PENGARUH DEBIT AIR TEHADAP POLA cukup. Ketersediaan debit air untuk irigasi sangat
TATA TANAM PADA BAKU SAWAH dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau debit air
DI DAERAH IRIGASI KEBONAGUNG yang tersedia untuk irigasi sangat menurun, sebaliknya
KABUPATEN SUMENEP jumlah air akan meningkat pada musim penghujan.
Perbedaan kapasitas air pada musim kemarau dan hujan
Oleh : Cholilul Chahayati dan Sutrisno dapat dimanfaatkan secara optimal dengan menerapkan
Dosen Fakultas Teknik Universitas Wiraraja pola tanam yang sesuai dengan kondisi musim yang
(cholilul.unija@gmail.com & sutrisno.gg@gmail.com) berlangsung pada saat itu.
Abstrak Pola tata tanam merupakan ketetapan mengenai
jadwal tanam,jenis tanam dan luas tanam yang
Pemberian air irigasi ini harus dilakukan dengan diberlakukan di suatu daerah irigasi.
tepat agar tanaman yang ada mendapatkan air yang Ketidaksesuaian debit air yang dibutuhkan dengan
cukup. Ketersediaan debit air untuk irigasi sangat debit yang tersedia diakibatkan oleh terjadinya
dipengaruhi oleh musim. Ketidaksesuaian debit air yang penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tata tanam di
dibutuhkan dengan debit yang tersedia diakibatkan oleh lapangan yang tidak sesuai dengan rencana luasa tanam
terjadinya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan yang diusulkan. Sehingga secara tidak langsung
tata tanam di lapangan yang tidak sesuai dengan mengakibatkan tidak maksimalnya keuntungan hasil
rencana luasa tanam yang diusulkan. Sehingga secara panen dari lahan pertanian yang ada. Berdasarkan
tidak langsung mengakibatkan tidak maksimalnya ketidaksesuaian dan penyimpangan-penyimpangan
keuntungan hasil panen dari lahan pertanian yang ada. tersebut, perlu ditentukan Pola Tata Tanam yang ideal, di
beberapa masalah, yaitu: berapa debit andalan yang ada mana kebutuhan air tanaman diperhitungkan dengan
pada Dam Irigasi Kebonagung?,Berapa kebutuhan debit ketersediaan debit berdasarkan alokasi air yang ada
air irigasi yang diperlukan untuk setiap jenis tanaman sehingga hasil produksi pertanian dapat dimaksimalkan.
yang dibudidayakan berdasarkan pola tanam?,Berapa .
luas tanam lahan teknis optimum disaat pergantian 1.2. Rumusan Masalah
musim yang didapat dari hasil optimasi?.untuk Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka dalam
menyelesaikan permasalahan harus menganalisa tentang penelitian ini dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
Evaporasi, Transpirasi, Evapotranspirasi, 1. Berapa debit andalan yang ada pada Dam Irigasi
Evapotranspirasi, Analisis Curah Hujan, Uji Konsistensi Kebonagung?.
Data Curah Hujan, Kebutuhan Air Untuk Penyiapan 2. Berapa kebutuhan debit air irigasi yang diperlukan
Lahan, Perkolasi, Debit Andalan, Koefisien Tanaman, untuk setiap jenis tanaman yang dibudidayakan
Berdasarkan hasil analisa data dengan metode Weibull berdasarkan pola tanam?.
diperoleh debit andalan Dam Parsanga dengan nilai 3. Berapa luas tanam lahan teknis optimum disaat
debit tertinggi sebesar 1,380 m3/dt dan nilai debit pergantian musim yang didapat dari hasil optimasi?.
terendah sebesar 0,050 m3/dt . Besar kebutuhan air
irigasi yang diperlukan untuk masing-masing jenis 1.3. Batasan Penelitian
tanaman yang dibudidayakan di DI Kebonagung Batasan penelitian dalam studi ini adalah sebagai
berdasarkan pola tanam terdapat pada Sekunder Kanan berikut :
dan Sekunder Kiri.Pada Sekunder Kanan terpilih Pola 1. Studi ini dilakukan di Daerah Irigasi kebonagung
Tata Tanam Alternatif III luas tanam optimum untuk dengan luas baku sawah 684 ha.
musim tanam I seluas 310 Ha, pada musim tanam II 2. Data debit yang dianalisa terbatas pada data debit
seluas 310 Ha dan musim tanam III seluas 236,157 Ha. intake Kebonagung selama10 tahun terakhir.
Pada musim tanam III luas lahan yang ditanami tidak 3. Awal penanaman untuk tiap jenis tanaman sesuai
bisa maksimum karena terjadi kekurangan air. Pada dengan Jadwal Rencana Tata Tanam Global (RTTG)
Sekunder Kiri terpilih Pola Tata Tanam Alternatif III luas di Daerah Irigasi.
tanam optimum untuk musim tanam I seluas 338 Ha dan 4. Tidak membahas analisa konstruksi dan pola operasi
musim tanam III seluas 257,488 Ha. Pada musim tanam pintu air.
III luas lahan yang ditanami tidak bisa maksimum karena 5. Tidak membahas penyebab kehilangan di saluran
terjadi kekurangan air. tetapi hanya menginventarisasikan efisiensi irigasi
pada data sekunder.
Kata kunci : debit air, daerah irigasi. 6. Tidak membahas detail sistim pemberian air irigasi
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
30
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
kebutuhan air irigasi pada DI Kebonagung disederhanakan adalah sebagai berikut (Suhardjono,
berdasarkan pola tata tanam terpilih, 1994) :
2. mengetahui pola tata tanam pada DI Kebonagung ETo = c x ETo*
untuk setiap musim tanam. ET0* = W (0,75 Rs – Rn1) + (1 – W). f(u). (ea – ed)
3. Untuk mengetahui luas tanam lahan teknis optimum
disaat pergantian musim yang didapat dari hasil Dengan :
optimasi. W = faktor yang berhubungan dengan
Manfaat dari penelitian ini dapat dijadikan bahan suhu dan elevasi
kajian oleh dinas-dinas terkait dalam penentuan rencana Rs = radiasi gelombang pendek, dalam
tata tanam untuk memaksimalkan system layanan air satuan evaporasi ekivalen
irigasi pada Daerah Irigasi Kebonagung yang diperoleh (mm/hari)
sesuai dengan kendala-kendala yang ada Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Ra
Rn1 = f(t).f(ed).f(n/N)
2. TINJAUAN PUSTAKA f(t) = fungsi suhu
2.1. Evaporasi, Transpirasi dan Evapotranspirasi f(ed) = fungsi tekanan uap
2.1.1. Evaporasi f(ed) = 0,34 – (0,44.ed0,5)
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan f(n/N) = fungsi kecerahan
bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke f(n/N) = 0,1 + (0,9.n/N
udara disebut evaporasi atau penguapan (Sosrodarsono, f(U) = 0,27 (1 + 0,864 U
1976). Air akan menguap dari tanah, baik tanah gundul ed = ea . RH
atau yang tertutup oleh tanaman dan pepohonan, RH = kelembaban udara relatif (%)
permukaan tidak tembus air seperti atap dan jalan raya, Setelah harga ET0* didapat, maka besar harga
air bebas dan air mengalir. Evaporasi merupakan faktor evapotranspirasi potensial (ET0) dapat dihitung dengan
penting dalam studi tentang pengembangan sumber– rumus berikut. (Suhardjono, 1994).
sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit ET0 = c x ET0*
sungai, besarnya kapsitas waduk, besarnya kapasitas Dengan :
pompa untuk irigasi, penggunaan komsumtif c = angka koreksi Pennman yang
(consumptive use) untuk tanaman dan lain–lain besarnya mempertimbangkan
(Soemarto, 1986). perbedaan cuaca
2.1.2. Transpirasi Prosedur perhitungan ET0 berdasar rumus
Peristiwa penguapan dari tanama disebut dengan Pennman adalah sebagai berikut.
transpirasi (Sosrodarsono, 1976). Semua jenis tanaman 1. Mengumpulkan data suhu bulanan rata-rata (t)
memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya, dan 2. Menghitung besaran (ea), (W), (W - 1) dan f(t)
masing-masing jenis tanaman berbeda-beda berdasarkan nilai (t)
kebutuhannya. Hanya sebagian kecil air yang tinggal di 3. Menghitung data kelembaban relatif (RH)
dalam tubuh tanaman, sebagian besar air setelah diserap 4. Menghitung besaran ed berdasarkan nilai ea dan RH
lewat akar dan dahan di transpirasikan lewat daun. 5. Menghitung f(ed) berdasarkan nilai ed
Jumlah kadar air yang hilang dalam tanah oleh 6. Menghitung data letak lintang daerah yang ditinjau
evapotranspirasi tergantung pada (Soemarto, 1986) : 7. Menghitung besaran (Ra) berdasarkan letak lintang
a. Adanya persediaan air yang cukup (hujan,dll). 8. Menghitung data kecerahan matahari (n/N)
b. Faktor-faktor iklim (suhu, kelembaban, dll). 9. Menghitung besaran Rs dari perhitungan
c. Tipe dan cara kultivasi tumbuhan. berdasarkan nilai Ra dan (n/N)
Jumlah air yang ditranspirasikan dapat bertambah 10. Menghitung besaran f(n/N) berdasarkan nilai (n/N)
besar, misalnya pada pohon besar yang akar-akarnya 11. Menghitung data kecepatan angin rata-rata bulanan
sangat dalam menembus tanah. Jumlah air yang (U)
ditranspirasikan akan lebih banyak dibandingkan jika air 12. Menghitung besaran f(U) berdasarkan nilai (U)
itu langsung dievaporasikan sebagai air bebas (free 13. Menghitung besar Rn1 = f(t).f(ed).f(n/N)
water). 14. Menghitung besar angka koreksi (c)
2.1.3. Evapotranspirasi 15. Menghitung besar ET0*.
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari proses 16. Perhitungan ET0.
penguapan air bebas (evaporasi) dan penguapan melalui
tanaman (transpirasi). Evaporasi Potensial (Eto) adalah 2.2. Analisis Curah Hujan
air yang menguap melalui permukaan tanah dimana Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan
besarnya adalah jumlah air yang akan digunakan suatu rancangan pemanfaatan air yang salah satunya
tanaman untuk perkembangannya (Suhardjono, 1994). seperti alokasi air irigasi adalah curah hujan rata-rata di
Berdasarkan rumus Penmann yang telah seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
31
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
pada satu titik tertentu. Cara-cara perhitungan curah hujan Repadi = R80 x 70%/10
daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa titik Dengan :
adalah sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976): Repadi = curah hujan untuk tanaman padi
a. Metode Rerata Aljabar sawah (mm/hari).
b. Metode Thiessen R80 = tingkat hujan yang terjadi dengan
c. Metode Isohiet tingkat kepercayaan 80% (mm).
Berdasarkan data curah hujan selama 20 tahun pada Reff = R50
tiga stasiun curah hujan yang mewakili Daerah Irigasi
Kebonagung, dilakukan analisa data curah hujan yang 2.3. Kebutuhan Air Irigasi
diamati dari setiap titik (point rainfall) / pos stasiun hujan 2.3.1. Kebutuhan Air di Sawah
menjadi curah hujan wilayah /daerah (areal rainfall) Besarnya kebutuhan air di sawah dipengaruhi oleh
adalah dengan menggunakan Metode Rerata Aljabar faktor-faktor sebagai berikut (Anonim/KP-01, 1986):
dengan persamaan sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976): Metode Standar Perencanaan Irigasi yaitu dengan
1 persamaan sebagai berikut (Anonim/KP-01, 1986):
R (R1 R 2 ... R n ) NFR padi = LP + ET + WLR + P – Re padi
n NFR plw = ET – Re plw
2.2.1. Uji Konsistensi Data Curah Hujan NFR tebu = ET – Re tebu
Perubahan lingkungan tempat dimana penakar 2.3.2. Kebutuhan Air Tanaman
hujan dipasang dapat mengakibatkan penyimpangan Kebutuhan air tanaman dapat dirumuskan sebagai
data hujan yang diukur. berikut (Suhardjono, 1994):
Data yang tidak konsisten dapat ditunjukkan oleh ET = k . ETo
penyimpangan garisnya dari garis lurus. Penyimpangan 2.3.3. Perkolasi
kemiringan kurva massa ganda disebabkan oleh banyak Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zone
hal, misalnya (Soewarno, 1995 ) : tidak jenuh (antara permukaan tanah sampai ke
1. Prosedur pengukuran atau pengamatan. permukaan air tanah) ke dalam daerah jenuh (daerah di
2. Metode pengolahan. bawah permukaan air tanah).
3. Perubahan lokasi pos. 2.3.4. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Jika terjadi penyimpangan, maka data hujan dari Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya
stasiun yang diuji harus dikoreksi sesuai dengan menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu
perbedaan kemiringan garisnya, dengan rumus sebagai proyek irigasi.
berikut : k
Hz = Fk x Ho M.e
IR
Fk = Tan / Tan o k
(e 1)
2.2.2. Analisis Curah Hujan Andalan.
Dengan :
Cara menghitung curah hujan andalan adalah
IR = kebutuhan air untuk pengolahan
melalui ketentuan sebagai berikut :
lahan (mm/hr)
1. Curah hujan bulanan dari stasiun A diurutkan mulai
M = kebutuhan air untuk mengganti
yang terkecil sampai yang terbesar.
kehilangan air akibat
2. Berdasarkan oleh perhitungan yang dilakukan oleh
evapotranspirasi dan perkolasi di
Harza Engineering Crop International, R80 dapat
sawah yang sudah dijenuhkan
diartikan bahwa dari 10 kejadian, curah hujan yang
(mm/hr)
direncanakan tersebut akan terlampaui sebanyak 8
= Eo + P
kali.
Eo = evaporasi air terbuka selama
n penyiapan lahan (mm/hr)
R80 adalah urutan ke +1
5 = 1,1 . ETo
Dimana : P = perkolasi
n = banyaknya tahun pengamatan k = (M . T) / S
curah hujan Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan
2.2.3. Analisis Curah Hujan Efektif lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm seperti
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi sudah diterangkan sebelumnya. e = bilangan
ditentukan dengan 70% dari curah hujan merata sepuluh eksponensial (2,71828)
harian dengan kemungkinan kegagalan 20% atau curah 2.3.5. Efisiensi Irigasi
hujan R80. Curah hujan efektif diperoleh dari 70% nilai Efisiensi air irigasi adalah perbandingan antara air
R80 per periode waktu pengamatan dengan persamaan irigasi yang sampai ke petak sawah dengan jumlah air
(Anonymous/KP-01, 1986) sebagai berikut : irigasi yang didistribusikan. Perhitungan efisiensi
tersebut diketahui dari evapotranspirasi. Sedangkan
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
32
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
33
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
34
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Mulai masing data curah hujan 10 harian rata rata bulanan
yang diambil selama 10 tahun terakhir (mulai dari tahun
Data Data Jenis Data Data Jenis Pola Tata 2001 sampai dengan tahun 2010) dari 4 stasiun penakar
Hidrologi Tanah Klimatologi Tanaman Tanam
hujan.
Data Curah
Hujan
Data Debit
Sungai
Perkolasi
Pergantian
Lapisan Air
Koefisien
Tanaman Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi
Curah Hujan Debit Sungai
ditentukan dengan 70% dari hujan andalan 80% (R80).
Andalan Andala Penyiapan
Lahan
Evapotranspirasi
Potensial Hasil perhitungan curah hujan andalan dan curah hujan
Curah Hujan
Efektif Kebutuhan Air Untuk
efektif disajikan
Tanaman
Menghitung R80 untuk tanaman padi dan R50 untuk
Kebutuhan Air
tanaman palawija sebagai curah hujan efektif, dimana :
Di Sawah
n 10
Kebutuhan Air
R80 = + 1 R80 = +1=3
Di Intake 5 5
n 10
Neraca Air
R50 = + 1 R80 = +1=6
Qtersedia > Qkebutuhan Tidak
2 2
Ya
Optimasi Pola
Tata Tanam
4.2. Evapotranspirasi Potensial
Perhitungan evapotranspirasi potensial
Keuntungan Maksimum
Hasil Produksi Pertanian
menggunakan metode Penman Modifikasi.Data
klimatologi diambil dari Stasiun Klimatologi PG.
Selesai
Meteorologi Kalianget – Sumenep.Data klimatologi yang
digunakan adalah selama 10 tahun yaitu tahun 2001-2010.
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian Langkah – langkah berikut merupakan contoh
perhitungan dalam menentukan nilai evapotranspirasi
4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN potensial dengan Penman Modifikasi (pada bulan
4.1. Analisis Curah Hujan Januari):
Data curah hujan yang digunakan untuk menentukan 1. Suhu rerata (ºC) = 27,300º C
curah hujanan dalam dan curah hujan efektif adalah data 2. Kecepatan angina (u) = 3,600 m/dt
curah hujan harian selama 10 tahun (tahun 2001–tahun 3. Kelembaban relatif (RH) = 88,00%
2010) yang diambil dari 4 stasiun penakar hujan yang 4. Kecerahan matahari (n/N) = 65,00%
tersebar di wilayah Daerah Irigasi Kebonagung dengan 5. Nilai angot radiasi matahari yang mencapai atmosfer
metode rerata aljabar. (Ra) lihat lampiran1.1, untuk letak lokasi studi 7º45’’,
4.1.1. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Ra = 15,950 mm/hari
Pengujian keakuratan data dan hubungan antar 6. Nilai tekanan uap rerata nyata (ea) pada temperature
stasiun dilakukan dengan uji konsistensi data rerata t = 27,30ºC dari lampiran 1.2 diperoleh 33,443
berdasarkan metode uji kurva massa ganda yaitu dengan mbar
membandingkan nilai akumulasi hujan tahunan dari 7. Tekanan uap jenuh rerata (ed) didapat dengan :
suatu stasiun dengan nilai akumulasi hujan tahunan rata- ed = ea . (RH rerata / 100)
rata dari stasiun lainnya pada tahun yang sama. = 33,443 (88 / 100)
Keakuratan data dan hubungan antar stasiun dapat = 29,43 mbar
dilihat dari nilai koefisien determinasi, jika koefisien 8. Niali w dapat dilihat pada lampiran 1.2, dengan t =
determinasi semakin mendekati 100 % maka data tiap 27,30C maka diperoleh nilai w = 0,754
Hasil pengujian konsistensi data curah hujan, 9. Niali 1–w dapat dilihat pada lampiran 1.2, dengan t =
menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk setiap 27,30º C maka dengan interpolasi diperoleh nilai 1 –
stasiun mendekati nilai 100 %. Hal ini berarti data curah w = 0,246
hujan yang diambil dari keempat stasiun penakar hujan 10. Dari lampiran 1.5 diperoleh nilai f(t), dengan t =
tersebut adalah akurat dan saling berhubungan, sehingga 27,30º C maka nilai f(t) = 15,833
nilai curah hujan untuk Daerah Irigasi Kebonagung 11. Radiasi gelombang pendek (Rs)
dapat ditentukan dengan menghitung rerata dari Rs = (0,25 + 0,54 * n/N)* Ra
keempat stasiun pada tahun yang sama. = (0,25 + 0,54 * 0,65) * 15,950
curah hujan tertinggi adalah pada tahun 2010 = 9,586 mm/hari
yaitu sebanyak 1901 mm/hari dan terendah sebanyak 825 12. Perbedaan tekanan uap diperoleh dari :
mm/hari pada tahun 2009 ea – ed = 33,443 – 29,43
4.1.2. Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif = 4,013 mbar
Dasar perhitungan untuk mendapatkan curah hujan 13. f(ed) diperoleh dari :
andalan dan curah hujan efektif yaitu dari masing– f(ed) = 0,34 – 0,044 *ed0,5
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
35
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
= 0,34 – 0,044 * 29,430,5 m3/s dan nilai debit tertinggi sebesar 1,901 m3/s.
= 0,101 mbar Pembagian air irigasi untuk setiap saluran sekunder
14. Sedangkan nilai f(n/N) diperoleh dari hitungan : didasarkan pada kebutuhan air irigasi setiap petak tersier
f(n/N) = 0,1 + 0,9(n/N / 100) yang terdapat pada setiap sekunder DI Kebonagung.
= 0,1 + 0,9 (65 / 100)
= 0,685 4.4. Kebutuhan Air Tanaman
15. Fungsi angin diperoleh dari : Pada lokasi studi Daerah Irigasi Kebonagung,
f(u) = 0,27 (1 + u*0,864) budidaya pertanian yang diterapkan adalah padi dan
= 0,27 (1 + 3,6*0,864) palawija. Kebutuhan air tanaman ditinjau berdasarkan
= 1,110m/dt neraca air tergantung dari parameter sebagai berikut:
16. Kemudian niali Rn1 dapat diperoleh dengan : 1. Perkolasi
Rn 1 = f(t) * f(ed) * f(n/N) 2. Penyiapan lahan
= 15,833 * 0,101 * 0,685 3. Penggunaan konsumtif tanaman
= 1,099 mm/hari 4. Pergantian lapisan air
17. Eto* = w * (0,75 * Rs-Rn1) + (1-w) * f(u) * 5. Curah hujan efektif
(ea-ed) 4.4.1. Koefisien Tanaman
= 0,754 * (0,75*9,586-1,099) + (0,246) Besarnya koefisien tanaman (k) untuk setiap jenis
* 1,110 * 4,013 = 5,688 mm/hari tanaman berbesa – beda yang besarnya berubah setiap
18. Faktor koreksi dapat diperoleh dari table c untuk periode pertumbuhan tanaman itu sendiri. Dalam studi
bulan Januari adalah 1,1 ini nilai koefisien yang digunakan disesuaikan dengan
19. Evapotranspirasi potensial diperoleh dari : ketentuan dari NEDECO Prosida Study.
ETo = c * Eto 4.4.2. Perkolasi
= 1,1 * 5,688 Perkolasi terjadi pada saat lahan ditanami padi.
= 6,257mm/hari Lahan digenangi air terus-menerus sehingga kondisi
tanah menjadi jenuh. Pada kondisi tanah jenuh,
4.3. Debit Andalan pergerakan air dalam lapisan tanah menuju arah vertikal
Data debit andalan yang digunakan dalam dan horisontal. Pergerakan air arah vertikal disebut
perhitungan adalah data debit Dam Intake Kebonagung 10 perkolasi dan arah horisontal disebut rembesan.
tahun terakhir, dari Tahun 2001 hingga Tahun 2010. Rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul
Prosedur perhitungan debit andalan adalah sebagai sawah.
berikut : Pada Daerah Irigasi Kebonagung jenis tanah
1. Menghitung total debit dalam satu tahun untuk tiap didominasi oleh jenis tanah lempung sedang sampai
tahun data yang diketahui. tanah porus (loam – sandy loam), sehingga nilai
2. Merangking data mulai dari yang besar hingga yang perkolasi pada lokasi tersebut adalah sebesar 3 mm/hari.
kecil. 4.4.3. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
3. Menghitung probabilitas untuk masing–masing data Penyiapan lahan adalah pengolahan lahan pada
dengan menggunakan persamaan Weibull : tahap persiapan tanah untuk keperluan tanaman agar
m sesuai dengan pertumbuhanya, kebutuhan air untuk
P = x 100% penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
N 1 maksimum air irigasi untuk perencanaan pemberian air
Dengan : irigasi.
P = probabilitas (%) Contoh perhitungan kebutuhan air untuk
m = nomor urut data debit penyiapan lahan untuk bulan Januari adalah sebagai
N = jumlah data debit berikut :
Contoh perhitungan debit andalan pada Dam Katimo 1. Eto = 6,257 mm/ hari
pada tahun 1999 : 2. Eo = 1,1 * ETo
P = 1 / (10+1) x 100% = 1,1 * 6,257= 6,883
P = 9,09% 3. P = 3 mm/hari
Perhitungan prosentase dilakukan seterusnya sampai 4. M = Eo + P
data ke-n. Selanjutnya data debit diranking dari besar = 6,883+ 3= 9,883
hingga kecil dan dicari yang mempunyai prosentase 80%. 5. T = 31 hari
Air yang berasal dari Dam Kebonagung, memang 6. S = 250 mm
umumnya diperuntukkan untuk mengairi daerah pertanian 7. k = MT / S
yang berada dalam DI Kebonagung.Sehingga besarnya = 9,883 * 31 / 250= 1,22
debit andalan yang tersedia untuk mengairi DI Irigasi 8. IR =(Mek) / (ek – 1)
Kebonagung memiliki nilai debit terendah sebesar 0,825 = (9,883 * 2,718281,22) /
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
36
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
37
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
38
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719
39