Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA ISLAM

KONSEP PERNIKAHAN MENURUT AJARAN ISLAM

KELOMPOK 01
ANGGOTA KELOMPOK:
Riddwan Primadianto 2018210022
Kimiyaus Sa`adah 2018210103
Dwiky Hermawan S.P 2018210108
Merie Noviana 2018210129

UNIVERSITAS HAYAM WURUK PERBANAS SURABAYA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Konsep Pernikahan Menurut
Ajaran Islam" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Agama Islam. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Persoalan Makna Dan Tujuan Hidup
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kautsar Salman selaku Dosen
Mata Kulia Agama Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 16 November 2021

Kelompok 01

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
2.1 Arti Nikah....................................................................................................................5
2.2 Syarat Dan Rukun Nikah...........................................................................................5
2.3 Perceraian....................................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................11
PENUTUP............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkawinan adalah merupkan sunnatullah, yang sudah menjadi hukum alam di
dunia. Manusia adalah makhluk yang lebih dimuliakan dan diutamakan Allah dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan adanya aturan tentang
perkawinan bagi manusia dengan aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, manusia tidak
dibolehkan berbuat semaunya seperti binatang, kawin dengan lawan jenis dengan semaunya
saja atau seperti dengan tumbuh-tumbuhan kawin dengan melalui perantaraan angin.
Istilah perkawinan adalah merupakan istilah yang umum, yang digunakan untuk
semua makhluk ciptaan Allah dimuka bumi, sedangkan pernikahan hanyalah diperuntukkan
bagi manusia. Seperti kata nikah berasal dari bahasa Arab yaitu “nikaahun” yang
merupakan masdar atau kata asal dari kata kerja nakaha, yang sinonim dengan tazawwaja.
Jadi kata nikah berarti “adh-dhammu wattadaakhul” artinya bertindih dan memasukkan,
(Rahmat Hakim, 2000 : 11) sedangkan dalam kitab lain dikatakan bahwa nikah adalah
“adh-dhmmu wal-jam’u” artinya bertindih dan berkumpul.
Jadi perkawinan (nikah) adalah merupakan salah satu peristiwa penting dalam
kehidupan manusia, merupkan suatu lembaga resmi yang mempertalikan secara sah antara
seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama sebagai suami istri. Sebab
perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga, melanjutkan keturunan, mencegah
perbuatan tercela (susila) serta menjaga ketentraman jiwa dan batin. Bagi pentingnya
perkawinan berarti tidak hanya menyangkut hubungan kelamin anatara pria dan wanita,
tetapi lebih luas menyangkut kehidupan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu arti nikah?
2. Apa saja syarat dan rukun nikah ?
3. Apa itu perceraian ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari nikah.
2. Untuk mengetahui syarat dan rukun nikah.
3. Untuk mengetahui mengenai hal perceraian.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Arti Nikah
Kata pernikahan berasal dari Bahasa Arab, yaitu ‘An-nikah’ yang memiliki
beberapa makna. Menurut bahasa, kata nikah berarti berkumpul, bersatu dan
berhubungan. Definisi pernikahan dalam Islam lebih diperjelas oleh beberapa ahli
ulama yang biasa dikenal dengan empat mahzab fikih. Yakni:
 Imam Maliki.
Menurut Imam Maliki, pernikahan adalah sebuah akad yang menjadikan
hubungan seksual seorang perempuan yang bukan mahram, budak dan majusi
menjadi halal dengan shighat.
 Imam Hanafi.
Imam Hanafi, pernikahan berarti seseorang memperoleh hak untuk melakukan
hubungan seksual dengan seorang perempuan. Dan perempuan yang dimaksud
ialah seseorang yang hukumnya tidak ada halangan sesuai syar’i untuk
dinikahi.
 Imam Syafi’i.
Menurut Imam Syafii, pernikahan adalah akad yang membolehkan hubungan
seksual dengan lafadz nikah, tazwij atau lafadz lain dengan makna serupa.
 Imam Hambali.
Menurut Imam Hambali, pernikahan merupakan proses terjadinya akad
perkawinan. Nantinya, akan memperoleh suatu pengakuan dalam lafadz nikah
ataupun kata lain yang memiliki sinonim.
Pada dasarnya, semua pengertian pernikahan yang disampaikan oleh keempat imam
tersebut mengandung makna yang hampir sama. Yakni, mengubah hubungan antara
laki-laki dan perempuan yang sebelumnya tidak halal menjadi halal dengan akad atau
shighat.

5
2.2 Syarat Dan Rukun Nikah
Dalam hadist Imam Bukhari, diriwayatkan Rasulullah SAW bersabda: “Wahai
para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah.
Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan
barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat
menekan syahwatnya.”
Dalam proses pernikahan menurut Islam diperlukan pemenuhan syarat dan rukun
nikah agar pernikahan sah. Selain seiman atau sama-sama memeluk agama Islam ada
syarat pernikahan.

Berikut adalah syarat nikah dalam Islam yang harus diperhatikan.


1. Ada Calon Mempelai Laki-laki dan Perempuan
Sudah jelas, syarat sah nikah dalam Islam yang pertama adalah ada calon
mempelai laki-laki dan perempuan. Proses akad tidak bisa diwakilkan. Perlu
diperhatikan juga bahwa para mempelai tidak boleh menikahi orang yang
haram untuk dinikahi seperti memiliki pertalian darah, memiliki hubungan
persusuan, dan memiliki hubungan kemertuaan.
2. Ada Wali untuk Mempelai Perempuan
Wali nikah pihak perempuan antara lain ayah, kakek, dan saudara dari garis
keturunan ayah. Orang-orang yang berhak jadi wali di antaranya ayah, kakek
dari pihak ayah, saudara laki-laki kandung, saudara laki-laki seayah, saudara
kandung ayah, dan anak laki-laki dari saudara kandung ayah.
3. Ada Saksi dari Kedua Belah Pihak
Pernikahan yang sah diperlukan saksi dari kedua belah pihak. Persyaratan saksi
antara lain orang tersebut beragama Islam, baligh, berakal, merdeka, lelaki, dan
adil. Saksi bisa berasal dari pihak keluarga, tetangga, dan orang yang dipercaya
seperti sahabat sebagai saksi.
4. Ada Mahar
Mahar atau maskawin sangat penting keberadaannya di altar pernikahan dan
menjadi syarat nikah dalam Islam. Mahar adalah sejumlah harta yang diberikan

6
oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Mahar dalam agama Islam
menggunakan nilai uang sebagai acuan. Mempelai perempuan bisa meminta
harta seperti uang tunai, emas, tanah, rumah, kendaraan, dan benda berharga
lainnya.
5. Ijab dan qabul
Ijab dan qabul dimaknai sebagai janji suci kepada Allah SWT di hadapan
penghulu, wali dan saksi. Pelaksanaan Ijab dan qabul merupakan syarat sah
agar pasangan menikah sah sebagai sepasang suami istri.
Di samping itu, sebelum memenuhi syarat menikah yang sah, perlu diketahui
juga rukun sah nikah dalam agama islam.

Berikut merupakan rukun sah nikah dalam Islam:


1. Mampelai pria dan wanita sama-sama beragama Islam
2. Mempelai laki-laki tidak termasuk mahram bagi calon istri
3. Wali akad nikah dari perempuan bersedia menjadi wali
4. Kedua mempelai tidak dalam kondisi sedang ihram.
5. Pernikahan berlangsung tanpa paksaan.
Demikian syarat dan rukun nikah dalam Islam yang perlu kalian ketahui. Jika
salah satu rukun ataupun syarat pernikahan seperti telah dijelaskan di atas tidak
terpenuhi maka pernikahannya dikatakan tidak sah.

2.3 Perceraian
Cerai dalam Islam adalah adalah melepaskan status ikatan perkawinan atau
putusnya hubungan pernikahan antara suami dan istri. Dengan adanya perceraian, maka
gugurlah hak dan kewajiban keduanya sebagai suami dan istri. Artinya, keduanya tidak lagi
boleh berhubungan sebagai suami istri, misalnya menyentuh atau berduaan, sama seperti
ketika belum menikah dulu. Alquran juga mengatur adab dan aturan dalam berumah
tangga, termasuk bagaimana jika ada masalah yang tak terselesaikan dalam rumah tangga.
Islam memang mengizinkan perceraian, tapi Allah membencinya. Itu artinya,
bercerai adalah pilihan terakhir bagi pasangan suami istri ketika memang tidak ada lagi
jalan keluar lainnya. Allah berfirman: “Dan jika mereka berketetapan hati hendak
menceraikan, maka sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui,” (Al-Baqarah:

7
227). Ayat tentang hukum perceraian ini berlanjut pada surat Al-Baqarah ayat 228 hingga
ayat 232. Di sana diterangkan aturan-aturan mengenai hukum talak, masa iddah bagi istri,
hingga aturan bagi perempuan yang sedang dalam masa iddahnya. Di dalam surat Ath-
Thalaq ayat 1-7 juga dibahas aturan-aturan dalam berumah tangga. Di situ disebutkan
tentang kewajiban suami terhadap istri hingga bagaimana aturan ketika seorang istri berada
dalam masa iddah.
Dari beberapa ayat tersebut, diketahui bahwa dalam Islam perceraian itu tidak
dilarang, namun harus mengikuti aturan-aturan tertentu. Tentu saja aturan-aturan ini sangat
memperhatikan kemaslahatan suami dan istri dan mencegah adanya kerugian di salah satu
pihak.
Jenis-jenis Cerai dalam Islam

Berikut ini adalah jenis-jenis cerai dalam Islam yang bisa dibedakan dari siapa kata cerai
tersebut terucap.
Cerai Talak oleh Suami
Perceraian ini yang paling umum terjadi, yaitu suami yang menceraikan istrinya.
Hal ini bisa saja terjadi karena berbagai sebab. Dengan suami mengucapkan kata
talak pada istrinya, masa saat itu juga perceraian telah terjadi, tanpa perlu menunggu
keputusan pengadilan.
Ada beberapa bagian dari talak ini, yaitu:
 Talak Raj’i.
Pada talak raj’i, suami mengucapkan talak satu atau talak dua kepada
istrinya. Suami boleh rujuk kembali dengan istrinya ketika masih dalam
masa iddah. Namun, jika masa iddah telah habis, suami tidak boleh lagi
rujuk kecuali dengan melakukan akad nikah baru.
 Talak Bain.
Ini adalah perceraian saat suami mengucapkan talak tiga kepada istrinya,
sehingga istri tidak boleh dirujuk kembali. Suami baru akan boleh merujuk
istrinya kembali jika istrinya telah menikah dengan lelaki lain dan
berhubungan suami istri dengan suami yang baru lalu diceraikan dan habis
masa iddahnya.
 Talak Sunni.
Ini terjadi ketika suami mengucapkan cerai talak kepada istrinya yang masih
suci dan belum melakukan hubungan suami istri saat masih suci tersebut.
 Talak Bid’i.
Suami mengucapkan talak kepada istrinya saat istrinya sedang dalam
keadaan haid atau ketika istrinya sedang suci namun sudah disetubuhi.
 Talak Taklik.

8
Pada talak ini, suami akan menceraikan istrinya dengan syarat-syarat
tertentu. Dalam hal ini, jika syarat atau sebab yang ditentukan itu berlaku,
maka terjadilah perceraian atau talak.
Gugat Cerai Istri
Berbeda dengan talak yang dilakukan oleh suami, gugat cerai istri ini harus
menunggu keputusan dari pengadilan. Ada beberapa kondisi yang menyertainya,
seperti:
 Fasakh.
Ini merupakan pengajuan cerai tanpa adanya kompensasi dari istri ke suami
akibat beberapa perkara, antara lain suami tidak memberi nafkah lahir batin
selama 6 bulan berturut-turut, suami meninggalkan istri selama 4 bulan
berturut-turut tanpa kabar, suami tidak melunasi mahar yang disebutkan saat
akad nikah (baik sebagian atau seluruhnya) sebelum terjadinya hubungan
suami istri, atau adanya perlakuan buruk dari suami kepada istrinya.
 Khulu’.
Ini adalah perceraian yang merupakan kesepakatan antara suami dan istri
dengan adanya pemberian sejumlah harta dari istri kepada suami. Terkait
dengan hal ini, penjelasannya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 229.
Hukum Cerai dalam Islam
Hukum perceraian dalam Islam bisa beragam. Hal ini berdasarkan pada masalah,
proses mediasi dan lain sebagainya. Perceraian bisa bernilai wajib, sunnah, makruh,
mubah, hingga haram. Berikut ini adalah hukum perceraian dalam Islam:
 Perceraian Wajib.
Ini harus terjadi jika suami istri tidak lagi bisa berdamai. Keduanya sudah tidak
lagi memiliki jalan keluar lain selain bercerai untuk menyelesaikan masalahnya.
Bahkan, setelah adanya dua orang wakil dari pihak suami dan istri,
permasalahan rumah tangga tersebut tidak kunjung selesai dan suami istri tidak
bisa berdamai. Biasanya, masalah ini akan dibawa ke pengadilan dan jika
pengadilan memutuskan bahwa talak atau cerai adalah keputusan yang terbaik,
maka perceraian tersebut menjadi wajib hukumnya.
 Perceraian Sunah.
Ternyata, perceraian juga bisa mendapatkan hukum sunnah ketika terjadi syarat-
syarat tertentu. Salah satunya adalah ketika suami tidak mampu menanggung

9
kebutuhan istri. Selain itu, ketika seorang istri tidak lagi menjaga martabat
dirinya dan suami tidak mampu lagi membimbingnya.
 Perceraian Makruh.
Jika istri memiliki akhlak yang mulia, mempunyai pengetahuan agama yang
baik, maka hukum untuk menceraikannya adalah makruh. Hal ini dianggap
suami sebenarnya tidak memiliki sebab yang jelas mengapa harus menceraikan
istrinya, jika rumah tangga sebenarnya masih bisa diselamatkan.
 Perceraian Mubah.
Ada beberapa sebab tertentu yang menjadikan hukum bercerai adalah mubah.
Misalnya, ketika suami sudah tidak lagi memiliki keinginan nafsunya atau
ketika istri belum datang haid atau telah putus haidnya.
 Perceraian Haram.
Hal ini terjadi jika seorang suami menceraikan istrinya saat istri sedang haid
atau nifas, atau ketika istri pada masa suci dan di saat suci tersebut suami telah
berjimak dengan istrinya. Selain itu, suami juga haram menceraikan istrinya jika
bertujuan untuk mencegah istrinya menuntut hartanya. Tidak hanya itu,
diharamkan juga untuk mengucapkan talak lebih dari satu kali.
Rukun Cerai dalam Islam
Dalam proses perceraian pun, Islam memiliki aturan. Salah satunya dengan adanya
rukun perceraian yang harus dipenuhi. Hal ini merupakan syarat sahnya perceraian,
sehingga jika tidak dipenuhi maka tidak sah pula proses perceraian tersebut.
Berikut ini adalah rukun cerai dalam Islam yang harus diketahui:
o Rukun Perceraian untuk Suami.
Perceraian tersebut sah apabila seorang suami berakal sehat, baligh dan dengan
kemauan sendiri. Maka, jika suami tersebut menceraikan istrinya karena ada
paksaan dari pihak lain, seperti orang tua ataupun keluarganya, maka
perceraian tersebut menjadi tidak sah.
o Rukun Perceraian untuk Istri.
Seorang istri akan sah perceraiannya, jika akad nikahnya dengan suami sah
dan dia belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkawinan adalah merupkan sunnatullah, yang sudah menjadi hukum alam di
dunia. Manusia adalah makhluk yang lebih dimuliakan dan diutamakan Allah dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan adanya aturan tentang
perkawinan bagi manusia dengan aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar, manusia tidak
dibolehkan berbuat semaunya seperti binatang, kawin dengan lawan jenis dengan semaunya
saja atau seperti dengan tumbuh-tumbuhan kawin dengan melalui perantaraan angin.
Cerai dalam Islam adalah adalah melepaskan status ikatan perkawinan atau
putusnya hubungan pernikahan antara suami dan istri. Dengan adanya perceraian, maka
gugurlah hak dan kewajiban keduanya sebagai suami dan istri. Artinya, keduanya tidak lagi
boleh berhubungan sebagai suami istri, misalnya menyentuh atau berduaan, sama seperti
ketika belum menikah dulu. Alquran juga mengatur adab dan aturan dalam berumah
tangga, termasuk bagaimana jika ada masalah yang tak terselesaikan dalam rumah tangga.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/pernikahan-dalam-islam-pengertian-hukum-dan-tujuannya-gaWS
https://www.orami.co.id/magazine/pernikahan-dalam-islam/
https://www.suara.com/news/2020/12/17/175155/syarat-dan-rukun-nikah-dalam-islam?
page=all
http://pa-cilacap.go.id/tentang-pa/informasi/artikel/77-hukum-perceraian-menurut-
pandangan-islam.html

12

Anda mungkin juga menyukai