Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN

ASSEMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI

RUMAH SAKIT BORNEO CITRA MEDIKA

TAHUN 2019

Jalan A. Yani Rt. 7B Rw. 03 Kelurahan Angsau Kecamatan Pelaihari


Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan
Kode Pos : 70814 Telp : (0512) 2021002
Web : www.rsborneocitramedika.com
Email : rsborneocitramedika@rsborneocitramedika.com
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk pembuatan
panduan ini dengan judul :”Panduan Asesmen Risiko Pra Kontruksi Di RSU Borneo
Citra Medika Pelaihari”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW, yang telah mengajar dan membimbing umatnya dari segala bentuk
kejahilan dan kebodohan menuju umat yang berbudi luhur dan bermoral serta
menjadikan umatnya agar senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT.

Pedoman ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Proses Akreditasi
RSU Borneo Citra Medika Pelaihari. Meskipun pedoman ini sudah dibuat semaksimal
mungkin, namun dalam pelaksanaannya, Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifatmembangun.

Semoga Allah SWT, selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Amin.

Pelaihari, Desember 2018

Tim Penyusun

PANDUAN ASSESMEN RISIKO PRA KONSTRUKSI-RSU BORNEO CITRA


MEDIKA | 2
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... 1
KATA PENGANTAR...................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4
A. Latar Belakang .............................................................................. 4
B. Tujuan ........................................................................................... 5
C. Sasaran .......................................................................................... 5

BAB II RUANG LINGKUP........................................................................... 6

BAB III TATA LAKSANA ........................................................................... 7


A. Langkah Pertama........................................................................... 7
B. Langkah Kedua ............................................................................. 8
C. Langkah Ketiga ............................................................................ 8
D. Langkah Keempat ......................................................................... 9
E. Langkah Kelima ............................................................................ 10
F. Langkah Keenam .......................................................................... 10
G. Langkah Ketujuh ........................................................................... 10
H. Langkah Kedelapan....................................................................... 11
I. Langkah Kesembilan..................................................................... 11
J. Langkah Kesepuluh....................................................................... 11
K. Langkah kesebelas ........................................................................ 11
L. Langkah Kedua Belas ................................................................... 11
M.Langkah Ketiga Belas ................................................................... 11
N. Langkah Keempat Belas ............................................................... 11

BAB IV DOKUMENTASI.............................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kontruksi / pembangunan baru di sebuah rumah sakit dapat berdampak pada setiap
orang di rumah sakit dan pasien dengan kerentanan tubuhnya dapat menderita dampak
terbesar. Kebisingan dan getaran yang terkait dengan kontruksi dapat mempengaruhi
tingkat kenyamanan pasien dan istirahat/tidur pasien dapat pula terganggu. Debu
konstruksi dan bau dapat mengubah kualitas udara yang dapat menimbulkan ancaman
khususnya bagi pasien dengan ganggunganpernapasan.
Karena itu, rumah sakit perlu melakukan asemen risiko setiap ada kegiatan
kontruksi, renovasi maupun demolisi/pembongkaran bangunan. Asesmen risiko harus
sudah dilakukan pada waktu perencanan atau sebelum pekerjaan kontruksi, renovasi,
demolisi dilakukan, sehingga pada waktu pelaksanaan, sudah ada upaya pengurangan
risiko terhadap dampak dari kontruksi, renovasi, demolis tersebut.
Dalam rangka melakukan asesmen risiko yang terkait dengan proyek konstruksi
baru, rumah sakit perlu melibatkan semua departemen/unit/instalasi pelayanan klinis yang
terkena dampak dari kontruksi baru tersebut, konsultan perencana atau manajer desain
proyek, Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K-3 RS), Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), Bagian Rumah Tangga/Bagian Umum,
Bagian Teknologi Informasi, Bagian Sarana Prasarana/IPSRS dan unit atau bagian lainnya
yangdiperlukan.
Risiko terhadap pasien, keluarga, staf, pengunjung, vendor, pekerja kontrak, dan
entitas diluar pelayanan dapat bervariasi tergantung pada sejauh mana kegiatan konstruksi
dan dampaknya terhadap infrastruktur dan utilitas. Sebagai tambahan, kedekatan
pembangunan ke area pelayanan pasien dapat berdampak pada meningkatnya tingkat
risiko1Misalnya, jika konstruksi melibatkan gedung baru yang terletak terpisah dari
bangunan yang menyediakan pelayanan saat ini, maka risiko untuk pasien dan
pengunjung cenderung menjadi minimal.
Risiko dievaluasi dengan melakukan asesmen risiko pra-konstruksi, juga dikenal
sebagai PCRA (Pra-Contruction Risk Assessment). Asesmen risiko pra konstruksi secara
komprehensif dan proaktif digunakan untuk mengevaluasi risiko dan kemudian
mengembangkan rencana agar dapat meminimalkan dampak kontruksi, renovasi atau
penghancuran (demolish) sehingga pelayanan pasien tetap terjaga kualitas
dankeamanannya.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pengelolaan rumah sakit sebagai institusi pelayanan
publik harus dikelola secara aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan/insiden, yang
tidak diinginkan atau tindak kekerasan, pencurian dan lain-lain di lingkungan rumah sakit
yang diakibatkan oleh kondisi fasilitas fisik.
Dalam upaya untuk menjamin bahwa kegiatan operasional rumah sakit selalu
dalam keadaan aman, nyaman dan terhindar dari kecelakaan / insiden pencemaran, maka
perlu disusun panduan asesmen manajemen pra kontruksi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari proses penilaian risiko Pra-Konstruksi ini adalah untuk
mengidentifikasi potensi risiko yang bisa timbul dari kegiatan ini dan untuk
mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk meminimalkan risiko ini.
2. Tujuan Khusus
a. Memastikan tidak adanya pencemaran udara saat akan diadakan kontruksi
b. Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi
c. Memastikan tidak terganggunya sistem utilitas
d. Memastikan tidak adanya kebisingan saat pengerjaan yang mengganggu
kenyamanan pasien
e. Tidak adanya getaran yang dapat mengakibatkanbencana
f. Menempatkan bahan berbahaya di tempat khus danaman
g. Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan hubungi bagian informasi
h. Pihak pelaksanan memanilisir dan mencegah bahaya lain yang mempengaruhi
perawatan, pengobatan, dan layanan.

C. Sasaran
1. Pimpinan RumahSakit
2. Ketua dan anggota panitia K3
3. Tenaga pengawas
4. Staf RSU terkait
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Panduan asesmen risiko pra kontruksi, mencakup :


A. Memastikan tidak adanya pencemaran udara saat akan diadakan kontruksi
B. Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi
C. Memastikan tidak terganggunya sistem utilitas
D. Memastikan tidak adanya kebisingan saat pengerjaan yang mengganggu kenyamanan pasien
E. Tidak adanya getaran yang dapat mengakibatkan bencana
F. Menempatkan bahan berbahaya di tempat khusus dan aman
G. Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan hubungi bagian informasi
H. Pihak pelaksanan meminimanilisir dan mencegah bahaya lain yang
mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.
BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Langkah Pertama
Melakukan identifikasi tipe/jenis kontruksi kegiatan proyek (Tipe A-D) :
1. Tipe A : Inspeksi dan Kegiatan Non-Invasive.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
a. Mengganti ubin langit-2 (plafon) untuk inspeksi visual saja. Misalnya : terbatas
pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
b. Pengecatan (tetapi tidak pengamplasan)
c. Wallcovering, pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang tidak menghasilkan
debu atau memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain
untuk pemeriksaan yang kelihatan.
2. Tipe B : Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menciptakan debu minimal.
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
a. Instalasi telepon dan perkabelan komputer.
b. Akses ke ruang terbuka.
c. Pemotongan dinding atau langit-2 dimana migrasi debu dapat di kontrol
3. Tipe C : Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang hingga tinggi atau
memerlukan pembongkaran atau pemindahan / penghapusan / pembersihan
komponen bangunan tetap ataurakitan.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada :
a. Pengampalasan dinding untuk pengecatan atau penutup dinding pemindahan /
penghapusan / pembersihan penutup lantai, plafon langit-2 dan pekerjaan khusus.
b. Kontruksi dinding baru.
c. Pekerjaan saluran kecil atau pekerjaan listrik di atas langit-langit
d. Kegiatan kabel utama
e. Kegiatan apapun yg tidak dpt diselesaikan dalam shift kerja tunggal.
4. Tipe D : Pembongkaran dan kontruksi proyek-2 besar.
Termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. Kegiatan yg membutuhkan shift kerja berturut-turut
b. Memerlukan pembongkaran berat atau pemindahan / penghapusan
sistem perkabelan lengkap.
c. Kontruksi baru.
B. Langkah Kedua

Low Risk Medium Risk High Risk Highest Risk

Office • Cardiology • CCU • Any area caring for


areas • Echocardiography • EmergencyRoom immunocompromise
• Endoscopy • Labor &Delivery patients
• NuclearMedicine • Laboratories • BurnUnit
• PhysicalTherapy (specimen) • Cardiac Cath Lab
• Radiology/MRI • MedicalUnits • Central Sterile
• RespiratoryTherapy • NewbornNursery Supply
• OutpatientSurgery • Intensive CareUnits
• Pediatrics • Negative pressure
• Pharmacy isolationrooms
• Post Anesthesia Care • Oncology
Unit • Operating rooms
• SurgicalUnits includingC-section
rooms

C. Langkah Ketiga

Patient Risk Group Construction Project Type

Type A Type B Type Type D


C

Low Risk Group I II II III/IV

Medium Risk Group I II III IV

High Risk Group I II III/IV IV


Highest Risk Group II III/IV III/V IV

D. Langkah Keempat

Diperlukan Deskripsi Tindakan Pengendalian Infeksi


Berdasarkan Kelas
CLASS Selama pembangunan proyek Setelah penyelesaian proyek
Bersihkan area kerja setelah
1. Laksanakan pekerjaan dengan
menyelesaikan tugas
metode meminimalisasi timbulnya
debu dari pelaksanaan kegiatan
I kontruksi.
2. Segera meletakan kembali ketempat
semula plafon atap yg diganti untuk
pemeriksaan yg kelihatan.
1. Menyediakan sarana aktif utk 1. Lap permukaan kerja dengan
mencegah debu udara dari pembersih/desinfektan.
penyebaran ke atmosfer. 2. Wadah yg berisi limbah
2. Air kabut permukaan kerja untuk kontruksi sebelum di
mengendalikan debu pada waktu transportasi harus tertutup rapat.
pemotongan.. 3. Pel basah dan/atau vakum
3. Seal pintu yang tidak terpakai dengan HEPA filter, vakum
II dengan lakban. sebelum meninggalkan area
4. Blokir dan tutup ventilasi udara. kerja.
5. Tempatkan tirai debu di pintu masuk 4. Setelah selesai, mengembalikan
dan keluar area kerja. sistem HVAC dimana pekerjaan
6. Hilangkan atau isolasi system HVAC dilakukan.
("heating, ventilation, dan air-
conditioning) yang sedang
dilaksanakan.
1. Untuk mencegah kontaminasi dari 1. Jangan menghilangkan barrier
sistem saluran maka dari area kerja sampai proyek
hilangkan/lepaskan atau isolasi selesai diperiksa oleh
sistem HVAC di area, dimana Komite/Panitia PIRS.
pekerjaan sedang dilakukan. Dibersihkan oleh bagin
2. Lengkapi semua barier penting yaitu kebersihan RSU.
sheetrock, plywood, plastic untuk 2. Hilangkan barier material dengan
III hati-2 untuk meminimalisasi
menutup area dari area yg tdk untuk
kerja atau menerapkan metode penyebaran dari kotoran dan
pengendalian kubus (gerobak dengan puing-2 yg terkait dengan
kontruksi.
penutup plastik & koneksi disegel ke
tempat bekerja dng HEPA vakum
untuk menyedot debu sebelum
keluar) sebelum kontruksi dimulai.
1. Untuk mencegah kontaminasi sistem 1. Jangan menghilangkan barier
saluran maka isolasi sistem HVAC dari area kerja sampai proyek
di area, dimana pekerjaan sedang selesai diperiksa oleh
dilakukan.. Komite/Panitia PPIRS.
2. Lengkapi semua barier penting yaitu Dibersihkan oleh bagin
sheetrock, plywood, plastic untuk kebersihan RS..
menutup area dari area yg tdk untuk 2. Hilangkan barier material
kerja atau menerapkan metode dengan hati-2 untuk
pengendalian kubus (gerobak dengan meminimalisasi penyebaran dari
penutup plastik & koneksi disegel ke kotoran dan puing-2 yg terkait
tempat bekerja dengan HEPA vakum dengan kontruksi.
untuk menyedot debu sebelum 3. Wadah untuk limbah kontruksi
keluar) sebelum kontruksi dimulai. harus ditutup rapat sebelum
3. Menjaga tekanan udara negatif di kontruksi.
dalam tempat kerja dengan 4. Wadah transportasi atau gerobak
menggunakan HEPA unit yang agar ditutup rapat.
dilengkapi dengan penyaringan 5. Vakum area kerja dengan
IV udara. vakum HEPA filter.
4. Segel lubang, pipa, saluran & 6. Area di pel dengan pel basah
dengan pembersih/desinfektan.
lubang-lubang kecil yg bisa
7. Setelah selesai mengembalikan
menyebabkan kebocoran.
sistem HVAC dimana pekerjaan
5. Membangun serambi/ruangan dan
dilakukan.
semua personil melewati ruangan ini
sehingga dapat disedot debunya
dengan vakum cleaner HEPA
sebelum meninggalkan tempat kerja
atau mereka bisa memakai kain atau
baju kertas yg di lepas setiap kali
mereka meninggalkan tempat kerja.
6. Semua personil memasuki tempat
kerja diwajibkan untuk mengenakan
penutup sepatu. Penutup sepatu
harus diganti setiap kali pekerja
keluar dari area kerja.

E. Langkah Kelima
Identifikasi kegiatan di tempat khusus misalnya ruang perawatan, ruang farmasi/obat dan
seterusnya.

F. Langkah Keenam
Identifikasi masalah yg berkaitan dengan : ventilasi, pipa ledeng, listrik dalam hal terjadinya
kemungkinan pemadaman.

G. Langkah Ketujuh
IdentifIkasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan penilaian sebelumnya, apa jenis
bariernya (misalnya bariernya dinding yang tertutup rapat). Apakah HEPA filter
diperlukan.?
(Catatan : Selama dilakukan kontruksi maka area yang di renovasi/kontruksi seharusnya
diisolasi dari area yang dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap daerah
sekitarnya.)

H. Langkah Kedelapan
Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko akibat merusak
kesatuan struktur (misal : dinding, atap, plafon)

I. Langkah Kesembilan
Jam Kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam pelayanan pasien.

J. Langkah Kesepuluh
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang aliran udara negatif
yang memadai.

K. Langkah Kesebelas
Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak cuci tangan.

L. Langkah Keduabelas
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat cuci tangan tersebut.

M. Langkah KetigaBelas
Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas ruangan bersih dan
kotor.

N. Langkah Keempat Belas


Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut dengan tim proyek (misalnya
arus lalu lintas, rumah tangga, pembersihan puing (bagaimana dan kapan).

Anda mungkin juga menyukai