Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN I
GARAM MOHR

OLEH

NAMA : JUMARDIN
STAMBUK : F1C1 13 042
KELOMPOK : IX
ASISTEN PEMBIMBING : ANDI TENRI NURWAHIDAH

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ferro (Fe) berasal dari bahasa Latin yang berarti besi. Dalam Sistem Periodik

Unsur (SPU), besi mempunyai simbol Fe dengan nomor atom 26. Besi merupakan

logam yang terletak pada golongan 8 dan periode 4. Posisi Unsur Besi dalam SPU

adalah 6 mangan ← besi → kobalt. Besi merupakan salah satu unsur paling banyak di

Bumi, membentuk 5% daripada kerak Bumi. Kebanyakan besi ini hadir dalam berbagai

jenis oksida besi, seperti bahan galian hematit Fe2O3, magnetit , dan takonit. Dalam

perindustrian, besi dihasilkan daripada bijih, kebanyakannya hematit (sedikit Fe2O3)

dan magnetit (Fe3O4), melalui penurunan oleh karbon pada suhu sekitar 2000°C.Bijih

besi di alam terdiri dari bermacam-macam mineral logam yang berbentuk oksida besi,

mempunyai kandungan Fe relative rendah dan ukurannya tidak menentu.

Besi(II) sulfat ialah senyawa kimia dengan rumus FeSO4. Penggunaan besi sulfat

sangat banyak diberbagai bidang, seperti digunakan sebagai prekursor untuk senyawa

besi lainnya dalam dunia industi dan dalam pertanian, besi(II) sulfat digunakan untuk

mengobati klorosis besi. Meskipun tidak secepat aksi besi kelat, efeknya tahan lama.

Garam Mohr merupakan garam rangkap yang memiliki rumus kimia

FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O. Bentuk fisik dari garam Mohr adalah berwarna kehijauan

berbentuk kristal. Warna hijau ini disebabkan oleh adanya ion Fe (II). Senyawa Fe

merupakan salah satu senyawa pembentuk garam kompleks atau garam rangakap garam

Mohr. Senyawa Fe dalam bentuk Garam Mohr atau K4Fe(CN)6 berpotensi sebagai

reduktor dalam reaksi reduksi iodat dalam garam.


Garam Mohr atau besi (II) ammonium sulfat (FeSO4.(NH4)2SO4.6H2O) dapat

digunakan untuk mempelajari reaksi-reaksi yang terjadi pada ion Fe (II). Besi yang

murni adalah logam berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Melebur pada 1535oC.

Asam klorida (HCl) encer atau pekat dan asam sulfat (H2SO4) encer melarutkan besi

yang menghasilkan besi (II) dan gas hidrogen. Asam sulfat pekat yang panas

menghasilkan ion-ion besi (II) dan belerang dioksida. Garam ini banyak digunakan pada

bidang kimia analitik yaitu sebagai pereaksi untuk membakukan larutan kalium

permanganat atau kalium bikromat dalam analisis secara volumetrik. Berdasarkan

uraian di atas, maka dilakukan percobaan pembuatan Garam Mohr.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ada pada percobaan ini adalah bagaimana teknik atau

cara pembuatan garam rangkap atau garam Mohr ?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah untuk mengetahui teknik

atau cara pembuatan garam rangkap atau garam Mohr.

D. Manfaat Percobaan

Manfaat yang diperoleh pada percobaan ini adalah dapat mengetahui teknik atau

cara pembuatan garam rangkap atau garam Mohr.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Ion-ion logam transisi yang memiliki konfigurasi elektron valensi d6 seperti

besi(II), mempunyai sifat magnet yang menarik. Dalam senyawa kompleksnya, ion

besi(II) dapat memiliki perbedaaan jumlah elektron tak berpasangan pada keadaan spin

tinggi (4) dan spin rendah (0). Keadaan spin tinggi (paramagnetik, S=2) dan spin

rendah(diamagnetik, S=0) dari ion logam d6 ini, memiliki perbedaan momen magnet

yang besar. Sifat magnet tersebut, dapat dimanfaatkan dalam sintesis senyawa-senyawa

yang memiliki kemampuan transisi spin. Transisi spin tersebut dapat terjadi secara

reversibel dan dapat diinduksi oleh perubahan suhu, tekanan atau iradiasi dan terjadi

dalam beberapa nanodetik (Fathiana, et all., 2009).

Besi merupakan logam dengan kelimpahan terbanyak kedua setelah aluminium

pada kulit bumi dan ditemukan dalam bentuk divalen dan trivalen dimana dalam bentuk

divalent berperan sebagai mikronutrisi esensial. Penentuan besi dapat menggunakan

berbagai metode, seperti spektrofotometri serapan atom, metode flow injection, dan

fluorometri, namun yang banyak digunakan pada penentuan besi adalah

spektrofotometri UV-tampak karena akurasi yang baik, cepat, dan mudah (Dinararum,

et all., 2013).

Besi murni cukup relatifdalam udara lembab, cepat teroksidasi memberikan besi

(II) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup melindungi, karena zat ini hancur

membiarkan permukaan logam yang baru terbuka. Besi yang sangat halus bersifat

pirofor logamnya mudah larut dalam asam mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi

tanpa udara diperoleh Fe (II). Dengan adanya udara atau bila digunakan dalam HNO 3
encer panas.sejumlah besi Fe (III). Media pengoksidasi yang sangat kuat seperti HNO3

pekat atau asam yang mengandung dikromat membuat besi pasif. Ion ferro Fe(H2O)6

memberikan garam berkristal. Garam Mohr (NH4)2Fe(SO4)2.H2O cukup stabil tehadap

udara dan terhadap hilangnya air dan umumnya dipakai untuk membuat larutan beku

Fe2+ bagi analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran

magnetik. Sebaliknya FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan berubah menjadi kuning

kecoklatan bila dibiarkan dalam udara (Cotton, et all., 1989).

Garam-garam besi (II) (atau ferro) diturunkan dari besi (II) oksida, FeO.dalam

larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion

gabungan dan kompleks-kompleks yang berwarna tua juga adalah umum. Ion besi (II)

dapat mudah dioksidasi menjadi besi (III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat.

Semakin kuran asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini; dalam suasana netral atau

basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi (II). Maka larutan

besi (II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama (Svehla,

1985).

Supersaturasi merupakan suatu kondisi dimana konsentrasi padatan (solute),

dalam suatu larutan melebihi konsentrasi jenuh larutan tersebut, maka pada kondisi

inilah kristal pertama kali terbentuk. Ada 4 metode untuk membangkitkan supersaturasi,

yaitu : Pengubahan suhu, penguapan solven, reaksi kimia, dan pengubahan komposisi

solven. Pembangkitan supersaturasi dengan cara pengubahan suhu lebih dikenal dengan

istilah Cooling, yaitu penurunan suhu apabila suatu larutan jenuh diturunkan suhunya
maka konsentrasi jenuh larutan tersebut akan turun, sehingga kondisi supersaturasi

tercapai dan kristal mulai terbentuk (Fachry, et all., 2008).


III. METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan Garam Mohr dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 30 Oktober 2014

pada pukul 07.30-09.55 WITA. Bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik, Jurusan

Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 250 ml, gelas

ukur, corong, spatula, neraca analitik, batang pengaduk, pemanas (Hot Plate), pipet

tetes, dan erlenmeyer.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Serbuk besi, Asam Sulfat

(H2SO4) 10%, Amonia (NH3), kertas saring, alumunium foil, es batu, dan akuades.
C. Prosedur Kerja

2,5 gram serbuk


Fe
- dilarutkan dalam 37,5 mL H2SO4
- dipanaskan
- disaring dalam keadaan panas

Filtrat Residu

- ditambahkan H2SO4 10%


- dipanaskan hingga terbentuk kristal pada lapisan permukaan

Larutan A 37,5 mL H2SO4

- ditambahkan ammonia
- diuapkan hingga jenuh

Larutan B

- dicampurkan dalam keadaaan panas


- didinginkan
- diamati kristal warna hijau yang terbentuk
- disaring

Kristal Garam Cairan

- ditimbang
- dihitung rendamennya

% Rendamen =
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan
Hasil Pengamatan
No. Perlakuan
Sebelum Sesudah
1. 37 mL H2SO4 10% + 2,5 gram Fe
Terdapat endapan
0
+ dipanaskan 145 C + diaduk berwarna coklat
2. 37 mL H2SO4 10% + 2,5 gram Fe
Warna coklat Bening
+ disaring (Larutan A) bening
3. 37 mL H2SO4 10% + 10 mL
Bening Tetap bening
amonia + dipanaskan (Larutan B)

4. Larutan A dan larutan B

dicampurkan + dimmasukkan ke
Tidak terbentuk
dalam gelas kimia yang berisi Bening
kristal
bongkahan es + ditutup dengan

alumunium foil

2. Reaksi yang terjadi :

Fe(s) + H2SO4(aq) FeSO4(aq) + H2(g)

2NH3(aq) + H2SO4(aq) (NH4)2SO4(aq)

(NH4)2FeSO4(s) + 6H2O (NH4)2FeSO4.6H2O(s)


3. Analisis data :

Diketahui : Massa Fe = 2,5 gram

Massa kristal garam Mohr = 0 gram

Mr Fe = 56 gram/mol

BM garam Mohr = 392 gram/mol

Ditanyakan : % Rendamen = ...?

Jawab :

 Mol Fe = Mol garam Mohr

Gram
Mol Fe =
Mr

2,5 gram
= = 0,044 mol
56 gram/mol

 Massa garam Mohr = mol garam Mohr × BM garam Mohr

= 0,044 mol × 392 gram/mol

= 17,248 gram

Berat praktek
Jadi, % Rendamen = × 100%
Berat tori

0
= × 100%
17,248 gram

=0%
B. Pembahasan

Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif

melibatkan pembentukkan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai

suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan dapat berupa kristal (kristalin) atau koloid,

dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau pemusingan (sentrifuge),

seperti yang dilakukan pada percobaan ini yakni pembuatan garam mohr.

Garam Mohr adalah garam rangkap dari besi sulfat dan ammonium sulfat

dengan rumus molekul (NH4)2FeSO46H2O atau (NH4)2(SO4)26H2O. Telah diketahui

bahwa besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan kuat. Ia

melebur pada 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi

mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfide dari besi, serta sedikit

grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi.

Percobaan ini dilakukan pembuatan salah satu dari garam besi, yaitu garam

Mohr yang memiliki rumus (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O, dimana garam ini merupakan

padatan kristal berstruktur monoklin, berwarna hijau kebiruan, dan stabil di udara.

Garam Mohr yang dibuat berasal dari reaksi besi dengan asam sulfat dan larutan

amoniak. Besi yang digunakan dalam percobaan ini adalah besi serbuk. Maksud

penggunaan besi serbuk ini adalah mempercepat reaksi, karena laju reaksi berbanding

lurus dengan luas permukaan zat. Pembuatan garam Mohr ini dilakukan beberapa tahap

yang meliputi pembuatan larutan A, larutan B, dan pencampuran antara kedua larutan

tersebut.
Langkah pertama yaitu membuat larutan A dengan cara mereaksikan besi

dengan H2SO4 10% kemudian dipanaskan untuk menghilangkan gas H2 dan

mempercepat pembentukan ion Fe2+ yang ditandai dengan terbentuknya hablur

berwarna kehijauan. Setelah serbuk besi larut dan disaring dengan kertas saring dan

corong, filtrat yang dihasilkan ditambahkan sedikit H2SO4 pekat. Kemudian dipanaskan

lagi untuk menghilangkan pengotor dan mengkristalkan larutan. Tujuan dari

penyaringan adalah untuk menghindari terbentuknya kristal pada suhu yang rendah dan

tujuan dari pemanasan adalah sebagai katalis (mempercepat terjadinya reaksi) sehingga

hampir semua besi dapat melarut. Larutan ini terus diuapkan dengan tujuan untuk

mengurangi molekul air yang ada pada larutan.

Langkah kedua yaitu membuat larutan B, dimana pada larutan ini terdiri dari

H2SO4 10% dan Ammonia (NH3) yang dipanaskan sampai terbentuk larutan jenuh yang

ditandai dengan mulai tampaknya dua fasa di dalam larutan ini. Untuk membentukan

kristal garam Mohr maka larutan A dan B tersebut dicampurkan ketika masih panas atau

pada keadaan yang sama. Kondisi ini dipertahankan agar tidak terjadi pengkristalan

larutan pada suhu yang rendah, maka akan dihasilkan larutan berwarna hijau muda

dengan endapan putih. Untuk memperoleh kristal, dilakukan pendinginan beberapa hari

sehingga terbentuk kristal yang lebih halus. Setelah didinginkan, larutan campuran tadi

disaring sehingga diperoleh kristal garam mohr yang dimaksud. Namun pada percobaan

ini, setelah larutan didinginkan beberapa hari tidak terbentuk kristal atau dalam hal ini

“human error” sehingga tidak diperoleh kristal maupun jumlah rendamennya.


V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada percobaan ini, maka dapat

disimpulkan bahwa Garam Mohr adalah garam rangkap dari besi sulfat dan ammonium

sulfat dengan rumus molekul (NH4)2FeSO46H2O atau (NH4)2(SO4)26H2O.

Pembuatan garam Mohr dilakukan melalui beberapa tahap yang meliputi pembuatan

larutan A, larutan B, dan pencampuran antara kedua larutan tersebut melalui metode

yang disebut kristalisasi. Namun, dalam percobaan ini tidak terjadi pembentukan kristal

atau dalam hal ini “human error” sehingga tidak diperoleh kristal maupun jumlah

rendamennya.
DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F. A., Wilkinson, G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas


Indonesia.

Dinararum, Retno Rahayu., Sugiarso, R. Djarot K.S. 2013. “Studi Gangguan Krom (III)
pada Analisa Besi dengan Pengompleks 1,10-fenantrolin pada pH 4,5 secara
Spektrofotometri UV -Tampak”. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol.2 No.2.

Fachry, A. Rasyidi., Tumanggor, Juliyadi., Yuni, Ni Putu Endah L. 2008. “Pengaruh


Waktu Kristalisasi dengan Proses Pendinginan Terhadap Pertumbuhan Kristal
Amonium Sulfat dari Larutannya”. Jurnal Teknik Kimia. Vol.15 No.2.

Fathiana, Dini Zakiah., Onggo, Djuliah. 2009. “Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Kompleks Besi(II) dengan Ligan 3,6-DI-2-Piridil-1,2,4,5-Tetrazin (DPTZ)”.
Jurnal Sains Materi Indonesia. Vol.7 No.1.

Svehla, 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT Kalman Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai