HALUAN NEGARA
Yana Indrawan, M.Si.
Jakarta, 16 Maret 2021
POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
2
Serangkaian pertanyaan yang sering diajukan ketika
membicarakan pokok-pokok haluan negara antara lain:
▪ Apa pentingnya pokok-pokok haluan negara?
▪ Substansinya seperti apa?
▪ Apa bentuk hukumnya?
▪ Bagaimana implikasi hukumnya?
▪ Apakah ada agenda terselubung ingin
mengembalikan MPR sebagai lembaga
tertinggi negara?
▪ Apakah perubahan terbatas UUD NRI Tahun
1945 tidak akan membuka kotak pandora?
3
APA URGENSI POKOK-POKOK HALUAN NEGARA?
KESINAMBUNGAN DAN SINERGITAS PEMBANGUNAN TANPA
1 BERGANTUNG PADA MOMEN ELEKTORAL
Pemilihan secara langsung memberikan keleluasaan bagi calon Presiden dan calon
Wakil Presiden untuk menyampaikan visi, misi, dan program pembangunan pada
saat berkampanye. Keleluasaan tersebut berpotensi menimbulkan
ketidaksinambungan pembangunan dari satu masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden ke masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden berikutnya.
4
2 KESELARASAN PEMBANGUNAN PUSAT DAN DAERAH
5
MENYELESAIKAN KEBERADAAN KETETAPAN MPRS DAN
3 KETETAPAN MPR YANG MASIH BERLAKU
Sampai saat ini, masih terdapat beberapa Ketetapan MPRS/MPR
dalam Ketetapan MPR Nomor I/MPR/2003 yang dinyatakan masih
berlaku, baik berlaku dengan ketentuan maupun berlaku sampai
terbentuknya undang-undang. Berbagai Ketetapan MPRS/MPR
yang dinyatakan masih berlaku tersebut merupakan haluan
negara, memiliki kekuatan hukum yang mengikat.
6
KETETAPAN MPR RI NOMOR: I/MPR/2003
TENTANG PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN MPRS
DAN KETEPAN MPR DARI TAHUN 1960 SAMPAI DENGAN TAHUN 2002
PASAL 1 Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai
PASAL 3
terbentuknya pemerintahan hasil pemilihan umum tahun 2004
Ketetapan MPR yang dinyatakan tetap berlaku sampai terbentuknya Peraturan Tata
PASAL 5
Tertib MPR yang baru
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR yang tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih
PASAL 6 lanjut, baik karena bersifat einmalig (final), telah dicabut, maupun telah selesai
dilaksanakan
7
PASAL 2
KETETAPAN MPRS DAN KETETAPAN MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU DENGAN KETENTUAN
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 tentang
1 Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara
Republik Indonesia bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme dinyatakan tetap berlaku dengan
ketentuan seluruh ketentuan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik
Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 ini, ke depan diberlakukan dengan berkeadilan dan menghormati
hukum, prinsip demokrasi dan hak asasi manusia.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik
2 Ekonomi dalam Rangka Demokrasi Ekonomi, dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan Pemerintah
berkewajiban mendorong keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan
dukungan dan pengembangan ekonomi, usaha kecil menengah, dan koperasi sebagai pilar ekonomi
dalam membangkitkan terlaksananya pembangunan nasional dalam rangka demokrasi ekonomi
sesuai hakikat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/1999 tentang Penentuan
3 Pendapat di Timor Timur tetap berlaku sampai dengan terlaksananya ketentuan dalam Pasal 5 dan
Pasal 6 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/1999.
8
PASAL 4
KETETAPAN MPRS DAN KETETAPAN MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI
TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG
1 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia Nomor XXIX/MPRS/1966 tentang Pengangkatan Pahlawan
Ampera tetap berlaku dengan menghargai Pahlawan Ampera yang telah ditetapkan dan sampai terbentuknya undang-undang tentang
pemberian gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan.
2 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan tersebut.
3 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai dengan terbentuknya undang-undang tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 18, 18A, dan 18B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan.
5 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional.
9
PASAL 4
KETETAPAN MPRS DAN KETETAPAN MPR YANG DINYATAKAN TETAP BERLAKU SAMPAI
TERBENTUKNYA UNDANG-UNDANG
6 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sampai terbentuknya undang-undang yang terkait.
7 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan
Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia sampai terbentuknya undang-undang yang terkait dengan penyempurnaan Pasal 5 ayat
(4) dan Pasal 10 ayat (2) dari Ketetapan tersebut yang disesuaikan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
8 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
9 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
10 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan tersebut.
11 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam sampai terlaksananya seluruh ketentuan dalam Ketetapan tersebut.
10
MUATAN POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
11
SUBSTANSI POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
12
PILIHAN BENTUK HUKUM PPHN
13
HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SETELAH ADA POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2 Ketetapan MPR tentang Pokok-Pokok Haluan Negara
3 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4 Peraturan Pemerintah
5 Peraturan Presiden
6 Peraturan Daerah Provinsi
7 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
14
IMPLIKASI HUKUM POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
15
APAKAH MPR AKAN MENJADI LEMBAGA TERTINGGI?
TIDAK
MPR memiliki wewenang mengubah dan menetapkan Undang-
1 Undang Dasar sebagai hukum dasar tertulis, tertinggi dalam
hierarki peraturan perundang-undangan, tetapi tidak serta merta
menjadikan MPR sebagai lembaga tertinggi negara.
16
APA YANG HARUS DILAKUKAN MPR
UNTUK MENGHADIRKAN POKOK-
POKOK HALUAN NEGARA?
17
PASAL MANA YANG PERLU DIUBAH?
Menambahkan satu ayat pada Pasal 3, sehingga berbunyi:
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar.
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Pokok-Pokok Haluan Negara.
3) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau
Wakil Presiden.
4) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar.
18
APAKAH GAGASAN PERUBAHAN TERBATAS
AKAN MEMBUKA KOTAK PANDORA?
TIDAK
Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) UUD NRI Tahun 1945:
1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam
sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-
kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara
tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah
beserta alasannya.
Dalam hal ada usul baru untuk mengubah pasal atau ayat UUD
NRI Tahun 1945, harus memulai dari awal sesuai dengan
ketentuan Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2).
19
APAKAH ADA PINTU MASUK LAIN?
ADA
20
TIME SCHEDULE
21
APAKAH GAGASAN MENGHADIRKAN
POKOK-POKOK HALUAN NEGARA
DAPAT DIWUJUDKAN?
22
TERIMA KASIH