Anda di halaman 1dari 2

Kabupaten Nabire Perlu Kepala Daerah yang mampu meningkatkan PAD

Berdasarkan data BPS Kab. Nabire, Tahun 2018 - 2019, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab. Nabire
masih kecil. Hanya sekitar 40 Milyar atau sekitar 3 % dari Total pendapatj APBD Kab Nabire
sekitar 1,3 T per tahun. Artinya hal tersebut dapat menunjukan bahwa pendaptan APBD Kab
Nabire sangat bergantung kepada transfer dari pemerintah Pusat melalui dana perimbangan.

Saat ini perlukan Bupati /kepala daerah yang dapat mendongkrak peningkatan PAD melalui
terobosan atau inovbasi baru yang lebih berani, karena Jika tidak dilakukan, maka APBD Kab
Nabire nantinya kedepan sebagian besar tetap hanya digunakan untuk belanja atau gaji
aparatur/ASN/politisi saja, dan tentunya hal ini akan sangat berpengaruh terhadap upaya
peningkatan perbaikan layanan dasar (Pendidikan dan Kesehatan) layanan publik lainnya seperti
perbaikan infrastruktur serta program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kab. Nabire yang hanya sekitar Rp. 40 Milyar pada tahun 2019,
dimana-mana sebagian besar dari yang namanya PAD itu umumnya digunakan untuk berbagai
kegiatan dan akitivitas (politik) nya Kepala Daerah.

Salah satu potensi di kab. Nabire yang dapat diandalkan untuk dapat meningkatkan PAD Kab.
Nabire dan membuat uang lebih banyak beredar di masyarakat adalah dengan mengoptimalkan
potensi pariwisata terutama Ekowisata (wisata berbasis alam) dan budaya. Destinasi wisata
khusus yang sangat terkenal di Indonesia bahkan di dunia adalah wisata Hiu Paus di di kawasan
Teluk Cendrawasih. Selain itu masih banyak potensi wisata alam di sekitar wilayah Nabire
misalnya di wilayah Meepago (Wagete, Paniai dan Dogiyai) yang saat ini sudah dapat dilaui
melalui akses darat dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan PAD
Kabupaten Nabire. Hal yang paling penting saat ini adalah membangun dan memperbaiki
aksesibilitas/infrastruktur ke kampung-kampung serta daerah-daerah yang akan menjadi
destinasi wisata. Selain itu infrastruktur Bandara Nabire yang baru di Kaladiri Wanggar harus
segera diselesaikan sehingga dapat didarati oleh pesawat berbadan lebar yang melayani
penerbangan dari berbagi kota besar di Indonesia.

Masalah infrastruktur aksesibiltas di Kabupaten Nabire masih menjadi salah satu kendala utama,
sehingga menyebabkan jumlah wistawan (terutama wisatawan asing) yang cenderung menurun
dalam memanfaatkan Kota Nabire sebagai Pintu Masuk untuk dapat berkunjung ke kawasan
wisata Hiu Paus di Kwatisore. Berdasarkan data dari Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi
(SIMAKSI) Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih (BBTNC) tahun 2015 -2019 jumlah
wisatawan asing yang datang ke kawasan Hiu Paus di Teluk Cendrawasih Nabire adalah sebanyak
12.568 orang, belum lagi jika ditambah dengan wisatawan domestik atau lokal dari berbgai
daerah di Indonesia. Sebagain besar para wisatawan tersebut lebih memilih Kota Manokwari
sebagai Pintu Masuknya hal ini disebabkan karena akses langsung dari kota-kota besar di
Indonesia dan infrastruktur bandara di Manokwari yang sangat mendukung untuk didarati oleh
pesawat berbadan lebar. Pada tahun 2018 – 2019 terjadi penurunan jumlah kunjungan
wisatawan di kawasan wisata Hiu Paus di Teluk Cendrawasih, hal ini disebabkan selain masalah
aksessibiltas dari Kota Nabire ke Kwatisore juga masih adanya pungutan-pungutan dari
masyarakat setempat yang dianggap memberatkan para wisatawan atau operator pariwisata
sehingga berpengaruh terhadap kenyamanan para wisatawan di lokasi wisata tersebut. Hal ini
perlu campur tangan dari pemerintah daerah sebagai pembina masyarakat agar dapat ikut
memperbaiki tata Kelola wisita di tingkat kampung misalnya dengan memfasilitasi membuat
peraturan kampung berkaitan dengan retribusi atau lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDES)
sehingga nantinya akan memberikan manfaat baik kepada pihak pemerintah dan masyarakat
secara khusus secara berkesinambungan.

Terobosan atau inovasi baru yang berani agar terjadi perubahan cepat di tingkat masyarakat
Nabire, maka kepala daerah harus lebih harus pro-aktif 'menjemput' turis (manca negara dan
domestik) di Bali, Yogya dan Jakarta dan kota-kota di Tanah Papua, selain itu kedepan harus
membuka penerbangan penerbangan langsung Denpasar/Yogya/Jakarta, Makassar, Sorong –
Nabire pp secara bertahap. Peran utama yang dimainkan oleh Pemerintah daerah adalah
memfasiltiasi penyiapan modal atau kredit untuk rakyat bikin home stay di kampung. Sebagai
asumsi dan simulai, isalnya saja terdapat 400 rumah tangga di Nabire yang telibat dalam bisnis
pariwisata dengan membuat homestay dimana masing-masing terdiri 4 kamar. Satu kamar
dihargai Rp 300.000 per hari dengan tingkat hunian (Occupancy rate)nya 0,7 maka berarti dalam
satu tahun ada dana yang beredar di masyarakat paling sedikit Rp 120 Milyar, Ini belum termasuk
bisnis warung/rumah makan, air mineral, mobil sewa, pramuwisata, ukiran, tarian dan lainnya
karena sektor wisata merupakan sektor yang memilkik efek pengganda (multiplayer effect) yang
besar terhadap kegaiatan-kegiatan ekonomi lainnya.

Berdasarkan asumsi jumlah uang yang beredar di masyarakat dari aktivitas tersebut jika dikalikan
dua saja, berarti dari sektor pengembangan pariwisata memungkinkan akan menghasilkan
sekitar Rp 240 Milyar yang langsung beredar di masyarakat. Jumlah Rp 240 Milya ini jauh lebih
besar dari PAD Kabupaten Nabire yang hanya sekitar Rp 40an Milyar atau kurang lebih 1/3 dari
total APBD Kab. Nabire sebesar Rp 1. 3 Trilyun. Dengan Jumlah 400 rumah tangga yang memiliki
homestay 4 kamar rata-rata itu sama dengan kurang lebih ada 2.000 orang wisatawan (manca
negara dan domsetik) setiap hari di Nabire. Apakah angka ini tidak realistis? sebaliknya, sangat
realistis sebagai perbandingan total wisatawan ke Bali tahun 2019 adalah 6.275.210 orang,
artinya Pemerintah Daerah Nabire harus cerdas dan berani untuk melakukan terobosan baru
dengan cara mengarahkan 2.000 orang dari jumlah sebanyak itu setiap 4 (empat) hari ke Nabire
dengan pro-aktif menjual potensi pariwisata Nabire baik di dalam negeri dan luar negeri di pusat-
pusat destinasi wisata di Indonesia (Bali, Yogya, Jakarta, dll).

Demikian konsep kami sebagai Calon Bupati dan Wakil Bupati Nabire (Paslon No 3) tahun 2020 –
2025 dalam upaya meningkatkan PAD dan Pertumbuhan Ekonomi Masyarkat Nabire.

1. Abdy Busthan, S.Pd, M.Pd (Calon Bupati)


2. Anjua tabroni Nababan, S.Sos (Calon Wakil Bupati)
3. Agus Rimba (Ketua Tim Pemenangan Paslon)
4. E Fajar Priyantoro (Jurkam)
5. Aris Rerung (Jurkam)
6. Sonny Sappolo (Sekretaris)
7. Yance Kendek (IT Manager dan Bendahara Paslon)
8. Partai Pendukung : Partai Kali Nona, Partai Karang Tumaritis, Partai Malompo

Abdy – Bro Hadir untuk perubahan Kabupaten Nabire


Jangan Lupa Coblos No 3 Pada tanggal 9 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai