TAHUN 2019
Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk pembuatan
panduan ini dengan judul :”Panduan Asesmen Risiko Pra Kontruksi Di RSU Borneo
Citra Medika Pelaihari”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW, yang telah mengajar dan membimbing umatnya dari segala bentuk
kejahilan dan kebodohan menuju umat yang berbudi luhur dan bermoral serta
menjadikan umatnya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.
Pedoman ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Proses Akreditasi
RSU Borneo Citra Medika Pelaihari. Meskipun pedoman ini sudah dibuat semaksimal
mungkin, namun dalam pelaksanaannya, Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifatmembangun.
Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Amin.
Tim Penyusun
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4
A. Latar Belakang .............................................................................. 4
B. Tujuan ........................................................................................... 5
C. Sasaran .......................................................................................... 5
BAB IV DOKUMENTASI.............................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontruksi / pembangunan baru di sebuah rumah sakit dapat berdampak pada setiap
orang di rumah sakit dan pasien dengan kerentanan tubuhnya dapat menderita dampak
terbesar. Kebisingan dan getaran yang terkait dengan kontruksi dapat mempengaruhi
tingkat kenyamanan pasien dan istirahat/tidur pasien dapat pula terganggu. Debu
konstruksi dan bau dapat mengubah kualitas udara yang dapat menimbulkan ancaman
khususnya bagi pasien dengan ganggunganpernapasan.
Karena itu, rumah sakit perlu melakukan asemen risiko setiap ada kegiatan
kontruksi, renovasi maupun demolisi/pembongkaran bangunan. Asesmen risiko harus
sudah dilakukan pada waktu perencanan atau sebelum pekerjaan kontruksi, renovasi,
demolisi dilakukan, sehingga pada waktu pelaksanaan, sudah ada upaya pengurangan
risiko terhadap dampak dari kontruksi, renovasi, demolis tersebut.
Dalam rangka melakukan asesmen risiko yang terkait dengan proyek konstruksi
baru, rumah sakit perlu melibatkan semua departemen/unit/instalasi pelayanan klinis yang
terkena dampak dari kontruksi baru tersebut, konsultan perencana atau manajer desain
proyek, Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K-3 RS), Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Bagian Rumah Tangga/Bagian Umum,
Bagian Teknologi Informasi, Bagian Sarana Prasarana/IPSRS dan unit atau bagian lainnya
yangdiperlukan.
Risiko terhadap pasien, keluarga, staf, pengunjung, vendor, pekerja kontrak, dan
entitas diluar pelayanan dapat bervariasi tergantung pada sejauh mana kegiatan konstruksi
dan dampaknya terhadap infrastruktur dan utilitas. Sebagai tambahan, kedekatan
pembangunan ke area pelayanan pasien dapat berdampak pada meningkatnya tingkat
risiko1Misalnya, jika konstruksi melibatkan gedung baru yang terletak terpisah dari
bangunan yang menyediakan pelayanan saat ini, maka risiko untuk pasien dan
pengunjung cenderung menjadi minimal.
Risiko dievaluasi dengan melakukan asesmen risiko pra-konstruksi, juga dikenal
sebagai PCRA (Pra-Contruction Risk Assessment). Asesmen risiko pra konstruksi secara
komprehensif dan proaktif digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudian
mengembangkan rencana agar dapat meminimalkan dampak kontruksi, renovasi atau
penghancuran (demolish) sehingga pelayanan pasien tetap terjaga kualitas
dankeamanannya.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pengelolaan rumah sakit sebagai institusi pelayanan
publik harus dikelola secara aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan/insiden, yang
tidak diinginkan atau tindak kekerasan, pencurian dan lain-lain di lingkungan rumah sakit
yang diakibatkan oleh kondisi fasilitas fisik.
Dalam upaya untuk menjamin bahwa kegiatan operasional rumah sakit selalu
dalam keadaan aman, nyaman dan terhindar dari kecelakaan / insiden pencemaran, maka
perlu disusun panduan asesmen manajemen pra kontruksi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari proses penilaian risiko Pra-Konstruksi ini adalah untuk
mengidentifikasi potensi risiko yang bisa timbul dari kegiatan ini dan untuk
mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk meminimalkan risiko ini.
2. Tujuan Khusus
a. Memastikan tidak adanya pencemaran udara saat akan diadakan kontruksi
b. Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi
c. Memastikan tidak terganggunya sistem utilitas
d. Memastikan tidak adanya kebisingan saat pengerjaan yang mengganggu
kenyamanan pasien
e. Tidak adanya getaran yang dapat mengakibatkanbencana
f. Menempatkan bahan berbahaya di tempat khus danaman
g. Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan hubungi bagian informasi
h. Pihak pelaksanan memanilisir dan mencegah bahaya lain yang mempengaruhi
perawatan, pengobatan, dan layanan.
C. Sasaran
1. Pimpinan RumahSakit
2. Ketua dan anggota panitia K3
3. Tenaga pengawas
4. Staf RSU terkait
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Langkah Pertama
Melakukan identifikasi tipe/jenis kontruksi kegiatan proyek (Tipe A-D) :
1. Tipe A : Inspeksi dan Kegiatan Non-Invasive.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
a. Mengganti ubin langit-2 (plafon) untuk inspeksi visual saja. Misalnya : terbatas
pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
b. Pengecatan (tetapi tidak pengamplasan)
c. Wallcovering, pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang tidak menghasilkan
debu atau memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain
untuk pemeriksaan yang kelihatan.
2. Tipe B : Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menciptakan debu minimal.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
a. Instalasi telepon dan perkabelan komputer.
b. Akses ke ruang terbuka.
c. Pemotongan dinding atau langit-2 dimana migrasi debu dapat di kontrol
3. Tipe C : Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang hingga tinggi atau
memerlukan pembongkaran atau pemindahan / penghapusan / pembersihan
komponen bangunan tetap ataurakitan.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
a. Pengampalasan dinding untuk pengecatan atau penutup dinding pemindahan /
penghapusan / pembersihan penutup lantai, plafon langit-2 dan pekerjaan khusus.
b. Kontruksi dinding baru.
c. Pekerjaan saluran kecil atau pekerjaan listrik di atas langit-langit
d. Kegiatan kabel utama
e. Kegiatan apapun yg tidak dpt diselesaikan dalam shift kerja tunggal.
4. Tipe D : Pembongkaran dan kontruksi proyek-2 besar.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. Kegiatan yg membutuhkan shift kerja berturut-turut
b. Memerlukan pembongkaran berat atau pemindahan / penghapusan
sistem perkabelan lengkap.
c. Kontruksi baru.
B. Langkah Kedua
C. Langkah Ketiga
D. Langkah Keempat
E. Langkah Kelima
Identifikasi kegiatan di tempat khusus misalnya ruang perawatan, ruang farmasi/obat dan
seterusnya.
F. Langkah Keenam
Identifikasi masalah yg berkaitan dengan : ventilasi, pipa ledeng, listrik dalam hal terjadinya
kemungkinan pemadaman.
G. Langkah Ketujuh
IdentifIkasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan penilaian sebelumnya, apa jenis
bariernya (misalnya bariernya dinding yang tertutup rapat). Apakah HEPA filter
diperlukan.?
(Catatan : Selama dilakukan kontruksi maka area yang di renovasi/kontruksi seharusnya
diisolasi dari area yang dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap daerah
sekitarnya.)
H. Langkah Kedelapan
Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko akibat merusak
kesatuan struktur (misal : dinding, atap, plafon)
I. Langkah Kesembilan
Jam Kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam pelayanan pasien.
J. Langkah Kesepuluh
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang aliran udara negatif
yang memadai.
K. Langkah Kesebelas
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak cuci tangan.
L. Langkah Keduabelas
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat cuci tangan tersebut.
M. Langkah KetigaBelas
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas ruangan bersih dan
kotor.