Anda di halaman 1dari 40

HUKUM

PERIKATAN
A. SUCI WAHYUNI, SH., M.KN.
Capaian Pembelajaran

• Mahasiswa mampu untuk mengemukakan dan


menginterpretasikan asas-asas umum hukum
perjanjian.
• Mahasiswa mampu Membedakan macam-
macam kontrak
Bahan Kajian/ materi:
• Asas-asas hukum perjanjian
• Macam-macam perjanjian/
kontrak
• Pelaksanaan dan berakhirnya
perjanjian
• Masalah iktikad baik dan
• keadaan memaksa
• Kontrak perdagangan
INtroduction

Video
Asas Kesepakatan

Menentukan lahirnya sepakat, Teori Dalam Hukum Perjanjian


terdiri dari :
•Teori kesepakatan;
•Teori kehendak;
•Teori pernyataan; dan
•Teori kepercayaan.
Teori Kesepakatan
•Teori untuk menentukn terjadinya perjanjian adalah
kesepakatan.

Contoh
Salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya
kesepakatan.
Kesepakatan terjadi jika ada kesesuaian antara
kehendak dan pernyataan.
Misal: keliru menuliskan angka, salah penyampaian,
atau salah mengerti.
Teori Kehendak
•Faktor yang menentukan adanya perjanjian adalah kehendak.
•Jika yang diperjanjikan sesuai dengan apa yang dikehendaki, maka
perjanjian sudah terjadi.

•Teori kehendak lebih dapat diterapkan dalam masyarakat yang kecil dan

sederhana yang masih mungkin bertemu langsung dan berkomunikasi

secara lisan.

•Dalam masyarakat yang berlainan tempat dan komunikasinya secara

tertulis, syarat untuk tercapainya suatu perjanjian berdasarkan adanya

kesesuaian kehendak mulai ditinggalkan.

•Sebab sulit mengetahui kehendak orang lain jika kehendak tersebut tidak

dinyatakan .
Teori Pernyataan
• Kehendak yang tidak dapat diketahui pihak lain tidak dapat
dijadikan dasar terbentuknya suatu perjanjian.
• Kehendak harus dinyatakan agar dapat menjadi dasar
terbentuknya perjanjian.
• Perjanjian tidak terjadi jika tidak ada kesesuaian antara kehendak
dan pernyataan.
Teori Pernyataan
• Kelemahan teori pernyataan yaitu apabila terjadi ketidaksesuaian antara
pernyataan dan kehendak.
• Ketidaksesuaian antara pernyataan dan kehendak dapat menimbulkan
kerugian “Bilang Begini, Maksudnya Begitu”.
• Misal: hanya karena kesalahan penulisan harga dalam penawaran penjualan
suatu barang, penjual harus mengalami kerugian karena apa yang
dinyatakannya itu yang dianggap benar.
Teori Kepercayaan
 Tidak semua pernyataan melahirkan perjanjian.
 Pernyataan melahirkan perjanjian hanya jika pernyataan tersebut
menimbulkan kepercayaan karena apa yang dinyatakan memang benar
dikehendaki.
Teori Kepercayaan

 Tidak semua pernyataan melahirkan perjanjian.


 Pernyataan melahirkan perjanjian hanya jika pernyataan itu menimbulkan
kepercayaan karena apa yang dinyatakan memang benar dikehendaki.
 •Maka terbentuknya perjanjian bergantung pada kepercayaan dari pihak lain
terhadap pernyataan yang disampaikan.
• Asas Konsensualisme (Pasal
1313 KUH Per)
• Asas Kebebasan
Berkontrak/Berjanji (Pasal
1338 ayat 1 KUH Per)
• Asas Kekuatan Mengikat Asas-Asas Hukum
(Pasal 1338 ayat 2 KUH Per) Perjanjian
• Asas Itikad Baik (Pasal 1338
ayat 3 KUH Per)
• Asas Personalitas
• Asas Keseimbangan
• Asas Kepercayaan
Para Pihak Dalam
Perjanjian
•Setiap orang, baik
perseorangan maupun badan
hukum dapat menjadi pihak
dalam perjanjian, kecuali
dilarang oleh undang-undang
The future belongs to
those who believe in the
beauty of their dreams.

ELEANOR ROOSEVELT
Bentuk perjanjian dibedakan menjadi
perjanjian tertulis dan perjanjian lisan (tidak
tertulis)

Bentuk Perjanjian tertulis dapat dibedakan menjadi


akta dibawah tangan dan akta autentik
Perjanjian  Akta dibawah tangan terdiri atas :
• akta di bawah tangan bermaterai dan
ditandatangani oleh para pihak.
• akta di bawah tangan terdaftar /
dibukukan
• akta dibawah tangan yang dilegalisir /
disahkan
ØAkta Autentik (Pasal 1868 KUH Perdata)
• Akta Autentik dibuat dalam bentuk sesuai dengan yang ditentukan
oleh undang-undang.

Bentuk • Dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang


(Notaris)

Perjanjian • Mempunyai kekuatan hukum pembuktian yang sempurna terutama


mengenai waktu, tanggal pembuatan, isi perjanjian,
penandatanganan, tempat pembuatan, dan dasar hukumnya.
• Jika kebenarannya disangkal maka harus membuktikan
ketidakbenarannya
 Perjanjian lisan (tidak tertulis)
Bentuk  Perjanjian lisan (tidak tertulis) adalah

Perjanjian suatu perjanjian yang dibuat oleh para


pihak secara lisan (cukup dengan
kesepakatan para pihak)
Perjanjian terdapat beberapa jenis antara lain:
Jenis a) Perjanjian bersyarat;
b) Perjanjian dengan ketetapan waktu;
Perjanjian c) Perjanjian manasuka atau alternatif (Pasal 1272 dan Pasal
1273 KUH Perdata);
d) Perjanjian tanggung renteng / tanggung menanggung;
e) Perjanjian yang dapat dibagi dan perjanjian yang tidak dapat
dibagi (Pasal 1296 dan Pasal 1297 KUH Perdata); dan
f) Perjanjian dengan ancaman hukuman.
Syarat SahnyaPerjanjian

a)Kesepakatan para pihak


yang mengikatkan dirinya;
•Suatu perjanjian sah b)Kecakapan / kemampuan
apabila memenuhi syarat untuk membuat suatu
sesuai dengan ketentuan perjanjian;
Pasal 1320 KUH Perdata : c)Satu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal;
Akibat Hukum Berlakunya
Perjanjian
Akibat hukum berlakunya perjanjian:

 para pihak terikat untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagaimana tertuang
dalam isi perjanjian.
 Salah satu pihak harus memberikan prestasi dan pihak yang lain wajib memenuhi
kontra prestasi sesuai dengan isi perjanjian.
 Pihak yang tidak memenuhi prestasi atau kontra prestasi dianggap telah
melakukan wanprestasi karenanya dapat digugat secara hukum dipengadilan.
Wanprestasi, Ingkar janji, Breach Of Contract

wanprestasi adalah tidak melakukan prestasi atau melakukan prestasi


tetapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan isi perjanjian atau
pelaksanaannya tidak tepat waktu , kecuali karena keadaan memaksa
(force majure)
•Pihak yang tidak memenuhi prestasi (melakukan wanprestasi) bukan
karena keadaan force majure maka dapat dikenakan sanksi berupa :
• Kewajiban membayar kerugian yang diterima oleh pihak lain (ganti
rugi)
• Pembatalan perjanjian
• Pengalian resiko
• Membayar perkara di pengadilan jika masalahnya diselesaikan di
pengadilan
Asas Konsensualisme
• Konsensualisme berasal dari kata “consensus” yang artinya kesepakatan.
• Kesepakatan antara pihak-pihak yang bersangkutan tercapai ketika ada persesuaian
kehendak
• Apa yang dikehendaki oleh satu pihak adalah dikehendaki pula oleh pihak lain.
• Asas konsensualisme terdapat dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata yang mengatur
tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian.
• Asas konsensualisme mengharuskan adanya kata sepakat antara pihak yang membuat
perjanjian.
• Perjanjian lahir dari kesepakatan dan perjanjian itu (serta perikatan yang muncul karenanya)
sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus.
• Pada detik itu perjanjian sudah jadi dan mengikat, bukannya pada saat atau detik kemudian
atau sebelumnya.
• Menurut asas konsensualisme, pada dasarnya perjanjian, dan perikatan yang timbul
karenanya, sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan.
• Perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan karena
itu tidaklah diperlukan sesuatu formalitas, kecuali ditentukan oleh UU.
• Asas konsensualisme dapat dikecualikan jika UU menetapkan formalitas tertentu yang
harus dipenuhi dalam perjanjian, dan perjanjian dapat dibatalkan jika tidak memenuhi
formalitas yang disyaratkan oleh UU.
• Perjanjian penghibahan benda tak bergerak harus dilakukan dengan akta notaris.
• Perjanjian perdamaian harus diadakan secara tertulis.
• Asas konsensualisme tidak hanya diharuskan pada saat pembuatan perjanjian (Pasal 1320
KUH Perdata) tetapi juga diharuskan pada saat pelaksanaan dan pemutusan perjanjian.
• Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata mengatur bahwa perjanjian yang telah dibuat secara sah
tidak dapat ditarik kembali (diputuskan) secara sepihak, harus berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak atau karena alasan yang ditentukan UU.
Asas Kebebasan

 Asas ini terkandung dalam Pasal 1338 ayat (1)


KUH Perdata yang berbunyi: “Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang
membuatnya”.
 Hukum perjanjian dalam KUH Perdata menganut
sistem terbuka dan bebas.
 Asas kebebasan merupakan produk aliran
filsafat liberalisme dan individuliasme Barat
Abad ke-18 dan Abad ke-19.
Asas Kebebasan
 Setiap orang dapat membuat perjanjian sesuai
dengan maksud dan keinginannya (sakralisasi
otonomi individu).
 Para pihak bebas menentukan:
 Dengan siapa perjanjian dibuat,
 Apa saja yang ingin mereka perjanjikan,
 Apa saja yang mereka tidak inginkan dicantumkan
dalam perjanjian.
Dalam hukum perjanjian sistem terbuka, pasal-pasal KUH Perdata disebut
sebagai hukum pelengkap (optional law, aanvulendrecht).
 Pasal-pasal itu baru berperan jika para pihak tidak mengatur sendiri
dalam perjanjian yang mereka buat.
 Pasal-pasal itu boleh disingkirkan manakala dikehendaki oleh pihak-
pihak yang membuat perjanjian.
 Mereka boleh membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang
menyimpang dari pasal-pasal KUH Perdata.
 Mereka boleh mengatur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian
yang mereka buat.
 Kalau mereka tidak mengatur sendiri sesuatu hal, artinya mereka
mengenai hal itu akan tunduk pada UU.
• Asas kebebasan membuat kontrak bukanlah kebebasan tanpa batas sama
sekali (tidak bersifat mutlak).
• Asas ini dibatasi oleh ketentuan Pasal 1337 KUH Perdata yang melarang
perjanjian yang substansinya bertentangan dengan UU, ketertiban umum,
dan kesusilaan.
• Agar asas kebebasan memenuhi nilai keadilan, para pihak yang membuat
perjanjian harus punya posisi tawar seimbang.
• Faktanya, para pihak yang membuat perjanjian tidak selalu memiliki posisi
tawar seimbang.
 Asas ini sering disebut sebagai asas
pactasuntservanda à “janji harus ditepati”.
Asas Kekuatan  •Karena perjanjian dibuat secara bebas dan
sukarela, maka perjanjian harus dipatuhi.
Mengikat"  •Suatu perjanjian akan mengakibatkan suatu
kewajiban hukum bagi para pihak yang
pacta Sunt membuatnya.
Servanda"  •Para pihak terikat untuk memenuhi apa yang
telah mereka sepakati dalam perjanjian.
 Asas ini terkandung dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
 KUH Perdata mengakui dan menempatkan posisi para pihak
dalam perjanjian sejajar dengan pembuat UU.
 Para pihak pembuat perjanjian bertindak sebagai pembentuk UU
(“legislator swasta”).
• Jika perjanjian dibuat sah secara hukum (Pasal 1320 KUH Perdata),
maka perjanjian itu mengikat dan berlaku seperti UU bagi pihak
pembuatnya.
• Perjanjian harus ditaati; jika tidak ditaati maka dapat dilakukan upaya
paksa oleh penegak hukum (hakim, juru sita) melalui gugatan
hukum.
• Asas ini untuk memberikan kepastian hukum terpenuhinya
kesepakatan agar terbangun ketertiban dalam masyarakat.
ASAS
ITIKAD BAIK
 Asas ini disebutkan secara imperatif dalam Pasal
1338 ayat (3) KUH Perdata “Perjanjian-perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
 Menurut Prof. Subekti, asas itikad baik berhubungan
dengan norma kepatutan dan nilai keadilan.
 Prof. R. Wirjono Prodjodikoro berpendapat, asas
itikad baik berkaitan dengan aspek kejujuran.
 Asas itikad baik berhubungan dengan keseluruhan
proses perjanjian, mulai dari tahap pra-perjanjian,
pembuatan perjanjian, dan pasca-perjanjian.
 Menurut Prof. R. Wirjono Prodjodikoro, itikad baik
meliputi:
1. Itikad baik pada waktu mulai berlakunya suatu
hubungan hukum.
2. Itikad baik pada waktu pelaksanaan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban yang termaktub
dalam hubungan hukum.
Berdasarkan asas itikad baik, pengadilan dapat
mencampuri, mengubah, menyimpangi, atau
bahkan meniadakan sebagian atau seluruh isi
perjanjian apabila isi perjanjian itu terbukti
bertentangan dengan norma kepatutan dan/atau
nilai keadilan.
Asas personalitas terkandung dalam Pasal
1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.
ASAS • Pasal 1315 “Pada umumnya tak seorang
PERSONALITAS , dapat mengikatkan diri atas nama sendiri
atau meminta ditetapkannya suatu janji
ASAS kecuali untuk dirinya sendiri”.
KESEIMBANGAN • Pasal 1340 “Perjanjian-perjanjian hanya
berlaku antara pihak-pihak yang
membuatnya”.
Asas berkaitan dengan:
• Keseimbangan kedudukan/posisi para pihak
yang membuat perjanjian.
• Ketidaksetaraan kedudukan para pihak dapat
memengaruhi cakupan isi, maksud, dan tujuan
perjanjian, sehingga dapat menimbulkan
ketidakseimbangan prestasi/kewajiban yang
ASAS harus dipenuhi.
• Keseimbangan dalam menerapkan hukum
KESEIMBANGAN perjanjian yang bersumber dari hukum barat/kuh
perdata (individualisme) dan hukum adat
(gotong-royong, kekeluargaan, kerukunan).
• Kuh perdata adalah hukum warisan kolonial
belanda yang tidak semua isinya sesuai
dengan nilai dan filsafat hukum bangsa
indonesia.
Perjanjian Bernama
Berdasarkan namanya, ada dua jenis perjanjian:
1. Perjanjian bernama (nominaat)
Perjanjian yang disebut dalam KUH Perdata, yaitu: jual-beli, tukar-menukar, sewa-
menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan barang, pinjam-pakai, pinjam-
meminjam, pemberian kuasa, penanggungan utang, perjanjian melakukan pekerjaan,
badan hukum, bunga tetap/abadi, perjanjian untung-untungan, perdamaian.

2. Perjanjian tidak bernama (innominaat)


Perjanjian yang namanya tidak disebut dalam KUH Perdata, misalnya: beli-sewa,
leasing, franchise, joint venture, production sharing, kontrak karya, keagenan, kontrak
rahim.
The future belongs to
those who believe in the
ELEANOR

beauty of their dreams. ROOSEVELT

Thank You

Anda mungkin juga menyukai