Anda di halaman 1dari 2

Alhamdulillah, kami sampaikan segala pujian kepada Allah SWT, Sang Maha Pemberi Cinta yang atas

karunia dan cinta-Nya kita semua bisa berada dalam satu ruangan yang diliputi dengan rasa yang sangat
bahagia. Selanjutnya, mohon perkenankan kami untuk menyampaikan untaian demi untaian kalimat
agar bisa membuka momen suci dan sakral ini kepada kedua calon pasangan yang telah dipertemukan
Tuhan dalam lauh mahfudz-Nya. Hampir semua orang dan masyarakat mempraktikkan pernikahan
dalam beberapa bentuk, sama seperti mereka menjalankan bisnis. ‘Umar ibn al-Khattab biasa mengusir
orang-orang dari pasar Madinah jika mereka tidak tahu aturan Islam tentang jual beli. Demikian juga,
umat Islam tidak boleh terlibat dalam sesuatu yang sama pentingnya dengan pernikahan tanpa
memahami tujuannya atau memiliki pemahaman yang komprehensif tentang hak dan kewajiban dalam
pernikahan.

Salah satu tujuan pernikahan yang paling penting adalah untuk melanjutkan dan melahirkan generasi
yang saleh akrom. Jelas, tujuan ini dapat dicapai tanpa pernikahan, tetapi ketika hal itu dilakukan dalam
ketidaktaatan kepada Allah, maka mereka tidak akan menerima berkah dan rahmat-Nya dan itu sangat
menentang norma masyarakat. Tentu tujuan pernikahan bukan hanya untuk menghasilkan anak-anak
untuk generasi berikutnya, tetapi untuk menghasilkan anak-anak saleh yang akan menaati Allah,
melayani orang-orang, dan menjadi sumber pahala bagi orang tua mereka. Islam mempertimbangkan
naluri dan kebutuhan alami manusia. Laki-laki memiliki kecenderungan terhadap perempuan dan
perempuan memiliki kecenderungan terhadap laki-laki. Pernikahan memenuhi keinginan ini dan
menyalurkannya dengan cara yang menyenangkan Allah dan sesuai dengan kehormatan dan misi umat
manusia dalam kehidupan.

Keinginan pria dan wanita untuk satu sama lain perlu dipenuhi. Jika dibiarkan tidak terpenuhi, itu akan
menjadi sumber perselisihan dan gangguan di masyarakat. Karena alasan ini, Utusan Allah Nabi
Muhammad SAW memerintahkan semua pria yang siap untuk menikah: “Siapapun di antara kamu yang
mampu menikah, menikahlah karena itu akan membantunya dalam menurunkan pandangan dan
menjaga tubuhnya. (dari dosa). Adapun orang yang tidak mampu, puasa adalah perlindungannya.

Hadirin yang saya hormati, pernikahan dalam Islam menanamkan hal-hal yang sungguh indah. apa saja
itu? Pertama keimanan. Cinta yang dimiliki pasangan muslim saleh salehah satu sama lain akan
menumbuhkan tingkat keimanan seseorang.

Kedua, cinta dalam Islam juga belajar untuk saling menerima. Mencintai seseorang berarti menerima
pasangan apa adanya. Adalah keegoisan untuk mencoba dan membentuk seseorang seperti yang kita
inginkan. Cinta sejati tidak berusaha menghancurkan individualitas atau mengendalikan perbedaan
pribadi, tetapi tetap bermurah hati untuk mentoleransi perbedaan.

Ketiga, cinta menantang kita untuk menjadi yang terbaik, mendorong kita untuk memanfaatkan bakat
kita dan bangga akan pencapaian kita. Untuk memungkinkan orang yang kita kasihi menyadari potensi
yang ia miliki adalah pengalaman yang paling berharga.

Keempat, pernikahan juga mengajarkan pentingnya memaafkan. Cinta tidak pernah terlalu sombong
untuk mencari pengampunan maaf atau untuk memaafkan. Cinta dalam pernikahan rela melepaskan
rasa sakit dan kekecewaan.
Saling memaafkan antara pasangan memberi kita kesempatan untuk memperbaiki diri kita sendiri. Islam
menekankan prinsip bahwa jika kita ingin Tuhan mengampuni kesalahan kita, maka kita juga harus
memaafkan orang lain.

Kelima, pernikahan juga mengajarkan rasa hormat. Mencintai berarti menghormati dan menghargai
orang yang kita cintai baik itu kontribusi dan pendapatnya. Rasa hormat tidak memungkinkan kita
menerima begitu saja orang yang kita cintai atau mengabaikan masukan mereka. Bagaimana kita
berinteraksi dengan pasangan kita mencerminkan apakah kita menghargainya atau tidak. Kepercayaan
adalah unsur cinta yang paling penting. Ketika kepercayaan dikhianati dan kerahasiaan dikompromikan,
cinta kehilangan jiwanya.

Keenam, pernikahan mengajarkan kita untuk peduli. Cinta menumbuhkan kecintaan mendalam yang
menentukan kepedulian dan berbagi dalam semua yang kita lakukan. Kebutuhan orang-orang yang kita
kasihi lebih diutamakan daripada kebutuhan kita sendiri.

Kisah cinta Nabi Muhammad SAW sang teladan umat Islam kaya dengan contoh-contoh tindakan
kebaikan yang ia tunjukkan kepada keluarganya dan khususnya istrinya. Bahkan ketika kesabarannya
diuji, Nabi tidak pernah tidak ramah dalam kata atau perbuatan. Mencintai berarti berbuat baik.

Cinta dalam perkawinan tidak statis, karena cinta tumbuh dan berkembang setiap hari dalam kehidupan
pernikahan. Untuk tetap tumbuh, cinta membutuhkan kerja dan komitmen, dan dipupuk melalui iman
ketika kamu bersyukur dan menghargai karunia Allah.

Sangat indah sekali bukan mengukir cinta sejati dalam sebuah ikatan pernikahan?

Semoga calon mempelai yang ada di hadapan kita ini mendapat limpahan kasih sayang dan rahmah yang
mengucur dari Sang Maha Pemberi Cinta. Semoga cinta keduanya meningkatkan kadar keimanan
mereka berdua untuk terus bertaqwa kepada Allah, Sang Pencipta Umat. Amin amin yaa robbal’alamiin

Anda mungkin juga menyukai