Anda di halaman 1dari 10

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

PENGARUH DEBIT AIR TEHADAP POLA cukup. Ketersediaan debit air untuk irigasi sangat
TATA TANAM PADA BAKU SAWAH dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau debit air
DI DAERAH IRIGASI KEBONAGUNG yang tersedia untuk irigasi sangat menurun, sebaliknya
KABUPATEN SUMENEP jumlah air akan meningkat pada musim penghujan.
Perbedaan kapasitas air pada musim kemarau dan hujan
Oleh : Cholilul Chahayati dan Sutrisno dapat dimanfaatkan secara optimal dengan menerapkan
Dosen Fakultas Teknik Universitas Wiraraja pola tanam yang sesuai dengan kondisi musim yang
(cholilul.unija@gmail.com & sutrisno.gg@gmail.com) berlangsung pada saat itu.
Abstrak Pola tata tanam merupakan ketetapan mengenai
jadwal tanam,jenis tanam dan luas tanam yang
Pemberian air irigasi ini harus dilakukan dengan diberlakukan di suatu daerah irigasi.
tepat agar tanaman yang ada mendapatkan air yang Ketidaksesuaian debit air yang dibutuhkan dengan
cukup. Ketersediaan debit air untuk irigasi sangat debit yang tersedia diakibatkan oleh terjadinya
dipengaruhi oleh musim. Ketidaksesuaian debit air yang penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan tata tanam di
dibutuhkan dengan debit yang tersedia diakibatkan oleh lapangan yang tidak sesuai dengan rencana luasa tanam
terjadinya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan yang diusulkan. Sehingga secara tidak langsung
tata tanam di lapangan yang tidak sesuai dengan mengakibatkan tidak maksimalnya keuntungan hasil
rencana luasa tanam yang diusulkan. Sehingga secara panen dari lahan pertanian yang ada. Berdasarkan
tidak langsung mengakibatkan tidak maksimalnya ketidaksesuaian dan penyimpangan-penyimpangan
keuntungan hasil panen dari lahan pertanian yang ada. tersebut, perlu ditentukan Pola Tata Tanam yang ideal, di
beberapa masalah, yaitu: berapa debit andalan yang ada mana kebutuhan air tanaman diperhitungkan dengan
pada Dam Irigasi Kebonagung?,Berapa kebutuhan debit ketersediaan debit berdasarkan alokasi air yang ada
air irigasi yang diperlukan untuk setiap jenis tanaman sehingga hasil produksi pertanian dapat dimaksimalkan.
yang dibudidayakan berdasarkan pola tanam?,Berapa .
luas tanam lahan teknis optimum disaat pergantian 1.2. Rumusan Masalah
musim yang didapat dari hasil optimasi?.untuk Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka dalam
menyelesaikan permasalahan harus menganalisa tentang penelitian ini dirumuskan beberapa masalah, yaitu:
Evaporasi, Transpirasi, Evapotranspirasi, 1. Berapa debit andalan yang ada pada Dam Irigasi
Evapotranspirasi, Analisis Curah Hujan, Uji Konsistensi Kebonagung?.
Data Curah Hujan, Kebutuhan Air Untuk Penyiapan 2. Berapa kebutuhan debit air irigasi yang diperlukan
Lahan, Perkolasi, Debit Andalan, Koefisien Tanaman, untuk setiap jenis tanaman yang dibudidayakan
Berdasarkan hasil analisa data dengan metode Weibull berdasarkan pola tanam?.
diperoleh debit andalan Dam Parsanga dengan nilai 3. Berapa luas tanam lahan teknis optimum disaat
debit tertinggi sebesar 1,380 m3/dt dan nilai debit pergantian musim yang didapat dari hasil optimasi?.
terendah sebesar 0,050 m3/dt . Besar kebutuhan air
irigasi yang diperlukan untuk masing-masing jenis 1.3. Batasan Penelitian
tanaman yang dibudidayakan di DI Kebonagung Batasan penelitian dalam studi ini adalah sebagai
berdasarkan pola tanam terdapat pada Sekunder Kanan berikut :
dan Sekunder Kiri.Pada Sekunder Kanan terpilih Pola 1. Studi ini dilakukan di Daerah Irigasi kebonagung
Tata Tanam Alternatif III luas tanam optimum untuk dengan luas baku sawah 684 ha.
musim tanam I seluas 310 Ha, pada musim tanam II 2. Data debit yang dianalisa terbatas pada data debit
seluas 310 Ha dan musim tanam III seluas 236,157 Ha. intake Kebonagung selama10 tahun terakhir.
Pada musim tanam III luas lahan yang ditanami tidak 3. Awal penanaman untuk tiap jenis tanaman sesuai
bisa maksimum karena terjadi kekurangan air. Pada dengan Jadwal Rencana Tata Tanam Global (RTTG)
Sekunder Kiri terpilih Pola Tata Tanam Alternatif III luas di Daerah Irigasi.
tanam optimum untuk musim tanam I seluas 338 Ha dan 4. Tidak membahas analisa konstruksi dan pola operasi
musim tanam III seluas 257,488 Ha. Pada musim tanam pintu air.
III luas lahan yang ditanami tidak bisa maksimum karena 5. Tidak membahas penyebab kehilangan di saluran
terjadi kekurangan air. tetapi hanya menginventarisasikan efisiensi irigasi
pada data sekunder.
Kata kunci : debit air, daerah irigasi. 6. Tidak membahas detail sistim pemberian air irigasi

1. PENDAHULUAN 1.4. Tujuan dan Manfaat


1.1. Latar Belakang Tujuan dari studi ini adalah :
Pemberian air irigasi ini harus dilakukan dengan 1. Untuk mengetahui debit andalan yang ada pada
tepat agar tanaman yang ada mendapatkan air yang bendung Kebonagung, mengetahui besarnya

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

30
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

kebutuhan air irigasi pada DI Kebonagung disederhanakan adalah sebagai berikut (Suhardjono,
berdasarkan pola tata tanam terpilih, 1994) :
2. mengetahui pola tata tanam pada DI Kebonagung ETo = c x ETo*
untuk setiap musim tanam. ET0* = W (0,75 Rs – Rn1) + (1 – W). f(u). (ea – ed)
3. Untuk mengetahui luas tanam lahan teknis optimum
disaat pergantian musim yang didapat dari hasil Dengan :
optimasi. W = faktor yang berhubungan dengan
Manfaat dari penelitian ini dapat dijadikan bahan suhu dan elevasi
kajian oleh dinas-dinas terkait dalam penentuan rencana Rs = radiasi gelombang pendek, dalam
tata tanam untuk memaksimalkan system layanan air satuan evaporasi ekivalen
irigasi pada Daerah Irigasi Kebonagung yang diperoleh (mm/hari)
sesuai dengan kendala-kendala yang ada Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Ra
Rn1 = f(t).f(ed).f(n/N)
2. TINJAUAN PUSTAKA f(t) = fungsi suhu
2.1. Evaporasi, Transpirasi dan Evapotranspirasi f(ed) = fungsi tekanan uap
2.1.1. Evaporasi f(ed) = 0,34 – (0,44.ed0,5)
Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan f(n/N) = fungsi kecerahan
bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke f(n/N) = 0,1 + (0,9.n/N
udara disebut evaporasi atau penguapan (Sosrodarsono, f(U) = 0,27 (1 + 0,864 U
1976). Air akan menguap dari tanah, baik tanah gundul ed = ea . RH
atau yang tertutup oleh tanaman dan pepohonan, RH = kelembaban udara relatif (%)
permukaan tidak tembus air seperti atap dan jalan raya, Setelah harga ET0* didapat, maka besar harga
air bebas dan air mengalir. Evaporasi merupakan faktor evapotranspirasi potensial (ET0) dapat dihitung dengan
penting dalam studi tentang pengembangan sumber– rumus berikut. (Suhardjono, 1994).
sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit ET0 = c x ET0*
sungai, besarnya kapsitas waduk, besarnya kapasitas Dengan :
pompa untuk irigasi, penggunaan komsumtif c = angka koreksi Pennman yang
(consumptive use) untuk tanaman dan lain–lain besarnya mempertimbangkan
(Soemarto, 1986). perbedaan cuaca
2.1.2. Transpirasi Prosedur perhitungan ET0 berdasar rumus
Peristiwa penguapan dari tanama disebut dengan Pennman adalah sebagai berikut.
transpirasi (Sosrodarsono, 1976). Semua jenis tanaman 1. Mengumpulkan data suhu bulanan rata-rata (t)
memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya, dan 2. Menghitung besaran (ea), (W), (W - 1) dan f(t)
masing-masing jenis tanaman berbeda-beda berdasarkan nilai (t)
kebutuhannya. Hanya sebagian kecil air yang tinggal di 3. Menghitung data kelembaban relatif (RH)
dalam tubuh tanaman, sebagian besar air setelah diserap 4. Menghitung besaran ed berdasarkan nilai ea dan RH
lewat akar dan dahan di transpirasikan lewat daun. 5. Menghitung f(ed) berdasarkan nilai ed
Jumlah kadar air yang hilang dalam tanah oleh 6. Menghitung data letak lintang daerah yang ditinjau
evapotranspirasi tergantung pada (Soemarto, 1986) : 7. Menghitung besaran (Ra) berdasarkan letak lintang
a. Adanya persediaan air yang cukup (hujan,dll). 8. Menghitung data kecerahan matahari (n/N)
b. Faktor-faktor iklim (suhu, kelembaban, dll). 9. Menghitung besaran Rs dari perhitungan
c. Tipe dan cara kultivasi tumbuhan. berdasarkan nilai Ra dan (n/N)
Jumlah air yang ditranspirasikan dapat bertambah 10. Menghitung besaran f(n/N) berdasarkan nilai (n/N)
besar, misalnya pada pohon besar yang akar-akarnya 11. Menghitung data kecepatan angin rata-rata bulanan
sangat dalam menembus tanah. Jumlah air yang (U)
ditranspirasikan akan lebih banyak dibandingkan jika air 12. Menghitung besaran f(U) berdasarkan nilai (U)
itu langsung dievaporasikan sebagai air bebas (free 13. Menghitung besar Rn1 = f(t).f(ed).f(n/N)
water). 14. Menghitung besar angka koreksi (c)
2.1.3. Evapotranspirasi 15. Menghitung besar ET0*.
Evapotranspirasi merupakan gabungan dari proses 16. Perhitungan ET0.
penguapan air bebas (evaporasi) dan penguapan melalui
tanaman (transpirasi). Evaporasi Potensial (Eto) adalah 2.2. Analisis Curah Hujan
air yang menguap melalui permukaan tanah dimana Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan
besarnya adalah jumlah air yang akan digunakan suatu rancangan pemanfaatan air yang salah satunya
tanaman untuk perkembangannya (Suhardjono, 1994). seperti alokasi air irigasi adalah curah hujan rata-rata di
Berdasarkan rumus Penmann yang telah seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

31
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

pada satu titik tertentu. Cara-cara perhitungan curah hujan Repadi = R80 x 70%/10
daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa titik Dengan :
adalah sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976): Repadi = curah hujan untuk tanaman padi
a. Metode Rerata Aljabar sawah (mm/hari).
b. Metode Thiessen R80 = tingkat hujan yang terjadi dengan
c. Metode Isohiet tingkat kepercayaan 80% (mm).
Berdasarkan data curah hujan selama 20 tahun pada Reff = R50
tiga stasiun curah hujan yang mewakili Daerah Irigasi
Kebonagung, dilakukan analisa data curah hujan yang 2.3. Kebutuhan Air Irigasi
diamati dari setiap titik (point rainfall) / pos stasiun hujan 2.3.1. Kebutuhan Air di Sawah
menjadi curah hujan wilayah /daerah (areal rainfall) Besarnya kebutuhan air di sawah dipengaruhi oleh
adalah dengan menggunakan Metode Rerata Aljabar faktor-faktor sebagai berikut (Anonim/KP-01, 1986):
dengan persamaan sebagai berikut (Sosrodarsono, 1976): Metode Standar Perencanaan Irigasi yaitu dengan
1 persamaan sebagai berikut (Anonim/KP-01, 1986):
R  (R1  R 2  ...  R n ) NFR padi = LP + ET + WLR + P – Re padi
n NFR plw = ET – Re plw
2.2.1. Uji Konsistensi Data Curah Hujan NFR tebu = ET – Re tebu
Perubahan lingkungan tempat dimana penakar 2.3.2. Kebutuhan Air Tanaman
hujan dipasang dapat mengakibatkan penyimpangan Kebutuhan air tanaman dapat dirumuskan sebagai
data hujan yang diukur. berikut (Suhardjono, 1994):
Data yang tidak konsisten dapat ditunjukkan oleh ET = k . ETo
penyimpangan garisnya dari garis lurus. Penyimpangan 2.3.3. Perkolasi
kemiringan kurva massa ganda disebabkan oleh banyak Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zone
hal, misalnya (Soewarno, 1995 ) : tidak jenuh (antara permukaan tanah sampai ke
1. Prosedur pengukuran atau pengamatan. permukaan air tanah) ke dalam daerah jenuh (daerah di
2. Metode pengolahan. bawah permukaan air tanah).
3. Perubahan lokasi pos. 2.3.4. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
Jika terjadi penyimpangan, maka data hujan dari Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya
stasiun yang diuji harus dikoreksi sesuai dengan menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu
perbedaan kemiringan garisnya, dengan rumus sebagai proyek irigasi.
berikut : k
Hz = Fk x Ho M.e
IR 
Fk = Tan  / Tan o k
(e  1)
2.2.2. Analisis Curah Hujan Andalan.
Dengan :
Cara menghitung curah hujan andalan adalah
IR = kebutuhan air untuk pengolahan
melalui ketentuan sebagai berikut :
lahan (mm/hr)
1. Curah hujan bulanan dari stasiun A diurutkan mulai
M = kebutuhan air untuk mengganti
yang terkecil sampai yang terbesar.
kehilangan air akibat
2. Berdasarkan oleh perhitungan yang dilakukan oleh
evapotranspirasi dan perkolasi di
Harza Engineering Crop International, R80 dapat
sawah yang sudah dijenuhkan
diartikan bahwa dari 10 kejadian, curah hujan yang
(mm/hr)
direncanakan tersebut akan terlampaui sebanyak 8
= Eo + P
kali.
Eo = evaporasi air terbuka selama
n penyiapan lahan (mm/hr)
R80 adalah urutan ke +1
5 = 1,1 . ETo
Dimana : P = perkolasi
n = banyaknya tahun pengamatan k = (M . T) / S
curah hujan Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan
2.2.3. Analisis Curah Hujan Efektif lapisan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm seperti
Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi sudah diterangkan sebelumnya. e = bilangan
ditentukan dengan 70% dari curah hujan merata sepuluh eksponensial (2,71828)
harian dengan kemungkinan kegagalan 20% atau curah 2.3.5. Efisiensi Irigasi
hujan R80. Curah hujan efektif diperoleh dari 70% nilai Efisiensi air irigasi adalah perbandingan antara air
R80 per periode waktu pengamatan dengan persamaan irigasi yang sampai ke petak sawah dengan jumlah air
(Anonymous/KP-01, 1986) sebagai berikut : irigasi yang didistribusikan. Perhitungan efisiensi
tersebut diketahui dari evapotranspirasi. Sedangkan

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

32
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

kehilangan air karena rembesan dan perkolasi tidak  Palawija


dapat dihitung dengan tepat. Saat tanam pertengahan Mei dan Panen
Kehilangan air untuk operasi irigasi meliputi: pertengahan Agustus
1. Kehilangan air di tingkat tersier antara 77.5% - 85% 2. Pola tata tanam II
2. kehilangan air di tingkat sekunder antara 87.5% -  Padi I
92.5% Saat tanam akhir Januari dan panen
3. kehilangan air di tingkat primer antara 87.5% - pertengahan Mei
92.5%  Palawija
2.3.6. Kebutuhan Air Irigasi Saat tanam pertengahan Mei dan panen akhir
Besarnya kebutuhan air di sawah dipengaruhi Agustus
oleh beberapa faktor sebagai berikut (KP-01 Kriteria  Palawija (kacang tanah)
Perencanaan Jaringan Irigasi, 1986) :
1. Penyiapan lahan 2.5. Neraca Air
2. Penggunaan konsumtif Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan
3. Perkolasi pengambilan yang dihasilkannya untuk pola tata tanam
4. Pergantian lapisan air yang dipakai akan dibandingkan dengan debit andalan.
5. Curah hujan efektif Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah irigasi
2.3.6.1. Metode Kriteria Perencanaan PU akan terpenuhi kebutuhanya terhadap air.
Kebutuhan air di sawah :
NFR = IR + Etc + P – Reff + WLR 2.6. Luas Palawija Relatif dan Faktor Palawija
1. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi Relatif
NFR Pada dasarnya nilai LPR adalah perbandingan antara
IR = luas baku terhadap palawija yang didasarkan pada jumlah
eff
kebutuhan air terhadap tanaman lainnya. Tanaman
2. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman palawija
pembanding yang digunakan adalah palawija yang
ET  Re ff mempunyai nilai 1
IR =
eff Metode Pasten. Persamaan untuk metode FPR yaitu
2.3.6.2. Metode Keseimbangan Air (Water Balance) Q
Kebutuhan air irigasi di sawah : FPR =
LPR
1. Untuk tanaman padi
Keterangan:
NFR = Cu + Pd + NR + P - Reff
FPR = Faktor palawija relatif (lt/dt/ha pol)
2. Untuk tanaman palawija
Q = Debit air (lt/dt)
NFR = Cu + P - Reff
LPR = Luas palawija relatif (ha)
sawah (1 mm/hari x 10.000/24 x 60 x 60 = 1)
Sedangkan katagori nilai FPR untuk keperluan
(lt/dt/ha)
operasional pembagian air pada petak tersier dapat
dikategorikan sebagai berikut (Anonymous, 2007) :
2.4. Pola Tata Tanam
Baik, FPR = 0,25 – 0,35 lt/dt/ha.pol (bulan
Pola tata tanam merupakan cara yang terpenting
Oktober – Februari)
dalam perencanaan tata tanam. Maksud disediakanya tata
Sedang, FPR = 0,35 – 0,45 lt/dt/ha.pol
tanam adalah untuk mengatur waktu, tempat, jenis dan
(bulan Maret – Juni)
luas tanaman pada daerah irigasi, tujuan tata tanam adalah
Kurang, FPR = 0,45 – 0,55 lt/dt/ha.pol
untuk memanfaatkan persediaan air irigasi seefisien
(bulan Juli – September)
mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh baik
2.4.1. Jadwal Tata Tanam
2.7. Debit Andalan
Penentuan jadwal tata tanam harus disesuaikan
Debit andalan (dependable flow) adalah debit
dengan jadwal penanaman yang ditetapkan dalam
minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang
periode musim hujan dan musim kemarau.
sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi.
2.4.2. Bentuk dan Jenis Pola Tata Tanam
Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan
Alternatif pola tanam :
bahwa debit sungai lebih rendah daripada debit andalan
1. Pola tata tanam I
adalah 20%) debit andalan ditentukan untuk periode
 Padi I tengah bulanan.
Saat tanam pertengahan Oktober dan panen
akhir Januari m
P = x100 %
 Padi II n 1
Saat tanam akhir Januari dan panen Dimana :
pertengahan Mei

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

33
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

P = Probabilitas (%) 1. Pengolahan Data Curah Hujan


m = nomor urut data debit a. Uji konsistensi data
n = Jumlah data debit Data curah hujan dari 3 stasiun tersebut dianalisa
keakuratan dan hubungan antar keempatnya
3. METODE PENELITIAN melalui uji konsistensi data dengan metode uji
3.1. Daerah Kajian kurva massa ganda. Untuk mengetahui derajad
Lokasi yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah hubungan (derajad keterkaitan) dapat digunakan
Daerah Irigasi Kebonagung. Jaringan Irigasi Kebonagung analisa korelasi. Analisa korelasi dapat
berada di Daerah Kabupaten Sumenep dan kepentingan digunakan untuk menjelaskan hubungan antar
irigasi dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Pengairan variabel tersebut.
Daerah. Luas total Daerah Irigasi yang dilayani sebesar b. Perhitungan curah hujan wilayah dengan
702 Ha. Secara administratif Daerah Irigasi Parsanga ini menggunakan metode aritmatika
meliputi 3 wilayah kecamatan, yang terdiri dari 7 desa. c. Perhitungan curah hujan andalan dengan
Areal baku sawah Jaringan Irigasi Kebonagung menggunakan metode tahun penentu
mendapatkan air irigasi dari Bendung Kebonagung. d. Perhitungan curah hujan efektif, setelah
Bendung Kebonagung berupa bangunan bendung melakukan perhitungan curah hujan andalan
permanen yang dibangun sejak pemerintahan zaman maka hasilnya digunakan untuk menghitung
Belanda . Bangunan ini terdiri dari 1 buah pintu intake di besar curah hujan efektif
depan bendung 2. Pengolahan Data Debit Intake
Pola penggunaan lahan pertanian pada wilayah Pengolahan data debit intake Bendung Kebonagung
mengikuti Pola Tata Tanam yang telah ditentukan oleh digunakan untuk mengetahui debit tersedia sebesar
Dinas Pengairan kabupaten Sumenep dengan 2 periode 80% kejadian yang dipenuhi atau dilampaui dari
Musim Tanam yaitu, Musim Hujan (MH), Musim debit rata-rata sumber air pada pencatatan debit tiap
Kemarau (MK) dimana setiap musim tanam sepakat 10 harian untuk masing-masing tanam. Digunakan
menggunakan waktu tanam bulan., sehingga diharapkan metode tahun dasar (Basic Year) yaitu mengambil
air yang tersedia dapat dimanfaatkan secara adil dan satu pola debit dari tahun tertentu yang peluang
merata. kejadiannya dihitung dengan menggunakan rumus
Weibull.
3.2. Metode Kajian 3. Pengolahan Data Klimatologi
Metode kajian ini bersifat deskriptif yang a. Pengolahan data klimatologi sehubungan dengan
merupakan kajian berdasarkan data-data yang sesuai penyiapan lahan digunakan metode Van de Goor
dengan kondisi di lapangan dan bertujuan untuk dan Ziljstra
mengevaluasi kondisi pada tahun kajian berdasarkan data b. Data klimtologi diperlukan juga untuk
yang dikumpulkan sesuai dengan tujuannya berdasarkan menghitung nilai evapotranspirasi dengan Rumus
analisa secara teoritis dan empiris yang kemudian ditarik Penman
kesimpulan dari hasil analisa yang telah dilakukan. 4. Menghitung besarnya kebutuhan air tanaman
5. Perhitungan kebutuhan air sawah
3.3. Metode Pengumpulan Data 6. Perhitungan kebutuhan air di intake
Data dalam kajian ini berupa data sekunder yang 7. Perhitungan neraca air untuk menentukan apakah
antara lain : debit yang tersedia dapat mencukupi debit yang
1. Data klimatologi yang dibutuhkan antara lain suhu dibutuhkan
(T), kelembaban relatif (RH), lama penyinaran 8. Optimasi pola tata tanam
matahari (n/N) dan kecepatan angin (u) selama 10 Optimasi alokasi air pada petak tersier dilakukan
tahun terakhir.. dengan menggunakan program linier dengan fungsi
2. Data curah hujan selama 10 tahun terakhir yang tujuan memaksimalkan hasil produksi dengan
diambil dari stasiun penakar hujan. kendala debit air yang tersedia, kebutuhan air irigasi
3. Data debit bendung Kebonagung selama 10 tahun dan luas lahan pertanian.
terakhir. Data ini diperoleh dari Data RTTG yang Hasil dari pemrograman linier (dengan bantuan
digunakan adalah data RTTG 2010/2011. software Solver) dapat digunakan sebagai Pola Tata
4. Data pola tata tanam DI Kebonagung. Tanam Ideal.
5. Skema Jaringan Irigasi Kebonagung Selanjutnya berdasarkan rumusan masalah dan
. tujuan yang digunakan dalam penyelesaian penelitian ini
3.4. Pengolahan Data akan disajikan pada diagram alir.
Untuk memperlancar langkah – langkah
perhitungan dalam studi ini, maka diperlukan tahapan –
tahapan sebagai berikut :

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

34
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA
Mulai masing data curah hujan 10 harian rata rata bulanan
yang diambil selama 10 tahun terakhir (mulai dari tahun
Data Data Jenis Data Data Jenis Pola Tata 2001 sampai dengan tahun 2010) dari 4 stasiun penakar
Hidrologi Tanah Klimatologi Tanaman Tanam

hujan.
Data Curah
Hujan
Data Debit
Sungai
Perkolasi
Pergantian
Lapisan Air
Koefisien
Tanaman Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi
Curah Hujan Debit Sungai
ditentukan dengan 70% dari hujan andalan 80% (R80).
Andalan Andala Penyiapan
Lahan
Evapotranspirasi
Potensial Hasil perhitungan curah hujan andalan dan curah hujan
Curah Hujan
Efektif Kebutuhan Air Untuk
efektif disajikan
Tanaman
Menghitung R80 untuk tanaman padi dan R50 untuk
Kebutuhan Air
tanaman palawija sebagai curah hujan efektif, dimana :
Di Sawah

n 10
Kebutuhan Air
R80 = + 1  R80 = +1=3
Di Intake 5 5
n 10
Neraca Air
R50 = + 1  R80 = +1=6
Qtersedia > Qkebutuhan Tidak
2 2
Ya

Optimasi Pola
Tata Tanam
4.2. Evapotranspirasi Potensial
Perhitungan evapotranspirasi potensial
Keuntungan Maksimum
Hasil Produksi Pertanian
menggunakan metode Penman Modifikasi.Data
klimatologi diambil dari Stasiun Klimatologi PG.
Selesai
Meteorologi Kalianget – Sumenep.Data klimatologi yang
digunakan adalah selama 10 tahun yaitu tahun 2001-2010.
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian Langkah – langkah berikut merupakan contoh
perhitungan dalam menentukan nilai evapotranspirasi
4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN potensial dengan Penman Modifikasi (pada bulan
4.1. Analisis Curah Hujan Januari):
Data curah hujan yang digunakan untuk menentukan 1. Suhu rerata (ºC) = 27,300º C
curah hujanan dalam dan curah hujan efektif adalah data 2. Kecepatan angina (u) = 3,600 m/dt
curah hujan harian selama 10 tahun (tahun 2001–tahun 3. Kelembaban relatif (RH) = 88,00%
2010) yang diambil dari 4 stasiun penakar hujan yang 4. Kecerahan matahari (n/N) = 65,00%
tersebar di wilayah Daerah Irigasi Kebonagung dengan 5. Nilai angot radiasi matahari yang mencapai atmosfer
metode rerata aljabar. (Ra) lihat lampiran1.1, untuk letak lokasi studi 7º45’’,
4.1.1. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Ra = 15,950 mm/hari
Pengujian keakuratan data dan hubungan antar 6. Nilai tekanan uap rerata nyata (ea) pada temperature
stasiun dilakukan dengan uji konsistensi data rerata t = 27,30ºC dari lampiran 1.2 diperoleh 33,443
berdasarkan metode uji kurva massa ganda yaitu dengan mbar
membandingkan nilai akumulasi hujan tahunan dari 7. Tekanan uap jenuh rerata (ed) didapat dengan :
suatu stasiun dengan nilai akumulasi hujan tahunan rata- ed = ea . (RH rerata / 100)
rata dari stasiun lainnya pada tahun yang sama. = 33,443 (88 / 100)
Keakuratan data dan hubungan antar stasiun dapat = 29,43 mbar
dilihat dari nilai koefisien determinasi, jika koefisien 8. Niali w dapat dilihat pada lampiran 1.2, dengan t =
determinasi semakin mendekati 100 % maka data tiap 27,30C maka diperoleh nilai w = 0,754
Hasil pengujian konsistensi data curah hujan, 9. Niali 1–w dapat dilihat pada lampiran 1.2, dengan t =
menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk setiap 27,30º C maka dengan interpolasi diperoleh nilai 1 –
stasiun mendekati nilai 100 %. Hal ini berarti data curah w = 0,246
hujan yang diambil dari keempat stasiun penakar hujan 10. Dari lampiran 1.5 diperoleh nilai f(t), dengan t =
tersebut adalah akurat dan saling berhubungan, sehingga 27,30º C maka nilai f(t) = 15,833
nilai curah hujan untuk Daerah Irigasi Kebonagung 11. Radiasi gelombang pendek (Rs)
dapat ditentukan dengan menghitung rerata dari Rs = (0,25 + 0,54 * n/N)* Ra
keempat stasiun pada tahun yang sama. = (0,25 + 0,54 * 0,65) * 15,950
curah hujan tertinggi adalah pada tahun 2010 = 9,586 mm/hari
yaitu sebanyak 1901 mm/hari dan terendah sebanyak 825 12. Perbedaan tekanan uap diperoleh dari :
mm/hari pada tahun 2009 ea – ed = 33,443 – 29,43
4.1.2. Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif = 4,013 mbar
Dasar perhitungan untuk mendapatkan curah hujan 13. f(ed) diperoleh dari :
andalan dan curah hujan efektif yaitu dari masing– f(ed) = 0,34 – 0,044 *ed0,5

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

35
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

= 0,34 – 0,044 * 29,430,5 m3/s dan nilai debit tertinggi sebesar 1,901 m3/s.
= 0,101 mbar Pembagian air irigasi untuk setiap saluran sekunder
14. Sedangkan nilai f(n/N) diperoleh dari hitungan : didasarkan pada kebutuhan air irigasi setiap petak tersier
f(n/N) = 0,1 + 0,9(n/N / 100) yang terdapat pada setiap sekunder DI Kebonagung.
= 0,1 + 0,9 (65 / 100)
= 0,685 4.4. Kebutuhan Air Tanaman
15. Fungsi angin diperoleh dari : Pada lokasi studi Daerah Irigasi Kebonagung,
f(u) = 0,27 (1 + u*0,864) budidaya pertanian yang diterapkan adalah padi dan
= 0,27 (1 + 3,6*0,864) palawija. Kebutuhan air tanaman ditinjau berdasarkan
= 1,110m/dt neraca air tergantung dari parameter sebagai berikut:
16. Kemudian niali Rn1 dapat diperoleh dengan : 1. Perkolasi
Rn 1 = f(t) * f(ed) * f(n/N) 2. Penyiapan lahan
= 15,833 * 0,101 * 0,685 3. Penggunaan konsumtif tanaman
= 1,099 mm/hari 4. Pergantian lapisan air
17. Eto* = w * (0,75 * Rs-Rn1) + (1-w) * f(u) * 5. Curah hujan efektif
(ea-ed) 4.4.1. Koefisien Tanaman
= 0,754 * (0,75*9,586-1,099) + (0,246) Besarnya koefisien tanaman (k) untuk setiap jenis
* 1,110 * 4,013 = 5,688 mm/hari tanaman berbesa – beda yang besarnya berubah setiap
18. Faktor koreksi dapat diperoleh dari table c untuk periode pertumbuhan tanaman itu sendiri. Dalam studi
bulan Januari adalah 1,1 ini nilai koefisien yang digunakan disesuaikan dengan
19. Evapotranspirasi potensial diperoleh dari : ketentuan dari NEDECO Prosida Study.
ETo = c * Eto 4.4.2. Perkolasi
= 1,1 * 5,688 Perkolasi terjadi pada saat lahan ditanami padi.
= 6,257mm/hari Lahan digenangi air terus-menerus sehingga kondisi
tanah menjadi jenuh. Pada kondisi tanah jenuh,
4.3. Debit Andalan pergerakan air dalam lapisan tanah menuju arah vertikal
Data debit andalan yang digunakan dalam dan horisontal. Pergerakan air arah vertikal disebut
perhitungan adalah data debit Dam Intake Kebonagung 10 perkolasi dan arah horisontal disebut rembesan.
tahun terakhir, dari Tahun 2001 hingga Tahun 2010. Rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul
Prosedur perhitungan debit andalan adalah sebagai sawah.
berikut : Pada Daerah Irigasi Kebonagung jenis tanah
1. Menghitung total debit dalam satu tahun untuk tiap didominasi oleh jenis tanah lempung sedang sampai
tahun data yang diketahui. tanah porus (loam – sandy loam), sehingga nilai
2. Merangking data mulai dari yang besar hingga yang perkolasi pada lokasi tersebut adalah sebesar 3 mm/hari.
kecil. 4.4.3. Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan
3. Menghitung probabilitas untuk masing–masing data Penyiapan lahan adalah pengolahan lahan pada
dengan menggunakan persamaan Weibull : tahap persiapan tanah untuk keperluan tanaman agar
m sesuai dengan pertumbuhanya, kebutuhan air untuk
P = x 100% penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
N 1 maksimum air irigasi untuk perencanaan pemberian air
Dengan : irigasi.
P = probabilitas (%) Contoh perhitungan kebutuhan air untuk
m = nomor urut data debit penyiapan lahan untuk bulan Januari adalah sebagai
N = jumlah data debit berikut :
Contoh perhitungan debit andalan pada Dam Katimo 1. Eto = 6,257 mm/ hari
pada tahun 1999 : 2. Eo = 1,1 * ETo
P = 1 / (10+1) x 100% = 1,1 * 6,257= 6,883
P = 9,09% 3. P = 3 mm/hari
Perhitungan prosentase dilakukan seterusnya sampai 4. M = Eo + P
data ke-n. Selanjutnya data debit diranking dari besar = 6,883+ 3= 9,883
hingga kecil dan dicari yang mempunyai prosentase 80%. 5. T = 31 hari
Air yang berasal dari Dam Kebonagung, memang 6. S = 250 mm
umumnya diperuntukkan untuk mengairi daerah pertanian 7. k = MT / S
yang berada dalam DI Kebonagung.Sehingga besarnya = 9,883 * 31 / 250= 1,22
debit andalan yang tersedia untuk mengairi DI Irigasi 8. IR =(Mek) / (ek – 1)
Kebonagung memiliki nilai debit terendah sebesar 0,825 = (9,883 * 2,718281,22) /

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

36
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

(2,718281,22 – 1) Awal tanam untuk musim tanam I pada Bulan


= 14,024 mm/hari Desember Periode I dengan perincian sebagai berikut :
= 1,62 lt/dt/ha a. Padi = 500 ha
4.4.4. Kebutuhan Air Untuk Penggunaan Konsumtif. b. Palawija = 0 ha
Kebutuhan air untuk tanaman tergantung dari Musim Kemarau 1 / Musim Tanam II ( MT II )
besarnya evapotranspirasi dikalikan dengan faktor Awal tanam untuk musim tanam II pada bulan April
koefisien tanaman. Perhitungannya adalah sebagai periode I dengan perincian sebagai berikut :
berikut: a. Padi = 348 ha
Contoh perhitungan kebutuhan air untuk b. Palawija = 152ha
penggunaan konsumtif tanaman padi pada bulan Musim Kemarau 2 / Musim Tanam II ( MT III )
Desember periode 1 adalah sebagai berikut: Awal tanam untuk musim tanam III pada bulan Agustus
k = 1,22 periode I dengan perincian sebagai berikut :
Eto = 6,257mm a. Padi = 50 ha
Et = k . Eto b. Palawija = 450ha
= 1,22x6,257 4.5.2. Kebutuhan Air Irigasi Berdasarkan Data Pola
= 7,633 mm. Tata Tanam Eksisting DI. Kebonagung Sekunder
4.4.5. Pergantian Lapisan Air Kanan
Pertumbuhan dan produksi padi terbaik tercapai Musim Hujan / Musim Tanam ( MT I )
pada tanah tergantung pada tinggi lapisan genangan Awal tanam untuk musim tanam I pada Bulan
kurang dari 5 cm, penggenangan lebih dari 10 cm dapat Desember Periode I dengan perincian sebagai berikut :
mempertinggi sterilisasi varietas, sehingga dapat a. Padi = 174 ha
menghambat pembentukan anakan. b. Palawija = 0 ha
Efek reduksi tanah dan pertumbuhan tanaman Musim Kemarau 1 / Musim Tanam II ( MT II )
dapat dikurangi dengan melakukan pergantian lapisan Awal tanam untuk musim tanam II pada bulan April
air (genangan). Pergantian lapisan air ini dilakukan 2 periode I dengan perincian sebagai berikut :
kali, masing – masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama a. Padi = 156 ha
setengah bulan) yang dilakukan sebulan dan dua bulan b. Palawija = 192 ha
setelah masa transplantasi. Musim Kemarau 2 / Musim Tanam II ( MT III )
Berdasarkan uraian tersebut, maka tinggi genangan Awal tanam untuk musim tanam III pada bulan Agustus
yang diperlukan dalam studi ini sebesar 50 mm selama periode I dengan perincian sebagai berikut :
1 bulan (30 hari), dan diberikan saat 1 bulan setelah a. Padi = 34 ha
masa transplantasi. b. Palawija = 314 ha
50mm 4.5.3. Kebutuhan Air Irigasi Berdasarkan Data Pola
WLR = = 1,667 mm/hari Tata Tanam Eksisting DI. Kebonagung Sekunder
30 Kiri
4.4.6. Efisiensi Irigasi Musim Hujan / Musim Tanam ( MT I )
Di dalam system saluran terjadi kehilangan – Awal tanam untuk musim tanam I pada Bulan
kehilangan debit yang disebabkan hal-hal seperti Desember Periode I dengan perincian sebagai berikut :
evaporasi, perkolasi, kebocoran saluran juga a. Padi = 152 ha
memperhitungkan curah huja efektif, evapotranspirasi b. Palawija = 0 ha
dan kebutuhan air di luar irigasi seperti untuk air Musim Kemarau 1 / Musim Tanam II ( MT II )
industri, perikanan dan lain – lain sehingga Awal tanam untuk musim tanam II pada bulan April
mengakibatkan jumlah air sampai ke petak sawah periode I dengan perincian sebagai berikut :
menjadi berkurang (lebih kecil) dari jumlah yang a. Padi = 82 ha
diambil dari pintu pengambilan, dengan nilai efisiensi b. Palawija = 70 ha
sebagai berikut : Musim Kemarau 2 / Musim Tanam II ( MT III )
1. Efisiensi saluran primer sebesar 90% Awal tanam untuk musim tanam III pada bulan Agustus
2. Efisiensi saluran sekunder sebesar 90% periode I dengan perincian sebagai berikut :
3. Efisiensi saluran tersier sebesar 80% a. Padi = 28 ha
Jadi besarnya efisiensi secara keseluruhan adalah b. Palawija = 124 ha
90% x 90% x 80% = 65% = 0,65. Pola tanam eksisting untuk Daerah Irigasi adalah Padi
- Padi/Palawija - Padi/Palawija.
4.5. Kebutuhan Air Irigasi Daerah Irigasi Berdasarkan pola tata tanam diatas dapat diketahui
Kebonagung kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan tiap
4.5.1. Kebutuhan Air Irigasi Berdasarkan Data Pola periodenya. Langkah – langkah berikut merupakan
Tanam Eksisting DI. Kebonagung contoh perhitungan Pola Tata Tanam Eksisting dengan
Musim Hujan / Musim Tanam ( MT I )

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

37
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

menggunakan metode KP PU pada bulan Desember 9. Rasio Perkolasi = 0,167


periode I : 10. Perkolasi dengan rasio luas didapat dengan rumus :
Data yang diketahui : = Perkolasi x Rasio Luas
 Tanaman Padi berumur 90 hari = 3 x 0,167
 Tanaman Jagung berumur 90 hari = 0,5 mm/hari
 Penanaman dimulai bulan Desember (Awal 11. Pergantian lapisan air (WLR) di hitung setelah 30
Minggu I) hari dari awal tanam Padi.
 Sistem Pembagian Pola Tata Tanam 10 harian 12. Rasio Luas WLR dihitung setelah 30 hari dari
 Koefisien Tanaman. awal tanam Padi.
 Evapotranspirasi Potensial (perhitungan 13. Kebutuhan Air untuk WLR dihitung setelah 30
Evapotranspirasi Potensial Desember) = 4,886 hari dariawal tanam Padi dengan rumus:
mm/hari Kebutuhan Air untuk WLR = WLR x Rasio Luas
WLR
 Penyiapan Lahan (perhitungan penyiapan lahan
14. Curah Hujan Efektif didapat dari perhitungan
Desember) = 12,964 mm/hari
Curah Hujan Efektif
 Waktu Penggantian Air (WLR) = 30 hari
Padi = 4,620 mm/hari
 Curah Hujan Efektif (perhitungan Curah hujan
15. Kebutuhan Air di sawah (NFR) dengan rumus:
Efektif Desember I) :
NFR = Keb. Air Tanaman + Keb. Air untuk
 Padi = 7,105 mm/hari Palawija = 1,03 PL + Perkolasi dengan Rasio Luas - Reff
mm/hari = 1,066 + 11,380 + 0,5 – 4,620
 WLR dimulai pada hari ke-30 setelah masa = 8,326 mm/hari
tanam 16. Efisiensi Irigasi didapat dari ketetapan koefisien
 Jangka waktu penyiapan lahan (T) = 30 hari saluran sebesar 90% x 90 % x 80 % = 65 % = 0,65
Rerata koefisien tanaman dengan rumus : 17. Kebutuhan Air persatuan Luas didapat dengan
Koefisien rumus:
Re rata  Kebutuhan Air Persatuan Luas (Padi)
Jumlah koefisien
= NFR x 10000 (24 x 60 x 60)
1,1  0 = 5,094 x 10000 (24 x 60 x 60)
Re rata   1,1
1 = 0,590 lt/dt/hari
1. Memasukkan harga evapotranspirasi potensial dari 18. Kebutuhan Air Irigasi di intake didapat dengan
hasil perhitungan Pennmann Modifikasi. Untuk rumus:
bulan Desember = 4,886 mm/hr Kebutuhan air irigasi di intak(Padi)
2. Menghitung penggunaan air konsumtif Etc = ((kebutuhan air persatuan luas/efisiensi irigasi)
dengan rumus : / 1000 )x luas baku sawah
Padi = ((0,590/0,65)/1000) x 348 ha
Etc = c. Eto = 0,281 m3/dt
= 1,1 . 5,817 19. Jadi Total Kebutuhan air irigasi di intake
= 6,399 mm/hari = kebutuhan air irigasi di intake (Padi)
3. Rasio penggunaan Air Konsumtif (cu) = 0,167 = 0,460 m3/dt
4. Kebutuhan Air Tanaman dengan rumus : Berdasarkan pola tata tanam diatas dapat
Kebutuhan Air Tanaman (Padi) diketahui kebutuhan air irigasi di pintu pengambilan
= cu x Rasio luas tiap periodenya. Untuk perhitungan kebutuhan air
= 6,399 x 0,167 irigasi Daerah Irigasi Kebonagung berdasarkan pola
= 1.067 mm/hari tanam eksisting.
5. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Penyiapan 4.5.4. Kebutuhan Air Irigasi Berdasarkan Pola Tata
Lahan (PL) pada bulan Desember yaitu sebesar Tanam Alternatif
13,657 mm/hari Pada penentuan pola tanam alternatif ini dibuat 3
6. Rasio Luas Penyediaan lahan = 0,833 ha alternatif, yaitu :
7. Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan : 1. Alternatif I : Padi/Palawija (Jagung) – Palawija
Kebutuhan Air untuk PL (Padi) (Jagung)- Padi/Palawija (Jagung)
= PL x Rasio luas 2. Alternatif II : Padi/Palawija (Jagung) - Padi/Palawija
= 13,657 x 0,833 (Jagung) - Palawija (Jagung)
= 11,377 mm/hari 3. Alternatif III : Padi–Padi - Padi/Palawija(Jagung)
8. Perkolasi dapat diketahui berdasarkan jenis tanah Dari tiap – tiap penentuan pola tata tanam dengan
yaitu Loam - Sandy Loam dengan perkolasi alternatif tersebut dapat diketahui kebutuhan air irigasi.
sebesar 3 mm/hr kebutuhan air irigasi Daerah Irigasi Kebonagung dengan

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

38
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

pola tata tanam menggunakan 3 alternatif 6. REFERENSI


Dimyati. 1989. Operation Research. Bandung: Sinar Baru.
4.6. Analisis Ketersediaan Air Irigasi Daearh Irigasi Soemarto, C. D. 1986. Hidrologi Teknik Edisi 1.
Kebonagung Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.
4.6.1. Neraca Air Daerah Iri Irigasi Kebonagung Soewarno. 1995. Hidrologi – Aplikasi Metode Statistik
Perhitungan neraca air ditentukan berdasarkan untuk Analisa Data Jilid 2. Bandung: Nova.
debit air yang tersedia dan debit air kebutuhan tiap Sosrodarsono, S & Takeda, K. 1976. Hidrologi untuk
periode dalam satu tahun. Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
4.6.2. Volume Air Irigasi Daerah Irigasi Kebonagung Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan 01-07).
Perhitungan volume kebutuhan air irigasi didapat Bandung: CV. Galang Persada.
dari debit kebutuhan air irigasi dalam satu tahun. Standar Perencanaan Irigasi (Bagian Penunjang,
Perhitungan debit andalan pada Daerah Irigasi KP 01 – 07). Direktorat Jenderal Pengairan:
Kebonagung untuk tiap periode dalam satu tahun akan Departemen Pekerjaan Umum.
dihasilkan besar volume air dari debit andalan untuk Subagyo, S., dkk. 1981. Dasar-Dasar Operation Research.
masing-masing musim tanam. Yogyakarta: BPFE.
Perhitungan kebutuhan air irigasi didapatkan dari Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan
hasil perhitungan kebutuhan air di sawah dalam tiap Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma.
satuan luas untuk tiap jenis tanaman sesuai dengan pola Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Malang:
tanam, kemudian dilakukan perhitungan jumlah volume Institut Teknologi Nasional.
air yang dibutuhkan untuk masing-masing periode Wirosoedarmo, Ruslan. 1985. Dasar-dasar Irigasi
dalam tiap-tiap musim tanam. Pertanian. Malang: Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya.http://www.solver.com/pricemenu.htm
5. KESIMPULAN
Studi optimasi di Daerah Irigasi Kebonagung ini
dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan maksimum
hasil produksi pertanian yang ada dengan menggunakan
debit air irigasi yang tersedia. Dengan ditunjang data-data
serta program yang telah disiapkan, berdasarkan analisa
sebagaimana telah dijabarkan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisa data dengan metode
Weibull diperoleh debit andalan DAM Parsanga
dengan nilai debit tertinggi sebesar 1,380 m3/dt dan
nilai debit terendah sebesar 0,050 m3/dt
2. Besar kebutuhan air irigasi yang diperlukan untuk
masing-masing jenis tanaman yang dibudidayakan di
DI Kebonagung berdasarkan pola tanam terdapat
pada Sekunder Kanan dan Sekunder Kiri.
3. Berdasarkan hasil optimasi dengan menggunakan
fasilitas solver didapat luas tanam optimum dengan
keuntungan maksimum sebagai berikut :
a. Pada Sekunder Kanan terpilih Pola Tata Tanam
Alternatif III luas tanam optimum untuk musim
tanam I seluas 310 Ha, pada musim tanam II
seluas 310 Ha dan musim tanam III seluas
236,157 Ha. Pada musim tanam III luas lahan
yang ditanami tidak bisa maksimum karena
terjadi kekurangan air.
b. Pada Sekunder Kiri terpilih Pola Tata Tanam
Alternatif III luas tanam optimum untuk musim
tanam I seluas 338 Ha, pada musim tanam II
seluas 338 Ha dan musim tanam III seluas
257,488 Ha. Pada musim tanam III luas lahan
yang ditanami tidak bisa maksimum karena
terjadi kekurangan air.

Jurnal “MITSU” Media Informasi Teknik Sipil UNIJA Volume 2, No. 2, Oktober 2014 - ISSN : 2339-0719

39

Anda mungkin juga menyukai