Anda di halaman 1dari 23

POKOK-POKOK

HALUAN NEGARA
Yana Indrawan, M.Si.
Jakarta, 16 Maret 2021
POKOK-POKOK HALUAN NEGARA

▪ Nomenklatur yang terdapat dalam Keputusan MPR


Nomor 8 Tahun 2019 tentang Rekomendasi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Masa
Jabatan 2014 – 2019
▪ Berbeda dengan Rekomendasi MPR masa jabatan
2009 – 2014: Reformulasi Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional Model GBHN
▪ Mengkaji secara mendalam terhadap SUBSTANSI dan
BENTUK HUKUM Pokok-Pokok Haluan Negara.

2
Serangkaian pertanyaan yang sering diajukan ketika
membicarakan pokok-pokok haluan negara antara lain:
▪ Apa pentingnya pokok-pokok haluan negara?
▪ Substansinya seperti apa?
▪ Apa bentuk hukumnya?
▪ Bagaimana implikasi hukumnya?
▪ Apakah ada agenda terselubung ingin
mengembalikan MPR sebagai lembaga
tertinggi negara?
▪ Apakah perubahan terbatas UUD NRI Tahun
1945 tidak akan membuka kotak pandora?

3
APA URGENSI POKOK-POKOK HALUAN NEGARA?
KESINAMBUNGAN DAN SINERGITAS PEMBANGUNAN TANPA
1 BERGANTUNG PADA MOMEN ELEKTORAL
Pemilihan secara langsung memberikan keleluasaan bagi calon Presiden dan calon
Wakil Presiden untuk menyampaikan visi, misi, dan program pembangunan pada
saat berkampanye. Keleluasaan tersebut berpotensi menimbulkan
ketidaksinambungan pembangunan dari satu masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden ke masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden berikutnya.

Demikian pula dengan Pemilihan Kepala Daerah, pemilihan secara langsung


memberikan keleluasaan bagi calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala
Daerah untuk menyampaikan visi, misi, dan program pembangunan pada saat
berkampanye. Keleluasaan tersebut berpotensi menimbulkan tidak hanya
ketidaksinambungan dari satu masa jabatan ke masa jabatan berikutnya.
Desentralisasi dan penguatan otonomi daerah berpotensi mengakibatkan
perencanaan daerah tidak sinergi antara satu daerah dengan daerah yang lainnya.

4
2 KESELARASAN PEMBANGUNAN PUSAT DAN DAERAH

Sistem perencanaan pembangunan nasional dan sistem


perencanaan pembangunan daerah, berpotensi melahirkan
ketidakselarasan, mengingat Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) tidak terikat mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Kondisi ini
timbul sebagai konsekuensi visi dan misi Kepala Daerah tidak
memiliki pedoman yang searah dan sejalan dengan visi dan misi
Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Hal serupa terjadi pula
dengan visi dan misi antara Pemerintah Provinsi (Gubernur)
dengan Pemerintah Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota).

5
MENYELESAIKAN KEBERADAAN KETETAPAN MPRS DAN
3 KETETAPAN MPR YANG MASIH BERLAKU
Sampai saat ini, masih terdapat beberapa Ketetapan MPRS/MPR
dalam Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 yang dinyatakan masih
berlaku, baik berlaku dengan ketentuan maupun berlaku sampai
terbentuknya undang-undang. Berbagai Ketetapan MPRS/MPR
yang dinyatakan masih berlaku tersebut merupakan haluan
negara, memiliki kekuatan hukum yang mengikat.

Ketersebaran panduan arah pembangunan tersebut menimbulkan


kerancuan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional. Untuk mencegah kerancuan di satu sisi, dan agar
pelaksanaan pembangunan tersebut terintegrasi dan terkoordinasi
dengan baik pada sisi lainnya, serta untuk menyelesaikan
keberadaan Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR tersebut
diperlukan penataan ke dalam satu naskah haluan negara yang
utuh dan komprehensif.

6
KETETAPAN MPR RI NOMOR: I/MPR/2003
TENTANG PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN MPRS
DAN KETEPAN MPR DARI TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002

PASAL 1 Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang dinyatakan tetap berlaku


PASAL 2 dengan ketentuan

Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai
PASAL 3
terbentuknya pemerintahan hasil pemilihan umum tahun 2004

Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang dinyatakan tetap berlaku


PASAL 4 sampai terbentuknya undang-undang

Ketetapan MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai terbentuknya Peraturan Tata
PASAL 5
Tertib MPR yang baru
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
PASAL 6 lanjut, baik karena bersifat einmalig (final), telah dicabut, maupun telah selesai
dilaksanakan

7
PASAL 2
KETETAPAN MPRS DAN KETETAPAN MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 tentang
1 Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara
Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme dinyatakan tetap berlaku dengan
ketentuan seluruh ketentuan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik
Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke depan diberlakukan dengan berkeadilan dan menghormati
hukum, prinsip demokrasi dan hak asasi manusia.

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik
2 Ekonomi dalam Rangka Demokrasi Ekonomi, dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan Pemerintah
berkewajiban mendorong keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan
dukungan dan pengembangan ekonomi, usaha kecil menengah, dan koperasi sebagai pilar ekonomi
dalam membangkitkan terlaksananya pembangunan nasional dalam rangka demokrasi ekonomi
sesuai hakikat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan
3 Pendapat di Timor Timur tetap berlaku sampai dengan terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan
Pasal 6 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/1999.

8
PASAL 4
KETETAPAN MPRS DAN KETETAPAN MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI
TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG

1 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia Nomor XXIX/MPRS/1966 tentang Pengangkatan Pahlawan
Ampera tetap berlaku dengan menghargai Pahlawan Ampera yang telah ditetapkan dan sampai terbentuknya undang-undang tentang
pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.

2 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan tersebut.

3 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai dengan terbentuknya undang-undang tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan.

5 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional.

9
PASAL 4
KETETAPAN MPRS DAN KETETAPAN MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI
TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG

6 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sampai terbentuknya undang-undang yang terkait.

7 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan
Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia sampai terbentuknya undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan Pasal 5 ayat
(4) dan Pasal 10 ayat (2) dari Ketetapan tersebut yang disesuaikan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

8 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

9 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.

10 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan tersebut.

11 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan tersebut.

10
MUATAN POKOK-POKOK HALUAN NEGARA

BAGIAN ATAU BAGIAN ATAU


BAB YANG BAB YANG
BERSIFAT BERSIFAT
TETAP DINAMIS

11
SUBSTANSI POKOK-POKOK HALUAN NEGARA

Tidak bersifat teknokratis. Mengintegrasikan berbagai


Ketetapan MPRS dan Ketetapan
MPR yang dinyatakan masih tetap
berlaku sebagaimana terdapat
dalam Ketetapan MPR Nomor
Memuat arah pembangunan I/MPR/2003 ke dalam satu naskah
bagi seluruh penyelenggara yang komprehensif, yaitu ke dalam
negara yang bersifat filosofis dan Pokok-Pokok Haluan Negara.
merupakan turunan pertama dari
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

12
PILIHAN BENTUK HUKUM PPHN

UUD NRI TAHUN 1945 KETETAPAN MPR UNDANG-UNDANG


▪ Kedudukan hukum sangat kuat. ▪ Kedudukan hukum kuat, karena dalam hierarki ▪ Kedudukan hukum lemah karena
peraturan perundang-undangan, Ketetapan MPR tidak memberikan jaminan
▪ Pengaturan PPHN tidak cukup diatur berada di atas Undang-Undang. pelaksanaan sebagaimana terjadi
dalam satu ayat atau satu pasal, sekarang ini.
sehingga akan mengubah secara ▪ Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang
keseluruhan sistematika UUD NRI dinyatakan masih tetap berlaku hanya dapat ▪ Keberadaan Ketetapan MPRS
Tahun 1945, dan perubahan secara diselesaikan melalui Ketetapan MPR. dan Ketetapan MPR yang
adendum sangat sulit dilakukan. dinyatakan masih tetap berlaku
▪ Ketetapan MPR tidak dapat dilakukan judicial review tidak seluruhnya dapat
▪ Perubahan UUD NRI Tahun 1945 akan ke Mahkamah Konstitusi. Sebaliknya, Ketetapan MPR diselesaikan melalui Undang-
sering dilakukan, terutama ketika dapat dijadikan batu uji dalam pengujian Undang- Undang.
diperlukan penyesuaian PPHN karena Undang.
adanya perkembangan kemajuan ▪ Akan sangat berbahaya jika
yang perlu diakomodasi dalam PPHN ▪ Prosedur perubahan Ketetapan MPR lebih mudah PPHN dapat diajukan judicial
daripada melakukan perubahan UUD NRI Tahun 1945. review ke Mahkamah Konstitusi

13
HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SETELAH ADA POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2 Ketetapan MPR tentang Pokok-Pokok Haluan Negara
3 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4 Peraturan Pemerintah
5 Peraturan Presiden
6 Peraturan Daerah Provinsi
7 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

14
IMPLIKASI HUKUM POKOK-POKOK HALUAN NEGARA

FUNGSI ANGGARAN DPR MEKANISME PENGADILAN IMPEACHMENT


Salah satu pengawasan yang efektif Mahkamah Konstitusi diberi Tidak tepat jika pelanggaran
terhadap Pemerintah adalah tambahan wewenang untuk menguji Pokok-Pokok Haluan Negara oleh
instrumen parlemen dalam Undang-Undang terhadap Presiden dipergunakan sebagai alat
pemberian persetujuan RAPBN Ketetapan MPR tentang Pokok- untuk melakukan pemberhentian
yang diajukan Presiden. Dalam Pokok Haluan Negara. Dengan karena akan merusak bangunan
kaitan dengan PPHN, apabila demikian, dapat dipastikan seluruh sistem presidensial itu sendiri.
RAPBN yang diajukan Pemerintah Undang-Undang yang dihasilkan
tidak sesuai dengan arahan yang oleh DPR dan Pemerintah sesuai
terdapat dalam PPHN, DPR dapat dengan Pokok-Pokok Haluan
menolak dan meminta kepada Negara.
Pemerintah untuk melakukan
penyesuaian.

15
APAKAH MPR AKAN MENJADI LEMBAGA TERTINGGI?
TIDAK
MPR memiliki wewenang mengubah dan menetapkan Undang-
1 Undang Dasar sebagai hukum dasar tertulis, tertinggi dalam
hierarki peraturan perundang-undangan, tetapi tidak serta merta
menjadikan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.

Hadirnya Pokok-Pokok Haluan Negara tidak menyebabkan


2 Presiden harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban
kepada MPR.

MPR tidak berwenang memberhentikan Presiden dan/atau Wakil


3 Presiden apabila melanggar Ketetapan MPR tentang Pokok-Pokok
Haluan Negara.

16
APA YANG HARUS DILAKUKAN MPR
UNTUK MENGHADIRKAN POKOK-
POKOK HALUAN NEGARA?

Pintu masuknya adalah melalui


perubahan terbatas Undang-
Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945

17
PASAL MANA YANG PERLU DIUBAH?
Menambahkan satu ayat pada Pasal 3, sehingga berbunyi:
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Pokok-Pokok Haluan Negara.
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau
Wakil Presiden.
4) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar.

Cukupkah hanya mengubah pasal 3?


TIDAK

18
APAKAH GAGASAN PERUBAHAN TERBATAS
AKAN MEMBUKA KOTAK PANDORA?
TIDAK

Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI Tahun 1945:
1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.

Dengan ketentuan tersebut, tidak terbuka peluang untuk


menyisipkan gagasan perubahan pasal atau ayat selain yang telah
memenuhi ketentuan di atas.

Dalam hal ada usul baru untuk mengubah pasal atau ayat UUD
NRI Tahun 1945, harus memulai dari awal sesuai dengan
ketentuan Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2).

19
APAKAH ADA PINTU MASUK LAIN?
ADA

yaitu melalui penambahan wewenang/tugas


MPR dalam UU MD3 untuk menyusun dan
menetapkan PPHN

gagasan ini tidak pernah dibahas di


Badan Pengkajian

20
TIME SCHEDULE

2021 2022 2023 2024


▪ Badan Pengkajian MPR ▪ Usul perubahan UUD NRI MPR sudah dapat menetapkan Calon yang akan
sudah menyelesaikan Tahun 1945 sudah diajukan Rekomendasi kepada DPR dan mengikuti Pemilu
Rancangan Pokok-Pokok sesuai dengan ketentuan Presiden untuk melakukan: dan Pilkada
Haluan Negara, berikut Pasal 37. Serentak akan
naskah akademik usul ▪ Penyesuaian UU Nomor 12 menyusun visi, misi,
perubahan UUD NRI ▪ MPR membentuk Panitia Tahun 2011, khususnya dan program
Tahun 1945. Ad Hoc untuk membahas mengenai hierarki Peraturan pembangunan sesuai
usul perubahan UUD NRI Perundang-undangan. dengan PPHN dan
▪ Pimpinan MPR melakukan Tahun 1945 dan ▪ Penyesuaian UU Nomor 25 RPJP yang telah
komunikasi politik dengan Rancangan PPHN. Tahun 2004 tentang Sistem disempurnakan
Pimpinan Lembaga Perencanaan Pembangunan
Negara dan Pimpinan ▪ MPR sudah memutuskan Nasional.
Partai Politik, serta perubahan UUD NRI ▪ Penyesuaian UU Nomor 17
stakeholders lainnya. Tahun 1945 dan Tahun 2007 tentang
menetapkan Ketetapan Rencana Pembangunan
MPR tentang PPHN Jangka Panjang

21
APAKAH GAGASAN MENGHADIRKAN
POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
DAPAT DIWUJUDKAN?

Jalan untuk menghadirkan pokok-pokok haluan


negara masih panjang dan berliku…

Perubahan UUD NRI Tahun 1945 bukan sekadar


perhitungan matematis sebagaimana diatur
dalam Pasal 37, tetapi memerlukan konsensus
politik seluruh elemen bangsa.

22
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai