhalasi ventolin
• Salbutamol tab 2x 4 m
• Ambroxol tab 2x30
• Metilprednoslon 2x 4 mg
RENCANA PEMERIKSAAN
Spirometri
APE
Kontrol ulang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
1. Predisposisi genetik
2. Alergik (atopi)
3. Hiperesponsif jalan napas
4. Jenis kelamin
5. Ras/etnik
6. Obesitas
keterbatasan aliran udara, namun ada juga yang membagi asma menjadi asma
Klasifikasi pada asma baik saat serangan akut maupun berdasarkan berat
penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka
panjang, karena semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Pada
umumnya penderita sudah dalam pengobatan dan pengobatan yang telah
berlangsung seringkali tidak adekuat. Penilaian berat asma pada penderita dalam
pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu sendiri.2
Gejala Berat Serangan Akut Keadaan
danTanda Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa
Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat -
Posisi Dapat tidur Duduk Duduk -
terlentang membungkuk
Cara berbicara Satu kalimat Beberapa Kata demi kata -
kata
Kesadaran Mungkin Gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah,
gelisah kesadaran menurun
Tabel 3.3.2 Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (Sebelum Pengobatan)
Menurut Global Initiative For Asthma (GINA) 2017, klasifikasi asma
dibagi menjadi asma terkontrol, terkontrol sebagian dan tidak terkontrol.
Klasifikasi asma menurut GINA dapat dilihat pada Tabel 2.4.3 berikut:1
Gejala pada malam hari Tidak ada Ada 1-2x Ada 3-4x
3.4 Patofisiologi
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk-batuk karena saluran napas mulai berusaha
untuk membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar
suara napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran
napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama
saat mengeluarkan napas (ekspirasi).2,8
Diagnosis asma didasari oleh gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa
berat di dada yang bersifat episodik dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sangat berarti dalam menegakkan
diagnosis asma.1,2,9
2.5.1 Anamnesis
Riwayat Penyakit / Gejala
a. Bersifat episodik, adalah serangan berulang ( hilang timbul ) yang
diantaranya terdapat periode bebas serangan
b. Gejala berupa batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak
c. Gejala timbul / memburuk terutama malam / dinihari
d. Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
e. Respons terhadap pemberian bronkodilator
Hal – hal yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit :
a. Riwayat keluarga (atopi)
b. Riwayat alergi /atopi
c. Penyakit lain yang memberatkan
d. Perkembangan penyakit dan pengobatan
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada asma bervariasi dari normal pada saat stabil ( tidak
eksaserbasi), sampai didapatkan gambaran klinis yang berat yaitu pada
eksaserbasi akut berat. Kelainan pemeriksaan fisik yang paling sering ditemukan
adalah mengi pada auskultasi, yang merupakan tanda terdapatnya obstruksi jalan
nafas. Wheezing pada umumnya bilateral, polifonik dan lebih terdengar pada fase
ekspirasi.2,8
Pada beberapa pasien, pemeriksaan fisik dapat tidak terdengar mengi atau
hanya terdengar jika melakukan ekspirasi paksa. Hal itu menunjukkan obstruksi
jalan nafas yang tidak berat, sehingga intensitas bunyi nafas tambahan tersebut
(mengi) tidak keras, nada tidak tinggi dan hanya terdengar pada 1 fase pernafasan
(ekspirasi). Semakin berat obstruksi jalan nafas semakin tinggi nadanya dan
semakin keras intensitasnya dan terdengar pada kedua fase pernafasan ( inspirasi
dan ekspirasi). Pada obstruksi jalan nafas yang sangat berat mengi tidak terdengar
dan pasien tanpak gelisah bahkan kesadaran menurun serta sianosis. Kondisi
tersebut dikenal dengan silent chest.2,9
3.7 Penatalaksanaan
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan,
tidak melebihi 3-4 kali sehari.
Berat Asma Medikasi pengontrol harian Alternatif / Pilihan lain Alternatif lain
Asma Tidak perlu ---- -----
Intermiten
Asma Glukokortikosteroid Teofilin lepas lambat -----
Persisten inhalasi Kromolin
Ringan (200-400 ug BD/hari Leukotrienemodifiers
atau ekivalennya)
Asma Kombinasi inhalasi Glukokortikosteroid Ditambah
Persisten glukokortikosteroid (400-800 inhalasi (400-800 ug BD agonis beta-
Sedang ug BD/hari atau ekivalennya) atau ekivalennya) 2 kerja lama
dan agonis beta-2 kerja lama ditambah Teofilin lepas oral,atau
lambat,atau
Glukokortikosteroid Ditambah
inhalasi (400-800 ug BD teofilin lepas
atau ekivalennya) lambat
ditambah agonis beta-2
kerja lama oral,atau
Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800 ug BD atau
ekivalennya)atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug BD
atau ekivalennya)
ditambah
leukotrienemodifiers
Asma Kombinasi Prednisolon/
Persisten inhalasiglukokortikosteroid metilprednisolon oral
Berat (> 800 ug BD selang sehari 10 mg
atauekivalennya) dan ditambah agonis beta-2
agonis beta-2 kerja lama, kerja lama oral,
ditambah 1 di bawah ditambah teofilin lepas
ini: lambat
- teofilin lepas lambat
- leukotriene modifiers
- glukokortikosteroid oral
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3
bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin
dengan kondisi asma tetap terkontrol
2.7.4 Tabel Pengobatan sesuai berat asma
PEMBAHASAN
1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention. 2017. Available on www.ginasthma.org
3. Centers for Disease Control and Pervention (CDC) : Respiratory and Allergies
: Asthma. 2015. Available on : https://www.cdc.gov/nchs/fastats/asthma.htm
7. Sullivan, Hunt, John Mac Sharry. The Microbiome and the Pathophysiology
of Asthma. 2016. Available on https://respiratory-
research.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12931-016-0479-4.
10. Cut Yulia Indah Sari. Inflamasi Alergi pada Asma. PPDS I Pulmonologi dan
Ilmu Kedokt Respirasi. 2013;40(8):585–8.