Anda di halaman 1dari 57

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

(GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI AKIBAT PATOLOGIS


PENCERNAAN dan METABOLISME ENDOKRIN)

Oleh Kelompok 6
Tingkat 2.1

Ni P utu A ri I ndriyani P07120018003


Kadek Ratna Sukma Dewi P07120018008
Ni P utu ian P aramita P07120018010
D
Kadek D iah P ramesti P07120018013
Komang Intan Dewanggayastuti P07120018033

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Denpasar
D III Jurusan Keperawatan
Tahun Ajaran 2019/2020

I
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
 berkat-Nya lah kami dapat menyelesaikan paper dengan judul “Gangguan
Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis Pencernaan dan Metabolie Endoerine” tepat
sesuai pada waktunya. Paper ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Dalam penyusunan paper ini, kami
mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, diantaranya :
1. Ns I G A Ari Rasdini., S.Pd., S.Kep., M.Pd
2. Teman-teman kelompok,
3. Teman-teman kelas 2.1 D3 Keperawatan.
Kami selaku penulis menyadari bahwa dalam penyusunan paper ini masih
 belum sempurna, maka kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan
demi kesempurnaan paper ini selanjutnya. Akhirnya kami berharap semoga paper ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 15 Oktober 2019

Tim Penulis
DAFTAR ISI
COVER 
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gangguan Kebutuhan Nutrisi...........................................................4
Patologis Sistem Pencernaan dan Metabolic Endocrine4
MasalahPerawatanPadaUlkusPeptikum,Gastroenteritis,Thypus

Abdominalis, Colitis, Haemorroid, Hepatitis, Obstruksi Intestinal, DM...........11


2.4 Anamnesa Pada Gangguan Sistem Pencernaan dan Metabolic Endocrine 22
2.5 Persiapan Klien Pada Pemeriksaan Barium Enema, USG Abdomen Dan
Endoskopi........................................................................................................... 30
2.6 Pemeriksaan Fisik Kondisi Saluran Pencernaan, Bentuk Abdomen, Kesulitan
Mengunyah dan Menelan, Bising Usus.............................................................34
2.7 Melaksanakan Evaluasi Kebutuhan Nutrisi...................................................52
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................53
3.2 Saran............................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan
dasar manusia yang sangat penting. Dilihat dari segi kegunannya, nutrisi
merupakan sumber energy untuk segala aktivitas dalam system tubuh. Sumber
nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri seperti glikogen yang
terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan
sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang sehari hari dimakan oleh
manusia. Adapun jenis-jenis nutrisi yang diperlukan tubuh antara lain:
a. Karbohidrat, merupakan sumber energy utama dan sumber erat
 pangan.
 b. Protein, merupakan konstituen penting pada semua sel, terdiri dari
asam asam amino.
c. Lemak, merupakan sumber energy yang dipadatkan.
d. Air, merupakan komponen terbesar penyusun tubuh manusia.
Pemenuhan kebutuhan air dapat berasal dari minuman, makanan
dan sayuran.
e. Vitamin, merupakan bahan organic yang tidak dapat dibentuk oleh
tubuh dan berfungsi sebagai katalisator proses metabolism tubuh.
f. Mineral, merupakan bahan anorganik yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan tubuh.
 Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan
kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup, mengkonsumsi nutrien (zat gizi)
yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun akan menjadi
racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari.
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada sistem yang berperan di
dalamnya yaitu sistem pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan
organ asesoris, saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usu halus bagian
distal. Sedangkan organ asesoris terdiri dari hati, kantong empedu dan pankreas.

I
 Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada
nutrisi maka gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit /
terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.
Begitu pentingnya nutrisi bagi tubuh sehingga setiap manusia tidak 
 boleh kekurangan nutrisi. Namun, pada kenyataannya masih banyak yang
kekurangan nutrisi sehingga berdampak pada organ-organ didalam tubuh.
Maka dari itu penulis akan menjelaskan beberapa gangguan karena kurangnya
nutrisi serta bagaimana perawatannya.

1.2  Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian dari gangguan kebutuhan nutrisi?
1.2.2 Bagaimana patologis system pencernaan dan metabolic endocrine?
1.2.3 Apa saja masalah perawatan pada ulkus peptikum, gastroenteritis,
thypus abdominalis, colitis, hemoroid, hepatitis, obstruksi intestinal
dan DM?
1.2.4 Bagaimana anamnesa pada gangguan system pencernaan dan
metabolic endocrine?
1.2.5 Bagaimana persiapan klien pada pemeriksaan barium enema, USG
abdomen dan endoskopi?
1.2.6 Bagaimana pemeriksaan fisik dalam kondisi saluran pencernaan,
 bentuk abdomen, keulitan mengunyah dan menelan, bising usus?
1.2.7 Apa saja evaluasi dalam kebutuhan nutrisi?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian dari gangguan kebutuhan nutrisi
1.3.2 Untuk mengetahui patologis system pencernaan dan metabolic
endocrine
1.3.3 Untuk mengetahui masalah perawatan pada ulkus peptikum,
gastroenteritis, thypus abdominalis, colitis, hemoroid, hepatitis,
obstruksi intestinal dan DM
1.3.4 Untuk mengetahui cara anamnesa pada gangguan system
 pencernaan dan metabolic endocrine

5
1.3.5 Untuk mengetahui persiapan klien pada pemeriksaan barium
enema, USG abdomen dan endoskopi
1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dalam kondisi saluran
 pencernaan, bentuk abdomen, keulitan mengunyah dan menelan,
 bising usus
1.3.7 Untuk mengetahui evaluasikebutuhan nutrisi

1.4 Manfaat Penulisan


Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada berbagai pihak, yakni sebagai berikut.
1. Manfaat Praktis
Semoga hasil penulisan ini dapat memberikan dorongan atau
masukan bagi seluruh mahasiswa keperawatan untuk mempelajari dan
mendalami materi tentang Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat Patologis
Pencernaan dan Metabolie Endoerine.
2. Manfaat Teorietis
Semoga hasil penulisan ini dapat memberikan informasi yang
lengkap mengenai materi tentang Gangguan Kebutuhan Nutrisi Akibat
Patologis Pencernaan dan Metabolie Endoerine
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gangguan Kebutuhan Nutrisi

pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan metabolic yang dibutuhkan oleh tubuh. (LyndaJuall,C

2.1.1 Patologis Sistem Pencernaan

mengalami peradangan. Pada umumnya ulkus aftosa terjadi di sepanjang lidah. Mereka dapat berjumlah banyak dan melibatkan pula m
ncul dalam satu kelompok yang terdiri dari 2-3 luka terbuka, biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam 10 hari. Sariawan yang

h belum jelas. Kombinasi berbagai faktor dapat


a) Trauma pada mulut, seperti menyikat gigi yang terlalu
keras, pipi atau bibir yang tergigit, makanan pedas atau
asam.
 b) Pasta gigi dan obat kumur yang mengandung larutan
sodium lauryl sulfate.
c) Sensitivitas pada makanan tertentu, misalnya coklat,
kopi, telur, kacang, keju, makanan asam seperti nanas.
d) Kekurangan vitamin B-12, zink, asam folat, dan zat
 besi.
e) Adanya reaksi alergi akibat bakteri tertentu di dalam
mulut.
f)Perubahan hormonal saat menstruasi.
g) Stress psikis.

 Pleomorphic adenoma
Pleomorphic adenoma atau mixed tumor merupakan tumor 
 jinak yang berasal dari kelenjar ludah yang dapat tumbuh dari
kelenjar ludah minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh lambat,
tidak menimbulkan rasa sakit, dapat digerakan, dan konsistensi
kenyal dengan permukaan yang halus. Tumor dapat
membesar mendesak jaringan sekitarnya.
Penyebab Adenoma pleimorfik pada kelenjar saliva belum
diketahui secara pasti, diduga karena keterlibatan lingkungan
dan faktor genetik. Adenoma pleimorfik mempunyai gambaran
klinis berupa massa tumor tunggal, pertumbuhan lambat, tanpa
rasa sakit, nodul tunggal.
2. Esofagus

 Hiatus Hernia Esofagus


Hernia Hiatus Esophagus merupakan suatu keadaan dimana
terjadi perpindahan secara intermiten (sementara) atau secara
 permanen bagian lambung, disertai perpindahan bagian esofagus
dari intra abdomen kedalam rongga dada (rongga toraks) di atas
diagfragma melalui hiatus esofagus yang normal. Dikenal
dengan 3 bentuk, yaitu :
a. Esofagus terlalu pendek, sehingga sebagian lambung
(kardia) tertarik ke atas diafragma, tetapi hiatus diafragma
tidak melebar, sehingga bagian yang melebar diatas
diafragma setinggi diafragma menyempit lagi. Jadi
 bagaian atas lambung tertarik ke dalam rongga dada.
 b. Panjang esofagus normal, besarnya liang diafragma juga
normal, tetapi di samping liang ini terdapat satu liang lagi
atau terjadi robekan, sehingga kardia masuk melalu liang
ini ke dalam rongga dada, biasanya kecil disebut sebagai
 para esophagial hiatal hernia, kejadian ini kurang dari
10%.
c. Esofagus panjangnya normal atau pendek akibat fibrosis
karena radang, tetapi liang diafragma melebar, sehingga
sebagian besar lambung masuk ke dalam rongga dada,
 jarang terjadi. Disebut pula true hiatal atau sliding hernia.
3. Lambung

 Karsinoma Lambung

Biasanya terjadi pada usia lanjut. Sekitar 99%


kanker lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung
lainnya adalah leiomokarsinoma (kanker otot polos) dan
limfoma.

 Ulkus Peptikum

Ulkus Peptikum adalah suatu kondisi medis yang ditandai


dengan luka yang terasa nyeri atau ulkus pada lapisan lambung yang
 berada di duodenum pertama (bagian teratas dari usus). Suatu ulkus
terjadi ketika lapisan dari organ-organ ini terkorosi oleh asam
lambung yang disekresikan oleh sel-sel lambung. Penyebab penyakit
ulkus yang paling umum adalah bakteri Helicobacter pylori. Bakteri
ini menyebabkan peradangan kronis lapisan lambung bagian dalam
 pada tubuh manusia. Infeksi H. pylori seringkali didapat ketika
menelan makanan dan air yang terkontaminasi dan melalui
kontak dengan manusia. Hal ini lebih sering terjadi pada daerah
dengan sanitasi yang buruk. Apabila kondisinya berat, hal ini dapat
menyebabkan perdarahan ulkus, perforasi ulkus, dan penyumbatan
lambung.
4. Usus Halus

 Ileus Obstruksi
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada
usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali
menutup atau menganggu jalannya isi usus. Obstruksi usus
dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus
 biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
 perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan
keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
 pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Ada dua
tipe obstruksi yaitu mekanis (Ileus Obstruktif) dan
neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik).
5. Usus Besar

 Penyakit Crohn

Penyakit Crohn merupakan penyakit peradangan


granulomatosa kronik yang etiologinya tidak diketahui dan
mengenai saluran pencernaan, mulai dari esophagus sampai
anus, namun lebih sering mengenai ileum terminalis dengan
 pembentukan jaringan gigi paru perut dan penebalan dinding
usus; sering kali menyebabkan obstruksi usus dan fistula
 pembentukan abses serta sering kambuh setelah diberikan
 pengobatan. Penyakit ini juga mempengaruhi daerah tertentu
dari usus, kadang terdapat daerah normal diantara daerah yang
terkena.
 Diare
Ini termasuk gangguan pada saluran pencernaan yang
 paling sering ditemui, khususnya pada anak-anak. Penyebab
diare bisa bermacam macam, mulai dari kurangnya kebersihan
makanan, salah makan, infeksi, cacingan dan lain-lain. Bakteri
yang masuk ke dalam sistim pencernaan mengakibatkan
terjadinya rangsangan yang kuat pada mukosa usus yang
menyebabkan peningkatan gerakan otot usus, akibatnya
makanan tidak dapat terserap secara sempurna. Diare dapat
dikatakan akut jika mencret lebih dari 4 kali sehari dengan
konsentrasi tinja yang semakin lama semakin cair. Diare
tidak menyebabkan kematian, namun dehidrasi yang
menyertainya dapat membuat penderita kehilangan cairan tubuh
secara drastis yang jika tidak ditangani dapat membuat penderita
meninggal. Jadi, yang perlu sangat diwaspadai bukan lah
diarenya, melainkan dehidrasinya. Pastikan penderita
mendapatkan cukup minum agar cairan tubuhnya terjaga. Salah
satu indikator apakah penderita diare mengalami dehidrasi atau
tidak, cermati kuantitas air seninya. Selama kuantitasnya cukup,
berarti
 penderita tidak mengalami dehidrasi. Pengobatan awal untuk diare
yaitu dengan memberikan oralit.

 Sembelit (Konstipasi)
Berbanding terbalik dengan diare, dimana feses yang keluar 
 berbentuk cair dengan frekuensi yang tinggi. Sembelit atau
konstipasi merupakan gangguan pada sistem pencernaan dimana
 penderitanya mengalami pengerasan feses sehingga sulit
untuk dikeluarkan, bahkan sampai menyebabkan rasa sakit yang
amat sangat bagi penderitanya. Penyebab konstipasi bermacam-
macam, mulai dari pola makan yang buruk, stres, gangguan
hormon, efek samping obat-obatan tertentu, dan bisa juga karena
kelainan anatomis. Pencegahan konstipasi dapat dilakukan
dengan memperbaiki pola makan dan memperbanyak asupan
serat, sedangkan untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat pencahar
 Wasir (Hemoroid)
Ini merupakan gangguan pencernaan berupa pelebaran
 pembuluh darah balik di dalam jaringan pembuluh darah di bagian anus akibat tekanan yang be
 besar namun tetap lembek, sehingga proses BAB menjadi mudah dan lancar karena tidak pe
merangsang timbulnya wasir.

2.2.2 Patologis Metabolic Endocrine


yang membantu fungsi kontrol tubuh yang penting, terutama kemampuan tubuh untuk mengubah kalori menjadi energi sel dan or

ngan dengan hormon gangguan. Setiap kelenjar sistem endokrin melepaskan hormon tertentu ke aliran darah tubuh Anda. Hormon-horm

sistem pencernaan. Gangguan kelenjar 


endokrin umumnya disebabkan perubahan gaya hidup yang cenderung
meninggalkan pola hidup sehat.
Kelenjar endokrin menghasilkan hormon ”pembawa pesan” yang
akan ditindaklanjuti oleh organ tubuh lain. Gangguan pada kelenjar endokrin
bisa menyebabkan penyakit yang berbeda-beda.
Ada delapan kelenjar endokrin, yaitu :
1. Kelenjar hipotalamus di otak 
Menceritakan kelenjar pituitari saat untuk melepaskan hormon.
2. Kelenjar hipofisis di dasar otak di belakang sinus.
Hal ini sering disebut “master gland” karena mempengaruhi
kelenjar lain, terutama tiroid. Masalah dengan
kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi pertumbuhan tulang,
siklus menstruasi wanita, dan pelepasan ASI.
3. Kelenjar tiroid (gondok) berbentuk kupu-kupu di bagian depan
leher mengendalikan metabolisme.
4. Kelenjar paratiroid di dekat kelenjar tiroid memainkan peran
dalam perkembangan tulang.
5. Kelenjar adrenal (suprarenalis) di kutub atas ginjal kiri-kanan,
melepaskan hormon kortisol
6. Kelenjar gonad (kelamin) pada testis dan indung telur,
melepaskan telur dan menghasilkan hormon seks.
Menghasilkan sperma dan hormon seks.
7. Kelenjar pancreas mengontrol pelepasan hormon insulin dan
glukagon.
8. Kelenjar timus di bawah tulang dada, membantu
mengembangkan sistem kekebalan tubuh sejak awal
kehidupan.
2.3 Masalah Perawatan Pada Ulkus Peptikum, Gastroenteritis, Thypus
Abdominalis, Colitis, Haemorroid, Hepatitis, Obstruksi Intestinal,
DM
2.3.1 Ulkus Peptikum
A. Definisi
 Ulkus peptikum adalah suatu peronggaan yang dibentuk dalam
dinding mukosa lambung, pyloris,duodenum, atau esophagus. (Brunner dan
Suddarth,2000). Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana
kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai kebawah epitel
(Price, Sylvia Anderson,1995)
B. Etiologi
  Ketidakseimbangan asam gastrik dan sekresi pepsin serta
 perubahan mukosa. (Charlene dkk, 2001). Faktor lain yang menyebabkan
Ulkus peptikum: Genetik, merokok, Alkohol, kafein,obat-obatan
(NSAID), kuman Helicobacter pylori.
C. Tanda dan Gejala
1. Nyeri
 Nyeri pekak, persisten; rasa terbakar pada mid epigastrium, atau
dipunggung. Nyeri hilang dengan makan atau minum antasida; bila
lambung telah kosong dan alkali menghilang nyeri kembali timbul.
 Nyeri tekan tajam setempat yang ditimbulkan dengan memberi
tekanan kuat pada epigastrium atau sedikit tekanan garis tengah tubuh.
2. Pirosis (nyeri ulu hati)
Sensasi terbakar pada esophagus atau lambung; karena adanya asam.
3. Muntah
Jarang terjadi pada ulkus duodenum tak terkomplikasi. Mungkin
didahului oleh mual atau bisa saja tidak; biasanya mengikuti serangan
nyeri hebat; hilang dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan
Sebagai akibat diet dan obat. Beberapa pasien yang mengalami
 perdarahan akibat ulkus akut tidak mempunyai keluhan pencernaan
sebelumnya, tetapi mengalami gejala.
D. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan lesi sekunder terhadap peningkatan
asam gastrik, iritasi mukosa dan spasme otot.
2. Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut, perdarahan,
 penatalaksanaan jangka panjang.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan nyeri yang berkaitan dengan
makan.
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi yang
 pernah didapat.

2.3.2 Gastroenteritis
A. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal
atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari
 biasanya (Manjoer Arief dkk, 1999). Gastroenteritis adalah inflamasi pada
daaerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang
 bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Whaley dan Wang’s
1995).
B. Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :

 Faktor Infeksi

Infeksi Internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang


merupakan penyebab utama diare meliputi :
1. Infeksi Bakteri : Vibrio E.coli Salmonella, Shigella, Campyio
 bacter, Aeromonas
2. Infeksi Virus : Enteriviru (virus echo, coxsacle, poliomyelitis ),
Adenovirus, Astrovirus, dll
3. Infeksi Parasit : cacing ( ascaris, trichuris, oxyguris), Protozoa
(entamoeba,histoticia, trimonas hominis), jamur (candida albacus)
Infeksi parental adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut (OMA), Bronco Pneumonia, dan
sebagainnya.
  Faktor Malabsorbsi

1. Malabsorbsi karbohidrat
2. Malabsorbsi Lemak

 Faktor Makanan

Makanan yang tidak bersih , basi, beracum, dan alergi terhadap


makanan.
C. Tanda dan Gejala
1. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
 berbentuk cair atau setengah cair(setengah padat), kandungan
air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200
ml dalam 24 jam (Simadibrata K et al., 2009).
Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena adanya
 peningkatan sekresi air dan elektrolit.
2. Mual dan Muntah
Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi
lambung melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan
mengintegrasikan terjadinya muntah. Lokasinya terletak pada
formasio retikularis lateral medulla oblongata yang berdekatan
dengan pusat-pusat lain yang meregulasi pernafasan, vasomotor,
dan fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga memiliki peranan
dalam terjadinya muntah. Stimuli emetic dapat ditransmisikan
langsung ke pusat muntah ataupun melalui chemoreceptor trigger zone
(chow et al., 2010).
3. Nyeri Perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit
 banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri
 perut yang dialami ada hubungannya dengan makanan, apakah
timbulnya terus-menerus, adakah penjalaran ke tempat lain,
 bagaimana sifat nyerinya. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari
 berbagai organ berbeda, misalnya pada lambung dan duodenum
akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan berpusat
 pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus akan timbul
nyeri di sekitar umbilicus yang mungkin akan menjalar ke
 punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai berat. Bila
usus besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada kolon
 jarang bertempat di perut bawah. Kelainan pada rectum biasanya
akan terasa nyeri sampai daerah sacral (Sujono hadi, 2002).
4. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan
suhu ( set point ) di hipotalamus (Dinarello dan Porat, 2012).
D. Masalah Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi
2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan
4. Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat

2.3.3 Thypus Abdominalis


A. Definisi
Demam tifoid atau thypoid fever atau thypus abdominalis
merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan
oleh kuman Salmonella Thyphii, ditandai gejala demam satu minggu atau
lebih desertai gangguan pada saluran pencernaan dan tanpa gangguan
kesadaran ( T.H. rampengan dan L.R Laurentz, 1995). Penularan penyakit
ini hampir selalu terjadi melalui makan dan minuman yang terkontaminasi.
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
Thyphiia/Eberthela Thpii yang merupakan kuman negatif , motil dan
tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu 70ºC dan antiseptik.
Salmonella mempunyai tiga macam antigen, yaitu
1. Antigen O (Ohne Hauvh) merupakan somatik antigen (tidak menyebar)
ada dalam dinding sel kuman.
2. Antigen H (Hauch, menyebar) terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil,
3. Antigen VI (kapsul) merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terhadap fagositosis. Ketiga jenis antigen ini di
manusia akan menimbulkan tiga macam antibodi yang lazim disebut
 Aglutinin.
C. Tanda dan Gejala
1. Demam
Demam biasanya berlangsung 3 minggu, bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
 berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Suhu tubuh meningkat dan
dapat terjadi serangan kejang.
2. Gangguan Sistem Pencernaan
Mulut berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah
tertutup selaput putih kotor (coated tongue). Ujung dan tepinya kemerahan
 jarang disertai tremor. Pemeriksaan abdomen di temukan keadaan perut
kembung (meteorismus), hati dan limpa membesar di sertai nyeri
 perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi,kadang diare atau BAB tanpa
kelainan. Pasien juga akan mengalami mual, muntah, dan distensi
abdomen, selain itu biasanya juga dijumpai ikterik.
3. Gejala lain
Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya.
Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-
 bitik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat
ditemukan pada minggu pertama demam kadang-kadang ditemukan pula
 bradikardia dan epistaksis pada anak besar.
D. Masalah Keperawatan
1. Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
2.3.4 Colitis
A. Definisi
Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus kronis dan hanya mengenai
mukosa dan submokosa kolon. Kolitis Ulseratif adalah penyakit
 peradangan yang ditandai oleh reaksi jaringan di dalam usus yang
menyerupai reaksi yang disebabkan oleh patogen mikrobiologi yang
dikenal seperti Shigella.
Kolitis Ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang
dari lapisan mukosa kolon dan rektum. ( Bruner & Suddarth, 202, hal
1106). Jadi, Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya
mengenai mukosa dan submukosa kolon, ditandai oleh reaksi jaringan di
dalam usus yang menyerupai reaksi yang masa remisi dan eksaserbasi
yang berganti-ganti dan dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
B. Etiologi
Etiologi kolitis ulseratifa belum diketahui, namun terdapat faktor 
 prediposisi yang berkaitan sebagai penyebab penyakit kolitis adalah
keturunan, imunologi, infeksi virus atau bakteri ( masih spekulatif ), kolitis
ulseratif tidak disebabkan oleh distres emosional atau sensitifitas terhadap
makanan, tetapi faktor-faktor ini mungkin dapat memicu timbulnya gejala
 pada beberapa orang.
C. Tanda dan Gejala
1. Sakit perut dan diar 
2. Feses yang keluar berlendir dan berdarah
3. Kelelahan
4. Turunnya berat badan
5. Anoreksia
6. Demam
D. Masalah Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan.
3. Hipovolemia berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat
2.3.5 Haemorroid
A. Definisi
Kondisi patologis membengkak atau meradangnya Hemorrhoid,
struktur vaskular dalam saluran anus yang membantu kontrol buang air 
 besar. Dalam kondisi fisiologisnya, bagian ini bertindak sebagai bantalan
yang tersusun atas saluran arterio-vena dan jaringan ikat.
B. Etiologi
Yang menjadi faktor predispososo adalah herediter, anatomi,
makanan, pekerjaan, psikis, dan sanitasi. Sedangkan sebagai faktor 
 presipitas faktor mkanis, fisiologis, dan radang. Pada umumnya faktor etiologi
tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.
Faktor penyebab haemorroid :
1. Mengejan waktu defakasi
2. Konstipasi menahun
3. Herediter 4.
Konstipasi
5. Kehamilan
6. Usia lanjut
7. Obesitas
C. Tanda dan Gejala
1. Peradangan anus
2. Anemia disertai perdarahan kronis
3. Nyeri
4. Iritasi karena anus selalu basah
D. Masalah Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2.Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah
anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis.
2.3.6 Hepatitis
A. Definisi
Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada
 peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi
virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Beberapa
 penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol,
 penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu.
B. Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebb virus dan penyebab
non virus. Sedangkan insidensi yang muncuk tersering adalah oleh virus.
C. Jenis-Jenis Hepatitis
1. Hepatitis A
Disebabkan oleh virus RNA dari gen entero virus. Bentuk hepatitis
ini ditularkan terutama melalui rute fekal-oral, melalui konsumsi makanan
atau minuman yang terinfeksi virus. Hati dan limfa pasien kerap sedikit
membesar selama beberapa hari setelah awitan. Ketika gejala muncul,
sifatnya ringan, seperti flu, infeksi pernafasan atas, disertai demam ringan.
2. Hepatitis B
Virus hepatitis B adalah virus DNA yang ditularkan terutama
melalui darah. Virus ditemukan di saliva, semen, dan sekresi vagina serta
dapat ditularkan melalui membrane mukosa dan luka pada kulit. Virus
hepatitis B memperbanyak diri di dalam hati dan tetap berada didalam
serum dalam periode waktu yang lama sehingga memungkinkan
 penyebaran virus. Gejala mungkin bersifat tersembunyi dan beragam,
 beberapa pasien mengalami arteralgia dan ruam, kehilangan nafsu makan,
dyspepsia, nyeri abdomen, sakit diseluruh tubuh, malaise, dan kelemahan
dapat terjadi.
3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah bentuk primer hepatitis yang ditularkan melalui
cara parenteral (penggunaan Bersama jarum yang terkontaminasi, tertusuk 
 jarum atau cidera pada petugas kesehatan, transfuse darah) atau hubungan
seksual. Perjalanan klinis hepatitis C serupa dengan hepatitis B ; gejala
 biasannya ringan. Terdapat peningkatan resiko sirosis dan kanker hati
setelah hepatitis C.
4. Hepatitis D
Hepatitis D sering terjadi kepada pengguna obat IV, pasien
hemodialisis, dan penerima tranfusi darah multiple. Kontak seksual adalah
metode penularan hepatitis B dan D yang penting. Gejala serupa dengan
hepatitis B ; bedanya, pasien lebih cenderung menderita hepatitis fulminan
dan berkembang menjadi hepatitis aktif kronis dan sirosis.
5. Hepatitis E
Virus hepatitis E ditularkan melalui rute fekal-oral, terutama
melalui air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk. Secara umum,
hepatitis E menyerupai hepatitis A. hepatitis E dapat sembuh dengan
sendirinya. Metode pencegahan utamnya adalah menghindari
kontak dengan virus melalui hygiene (mencuci tangan).
6. Hepatitis G
Hepatitis G (bentuk terbaru) adalah hepatitis pasca tranfusi dengan
 periode inkubasi berkisar dari 14-145 hari. Tidak terdapat autoantibody.
Factor resiko ini serupa dengan factor resiko untuk hepatitis C.
C. Masalah Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
3. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer 
2.3.7 Obstruksi Intestinal
A. Definisi
Obstruksi usus adalah gangguan aliran normal isi usus pada traktus
intestinal. Obstruksi usus adalah suatu penyumbatan mekanisme pada usus
dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menggangu jalannya isi usus. Obstruksi merupakan suatu pasase yang
terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi paristaltiknya normal
B. Etiologi
Etiologi dari obstruksi usus atau illeus yaitu:
1.Perlengketan
2. Intususepsi yaitu salah satu bagian usus menyusup kedalam
 bagian lain yang ada dibawahnya.
3.Volvulus yaitu usus memutar akibatnya lumen usus tersumbat.
4.Hernia yaitu protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus.
5.Tumor 
C. Tanda dan Gejala
1. Kram perut yang hilang timbul
2. Perut kembung
3. Sembelit atau diare
4. Perut bengkak 
5. Mual dan muntah
6. Hilang nafsu makan
7. Sulit buang angin
D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan distensi, kekakuan.
2. Hipovolemia berhubungan dengan mual, muntah, demam dan atau
diforesis.
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrien
2.3.8 DM (Diabetes Militus)
A. Definisi
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
 berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
 berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
(Mansjoer dkk, 1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000),
Diabetes Melitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemi yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau
keduanya.
B. Etiologi
Diabetes Melitus tergantung insulin (DM Tipe 1)
•Faktor genetic
 Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen)
tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
•Faktor imunologi
 Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
•Faktor lingkungan
 Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destruksi sel β pancreas.
C. Gejala Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita
Diabetes Melitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat
 badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi
 pada penderita Diabetes Melitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia,
Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun,
Bisul/luka, Keputihan.
D.D iagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan factor biologis.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kegagalan mekanisme
 pengaturan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan
sekunder atau karena penyakit kronik 
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal dengan
sumber informasi.
5. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit.
2.4 Anamnesa Pada Gangguan Sistem Pencernaan dan Metabolic
Endocrine
2.4.1 Anamnesa Gangguan Sistem Pencernaan
A. Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan
terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan
utama pada pasien gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain:
1. Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari
 pasien untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah
saluran gastrointestinal dan organ aksesor. Dalam mengkaji nyeri, perawat
dapat melakukan pendekatan PGRST, sehingga pengkajian dapat lebih
komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang
juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebar nyeri.
2. Mual muntah
Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan
dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi
dari bagian mana saja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh
 pusat-pusat otak yang lebih tinggi. Muntah merupkan salah satu cara
traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika
hampir semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara luas,
sangat mengembang, atau sangat terangsang.
3. Kembung dan sendawa (Flatulens).
Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat
mengakibatkan sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui
mulut (flatulens) yaitu pengeluaran gas dari rektum. Sendawa terjadi jika
menelan udara dimana cepat dikeluarkan bila mencapai lambung.
Biasanya, gas di usus halus melewati kolon dan di keluarkan.
4. Ketidaknyamaan Abdomen
Ketidaknyamaan pada abdomen secara lazim berhubungan dengan
gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian
lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamaan
karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau
karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga
mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamaan atau distress abdomen
 bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan
utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan
abdomen ini merupakan gerakan paristaltic lambung pasien sendiri.
5. Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare
dapat terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam
feses, yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna.
Penyebab terserang iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus
distal atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengarui
lapisan mukosa usus sehinga terjadi peningkatan produk-
produk sekretorik termasuk mucus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi penigkatan motilitas.
Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang
karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon
berkurang. Individu yang mengalami akibat syok hipovolemikdan kelainan
elektroli.
6. Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang.
Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat
subjektif dan dianggap sebagai penenurunan relative jumlah buang air 
 besar pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras
dan kompak. Hal ini terjadi apabila idividu mengalami dehidrasi atau
apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak
air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usur besar. Diet
berserat tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air
secara osmosis ke dalam feses dan dengan merasang peristaltic kolon
melalui
 peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat
atau makanan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami
konstipasi. Olahraga mendorong efekasi dengan merangsang saluran GE
secara fisik. Dengan demikian, orang yang sehari-harinya jarang bergerak 
 beresiko tinggi mengalami konstipasi.
B. Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau
wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainya sesuai dengan
keluhan utama dari pasiennya. Perawat memperoleh data subjektif dari
 pasien mengenai awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang
sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah
kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Yang perlu dikaji
dalam sistem gastrointestinal:
1. Pengkajian rongga mulut
2. Pengkajian esofagus
3. Pengkajian lambung
4. Pengkajian intestinal
5. Pengkajian anus dan feses
6. Pengkajian organ aksesori
a). Riwayat kesehatan sekarang
Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien sedetail-
detailnya dan semuanya di buat diriwayat penyakit sekarang. Pasien
diminta untuk menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.
Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi memberikan
dampak terhadap intaik nutrisi, berapa lama dan apakah terhadap
 perubahan berat badan. Pengkajian inin akan memberikan kemudahan
 pada perawat untuk merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi
yang tepat sesuai kondisi pasien. Tanyakan pada pasien apakah baru-baru
ini mendapat tablet atau obat-obatan yang sering kali dijelaskan warna
atau ukurannya dari pada nama dan dosisnya. Kemudian pasien diminta
untuk memperlihatkan semua tablet-tablet jika membawanya dan catat
semuanya.
 b). Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai
kondisi yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji
riwayat MRS (masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah di
derita, penggunaan obat-obat dan adanya alergi
c). Riwayat penyakit dan riwayat MRS
Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya. Apabila ada,
maka perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan,
 berapa lama di rawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada
saluran gastrointestinal. Pasien yang pernah di rawat dengan ulkus
 peptikum, jaundice, penyakit kandungan empedu, kolitis, kanker 
gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada saluran intestinal
mempunyai predisposisi penting untuk dilakukan rawat lanjutan. Dengan
mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan data-data
 penunjang masa lalu seperti status rekam medis saat di rawat sebelumnya,
serta data-data diagnostik dan pembedahan.
d). Riwayat penggunaan obat-obatan
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari
segi kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan
 pada pasien akibat efeksamping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi.
Beberapa obat akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti imflamasi
non-steroid (NSAIDs), asam selisilat dan kortiko steroid yang memberikan
resiko peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah
 pasien menggunakan prepat besi atau ferum karna obat ini akan
mempengaruhi perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman)
atau meningkatkan resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia/laksatik 
 pada saat melakukan BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat
efatotoksik atau bersifat racun terhadap fisiologi kerja hati yang
memberikan resiko pada peningkatan peradangan atau keganasan pada
hati.
e). Riwayat alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen
makanan atau agen obat pada masa lalu dan bagaimana pengaruh dari
alergi tersebut, apakah memberikan dampak terjadinya diare atau
konstipasi.
C. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei
umum terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari
hasil pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik sistem GI terdiri atas pemeriksaan bibir, rongga
mulut, abdomen, rectum dan anus.
1. Bibir
Bibir dikaji terhadap kondisi warna, tekstur, hidrasi,kontur, serta adanya
lesi. Dengan mulut pasien tertutup, perawat melihat bibir dari ujung ke
ujung. Normalnya bibir berwarna merah muda, lembab, simetris, dan
halus.. Bibir yang pucat dapat disebabkan karena anemia, sedangkan
sianosis disebabkan oleh masalah pernapasan atau kardiovaskuler lesi
seperti nodul dan ulserasi dapat berhubungan dengan infeksi, iritasi, atau
kanker kulit.
2. Rongga mulut
Pemeriksaan fisik rongga mulut dilakukan untuk menilai kelainan
atau lesi yang mempengaruhi pada fungsi igesti dan digesti. Pengkajian
rongga mulut di lakukan perawat dengan mengingat kembali struktur rongga
mulut.
Untuk melihat mukosa bukal, pasien meminta perawat untuk membuka
mulut, kemudian merektrasi pipi dengan lembut mengunakan
spatel lidah atau jari bersarung tangan yang ditutupi dengan kasa.
Permukaan mukosa harus dilihat dari kanan kekiri dan dari atas kebawah.
Senter menerangi bagian paling posterior dari mukosa. Mukosa normal
 berkilau merah muda, lunak, basah, dan halus. Dengan pasien pigmentasi
normal, mukosa bukal merupakan tempat yang paling baik
untuk menginspeksi adanya interik atau pucat.
3. Lidah dan dasar mulut
Dengan mengunakan senter untuk pencahayaan, perawat
memeriksa warna, ukuran posisi, tektur, dan adanya lapisan atau lesi pada
lidah. Lidah harus berwarna merah sedang atau merah pudar, lembab,
sedikit kasar pada bagian permukaan atasnya, dan halus sepanjang tepi
lateral. Permukaan bawah lidah dan bagian dasar mulut sangat bersifat
faskular. Kecermatan ekstra harus dilakukan pada saat menginspeksi area-
area yang umumnya terkena lesi kanker oral
4. Pemeriksaan fisik Abdomen
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita
melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan
auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap
abdomen. Bila dilakukan palpasi dan perkusi terlebih dahulu, maka dapat
mengubah frekuensi dan karakter bising usus.
a. Tepografi Anatomi Abdomen
Ada dua macam cara pembagian tepografi abdomen yang umum
digunakan untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
• Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan
horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan
atas, kiri atas, kanan bawah, kiri bawah.
• Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis
horizontal dan dua garis vertikal. Terbentuklah daerah hipokondrium
kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal
kanan, iliaka kanan, hipogastrium/suprapubik, dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus
dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam
keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid
teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon asendens dan
saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang
merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba.
Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah
suprapubik.
2.4.2 Anamnese Metabolic Endokrin
1. Data demografi
• Usia untuk menentukan berat badan ideal
• Jenis kelamin
2. Riwayat keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
ganguan seperti yang di alami Klien atau gangguan secara langsung
dengan gangguan hormonal:
• Obesitas: dicurigai karena hipotiroid
• Gangguan tumbang: dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid,
dan kelenjar gonad.
• Kelainan pada tiroid
• Infertilitas
3. Riwayat kesehatan klien
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan,
seperti:
• Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang: amenore, bulu
rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang.
• BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun
 banyak makan.
• Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul
dan tidak mudah berkonsentrasi.
• Hospitalisasi: kaji alasan, kapan kejadiannya, sudah dirawat berapa
lama.
• Informasi penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang
aktivitas hormona: hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat
antihipertens.
4. Riwayat Diet
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan
dapat mencerminkan gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan
makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab. Oleh karena itu kondisi
 berikut perlu dikaji:
• Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.
• Penurunan atau penambahan BB yang drastis.
• Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan.
• Pola makan dan minum sehari-hari.
• Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat menggangu fungsi
endokrinseperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap tiroid.
5. Masalah kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang
menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan, seperti:
• Apa yang dirasakan klien saat ini.
• Apakah masalah atau gejala yang dirasakanterjadi secara tiba-tiba
atau perlahan-lahandan sejak kapan dirasakan
• Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas hidup sehari-
hari.
• Bagaiamana pola eliminasi: urine.
• Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi.
• Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
6. Tingkat energi
Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan
hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrena. Kaji
kemampuan Klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
7. Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin
secara langsung oleh ADH, aldosteron, dan kortisol.
8. Pertumbuhan dan perkembangan
Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan fungsinya:
Tingkat intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan rasa tanggung jawab.
Kaji juga perubahan fisik dampaknya terhadap kejiwaan, seks dan
reproduksi.
9. Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frekuensi
dan perubahan fisik terutama sensasi nyeri atau kram abdomen. Jika
 bersuami kaji:
a. Apakah pernah hamil
 b. Abortus
c. Melahirkan
10. Pada pria kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme. Dan kaji
 juga apakah terjadi perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.

2.5 Persiapan Klien Pada Pemeriksaan Barium Enema, USG Abdomen Dan
Endoskopi
2.5.1 Barium Enema
Enema barium adalah pemeriksaan x-ray terhadap usus besar.
Barium sulfat (zat kontrak tunggal) atau barium sulfat dan udara (kontras
ganda atau kontra udara) diberikan secara perlahan melalui selang rectal.
Proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi dan kemudian di lakukan
foto ronsen. Kolon harus bebas dari bahan-bahan tinja sehingga barium
memperlihatkan gambaran usus besar untuk dideteksi adanya berbagai
gangguan. Kontras ganda (barium dan udara) sangat bermanfaat
untuk mengidentifikasi polip.
Barium enema dapat digunakan untuk mendeteksi keberadan polip,
tumor atau lesi lain dari usus besar dan menunjukan adanya kelaianan
anatomi atau gangguan fungsi usus.
Persiapan pemeriksaan enema barium:
1). Pra-persiapan
• Informed consent, serta beri penjelasan tentang prosedur tindakan,
edukasi, dan kemungkinan yang terjadi agar menghilangkan rasa cemas.
• Diet rendah sisa 1 sampai 2 hari sebelum pemeriksaan.
• Anjurkan klien untuk diet cair bening malam sebelum
 pemeriksaan.
• Berikan pencahar (minyak kastor atau magnesium sitrat) yang
sebaiknya di lakukan sehari sebelum pemeriksaan pada sore hari atau
menjelang malam (16.00 sampai 18.00)
• Enema atau laksatif supositorial mis. Bisakodil (dulcolax) dapat
diberikan pada malam sebelum pemeriksaan.
2). Pasca-pemeriksaan
• Pemeriksaan menginformasikan tentang meningkatkan asupan
fluid.
• Mengevaluasi buang air besar untuk mengeluarkan barium.
• Mencatat peningkatan buang air besar karena barium, osmolaritas
tinggi, dapat menarik cairan ke dalam usus sehingga meningkatkan isi
intramulinal dan menghasilkan outpus yang lebih besar.
2.5.2 USG Abdomen
Ultrasonography adalah teknik diagnostik invasif dimana gelombang suara
frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh internal dan gemaultrasonik dicatat
pada ossiloskop karena mereka meyerang jaringan kepadatan yang
 berbeda.
USG Abdomen bertujuan untuk mendeteksi kelainan empedu,
kandung kemih dan pankreas yang kemungkinan adanya pembesaran
ovarium kehamilan atau usus buntu.
Persiapan dan Pelaksanaan:
a) Lakukan informed consent
 b) Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
 pemeriksaan USG Aorta Abdomen, kandung empedu hepar, limpa,
 pankreas.
c) Oleskan jelly koduptif pada permukaan kulit yang akan dilakukan
USG.
d) Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan kedepan dan
kebelakang diatas permukaan kulit.
e) Lakukan antara 10-30 menit.
f) Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan
gelisah.
g) Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah
masuknya udara.
h) Pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan kedua), velvis
dan ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh
 berkemih.
i) Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua perhiasan
dari leher dan jepit rambut dari kepala.
 j) Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk bernafas
secara perlahan- lahan dan menahannya setelah inspirasi dalam.
2.5.3 Endoskopi
Endoskopi yang di gunakan dalam penilaian saluran pencernaan
termasuk EGD,Enteroscopi, usus kecil, kolonoskopi, signoidoskopi,
 proctoskopi, anoskopi, dan endoskopi melalui ostomy. Prosedur ini juga
dapat digunakan untuk mengevaluasi esophageal dan mobilitas lambung
dan mengumpulkan skresi dan spesimen jaringan untuk analisa lebih
lanjut.
Tujuan pemeriksaan endoskopi:
1. Diagnostik
• Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang pada
 pemeriksaan radiologi menunjukkan hasil yang meragukan atau kurang
 jelas.
• Untuk menentukan diagnosa pada klien yang sering mengeluh
nyeri epigastrum, muntah-muntah, sulit atau nyeri telan. Sedangkan
radiologi menunjukkan hasil yang normal
• Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di saluran
 pencernaan yang diduga keganasan
• Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat dan tepat
• Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien residif 
 pada keganasan maupun menilai klien pasca-bedah.
• Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter.
Pesiapan dan klien dengan endoskopi :
• Pra endoskopi:
Klien yang akan dilakukan pemeriksaan endoskopi perlu dipersiapkan
dengan baik. Persiapan yang harus dilakukan adalah:
1. Persiapan umum
a. Psikologis
Memberikan penyuluhan atau bimbingan dan kinseling
keperawatan kepada klien mengenai tujuan, prosedur, dan
kemungkinanyang dapat terjadi agar klien dapat membatu kelancaran
 pemeriksaan edoskopi antara lain dengan mengurangi atau menghilangkan
rasa cemas dan akut.
 b. Administrasi

 Mengisi surat pernyataan persetujuan tindakan (infomed


consent) di tanda tangani oleh klien atau keluarga.

 Menjelaskan prihal pelaksanaan administrasi. Hal ini

disesuaikan dengan peraturan masing-masing rumah sakit.

2. Persiapan khusus
a. Endoskopi atas atau saluran cerna bagian atas (SCBA) atau
esofago gastro duodenoskopi (EGD):

 Puasa, tidak makan dan minum sedikitnya 6 jam sebelum

 pemeriksaan atau tindakan edoskopi.

 Gigi palsu dan kacamata harus di lepas selama


pemeriksaan/ tindakan endoskopi

 Sebelum pemeriksaan atau tindakan endoskopi, orofaring


disemprot dengan xylocain spray 10% secukupnya
 b. Endoskopi bawah atau saluran cerna bagian bawah (SCBB) atau
kolonoskopi:

 Dua hari sebelum pemeriksaan dianjurkan diet rendah serat


(bubur kecap atau bubur maezena).

Minum obat pencahar (sodium bifosfat, disodium bifosfat, sodium


klorida, potasium klorida, sodium bikarbonat) misalnya fleet dan
niflec.
c. Post Endoskopi

 Puasa satu jam setelah tindakan

 Obat-obatan yang diberikan selama pemeriksaan edoskopi


membuat pasien merasa mengantuk untuk itu pasien berada di
kamar pasien sampai efek obat-obatan menghilang.

 Hasil pemeriksaan endoskopi akan dijelaskan oleh dokter


Pasien baru di perbolehkan makan atau minum satu jam
setelah tindakan endoskopi

 Pasien tidak diijinkan mengemudi atau mengoperasikan mesin 12


 jam pasca tindakan.

2.6 Pemeriksaan Fisik Kondisi Saluran Pencernaan, Bentuk Abdomen,


Kesulitan Mengunyah dan Menelan, Bising Usus
• Inspeksi

Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,


 peninjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites
• Auskultasi
Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran abdomen. Dengarkan
 paristaltik ususnya selama satu menit penuh. Bising usus normalnya 5-30
kali/menit. Jika kurang dari itu atau tidak ada sama sekali kemungkinan
ada paristaltik ileus, konstipasi, peritonitis, atau obstruksi. Jika peristaltik usus
terdengar lebih dari normal kemungkinan klien sedang mengalami
diare.
• Perkusi
Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdome. Jika perkusi
terdengar timpani berarti perkusi dilakukan di atas organ yang berisi
udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat.

• Palpasi
Palpasi ringan: untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri
tekan letakan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan
secara merata sesuai kuadran. Palpasi dalam: untuk mengetahui posisi
organ dalam seperti hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual ½
tangan
a. Cara kerja palpasi pada HEPAR 
Letakan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada
 bagian hipokondria kanan, kira-kira pada interkosta ke 11-12. Tekan saat

 pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
 b. Cara kerja palpasi pada LIMPA
Metode yang digunakan seperti pada pemeriksaan hepar. Anjurkan
 pasien miring kanan dan letakan tangan pada bawah interkosta kiri dan
minta pasien mengambil nafas dalam kemudia tekan saat inhalasi
tentukkan adanya limpa. Metode yang digunakan seperti pada pemeriksaan
hepar. Anjurkan pasien miring kanan dan letakan tangan pada bawah
interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan

saat inhalasi tentukan adanya limpa pada organ dewasa normal tidak teraba.
c. Cara kerja palpasi pada RENALIS
Untuk palpasi ginjal kanan letakan tangan pada atas dan bawah
 perut setinggi lumbal 3-4 di bawah kosta kanan. Untuk palpasi ginjal kiri
letakan tangan setinggi 1-2 di bawah kosta kiri. Tekan sedalam 4-5 cm
setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur,
ukuran dan respon nyeri.
2.7 Tindakan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan
Nutrisi 2.7.1 Memasang NGT

MELAKUKAN PEMASANGAN NGT


Pengertian Memasukan selang NGT melalui hidung ke dalam lambung
Tujuan 1. Memasukkan nutrisi (makanan cair) atau obat-obatan ke
dalam lambung pada pasien yang tidak sadar dan pasien
yang mengalami kesulitan menelan
2. Mengeluarkan isi / sekret lambung untuk mencegah
distensi lambung, mual dan muntah
3. Mengeluarkan isi / sekret lambung untuk pemeriksaan
laboratorium (analisis)
4. Membersihkan/kumbah lambung pada kasus keracunan
atau overdosis obat-obatan
5. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada
 pasien tidak sadar.
6. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami
muntah darah atau pendarahan pada lambung.
Indikasi 1. Pasien t idak s adar  
2. Pasien karena kesulitan menelan
3. Pasien yang keracunan
4. Pasien yang muntah darah
5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut
Kontraindikasi 1. Trauma wajah/midface yang berat (adanya gangguan

 pada cribiform plate)


2. Adanya resiko memasukkan nasogastric tube ke
intrakranial pada pasien yang mengalami cidera
serebrospinal.
3. Riwayat baru dilakukan operasi dan tumor pada daerah
hidung/esofagus
4. Sedang mengonsumsi obat antikoagulan
Prosedur : 1. Selang NGT.(No.14-18 Fr untuk dewasa dan no. 6-10
Persiapan alat Fr untuk anak)
2. Pelumas larut dalam air/jelly
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Baskom berisi air 
5. Spuit 10cc/20cc
6. pH strip (jika ada)

7. Plester dan gunting


8. Stetoskop
9. Tisu wajah
10. Spatel lidah
11. Penlight
12. Handuk/perlak dan pengalasnya
13. Klem
14. Bengkok 
Preinteraksi 1. Identifikasi kebutuhan pemasangan NGT pada pasien
2. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan
kontraindikasi
3. Siapkan alat dan bahan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan tanyakan identitas pasien
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
 pasien/keluarga
Tahap kerja 1. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama pasien
3. Jaga privasi pasien

4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan


5. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas/handuk didaerah
dada
6. Letakkan bengkok di dekat pasien
7. Tentukan letak pipa NGT dengan mengukur panjang pipa
dari hidung ke telinga kemudian ke proc. Xyphoideus
dan beri tanda batasnya dengan plester 
8. Berikan gel atau pelicin pada ujung pipa NGT
9. Anjurkan pasien untuk menengadahkan kepala

10. Dengan lembut masukkan pipa melalui lubang hidung


dan anjurkan untuk menelannya
11. Anjurkan pasien untuk mengembalikan kepala ada posisi
semula jika pipa sudah sampai di nasopharing. Jika
 pasien muntah/tidak nyaman hentikan tindakan dan

lanjutkan jika pasien sudah siap


12. Masukkan pipa sampai pada tanda yang telah dibuat.
Perhatikan jika terjadi distress pernapasan tarik kembali
 pipa, lanjutkan bila pasien sudah siap
13. Tentukan apakah pipa NGT benar-benar sudah masuk ke
lambung, dengan cara :
a. Masukkan ujung selang yang di klem ke dalam
 baskom yang berisi air (klem dibuka) dan
 pehatikan bila ada gelembung, pipa masuk ke

 paru-paru dan jika tidak ada gelembung pipa


tersebut masuk ke lambung setelah itu pipa
diklem atau dilipat kembali
 b. Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung
melalui pipa tersebut dan dengarkan dengan
stetoskop. Apabila di lambung terdengar bunyi,
 berarti pipa tersebut sudah masuk. Setelah itu
keluarkan udara yang ada di dalam sebanyak 
 jumlah yang dimasukkan

c. Aspirasi cairan di dalam pipa meggunakan spuit


kemudian cek dengan pH strip (kertas lakmus),
 jika kertas berwarna merah / merah muda berarti
 pipa masuk ke lambung
14. Fiksasi pipa NGT menggunakan plester 
15. NGT sudah terpasang siap untuk dipergunakan
16. Rapikan pasien dan alat
17. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
2. Berikan umpan balik positif 
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4.Akhiri kegiatan dengan cara yang baik 
Dokumentasi 1.Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

2.7.2 Memberi Makan Per NGT


MELAKUKAN PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT
Pengertian Memberikan makanan konsistensi cair melalui NGT
Tujuan Untuk memperbaiki atau mempertahankan status nutrisi
 pasien
Prosedur : 1. Sarung tangan
Persiapan alat 2. Spuit 20-50 cc
3. Handuk/ perlak dan pengalasnya
4. Bengkok 
5. Makanan berbentuk cair 
6. Air mineral
Preinteraksi 1. Identifikasi kebutuhan pemberian makanan

2. Siapkan alat dan bahan


Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
 pasien/ keluarga
Tahap kerja 1. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama pasien
3. Bantu pasien untuk posisi fowler
4. Cuci tangan dan memakai sarung tangan
5. Pasangkan pengalas/handuk di daerah dada
6. Letakkan bengkok di dekat pasien
7. Periksa residu lambung , bila >100 cc tunda pemberian
makan
8. Klem selang NGT selama pengisian makanan cair ke
dalam spuit.
9. Buka klem, alirkan makanan cair secara perlahan
10. Tinggikan spuit 45 cm diatas kepala pasien
11. Biarkan spuit kosong secara bertahap, isi ulang sesuai
 jumlah yang di sarankan
Bilas dengan air mineral sampai selang bersih, lalu di klem kembali
Rapikan pasien dan alat
Lepas sarung tangan dan cuci tangan

Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien )


2. Berikan umpan balik positif 
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
2.7.3 Merawat Kolostomi
MELAKUKAN PERAWATAN KOLOSTOMI
Pengertian Melakukan perawatan pada luka post operasi kolostomi dan
mengganti kolostomi bag
Tujuan 1. Mencegah l uka d ari k ontaminasi

2. Mencegah terjadinya infeksi


3. Memperhatikan integritas kulit sekitar stoma intake
4. Membantu penyembuhan kulit sekitar stoma yang iritasi
Indikasi 1. Trauma k olon d an s igmoid
2. Diversi pada anus malformas
3. Diversi pada penyakit hirschsprung
4. Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal
Kontraindikasi Keadaan umum tidak memungkinkan untuk dilakukan
tindakan operasi
Prosedur : 1. Alat- alat steril
Persiapan alat a. Pinset anatomis 1 buah
 b. Kasa kering dalam kom tertutup secukupnya
c. Kasa desinfektan dalam kom tertutup 5-10 helai
d. Korentang
e. Kolostomi bag dan wafer 
2. Alat-alat tidak steril
a. Gunting verban 1 buah
 b. Perlak dan pengalas
c. Kom kecil 1 buah berisi air hangat
d. Nierbeken 2 buah
e. Nacl 0.9%
f. Sarung tangan bersih 2 pasang
g. Masker 
h. Kantong plastik atau baskom untuk tempat sampah
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien
(TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi
lain yang dipelukan )
2. Cuci tangan

3. Siapkan alat-alat yang diperlukan dan persiapkan


kolostomi bag
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama )
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh
 pasien selama pengukuran
5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga
 bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap k erja 1. Jaga p rivasi pasien
2. Dekatkan alat pada tempat yang sesuai dan mudah
dijangkau
3. Menjelaskan pada pasien bahwa tindakan akan segera
dilakukan

4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan dan masker 
6. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan
7. Letakan perlak dan pengalas di bawah area stoma
8. Letakan nierbeken didekat pasien
9. Buka kolostomi bag lama (hati-hati jangan sampai
menyentuh stoma ) dengan menggunakan pinset
anatomi kaji jumlah, warna, konsintensi produk stoma.
Buang kolostomi bag bekas ke dalam nierbeken

10. Kaji kondisi, lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari
stoma
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Gunakan sarung tangan
13. Bersihkan stoma dan kulit di sekitarnya dengan air hangat
secara perlahan
14. Irigasi/bathing or shower stoma dengan normal salin
15. Keringkan kulit sekitar stoma dengan kassa steril
16. Ukur diameter stoma

17. Tempatkan kassa di atas stoma selama


mempersiapkanwafe dan kolostomi bag
18. Buat pola kertas belakang wafer 
19. Potong wafer sesuai. Pertahankan kertas pada wafer yang
tidak terpotong tetap tertutup

20. Pindahkan kassa di atas stoma


21. Pasang wafer pada kulit dengan stoma sebagai
 pusatnya
22. Pasang kolostomi bag atas wafer melalui lubang
kantong kolostomi dan rekatkan tanpa ada udara di
dalamnya
23. Plaster pinggir kolostomi bag jika diperlukan
24. Rapikan klien dan atur posisi pasien
25. Rapikan alat

2 6. L p a s ka n s a r u g t a n g a n d a n
Terminasi 1 . B e ri ta h u p a s i en t i n d a k a n s u d
c uc i t a n g an
a h s e l e sa i
2. Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan,
 berikan umpan balik 
3. Kontak pertemuan selanjutnya
Dokumentasi 1. Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
2.7.4 Bilas Lambung
MELAKUKAN BILAS/KUMBAH LAMBUNG
Pengertian Membersihkan lambung dengan cara memasukkan air atau
cairan tertentu ke dalam lambung dan mengeluarkan kembali
dengan menggunakan selang NGT
Tujuan Membersihkan dan mengeluarkan racun atau darah dari dalam
lambung
Indikasi 1. Keracunan o bat
2. Keracunan zat kimia
3. Keracunan makanan
4. Hematemesis
Kontraindikasi 1. Pasien yang mengalami cidera kepala
2. Pasien dengan keracunan benda/zat korosif asam atau
 basa
Prosedur : 1. Selang penduga lambung sesuai ukuran yang diperlukan
Persiapan alat dan corongnya
2. Bengkok besar 
3. Perlak dan alasnya
4. Ember penampung
5. Air hangat-dingin 1-2 liter/ NaCL 0,9% sesuai kebutuhan
6. Gelas ukur 
7. Celemek dari karet
8. Gelas berisi air matang
9. Pelicin atau jelly
10. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai
11. Pinset anatomi
12. Obat-obatan (sulfas antropine, norit/susu yang diperlukan
dalam tempatnya)
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien
(TTV, instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi
lain yang dipelukan )
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat yang diperlukan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama )
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh

 pasien selama pengukuran


5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga
 bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Tahap k erja 1. Jaga p rivasi pasien
2. Dekatkan alat pada tempat yang sesuai dan mudah
dijangkau
3. Menjelaskan pada pasien bahwa tindakan akan segera
dilakukan
4. Cuci tangan
5. Gunakan sarung tangan dan masker 
6. Atur posisi sesuai dengan kebutuhan
7. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien
8. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien
9. Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke dekat
 pasien
10. Menentukan panjang selang penduga yang masuk kedalam
lambung
11. Memberi pelicin pada ujung penduga lambung
12. Menutup pangkal selang penduga lambung dengan
cara menekuk atau diklem
13. Memasukkan selang penduga pelan-pelan kedalam
lambung melalui hidung. Bagi pasien sadar dianjurkan
menelan selang penduga perlahan-lahan sambil
menarik nafas dalam
14. Meyakinkan selang penduga masuk kedalam lambung
dengan cara memasukkan ujung selang penduga
sampai terendam dalam mangkok berisi air dan
tidak tampak gelembung udara dan air 
15. Setelah ujung selang penduga masuk ke lambung
 pasien, posisi diatur miring tanpa bantal dan letak 
kepala lebih rendah
16. Memasang corong pada pangkal selang, kemudian masukkan air atau cairan

air atau cairan tersebut keluar dari lambung dan


ditampung dalam ember 
Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air ataucairan yang keluar dari lambung berwarna jernih ata
Rapikan pasien dan alat-alat
Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Terminasi1.Beritahu pasien t indakan sudah s elesai
2.Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan,
 berikan umpan balik 

3.Kontak pertemuan selanjutnya


Dokumentasi 1.Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
2.7.5 Memberikan Obat Sesuai Program Terapi
PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL
Pengertian Pemberian obat mmelalui mmulut
Tujuan Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai
dengan efek terapi dari jenis obat

Prosedur : 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat


Persiapan alat 2. Obat dan tempatnya
3. Air minum dalam tempatnya
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV,
instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi lain yang
dipelukan )
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat yang diperlukan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama )
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh
 pasien selama pengukuran
5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga bertanya
sebelum kegiatan dilakukan
Tahap kerja 1. Baca obat dengan pprinsip 112 bbenar  
2. Bantu pasien untuk minum obat:
a. Apabila memberikan obat bentuk tablet/kaplet

dari botol, maka tuangkan jumlah yang


dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan
ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan
tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan
dilepaskan pembungkusnya
 b. Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadikan obat
dalam bentuk bubuk dan campur dengan
air mineral
c. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum

 pemberian obat yang membutuhkan pengkajian


3. Cuci tangan
Terminasi Beritahu pasien t indakan sudah s elesai
Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan,
 berikan umpan balik 
Kontrak pertemuan selanjutnya

DokumentasiCatat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

PEMBERIAN OBAT MELALUI SUBLINGUAL


Pengertian Pemberian obat yang absorbsinya baik melalui jaringan
kapiler dibawah lidah
Tujuan Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai
dengan efek terapi dari jenis obat
Prosedur : 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat
Persiapan alat 2. Obat dalam tempatnya
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV,
instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi lain yang
dipelukan )
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat yang diperlukan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama )
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh
 pasien selama pengukuran
5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga bertanya
sebelum kegiatan dilakukan
Tahap kerja 1. Baca obat dengan pprinsip 112 bbenar  
2. Berikan obat kepada pasien
3. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian
 bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya
4. Menganjurkan pasien agar menutup mulut, tidak minum
dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya
5. Cuci tangan

Terminasi 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai


2.Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan,
 berikan umpan balik 

3.Kontrak pertemuan selanjutnya


Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

PEMBERIAN OBAT MELALUI BUKAL


Pengertian Pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi
dengan membran mukosa diantara pipi
Tujuan 1. Mencegah e fek l ocal d an s istemik  
2. Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat
dibandingkan secara oral
3. Menghindari kerusakan obat oleh hepar 
Prosedur : 1. Daftar buku obat/jadwal pemberian obat
Persiapan alat 2. Obat dalam tempatnya
Preinteraksi 1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien (TTV,

instrupsi dokter, kesadaran pasien dan kondisi lain yang


dipelukan )
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat-alat yang diperlukan
Tahap Orientasi 1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya dan
memperkenalkan diri (untuk pertemuan pertama )
2. Menanyakan keluhan atau kondisi pasien
3. Jelaskan tujuan tindakan
4. Jelaskan prosedur dan hal yang perlu dilakukan oleh
 pasien selama pengukuran
5. Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga bertanya
sebelum kegiatan dilakukan
Tahap kerja 1. Baca obat dengan pprinsip 112 bbenar  
2. Berikan obat kepada pasien
3. Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi
dan selaput mukosa pipi sampai habis terlarut
4. Menganjurkan pasien agar menutup mulut, tidak minum
dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya
5. Cuci tangan
Terminasi 1. Beritahu pasien tindakan sudah selesai
2.Evaluasi perasaan pasien, simpulkan hasil kegiatan,
 berikan umpan balik 

3.Kontrak pertemuan selanjutnya


Dokumentasi Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

2.7.6 Memberikan Pendidikan Kesehatan

PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pengertian Pemberian informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan


informasi tersebut agar masyarakat menjadi lebih tahu dan
lebih sehat
Tujuan 1. Tercapainya peubahan perilaku individu, keluarga,
masyarakat menuju lebih sehat
2. Terbentuknya perilaku sehat
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat
menolong/mengatasi dirinya sendiri dalam hal kesehatan
4. Meningkatkan perilaku perorangan dalam kesehatan

Prosedur : 1. Media pendidikan kesehatan (poster, leflet, lembar balik dll)


2. Proyektor 
Persiapan alat
3. Laptop
4. Peralatan lain (jika demonstrasi)

Preinteraksi 1. Verifikasi d ata

2. Mempersiapkan alat bahan dan media

Tahap Orientasi 1. Beri salam dan memperkenalkan diri


2. Jelaskan tujuan pendidikan kesehatan
3. Jelaskan prosedur dan langkah-langkah pendidikan
kesehatan
4. Berikan kesempatan audience bertanya
Tahap kerja 1. Mengatur posisi yang nyaman bagi audience
2. Menjelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala,
 pencegahan, penatalaksanaan sesuai topik pendidikan

kesehatan
3. Melakukan demonstrasi (jika perlu)
Terminasi 1. Evaluasi dengan memberipertanyaan terkait
 penyampaian pendidikan kesehatan
Menyampaikan rencana tindak lanjut
Mengakhiri pembicaraan dengan cara yang baik 

Dokumentasi Catat h asil k egiatan


2.7.7 Melaksanakan Evaluasi Kebutuhan Nutrisi
  Evaluasi terhadap maslaah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam:

1. Meningkatnya nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam


makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari
kebutuhan.
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
3. Mempertahankan nutrisi melalui oral/parenteral ditunjukkan dengan adanya
 proses pencernaan makan yang adekuat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh.

Proses metabolisme dapat berupa anabolisme (membangun) dan


katabolisme (pemecah). Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake
makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Secara umm faktor yang mempengaruhi kebutuhan
nutrisi adalah faktor fisiologis untu kebutuhan metabolisme bassal, faktor 
 patologis seperti adanya penyakit tertentu yang menganggu pencernaan
atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio ekonomi seperti adanya
kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
 Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk 

fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan pemeliharaan kesehatan


nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya
diasimilasikan tubuh.  Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan
antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit khususnya
dalam menentukan diet yang optimal. Nutrisi sangat penting bagi manusia
karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup,
mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari
selama puluhan tahun akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit
dikemudian hari. Sehingga bisa menyebabkan penyakit dan terkena gizi

 buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi.


3.2 Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas maka penulis mengajukan
 beberapa saran yaitu perlunya mempelajari secara mendalam tentang
materi gangguan dalam kebutuhan nutrisi kebutuhan nutrisi akibat
 patologis pencernaan dan metabolisme endokrin. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami meminta
agar pembaca berkenan member kritik dan saran demi kesempurnaan
 pembuatan makalah yang lebih baik lagi di masa mendatang 
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Brunner dan Suddarth, 2014., Keperawatan Medical Bedah, Jakarta : EGC

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. (2019). Buku Pedoman


Keterapilan Klinis Pemasangan Nasogastric Tube (NGT). Retrieved from
https://skillslab.fk.uns.ac.id/wp-content/uploads/2019/02/smt-4-
MANUAL-PEMASANGAN-NGT-2019.pdf 
https://id.wikipedia.org/wiki/Ulkus_peptikum. Diakses pada tanggal 12
Oktober 2019.
Kupdf.net.file:///C:/Users/user/Downloads/kupdf.net_anamnesa-gangguan-sistem-
 pencernaan-dan-metabolic-endokrin.pdf diakses pada 8 Oktober 2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_endokrin. Diakses pada tanggal 12 Oktober 

2019
https://www.academia.edu/35123602/KEBUTUHAN_DASAR_MANUSIA_NUT
RISI. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019
https://www.scribd.com/document/269306609/SOP-pemasangan-NGT-
docx.Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019
https://www.alomedika.com/bising-usus-untuk-deteksi-obstruksi-usus. Diakses
 pada tanggal 12 Oktober 2019
https://www.academia.edu/36175688/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_SISTEM_G
ASTROINTESTINAL_PADA_LANSIA.docx  Diakses pada tanggal 12

Oktober 2019
https://www.scribd.com/document/349214018/Anamnesa-Gangguan-Sistem-
Pencernaan-dan-Metabolic-Endokrin  Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019
https://www.academia.edu/6040535/Rute_Pemberian_Obat  Diakses pada tanggal
13 Oktober 2019
https://www.academia.edu/17325320/MODUL_PRKATIKUM_KUMBAH_ LAMBUNG.
Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai