Anda di halaman 1dari 19

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DALAM

PERHITUNGAN DEBIT LIMPASAN di DAS KAMONING


KABUPATEN SAMPANG

Usri Amrullah1, Indradi Wijatmiko2, M. Ruslin Anwar2


Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia

Email : amroesrie27@Gmail.com

ABSTRAK

Kabupaten Sampang yang dilalui sungai Kamoning sepanjang + 30 Km dengan kecamatan kota
sebagai daerah hilir yang seringkali meluap. Oleh karena itu Analisa pengumpulan data dan analisa
hidrologi merupakan pijakan awal yang sangat menentukan efektifitas dari langkah perencanaan dan
rekayasa di bidang keairan pada DAS Kamoning. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan metode
yang dapat digunakan dalam melakukan analisa hidrologi dengan berbasis data spasial, khususnya dalam
menghitung debit limpasan akibat banjir. Metode yang dipakai dalam menghtiung debit limpasan akibat
hujan menggunakan metode Rasional, dengan data awal yang dipergunakan berupa peta tata guna lahan,
topografi, peta batas administrasi, dan data hidrologi berupa data curah hujan harian. SIG digunakan
untuk menghitung variabel-variabel dalam persamaan metode rasional dengan analisa overlay, dan
analisa proximity yang telah tersedia dalam ArcGis 10.1. perhitungan dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan SIG dan cara manual, dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana perbedaan proses dan hasil
perhitungan dengan kedua cara tersebut. Pengolahan SIG memperoleh hasil perhitungan berupa luas DAS
sebesar + 397,8 Km2, sedangkan dengan cara manual sebesar + 391 Km2. Besar debit rancangan akibat
hujan hasil pengolahan SIG untuk periode ulang 2, 5, dan 10 tahun berurutan sebesar 372,913 m3/d,
443,993 m3/d, dan 485,725 m3/d. Sedangkan besar debit rancangan akibat hujan hasil pengolahan dengan
cara manual untuk periode ulang 2, 5, dan 10 tahun berurutan sebesar 348,034 M3/d, 413,263 M3/d, dan
452,106 M3/d

Kata kunci : DAS Kamonig, SIG, Debit limpasan, ArcGis 10.1, Metode Rasional

PENDAHULUAN lima tahunan. Debit limpasan akibat


hujan adalah hal utama yang turut
Kabupaten Sampang memiliki
berkontribusi besar dalam menyebabkan
luas daerah 1.233,02 Km2 atau sekitar 23 banjir. Metode Perhitungan debit
% dari luas pulau Madura. Terletak di limpasan akibat hujan sangat beragam
antara 6o50” - 7o13”LS. dan 113o04”- dan terus berkembang hingga saat ini.
113o24”BT. Memiliki bukit di tengah Sistem Informasi Geografis (SIG)
dan daerah pantai yang berada di sebelah merupakan metode yang dapat
utara dan selatan dan berada pada digunakan dalam melakukan analisa
ketinggian 290 m diatas permukaan laut. hidrologi dengan berbasis data spasial.
Kabupaten Sampang dilalui sungai
Kamoning sepanjang + 30 Km dengan Dalam penggunaan software
kecamatan kota sebagai daerah hilir. SIG, kita dapat mengukur dan
memperoleh data-data yang diperlukan
Dari sungai inilah seringkali dalam perhitungan debit limpasan.
terjadi luapan kecil dengan periode Variabel perhitungan debit limpasan
tahunan dan luapan besar dengan periode
permukaan dengan menggunakan

1
metode rasional memerlukan nilai dari penelitian keairan atau perencanaan
hasil pengukuran geometri batas luas bangunan air pada sungai Kamoning,
DAS, panjang saluran dan juga topografi dan dasar pertimbangan dalam
daerah yang ditinjau. menentukan proporsi tata guna lahan
pada DAS Kamoning Kab. Sampang.
Untuk mengetahui sejauh mana
SIG dapat dimanfaatkan dalam Teori-teori yang digunakan
menghitung debit limpasan berdasarkan dalam analisa dan perhitungan di dalam
data yang diperoleh, maka dilakukan kajian ini ialah berkaitan dengan
juga perhitungan dengan cara manual. Limpasan permukaan; Metode Rasional;
variabel dan aspek penting yang daerah aliran sungai; pengecekan data
dirumuskan dalam penelitian ini berupa hujan dengan Kurva Massa Ganda, curah
bentuk dan Luas DAS, cara perhitungan hujan rata-rata daerah dengan
debit limpasan, nilai debit rancangan, menggunakan Thiessen. distribusi
serta perbedaan proses antara peluang curah hujan hujan dengan
penggunaan SIG dan cara Manual. menggunakan Log Pearson tipe III, uji
proses perhitungan, data sekunder dan distribusi dengan menggunakan metode
hasil perhitungan untuk memperoleh hal- Chi-kuadrat dan Smirnov-Kolmogorof.
hal diatas tersebut nantinya dapat Menentukan intensitas hujan dengan
digunakan sebagai dasar acuan dalam rumus Mononobe, dengan waktu
perencanaan hidrologi yang berkaitan konsentrasi menggunakan rumus
dengan karakteristik DAS, acuan Kirpich.
penentuan nilai debit banjir dalam
Tabel 1. Koefisien pengaliran (C) untuk rumus rasional
Deskripsi lahan/ karakter permukaan koeisien pengaliran (C)
Bisnis
Perkotaan 0,7 - 0,95
Pinggiran 0,5 - 0,7
Perumahan -
rumah tinggal 0,3 - 0,5
multiunit terpisah 0,4 - 0,6
multiunit tergabung 0,6 - 0,75
Perkampungan 0,25 - 0,4
Apartemen 0,5 - 0,7
Perkerasan
aspal dan beton 0,7 - 0,95
batu bata, paving 0,5 - 0,7
halaman berpasir
datar (2%) 0,05 - 0,1
curam (7%) 0,15 - 0,2
halaman tanah
datar (2%) 0,13 - 0,17
curam (7%) 0,18 - 0,22
Sumber : Kamiana (2010:85)

2
Tabel 2. Koefisien pengaliran (C) untuk rumus rasional daerah pertanian

Lahan Loam berpasir Lempung siltloam Lempung padat


hutan
kemiringan 0-5% 0,10 0,30 0,40
5-10% 0,25 0,35 0,50
>10% 0,30 0,50 0,60
padang rumput/semak-semak
kemiringan 0-5% 0,10 0,30 0,40
5-10% 0,15 0,35 0,55
>10% 0,20 0,40 0,60
tanah pertanian
kemiringan 0-5% 0,30 0,50 0,60
5-10% 0,40 0,60 0,70
>10% 0,50 0,70 0,80
Sumber : subarkah (1980:60)

Klasisifkasi koefisien pengaliran


lahan berdasarkan tataguna lahan dan
kemiringan lahan. penerapan GIS adalah
untuk mendapatkan variabel-variabel
perhitungan diatas yang berkaitan
dengan geometri dan analisa spasial
yang kemudian dihitung berdasarkan
rumus Metode Rasional. Analisa yang
digunakan dalam ArcGis 10.1 yang
dipakai dalam kajian ini berupa anlisis
Sumber : Dinas Bappeda Kabupaten
Overlay layer, dan analisis Proximity.
Sampang (2013)
METODE KAJIAN 2. Peta Batas Adminstrasi

Metode penulisan skripsi yang Kecamatan, dikeluarkan oleh


digunakan untuk membahas kajian diatas BAPPEDA Kabupaten Sampang,
menggunakan metode studi literatur dan
diperoleh dalam format shapefile
observasi lapangan.
Data awal yang digunakan dalam (.shp),
kajian ini berupa : 3. Koordinat pos penakar hujan,
a) Data spasial : dikeluarkan oleh Dinas Pengairan
1. Peta Rencana Tata guna Lahan
Kabupaten Sampang, Data NASA-
tahun 2009-2029, dikeluarkan oleh
BAPPEDA Kabupaten Sampang, SRTM 90, dikeluarkan oleh NASA
diperoleh dalam format shapefile (National Aeronautics and Space
(.shp),
Administration), Amerika Serikat.
Dapat didownload di :

3
http://srtm.csi.cgiar.org/SELECTI
ON/inputCoord.asp, dengan format
data ASCII.,
4. Peta Kontur, Interval 12,5 m dan
Peta jaringan sungai
b) Data hidrologi berupa :
1. Data curah hujan harian pos
penakar Sampang, Camplong,
Omben, Kedungdung, Ketapang,
Banyuates, Torjun, Jrengik, dan
Sokobanah periode tahun 2002-
2012 , dikeluarkan oleh Dinas
Pengairan Kabupaten Sampang.

Perangkat yang digunakan dalam


kajian ini berupa software ArcGis 10.1,
perangkat lunak SIG diluncurkan oleh
ESRI,; AutoCad 2010, digunakan untuk
mengGambar CAD 2 dimensi dan 3
dimensi, diluncurkan oleh Autodesk;
Ms. Excel 2007, dikeluarkan oleh
Microsoft; Windows 7, sistem operasi
yang digunakan untuk menjalankan
ketiga aplikasi diatas, serta perangkat
komputer yang mendukung unutk
menjalankan semua program diatas.

Dari data diatas, kemudian data-data


trsebut diolah dalam ArcGis 10.1 untuk
mendapatkan nilai-nilai variabel dalam
Metode Rasional, berupa luas DAS (A,
Km2), intensitas hujan (I, mm/jam), dan
Gambar 1 Diagram Alir
koefisien pengaliran lahan rata-rata
(Crata-rata). Begitu juga dengan
pengolahan secara manual.
PENGOLAHAN DATA DAN
ANALISIS

1. Pengecekan Kualitas Data Hujan


Data hujan yang digunakan
dalam studi kali ini diperoleh dari

4
beberapa satsiun pengamatan yang Uji konsistensi dengan kurva
tersebar di 9 kecamatan. Data yang massa berganda dengan cara memplot
digunakan berasal dari stasiun data dari satu satsiun penakar dan
pengamatan Sampang, Camplong, membandingkan dengan stasiun yang
Omben, Kedungdung, Ketapang, lain, kemudian di plot pada grafik tipe
Banyuates, Torjun, Jrengik, dan scatter dengan sb.Y sebagai kumulatif
Sokobanah. Data hujan yang digunakan stasiun Banyuates, dan sb.X sebagai
dalam studi kali ini adalah data hujan
.
periode tahun 2002 – 2011.
Tabel 3. Curah hujan harian maksimum
curah hujan harian maksimum (mm)
tahun sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta.
Banyuates Ketapang Sokobanah Sampang Omben Camplong Torjun Kedungdung Jrengik
2002 120 88 95 75 169 42 137 160 135
2003 60 75 60 70 85 76 103 50 76
2004 90 65 75 76 70 72 57 101 29
2005 8 69 95 51 93 65 104 57 107
2006 60 115 75 96 141 200 105 60 63
2007 100 100 88 132 88 112 135 43 146
2008 96 122 90 80 56 70 67 75 70
2009 99 85 121 64 115 46 110 30 66
2010 90 122 170 89 48 68 210 65 88
2011 80 80 92 67 50 64 64 69 96
Sumber : Dinas Pengairan Kabupaten Sampang (2011)

kumulatif stasiun pembanding. dilkaukan koreksi untuk memperbaiki


Apabila setelah diplot pada grafik, data.stasiun Camplong dan Sokobanah.
membentuk garis lurus, atau tidak terjadi
perubahan kemiringan yang mencolok, Slope periode 2002-2005adalah sebesar :
256-42
maka dapat dikatakan data tersebut =0,946
- 122,375
konsisten dan dapat digunakan. Slope periode 2005-2006adalah sebesar :
455-255
Berdasarkan hasil uji konsistensi =2,237
437,4-348
data hujan terdapat dua stasiun Slope periode 2008-2009 adalah sebesar:
683-737
pengamatan yang dinyatakan tidak =0,5433
623,37-541
konsisten dan telah dikoreksi, yaitu Faktor koreksi tahun 2006 :
,
Terlihat dalam Grafik uji = 0,422
2,237
konsistensi data stasiun Camplong Faktor koreksi tahun 2006 :
,
menunjukkan adanya perubahan = 1,77
0,5433
kemiringan berupa patahan garis yang
mencolok pada tahun 2006 dan data
pada tahun2009. Sehingga perlu

5
Grafik uji konsistensi sta. Camplong Grafik uji konsistensi sta. Camplong
1000 1000

kumulatif sta. Camplong


kumulatif sta. Camplong R² = 0,9734
800 800 R² = 0,997
600 600

400 400

200 200

0 0
0 500 1000 0 500 1000
kumulatif sta. pembanding kumulatif sta. pembanding

Gambar 2. Grafik uji konsistensi Gambar 3. Grafik uji konsistensi Sta.


Stasiun camplong. Camplong hasil Koreksi.

Maka data pada tahun 2006 dan Tujuh stasiun dari sembilan
2009, dikalikan dengan faktor koreksi stasiun dapat dikatakan konsisten. Maka
sebesar 0,422dan 1,77 untuk data hasil koreksi dari stasiun diatas
mendapatkan kemiringan yang sesuai dapat digunakan untuk analisis
dengan data periode 2002-2005 selanjutnya.
Tabel 4. Data curah hujan harian maksimum hasil koreksi

curah hujan harian maksimum (mm)


TAHUN sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta. sta.
Banyuates Ketapang Sokobanah Sampang Omben Camplong Torjun Kedungdung Jrengik
2002 120 88 95 75 169 42 137 160 135
2003 60 75 60 70 85 76 103 50 76
2004 90 65 75 76 70 72 57 101 29
2005 8 69 95 51 93 65 104 57 107
2006 60 115 75 96 141 84,37 105 60 63
2007 100 100 88 132 88 112 135 43 146
2008 96 122 90 80 56 70 67 75 70
2009 99 85 121 64 115 81,42 110 30 66
2010 90 122 100,31 89 48 68 210 65 88
2011 80 80 92 67 50 64 64 69 96
2012 79 91 95 80 44 42 70 33 65

Penentuan daerah aliran sungai


1. Data topografi SRTM (Shutle Radar
dengan SIG Topoghrapy Mission)
Proses penentuan batas- 2. Peta batas Administrasi wilayah Kab.
batas DAS dengan SIG menggunakan Sampang dengan format file (.Shp),
software ArcGIS 10.1. Data yang 3. Peta batas administrasi kecamatan
digunakan untuk mengolah DAS dalam Kabupaten Sampang (.shp)
SIG adalah:
Tahapan dalam menetukan DAS dengan
ArcGIS 10.1 :

6
1. Mengolah data DEM, Data SRTM
(Shutle Radar Topography Mission)
yang dikeluarkan oleh NASA, perlu
ditransformasikan terlebih dahulu ke
dalam format yang dapat dibaca di
ArcGIS sebagai data DEM (Digital
Elevation Model), dengan
menggunakan tools : Conversion
tools-ASCII to raster
2. Mengkoreksi data DEM dengan,
analyst tools – hydrology – fill. 8.
3. Mengkomputasi flow direction, untuk Gambar 5. Tampilan DAS
menentukan arah aliran air Kamoning pada ArcMap.
berdasarkan nilai elevasi pada data
DEM, dengan spatial analyst tools –
hydrology - flow direction. 9. Menghitung luasan DAS, klik kanan
4. Mengkomputasi flow accumulation, pada layer DAS dalam tabel of
spatial analyst tool – hydrology – content – open atribute table – tabel
flow accumulation. option – add field. klik kanan pada
5. Menentukan orde sungai dengan kolom yang baru – calculate
stream order, fasilitas ini digunakan geometries – area – pilih satuan
untuk menentukan orde sungai luasan. Pastikan layer sudah
sebagai batasan sungai yang akan terproyeksi kedalam dalam sistem
ditinjau dalam analisis selanjutnya, proyeksi UTM_WGS_1984_zone
dengan menggunakan ArcToolbox – 49S, dengan cara data management
Hydrology – stream order. tools – projection and transformation
6. Menentukan DAS dengan data DEM, – feature – project
generate batas DAS secara otomatis
pada seluruh wilayah data DEM 10. Overlay DAS pada peta wilayah
dengan fasilitas yang tersedia pada kecamatan Kabupaten Sampang,
ArcToolbox, dengan memilih spatial Analisis overlay bertujuan untuk
analyst tools – hydrology – basin mengetahui letak dan luas kecamatan
yang menjadi bagian dari DAS
7. Menyeleksi DAS yang akan Kamoning. Analisis overlay
dianalisis, dengan terlebih dahulu menggunakan faslitas dalam
mengubah format data dari raster ArcToolbox; analysis tool-overlay-
hasil generate menjadi shape file intersect
(.shp).

7
Tabel 5. Luas DAS Kamoning pada
wilayah kecamatan dengan SIG
KECAMATAN LUAS (Km2)
Banyuates 4,23
Camplong 8,09
Karang Penang 62,63
Kedungdung 112,26
Ketapang 1,52
Omben 64,55
Robatal 78,79
Sampang 50,40
Sokobanah 5,51
Tambelangan 0,32
Torjun 9,47
jumlah Gambar 7. Peta DAS Kamoning
397,78
Kabupaten Sampang
Sumber : hasil analisis ArcGIS
Penentuan Daerah Aliran Sungai
Persentase luas kecamatan dalam DAS Dengan Cara Manual
Kamoning Kabupaten Sampang
Tambelang
Penentuan Daerah Aliran Sungai
an Banyuates dengan cara manual memerlukan
Sokobanah 0,1% 1,1%
1,4% Torjun
setidaknya dua macam peta, yaitu peta
Camplong
2,4%
2,0% topografi atau kontur dan peta jaringan
sungai. Data untuk menentukan DAS
Karang secara manual yang digunakan dalam
Sampang
12,7%
Penang studi ini berupa:
15,7%

1. Peta Topografi interval 12,5 m,


Robatal didapat dari olah SIG (.cad)
19,8%
Kedungdun 2. Peta jaringan sungai, dengan format
g
28,2% (.cad)
Omben 3. Peta wilayah kecmatan Kabupaten
16,2%
Sampang, didapat dari BAPPEDA
Ketapang Kabupaten Sampang dengan format
0,4%
(.cad)

Gambar 6. Diagram persentase luas dalam Proses manual untuk


kecamatan dalam DAS Kamoning menentukan DAS digunakan software
Kabuapten Sampang dengan analisis Auto Cad 2012. Penggunaan software
SIG Auto Cad bertujuan untuk menggantikan
fungsi alat planimetri yang biasa
digunakan dalam mengukur luasan
gambar berskala. Beberapa tahapan yang
dilakukan dalam menentukan DAS
secara manual adalah :

8
1. Menentukan batas DAS Gambar 8. Diagram persentase luas
2. Menentukan luasan DAS dengan kecamatan dalam DAS Kamoning
Auto Cad 2012
Kabuapten Sampang dengan analisis
3. Menghitunag luas DAS pada
wilayah administrasi kecamatan manual

Tabel 6. Luas DAS Kamoning pada Perbandingan Luas DAS Dengan SIG
wilayah Kecamatan secara manual dan Cara Manual

KECAMATAN LUAS (Km2) PERSENTASE (%) Hasil analisis dengan SIG dan
Banyuates 4,77 1,222 manual, memberikan hasil yang berbeda.
Camplong 8,63 2,210 Perbedaan hasil dipengaruhi oleh
Jrengik 0,01 0,003 ketelitian dalam mengambil keputusan
Karang dalam menentukan batas-batas
Penang 58,24 14,912
berdasarkan nilai elevasi dan arah aliran,
Kedungdung 110,45 28,282
serta metode dan software yang dipakai.
Ketapang 1,88 0,481
Omben 61,75 15,811 Tabel 7. Selisih luasan DAS dengan
Robatal 80,73 20,670 SIG dan manual
Sampang 50,29 12,878
Sokobanah 5,33 1,366 LUAS LUAS
CARA
Torjun 8,46 2,167 DAS SELISIH Kr (%)
ANALISIS
jumlah 391 100 (Km2) (Km2)
SIG 397,78
6,78 1,704459752
Manual 391
Sumber : hasil perhitungan
Persentase luas kecamatan dalam DAS
Kamoning Kabupaten Sampang
Perhitungan Curah Hujan Rerata
Camplong
0,02
Daerah
Torjun Banyuates
Sokobanah 0,02 Jrengik
Curah hujan rerata daerah
0,01
0,01 0,00 Karang
Penang
dihitung menggunakan data hujan harian
Sampang
0,13 0,15
maksimum yang didapat dari hasil
pengamatan 9 pos stasiun yang telah
disebutkan sebelumnya. Curah hujan
Robatal
0,21 Kedungdun rerata daerah dimaksudkan untuk
g
0,28 mengetahui sebarapa besar curah hujan
Omben
0,16
suatu daerah yang ditinjau diwakili oleh
Ketapang pos pengamatan yang terdiri lebih dari
0,00
satu. Rata-rata curah hujan dihitung
dengan mengalikan data pengamatan
suatu pos dengan faktor Thiessen. Faktor

9
Thiessen ialah faktor berdasarkan luas terjadi digunakan distribusi Log Pearson
derah yang terwakili oleh pos hujan Type III

yang didapat dari metode Thiessen, 1. Menentukan nilai logaritma dari


semua nilai X
dibagi dengan luas DAS atau area yang
2. Menghitung nilai rata-rata
menjadi tinjauan. = (∑ )/n

= 19, 055 / 10 = 1,905


3. Menghitung nlai deviasi standar (S
,
Log X) = = 0,088
4. Menghitung nilai koefisien
kepencengan CS
,
=( )( )( , )
= 0,000
5. Menghitung nilai Log X

= + k (S LogX)
Dengan nilai k dapat dilihat pada tabel
nilai k distribusi Log Pearson tipe III
Gambar 9. Luas pengaruh curah hujan Untuk periode ulang
polygon Thiessen dengan SIG 6. Menentukan nilai anti Log dari Log
X sebagai nilai curah hujan
Tabel 8. Koefisien Thiessen rancangan
luas koefisien Tabel 9. Nilai curah hujan rencana
stasiun (km2) Thiessen
CAMPLONG 9,374 0,02 kala Xrencan
Peluang
BANYUATES 8,438 0,02 ulang K log X a
%
(tahun) (mm)
KETAPANG 46,244 0,12
2 50 0 1,905 80,45
SOKOBANAH 16,421 0,04
5 20 0,842 1,980 95,54
SAMPANG 51,322 0,13
OMBEN 80,22 0,20 10 10 1,282 2,019 104,51
TORJUN 15,225 0,04
KEDUNGDUNG 152,049 0,38
Perhitungan Intensitas Hujan (I)
JRENGIK 18,486 0,05
total 397,779 1 Perhitungan intensitas hujan
LUAS DAS 397,779 menggunakan rumus mononobe dan
waktu konsentrasi dengan rumus kirpich
, diperhitungkan untuk kala ulang 2
Perhitungan Curah Hujan Rancangan
tahun, 5 tahun dan 10 tahun dengan SIG
Untuk memperkirakan curah dan cara manual.
hujan rencana maksimum dan banjir
dengan peluang tertentu yang mungkin Analisis intensitas hujan dengan SIG

10
Intensitas hujan yang polygon kemiringan, Slope rata-rata
diperhitungkan dengan rumus = jumlah ( nilai kemiringan x
mononobe, memiliki dua komponen panjang segmen)/ jumlah panjang
utama, yaitu curah hujan rancangan segmen
(X24) dan waktu konsentrasi (tc). Nilai
curah hujan rancangan telah didapat 7. Menghitung Nilai waktu konsentrasi
dalam perhitungan curah hujan (tc) dihitung dengan rumus kirpich :
rancangan sebelumnya. Untuk ,
,
menghitung waktu konsentrasi dengan tc = (jam)

rumus Kirpich, perlu diketahui nilai
kemiringan rata-rata (s) dan panjang alur L = panjang sungai (m)
sungai yang ditinjau. Berikut tahapan S = kemiringan, (m/m)
dalam mencari nilai kemiringan dan
panjang sungai dalam SIG : Tabel 10. Waktu konsentrasi aliran
1. Menghitung panjang alur sungai dan analisis SIG
lintasan aliran yang ditinjau JALUR tc
L (m) S √
2. Memetakan nilai kemiringan pada LINTASAN (jam)
lintasan aliran 1 46063,63 0,010 0,102 7,355
3. Membuat peta kemiringan dengan 2 17353,50 0,010 0,098 3,566
berdasar peta kontur dengan interval 3 28695,72 0,012 0,108 4,878
12,5 m, Peta kontur dibuat dari data 4 34304,17 0,009 0,092 6,318
Fill hasil olah DEM sebelumnya, 5 37751,55 0,009 0,095 6,683
dengan 3d analyst -raster surface –
contour Terlihat, dalam tabel 4.29, bahwa
4. Mengklasifikasi nilai kemiringan, waktu konsentrasi antara 3,566 jam
3d analyst –raster reclass – hingga 7,355 jam. Waktu konsentrasi
reclassify. pilih classify – classify yang dipakai adalah waktu konsentrasi
method: (natural break) – number of paling lama, yaitu pada jalur lintasan 1,
class (20). Setelah proses dengan nilai waktu konsentrasi 7,355
reklasifikasi selesai tranformasikan jam.
data raster menjadi shape file 8. mencari nilai intensitas hujan (I)
polygon. digunakan rumus Mononobe,
5. Overlay layer sungai yang telah untuk hujan kala ulang 2 tahunan
dikalkulasi dan di merge dengan waktu konsentrasi 7,352
sebelumnya dengan data polygon jam
kemringan untuk memperoleh /
segmen-segmen alur sungai dengan I =
setiap kemiringan daerah yang
, /
dilalui. Gunakan analisis overlay – = (mm/jam)
intersect ,
6. Menetukan kemiringan rata-rata alur = 7,38 mm/jam
sungaidan lintasan aliran diatas
DAS , data hasil intersect anatara Tabel 11. Intensitas hujan (I) dengan
polyline jaringan sungai dan SIG

11
KALA
tc CURAH HUJAN
Dari tabel diatas dapat dilihat
ULANG I (mm/jam) bahwa jalur sungai 1 memberikan nilai
(jam) RENCANA (mm)
(tahun)
Tc tebesar yaitu 8,01 Jam dengan
2 7,355 80,46 7,38
panjang lintasan 46251,73 M, dan
5 7,355 95,54 8,76
kemiringan saluran rata-rata 0,008. Nilai
10 7,355 104,52 9,58
Tc yang akan digunakan dalam
Nilai Intensitas Hujan dengan SIG menghitung Intensitas hujan digunakan
nilai yang terbesar.
12,00
tinggi intensitas hujan

10,00
Tabel 13. Nilai I dengan analisis manual
9,58
8,00
8,76
7,38
(mm/jam)

KALA CURAH HUJAN


6,00 Tc I
ULANG RENCANA
4,00 (Jam) (mm/Jam)
2,00
(tahun) (mm)
0,00 2 8,01 80,46 6,97
2 5 10 5 8,01 95,54 8,28
kala ulang (tahunan)
10 8,01 104,52 9,05
Gambar 10. Grafik intensitas hujan
rancangan dengan SIG
Nilai Intensitas Hujan Secara Manual
Analisis Intensitas Hujan Secara
10,00
Manual
tinggi intensitas hujan

9,00 9,05
cara konvensional yang 8,00 8,28
7,00 6,97
(mm/jam)

digunakan untuk menetukan nilai 6,00


5,00
intensitas hujan dan waktu konsentrasi 4,00
3,00
menggunakan rumus yang sama seperti 2,00
penggunaan SIG sebelumnya. . Nilai S 1,00
0,00
dan L diperoleh dengan analisis 2 5 10
pengukuran gambar pada peta secara kala ulang (tahunan)
manual. untuk mendapatkan nilai S, Gambar 11. Grafik intensitas hujan
perlu dihitung dengan mengukur panjang rancangan dengan analisis Manual
setiap alur sungai yang berpotongan
dengan dua garis kontur dengan nilai Perbandingan Nilai Intensitas Hujan
elevasi berbeda dalam interval yang 12,00
tetap.
tinggi intensitas hujan

10,00 9,58
Tabel 12. Nilai waktu konsentrasi (Tc) 8,76 9,05
8,00 8,28
(mm/jam)

dengan analisis manual 7,38


6,97
6,00 analisa
S RATA- Tc manual
JALUR L (m) √ 4,00
RATA (Jam)
1 46251,73 0,008 0,092 8,01 2,00
2 23167,76 0,013 0,114 3,96 0,00
3 37611,47 0,009 0,097 6,55 2 5 10
4 28538,71 0,009 0,095 5,38 kala ulang (tahunan)
5 25475,09 0,006 0,075 5,89
Gambar 12. Grafik perbandingan
intesitas hujan rancangan dengan SIG
dan manual

12
Perhitungan Koefisien Pengaliran (C)

Gambar 13. Peta tata guna lahan Kabupaten Sampang

Koefisien pengaliran diperoleh berbeda. Untuk menentukan nilai C,


berdasarkan tata guna lahan pada tabel 1 maka perlu dimasukkan nilai C sesuai
dengan ketentuan yang ada pada tabel 1.
dan tabel 2. Data yang digunakan untuk
dan 2.
memperoleh nilai koefisien limpasan Nilai C setiap jenis tata guna
adalah peta tata guna lahan Kabupaten lahan dalam tabel 1 yang tidak
memiliki kriteria kemiringan lahan perlu
Sampang periode tahun 2009-2029, yang
dipecah untuk mendapatkan interval
dikeluarkan oleh dinas BAPPEDA antara nilai terkecil hingga nilai tebesar
Kabupaten Sampang. berdasarakan kelas kemiringan lahan
sebagai input data atribut.
Analisis C dengan SIG Dalam peta kemiringan lahan,
nilai C dengan SIG dieperoleh kemiringan dikalisfikasikan menjadi
dengan melakukan analisis overlay tiga delapan kelas secara berurutan dengan
layer, yaitu layer DAS, Layer peta kode grid 0-7, yaitu 0-5%, 5-10%, 10-
kemiringan lahan dan layer tata guna 15%, 15-20%,20-25%, 25-30%, 30-35%,
dan >35%.
lahan. Data atribut hasil proses overlay
memiliki kriteria tataguna lahan,
kemiringan lahan dan luasan setiap tata
guna lahan dan kemiringan yang

13
Analisis C secara manual
Perhitungan nilai keofisien
pengaliran rata-rata (C) dengan cara
manual secara prinsip menggunakan
analisis overlay. Peta yang digunakan
dalam menentukan nilai koefisien
pengaliran rata-rata (C), adalah peta
tataguna lahan, peta kemiringan lahan
hasil olah SIG, dan batas DAS yang
telah di konversi dalam format AutoCad
drawing (.dwg). Peta tata guna dan peta
Gambar 14. Tampilan DAS kamoning kemiringan lahan memliki isi yang sama
dengan Tata guna lahan dan dengan peta yang digunakan dalam
kemiringan pada Arc Map 10.1 pengolahan SIG, dengan jenis dan
kemiringan lahannya.
Tabel 14. Nilai C rata-rata DAS
Kamoning dengan SIG
Persentase tataguna lahan DAS
KETERANG Ai Ci.Ai Kamoning
G.C KODE S AN Ci (Km2) (Km2)
TANAH 1,8159 0,5447 GARAM
0 TL 0-5% LADANG 0,3 815 94 0,311%
.... ..... .... ..... .... ...... ...... HUTAN
.... ..... .... ..... .... ...... ...... BELUKAR RAWA KEBUN
TANAH 0,0244 0,0122 1,829% 0,000% PEMUKIM
4,001%
7 TL >35% LADANG 0,5 519 26 AN
16,015%
Σ Ai (Km2) = 397,78
Σ(Ci . Ai) (Km2) = 182,36 TANAH RAWA
0,4584 LADANG 0,015%
C rata-rata = 39 47,539% RUMPUT
0,017%
SAWAH
IRIGASI
8,348%
Prosentase tataguna lahan DAS SAWAH
Kamoning TADAH
HUJAN
HUTAN
21,925%
BELUKAR GARAM RAWA PEMUKI
0,199% KEBUN
1,918% 0,001% MAN
4,016% Gambar 15. Diagram persentase luas
16,127%
RAWA
tatguna lahan pada DAS kamoning
0,015% dengan analisis SIG
TANAH RUMPUT
LADANG 0,023% Setiap luasan yang dibatasi oleh
47,729% SAWAH garis kelas kemiringan lahan, jenis tata
IRIGASI guna lahan dan batas DAS dihitung satu
8,131%
persatu dan hasilnya dicatat secara
SAWAH
TADAH manual.
HUJAN Nilai koefisien pengaliran rata-
21,843%
rata (C) DAS yang diperoleh dengan
Gambar 15. Diagram persentase luas cara manual sebesar 0,459346.
tatguna lahan pada DAS kamoning
dengan analisis SIG
14
Perhitungan Debit Limpasan (Q)
Nilai debit rancangan dengan SIG dan
manual
Perhitungan nilai debit akibat 600
488,78506,29
limpasan menggunakan rumus pada 500 446,08462,06

nilai debit Q (m3/s)


persamaan dalam rumus Metode 400 374,49387,91
Rasional. Nilai intensitas hujan (I) dan
300
(C) merupakan nilai rata-rata dalam satu
DAS. Hasil perhitungan debit limpasan 200
dengan SIG dan manual dapat dilihat 100
pada tabel 15. 0
2 tahun 5 tahun 10 tahun
Tabel 15. Perhitungan nilai Q dengan Kala Ulang SIG
SIG
KALA
A I
Gambar 16. Grafik perbandingan nilai
3
ULANG 2 C Q(M /S) debit rancangan dengan SIG dan Manual
(Km ) (mm/Jam)
(TAHUN)
2 397,78 7,39 0,458 373,914 Perbandingan Proses Pengerjaan
5 397,78 8,76 0,458 443,993 dengan SIG dan Manual
10 397,78 9,64 0,458 485,725
Berdasarkan proses perhitungan
hingga mendapatakan nilai debit,
Tabel 16. Perhitungan nilai Q dengan
cara manual penggunaan software SIG khususnya
Arc Gis, ditemui beberapa kekurangan
KALA diantaranya :
A I 3
ULANG 2 C Q(M /S)
(Km ) (mm/Jam) 1. Analisa yang digunakan dalam
(TAHUN)
2 391 6,97 0,459 348,033
perhitungan ini hanya untuk data
5 391 8,76 0,459 413,263
yang bersifat keruangan.
10 391 9,58 0,459 452,106
2. Software data hasil analisa yang
ditampilkan sangat dipengaruhi oleh
kualitas data masukan.
Tabel 17. Perbandingan nilai debit (Q) 3. Software tidak dapat mendeteksi
dengan SIG dan cara manual adanya kesalahan-kesalahan dalam
KALA Q (M3/s) memasukkan variabel-veriabel
kr (%) hidrolgi berdasarkan standar yang
ULANG GIS MANUAL
ada.
2 tahun 373,913 348,033 6,9213
5 tahun 443,993 413,263 6,9213
4. Sumber kesalahan yang sangat
10 tahun 485,725 452,106 6,92131
mungkin terjadi sebagai data masukan
ArcGis, berupa, tahun penayangan
peta, skala peta asal, dan proyeksi
sistem koordinat peta asal yang tidak
diketahui.

15
Tabel 18. Perbandingan proses pengerjaan dan hasil perhitungan dengan SIG dan
manual

Kriteria Berdasarkan SIG Manual


Pengolahan peta
Skala dan satuan dapat diubah dan tetap dan tidak berubah
disesuaikan
Proyeksi sistem koordinat  Terpadu  tidak terpadu
 standar baku  satuan metrik
 memliki datum global  tidak memiliki datum global
Penyimpanan  Digital  Digital
Analisis overlay Meggunakan satu Menggunakan rangkaian perintah yang
rangkaian perintah sama dan berulang dalam setiap aspek
untuk seluruh yang ditinjau
pekerjaan (Arc
Toolbox)

Analisis spasial  input koordinat tidak  Perlu mentransformasikan satuan


perlu koordinat
ditrasnformasikan  Eksekusi subjektif
 Eksekusi oleh program
Penayangan peta  Format penyangan  Tidak memliki format penayangan peta
tersedia  Tidak dapat ditayangkan dalam skala
 Mudah dicetak dalam yang berbeda
skala yang berbeda
 Disain lebih menarik
Pengecekan data atribut Terhubung dengan Tidak terhubung dengan data spasial
data spasial

Penentuan batas DAS


Sumber data topografi  srtm 90  srtm 90
 batas Kabupaten  garis kontur
 aliran sungai
 batas Kabupaten

Jenis data topografi data raster data vektor/garis


Metode yang digunakan  Analisis  Penanda puncak bukit
proximity/arah aliran  Analisis garis kontur
 Analisis alur sungai
Software utama ArcGIS 10.1 Auto Cad 2010
Perhitungan luasan das  satu rangkaian  perintah kalkulasi dengan men-tracing
perintah untuk seluruh batas-batas DAS
DAS
Hasil perhitungan luas das 397,7 391
(km2)

16
Tabel 19. Perbandingan proses pengerjaan dan hasil perhitungan dengan SIG dan
manual (lanjutan)

Kriteria SIG Manual


berdasarkan
Proses menentukan nilai intensitas hujan
Data yang  Peta kemiringan/slope  Peta kontur
digunakan  Peta jaringan sungai  Peta jaringan sungai
 Koordinat stasiun penakar  Koordinat stasiun penakar

Metode Overlay (intersect) Pengukuran alur sungai diantara garis


menentukan nilai kontur
s
Metode Menggunakan serangkaian Pengukuran alur sungai dengan men-
menentukan nilai perintah (calculate geometries) tracing garis sungai
L
Nilai tc (jam): 7,35 8,01
Nilai I (mm/jam):
2 th  7,38  6,97
5 th  8,76  8,28
10 th  9,58  9,05

Proses menentukan nilai C rata-rata DAS


Data yang Peta tataguna lahan Peta tataguna lahan
digunakan Peta kemiringan lahan Peta kemiringan lahan
Layer DAS Peta batas DAS
Proses overlay Meng-Intersect layer DAS, Mengarsir perpotongan setiap kategori
layer kemiringan lahan, dan tataguna lahan dan kemiringan lahan
layer tataguna lahan dengan yang berbeda dalam DAS yang ditinjau
Arc Toolbox
Metode satu rangkaian perintah untuk perintah kalkulasi luasan berulang-ulang
perhitungan luas seluruh DAS pada setiap area perpotongan yang
tata guna lahan berbeda
Output data hasil tersimpan dan terpadu tidak dapat menyimpan data hasil luasan
perhitungan

Nilai Q (m3/s)
2 th  373,9137  348,033
5 th  443,9935  413,263
10th  485,7253  452,106

KESIMPULAN DAN SARAN 1. DAS Kamoning memiliki area seluas


Kesimpulan + 391 Km2 yang didapat dari hasil
perhitungan secara manual, dan
Beberapa hal yang dapat seluas + 397,8 Km2 yang didapat dari
disimpulkan dalam proses perhitungan hasil perhitungan dengan
nilai debit rancangan yang telah dibahas memanfaatkan SIG. Karakteristik
sebelumnya : DAS yang didapat dari kedua cara
menunjukkan bahwa DAS memiliki

17
karakteristik komplek, dengan bentuk bentuk angka, diolah dan disajikan
yang terdiri dari beberapa sub DAS, dengan spread sheet.
dengan DAS paralel pada daerah hulu 4. Perbedaan yang mendasar dalam
dan memiliki anak sungai yang perhitungan nilai debit banjir
berurutan pada daerah hilir. menggunakan SIG dan cara manual
2. Proses secara manual untuk terletak pada proses pengolahan peta,
menghitung nilai debit dengan penentuan batas DAS, perhitungan
metode rasional, memerlukan nilai intensitas hujan, dan perhitungan nilai
dari tiga variabel, A, I dan C. data koefisien tataguna lahan. perbedaan
spasial yang digunakan untuk dalam hal proses pengolahan peta
memperoleh nilai dari ketiga variabel diurai berdasarkan skala dan satuan
berupa peta dengan skala dan sistem peta, sistem koordinat, penyimpanan,
proyeksi yang telah disamakan. Seiap analisa overlay, analisa spasial,
langkah untuk mendapatkan nilai dari penyangan peta dan pengecekan data
tiga variabel adalah dengan atribut. Perbedaan dari penetuan batas
memanfaatkan software AutoCad DAS, diuraikan berdasarkan sumber
sebagai pengganti planimetri untuk data topografi, jenis data topografi,
mengukur secara langsung metode analisa, software utama,
parameter-parameter hidrologi yang perhitungan dan hasil perhitungan
ada pada peta tanpa melibatkan luas DAS. Perbedaan dalam
sistem analisa dan perhitungan perhitungan nilai intensitas hujan
komputer. Analisa dilakukan secara diuraikan berdasarkan data yang
subjektif untuk menentukan variabel digunakan, metode untuk menentukan
yang berorientasi pada ketampakan nilai L dan S, dan hasil perhitungan
alam dalam peta dan terpengaruh oleh waktu konsentrasi (tc) dan intensitas
ketelitian pengguna. Hasil hujan (I). Perbedaan dalam
pengukuran dan analisa yang berupa menentukan nilai koefisien pegaliran
angka diolah secara tabular dan rata-rata DAS, diurai berdasarkan
disajikan dengan spread sheet. data yang digunakan, proses overlay,
3. Proses perhitungan nilai debit dengan metode perhitungan luas tataguna
SIG Untuk mendapatkan nilai debit lahan, dan output data hasil
dengan metode rasional pada perhitungan.
persamaan 2-1 memerlukan nilai dari 5. Debit banjir rancangan hasil
tiga variabel, A, I dan C. Data spasial perhitungan pada sungai Kamoning
yang digunakan untuk mendapatkan dengan cara manual untuk periode
ketiga nilai variabel berupa peta dan ulang 2 tahunan sebesar 348,034
data DEM-SRTM dari sumber yang M3/d, sedangkan dengan
berbeda. Pengolahan input data, menggunakan SIG diperoleh nilai
overlay, analisa hidrologi, dan debit sebesar 373,913 M3/d. Nilai
pengukuran geometri dilakukan debit banjir dengan periode ulang 5
dengan memanfaatkan Arc Toolbox tahunan hasil peritungan dengan cara
dan fasilitas lain yang terdapat pada manual dipeorleh sebesar 413,263
program ArcGIS 10.1. hasil analisa M3/d, sedangkan dengan SIG
3
dan perhitungan oleh ArcGIS dalam diperoleh sebesar 443,993 M /d. Nilai

18
debit banjir dengan periode ulang 10 top (e.g. satellite image,
tahunan hasil perhitungan dengan geological map) . (online),
cara manual diperoleh sebesar (http://www.geos.ed.ac.uk,
452,106 M3/d, sedangkan dengan SIG diakses 24 desember 2013)
sebesar 485,725 M3/d. Nilai koefisien Kamiana, I Made. 2010. Teknik
koreksi perbandingan nilai debit Perhitungan Debit Rencana
antara cara manual dan SIG sebesar Bangunan Air. Yogyakarta:
6,9 %. Graha Ilmu.
Seyhan, Ersin. 1977. Dasar-Dasar
Saran Hidrologi. Yogyakarta:
Beberapa saran yang dapat
Gadjah Mada University
dikemukakan berdasarkan hasil uraian Press.
sebelumnya, dalam menghitung debit Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi
banjr berbasis data spasial ialah :
Metode Statistik Untuk
1. Membuat pemodelan analisa Analisa Data, Bandung :
hidrologi untuk memaksimalkan Nova.
analisa Query atau perhitungan secara Subarkah, I. 1980. Hidrologi Untuk
tabulasi dengan bahasa pemrograman Pererncanaan Bangunan Air.
yang telah disediakan dalam software Bandung: Idea Dharma
ArcGIS 10.1, sehingga seluruh proses Takeda, K. (Eds.). 2003. Hidrologi
perhitungan dapat dilakukan dalam Untuk Pengairan.
satu software dengan lebih cepat. Diterjemahkan oleh S.
2. Penambahan parameter-parameter Sosrodarsono. Jakarta: PT.
hidrologi yang lebih ditail dan serupa Pradnya Parmita.
dengan keadaan dilapangan untuk Wibowo, A. 2009. Watershed Aplication
mendapat hasil analisa yang lebih using ArcGis. Buku ajar tidak
akurat. diterbitkan. Universitas
3. Menggunakan input data DEM Pertanian Bogor
dengan resolusi yang lebih tinggi agar Wikipedia Foundation, Inc. 2014.
mendapatkan hasil yang lebih akurat Strahler Number. (online),
dan aktual. (http://en.wikipedia.org,
diakses 6 juni 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Seamless Shuttle Radar


Topography Mission (SRTM)
"Finished" 3 Arc Second (~90
meter). (on line),
(http://gis.ess.washington.edu,
diakses tanggal 20 juli 2014).
1
Mahasiswa program Sarjana Jurusan Teknik
Anonim. 2012. Getting DEM from Sipil Universitas Brawijaya
2
ASTER (~30m resolution) + Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas
Brawijaya
importing it into ArcMap +
georeferencing an image on

19

Anda mungkin juga menyukai