Anda di halaman 1dari 15

pokok bahasan: pemanasan global.

sub pokok bahasan:

A. efek rumah kaca

B. pengertian pemanasan global

C. penyebab pemanasan global

D. dampak pemanasan global

E. Usaha-usaha menanggulangi pemanasan global

PENGERTIAN EFEK RUMAH KACA

Suara.com - Tahukah Anda, bahwa kehidupan di Bumi sebenarnya memerlukan adanya efek rumah
kaca? Kenapa begitu? Sebelum membahas lebih jauh, ketahui juga pengertian efek rumah kaca dalam
ulasan berikut.

Untuk diketahui, tanpa efek rumah kaca dan atmosfer, permukaan Bumi akan memiliki suhu yang terlalu
rendah. Suhu permukaan Bumi bisa sampai 0 derajat Fahrenheit atau -17,7 derajat Celcius jika tidak ada
efek rumah kaca. Artinya, serupa dengan suhu di permukaan bulan.

Mungkin, apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar frasa efek rumah kaca adalah bahwa
efek rumah kaca merusak Bumi, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Intinya, efek
rumah kaca seolah-olah menjadi momok yang buruk dan menakutkan bagi manusia.

Namun kenyataannya, efek rumah kaca itu sendiri bukan hal yang buruk. Efek rumah kaca dalam kadar
yang wajar merupakan hal yang penting dan diperlukan. Sementara yang menyebabkan kerusakan dan
pemanasan global adalah terlalu banyaknya gas yang dihasilkan oleh efek rumah kaca. Terlalu
banyaknya gas ini akan menyebabkan suhu permukaan Bumi naik sampai angka yang di luar ambang
kewajaran dan di luar kontrol.

Oleh karena itu, untuk menghindari salah kaprah demikian, maka sebaiknya kita mencari tahu lebih jauh
tentang pengertian efek rumah kaca dan kaitannya dengan pemanasan global. Simak ulasan tentang
pengertian efek rumah kaca di bawah ini.

Pengertian Efek Rumah Kaca


Pengertian efek rumah kaca merupakan sebuah proses yang terjadi ketika gas-gas pada atmosfer Bumi
memerangkap panas dari matahari. Di mana proses ini terjadi secara alami karena Bumi memiliki
atmosfer. Dengan adanya panas matahari yang tidak bisa keluar dari atmosfer Bumi ini, maka suhu di
permukaan Bumi menjadi hangat. Efek rumah kaca ini akan membuat kehidupan di Bumi menjadi lebih
nyaman.

Istilah efek rumah kaca dapat merujuk kepada dua hal yang berbeda, di mana pengertian efek rumah
kaca yang sebelumnya telah dijelaskan adalah pengertian efek rumah kaca dalam satu arti. Secara garis
besar, efek rumah kaca dapat diartikan menjadi dua hal, yaitu:

Pengertian efek rumah kaca yang pertama merujuk pada efek rumah kaca yang terjadi secara natural di
Bumi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Sementara pengertian efek rumah kaca yang kedua merujuk pada pemanasan global, di mana efek
rumah kaca yang meningkat dan terjadi akibat perbuatan negatif manusia.

Proses Efek Rumah Kaca

Proses efek rumah kaca mengikuti cara kerja sebuah rumah kaca, di mana rumah kaca merupakan
sebuah bangunan yang terdiri dari tembok dan atap yang terbuat dari kaca. Gas-gas pada atmosfer
seperti karbon dioksida akan memerangkap panas matahari seperti kaca pada rumah kaca. Gas yang
terperangkap pada atmosfer Bumi ini disebut dengan gas efek rumah kaca.

Pada siang hari, panas matahari yang menembus atmosfer, akan menyebabkan permukaan bumi
menjadi hangat. Ketika permukaan bumi mendingin pada malam hari, maka panas matahari ini dilepas
kembali ke udara.

Namun tidak semua panasnya akan dilepaskan karena sebagian terperangkap di atmosfer. Panas yang
terperangkap pada atmosfer inilah yang akan membuat suhu bumi tetap nyaman dan hangat pada
malam hari.

Sayangnya, manusia mengubah efek rumah kaca alami Bumi. Bertambahnya gas efek rumah kaca ini
disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak, batu bara, serta bahan
bakar organik lainnya.
Hal itu mengakibatkan semakin bertambahnya gas efek rumah kaca pada atmosfer Bumi. Maka akan
semakin banyak panas matahari yang terperangkap. Hal inilah yang menyebabkan suhu Bumi semakin
memanas. Terlalu banyak gas efek rumah kaca ini juga ikut berkontribusi pada pemanasan global.

Bumi dapat diilustrasikan dengan mobil yang di parkir pada terik matahari, ketika di buka maka suhu di
dalam mobil akan lebih tinggi di banding di luar mobil hal ini terjadi, pada kaca mobil panas sinar
matahari masuk dan tidak bisa keluar, inilah gambaran bumi, panas di dalam bumi terperangkap oleh
atmosfer, nah efek kaca ini di perbesar akibat aktifitas manusia yang menghasilkan gas penyebab efek
rumah kaca

EFEK RUMAH KACA MENYEBABKAN PEMANASAN GLOBAL

ARTIKEL DARI Tim detikcom – detikNews Rabu, 15 Jul 2020 11:40 WIB

Suhu Rata-rata Global Makin Panas 5 Tahun ke Depan, Bagaimana di Indonesia?

Suhu panas dan terik di Jakarta terhitung tembus 35 derajat celcius. Hal itu disebabkan posisi matahari
dan minimnya awan.

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi suhu bumi makin panas dalam lima tahun ke depan.
Kenaikan suhu bumi diperkirakan naik rata-rata 1 derajat celcius di atas periode pra-industri (1850-1900)
setiap tahunnya.

WMO pada 8 Juli lalu merilis prediksi iklim dalam 5 tahun ke depan. Analisis data dan prediksi tersebut
dikumpulkan dari sejumlah kontributor pusat-pusat prediksi iklim di seluruh dunia, di antaranya 9 Pusat
di Daratan Eropa, 3 di Asia, 4 di Benua Amerika, dan 1 di Australia.

Rilis dari WMO itu juga disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG
menyebut perkiraan iklim ini bisa digunakan sebagai landasan dalam membuat keputusan.

"Laporan tersebut memberikan pandangan dan informasi iklim untuk lima tahun ke depan yang dapat
ditindaklanjuti bagi para pembuat keputusan," ujar Deputi Bidang Klimatologi, BMKG Herizal dalam
keterangannya, Rabu (15/7/2020).

Herizal mengatakan rata-rata kenaikan suhu global naik sekitar 1 derajat celcius tiap tahunnya antara
2020-2024. Bahkan ada peluang naik hingga 20% atau sekitar 1,5 derajat di salah satu tahun tersebut.
"Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa kenaikan suhu global rata-rata tahunan dalam lima tahun
mendatang akan cenderung setidaknya 1°C di atas tingkat pra-industri di masing-masing tahun pada
2020 hingga 2024, dan ada kemungkinan 20% kenaikan itu akan melebihi 1,5°C dalam satu tahun di
antaranya," katanya.

Herizal mengatakan pada rentang tahun 2014-2019 kenaikan suhu rata-rata bumi sudah lebih dari 1,0
derajat celcius. Di mana pada periode itu adalah lima tahun terhangat dalam catatan meteorologi.

Prediksi itu tentu akan menjadi tantangan besar bagi WMO. Sekjen WMO, Petteri Taalas, kata Herizal
menegaskan bahwa WMO akan menjaga target Perjanjian Perubahan Iklim Paris untuk menjaga
kenaikan suhu di bawah 2 derajat celcius di atas periode pra-industri.

"Sekjen WMO, Petteri Taalas, menegaskan bahwa hal itu akan menjadi tantangan besar ke depan dalam
memenuhi target Perjanjian Perubahan Iklim Paris untuk menjaga kenaikan suhu global abad ini jauh di
bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri dan untuk mengejar ambisi upaya membatasi
kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5°C pada tahun 2030," tuturnya.

PEMANASAN GLOBAL ( GLOBAL WARMING)

global warming atau pemanasan global merupakan masalah besar yang saat ini sedang dihadapi oleh
seluruh umat manusia dan makhluk hidup di bumi. Kondisi ini ditandai dengan terjadinya peningkatan
suhu bumi yang semakin panas. Bukan hanya itu, berbagai gejala lain seperti kondisi cuaca yang tidak
menentu menjadi salah satu tanda terjadinya global warming.

Dengan begitu, pengertian pemanasan global dapat dipahami sebagai suatu kondisi yang menunjukkan
adanya peningkatan suhu bumi yang semakin panas.

Maka dari itu, sudah saatnya masyarakat di seluruh dunia menyadari dan mengakui bahwa kondisi
pemanasan global saat ini sudah terjadi. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat, diharapkan
dapat disertai dengan berbagai usaha untuk mengurangi aktivitas yang memberikan dampak buruk bagi
lingkungan. Sehingga penting untuk mengetahui pengertian pemanasan global dan berbagai dampak
yang ditimbulkan.

PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

1. EFEK RUMAH KACA

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari matahari. Sebagian besar energi tersebut
berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi,
ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap
sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer Bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan
metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan
Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya,
planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya
telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18
°C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas
tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

2. EFEK UMPAN BALIK

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya
gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang
menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus
berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi
uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri.
(Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara
hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[4] Umpan balik ini
hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari
bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar
matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek
netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu
seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim,
antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional
dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan
IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan
dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke empat.[4]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[5]
Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus
meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik
daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan
es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan
menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah
mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan
melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan
oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom
daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[6]

3. VARIASI MATAHARI

Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.

Artikel utama: Variasi Matahari

Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa variasi dari matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh
umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.[7] Perbedaan antara
mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas matahari akan
memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan
stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,[8] yang tidak akan terjadi bila
aktivitas matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat
memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan
efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[9]
[10]

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi matahari mungkin telah diabaikan
dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa matahari mungkin
telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan
sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[11] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim
yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca
dibandingkan dengan pengaruh matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari
debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[12] Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh matahari
sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-
gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa
mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari matahari pada seribu tahun
terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat
"keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan
global.[13][14] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan
antara pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output
matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[15]

Mengukur pemanasan global

Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa

Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah
komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun
1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical
Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.

Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah
itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan
bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak
mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi
yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang
menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak
memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak
dapat dipercaya.

Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan
dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan
oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang tepercaya
(terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih
akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat
ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika
dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir
terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi
yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak
1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang
menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan suhu rata-rata global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi
sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah
dilepaskan sebelumnya. Karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih
sebelum alam mampu menyerapnya kembali.[16]

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum
era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa
perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi
masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.

DAMPAK PEMANASAN GLOBAL BAGI KEHIDUPAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Dampak pemanasan global terhadap kehidupan manusia dan lingkungan bukanlah mitos. Dampak-
dampak tersebut telah terjadi, mempengaruhi kita sehari-hari, baik disadari atau tidak,. Berbagai akibat
pemanasan global bersifat negatif dan kontra produktif terhadap manusia beserta keanekaragaman
hayati yang ada di bumi. Walaupun ada beberapa jenis yang diuntungkan akibat pemanasan global, itu
hanya sebagian kecil saja.

Berikut adalah enam belas dampak pemanasan global terhadap manusia dan lingkungan. Jika efek akibat
pemanasan global yang belum penulis tuliskan ke dalam artikel ini, silahkan pembaca tambahkan ke
dalam bagian komentar.

Daftar dampak pemanasan global

1. Dampak pemanasan global yang cukup sering dipublikasikan adalah mencairnya gletser:
Mencairnya gletser akan menciptakan banyak masalah bagi manusia dan hewan yang hidup di
bumi. Salah satunya adalah kenaikan permukaan laut. Seiring meningkatnya pemanasan global,
permukaan laut akan naik sehingga berpotensi menyebabkan banjir
2. Akibat pemanasan global yang kedua adalah terjadinya perubahan Iklim. Pola cuaca yang tidak
teratur telah mulai menunjukkan efek pemanasan global tersebut. Peningkatan curah hujan dalam
bentuk hujan telah diketahui di daerah kutub dan gurun.

3. Meningkatnya pemanasan global akan menyebabkan lebih banyak penguapan yang akan
menyebabkan lebih banyak hujan. Hewan dan tumbuhan tidak dapat dengan mudah beradaptasi
dengan peningkatan curah hujan. Tanaman dapat mati dan hewan dapat bermigrasi ke area lain.
Ini dapat menyebabkan seluruh ekosistem berubah secara total dan cepat. Diluar kemampuan
manusia untuk beradaptasi.

4. Meningkat dan meluasnya kekeringan. Meskipun mungkin adanya hujan dan banjir di Savannah,
kekeringan yang parah terjadi di bagian lain di dunia. Ketika suhu hangat, keberadaan kekeringan
telah meningkat di bagian barat Amerika Serikat. Kekeringan juga menyebabkan terjadinya
kebakaran hutan di Indonesia. Penguapan skala besar menjadi penyebab utama kekeringan di
banyak tempat, terutama Afrika. Kekeringan yang berpoentsi menyebabkan gagal panen dapat
menyebabkan malnutrisi.

5. Meluasnya penyakit. Karena suhu bumi menjadi lebih hangat, ini dapat mempengaruhi
kesehatan manusia dan meluasnya penyakit yang mereka hadapi. Dengan peningkatan curah
hujan, penyakit yang terbawa air cenderung menyebar, seperti penyakit malaria.

6. Meningkatnya frekuensi badai. Ketika suhu lautan naik, angin topan dan badai lainnya cenderung
menjadi lebih kuat. Dengan meningkatnya pemanasan global, air di laut memanas yang akan
memanaskan udara di sekitarnya sehingga menciptakan angin topan.

7. Naiknya permukaan laut. Mencairnya es di kutub dan berkurangnya air yang menguap ke
atmosfir menyebabkan naiknya permukaan laut. Kota-kota dan kota-kota pesisir yang tidak jauh di
dekat pantai timur AS, kepulauan pasifik, Teluk Meksiko hanyalah beberapa wilayah di mana
kerusakan banjir mulai menenggelamkan beberapa arealnya.

8. Pemanasan global dapat mempengaruhi pertanian. Ketika suhu global akan meningkat, tanaman
akan merasa lebih sulit untuk bertahan hidup dan akan mati. Tumbuhan adalah sumber utama
makanan bagi manusia dan sebagai akibatnya kekurangan makanan dapat terjadi. Kekurangan
makanan dapat menyebabkan perang dan konflik di beberapa negara.

9. Gelombang Panas. Gelombang panas menyebabkan cuaca panas yang berbahaya dan dalam
beberapa tahun terakhir, lebih banyak kematian terjadi karena gelombang panas daripada dalam
enam puluh tahun terakhir, seperti gelombang panas yang terjadi di India baru-baru ini, seperti
diberitakan The Gurdian.

10. Dampak pemanasan global berikutnya adalah terjadinya kebakaran hutan. Walaupun kebakaran
hutan adalah kejadian alami, namun dengan bertambahnya jumlah karbon dioksida di udara, dan
musim panas yang lebih panas, menyebabkan kebakaran hutan lebih mudah dan sering terjadi.
Kebakaran hutan yang lebih sering terus muncul dalam jumlah besar setiap tahun, seperti di
Indonesia, australia dan amerika. Laju pembakarannya lebih lama daripada yang terakhir, dan
dengan pelepasan karbondioksida ke udara, bukan hanya kehidupan orang-orang dalam bahaya,
tetapi satwa liar sangat menderita. Setiap kali api membakar, semakin sedikit oksigen yang ada
untuk melawan jumlah karbon dioksida yang berbahaya yang dilepaskan ke atmosfer.

11. Perubahan musim berupa berlangsungnya periode musim yang lebih panjang atau pendek.
Perubahan peiode berlangsungnya musim, misalnya musim semi, gugur, hujan, bisa terjadi lebih
cepat dan lebih cepat, atau lebih lama dan lebih lama.

12. Dampak pada tanaman. Terjadinya perubahan musim menyebabkan pola cuaca menjadi tidak
menentu dan ekstrim. Banjir akibat naiknya permukaan laut, gagal panen, perubahan musim
bunga meningkatkan resiko kegagalan tanaman untuk berbuah dan dipanen. Ini akan berakibat
negatif pada industri makanan. Harga tanaman pokok bisa saja meningkat drastis. Pada akhirnya
akan menimbulkan penurunan kinerja ekonomi.

13. Rusaknya ekosistem laut. Kondisi terumbu karang dunia terus berkurang dan rusak akibat
pemanasan global. Sekali terumbu karang terpengaruh, seluruh ekosistem yang berkembang
menjadi usang, termasuk penurunan sektor perikanan.

14. Rantai makanan di dalam ekosistem. Perubahan pola waktu dan durasi migrasi burung migran,
hibernasi memakan waktu lebih lama. Akibatnya, seluruh rantai makanan bisa terganggu.

15. Meningkatnya resiko kesehatan. Dengan semakin banyaknya jumlah karbon dioksida
terperangkap di atmosfer, kualitas udara untuk pernafasan semakin buruk dan sulit didapat. Jika
pemanasan global berlanjut, menurut sebuah perkiraan, AS akan menghabiskan sekitar 60 miliar
dolar untuk memerangi penyakit pernapasan dan gejala.

16. Kepunahan hewan. Pemanasan global meningkatkan resiko terjadinya kepunahan hewan.
Terjadinya pemanasan global menyebabkan beberapa satwa mengalami perubahan habitat
sehingga bermigrasi. Migrasi ini akan menyebabkan sebagian hewan tidak dapat beradaptasi alias
dirugikan. Misalnya saja rubah putih yang bermigrasi kemudian kalah bersaing dengan rubah
merah, seperti yang dipublikasikan oleh artikel BBC berjudul “Arctic foxes suffer while reds thrive
in northern Canada“.

Itulah beberapa akibat pemanasan global bagi manusia, satwa dan tumbuhan yang telah teridentifikasi
dan wajib diketahui. Dengan mengetahui efek pemanasan global, semoga kita dapat mengelola
lingkungan hidup kita menjadi lebih baik.

10 Cara Mencegah, Mengatasi dan Menanggulangi Pemanasan Global

1. Mengurangi Penggunaan Bahan Bakar Fosil


Pembakaran bahan bakar fosil (seperti premium dan solar) menghasilkan gas karbon dioksida sebagai
gas buangan. Seandainya alat transportasi yang berbahan bakar minyak marak digunakan dan jumlahnya
semakin bertambah, maka karbon dioksida yang dibuang ke atmosfer juga semakin besar. Akibatnya
pemanasan global yang terjadi akan semakin buruk. Oleh sebab itu alat transportasi yang berbahan
bakar minyak sebaiknya diminimalisir pemakaiannya. Kurangi penggunaan kendaraan pribadi dan
gunakanlah alat transportasi umum sehingga dapat mengurangi gas karbon dioksida di udara.

Cara lain mengurangi penggunaan bahan bakar fosil adalah dengan menggunakan alat transportasi
yang tidak menghasilkan karbon dioksida sebagai gas buangan nya misalnya dengan menggunakan
sepeda, mobil berbahan bakar hidrogen atau akan lebih baik lagi jika kita biasakan jalan kaki untuk
berpergian pada jarak yang dekat.

2. Menggunakan Energi Alternatif

Cara mengatasi pemanasan global yang kedua adalah dengan beralih ke Energi Alternatif. Manusia
sejatinya dapat menggunakan energi alternatif guna meminimalisir hal - hal yang dapat menjadi
penyebab pemanasan global. Penggunaan energi alternatif terbarukan ini hendaknya harus segera di
terapkan di seluruh dunia. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil harus segera diganti dengan energi
bersih, seperti sinar matahari, angin, air, panas bumi dan biomassa. Sumber energi tersebut sejatinya
berlimpah namun belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.

3. Tidak Menebang Pohon di Hutan Secara Sembarangan

Seperti yang sudah kita ketahui, pohon merupakan tumbuhan yang dapat menyerap gas CO2 dan
menghasilkan oksigen. Dengan mengurangi dampak penebangan hutan secara ilegal kita juga berperan
dalam menjaga kelestarian hutan yang saat ini banyak mengalami kerusakan.

Hutan merupakan elemen yang sangat penting bagi kelestarian dunia, karena salah satu fungsi hutan
adalah sebagai paru-paru dunia sekaligus penyeimbang ekosistem. Hutan terutama jenis hutan yang
belum terjamah manusia memiliki keseimbangan ekosistem yang sangat baik sehingga banyak hewan
dan tumbuhan yang hidup dan bertahan dari pengaruh lingkungan luar.

4. Melakukan Penanaman Pohon Kembali (reboisasi)

Pohon dan jenis tumbuhan berklorofil lainnya mempunyai peran vital dalam membersihkan udara.
Sebab tumbuhan berklorofil mempunyai kemampuan untuk mengolah air, sinar matahari, karbon
dioksida dan unsur hara menjadi bahan organik dan oksigen.

Oksigen sendiri merupakan salah satu faktor penentu kehidupan seluruh makhluk hidup di bumi. Karena
itulah keberadaannya sangat dibutuhkan. Tanpa adanya oksigen, manusia dan makhluk hidup lain tidak
dapat bernapas. Karena itulah semakin banyak pohon yang ditanam di bumi, maka semakin banyak
udara yang dapat dibersihkan dari berbagai macam polutan.

DISINI PERAN SISWA DALAM UPAYA MEMBANTU PENANGGULANGAN GLOBAL WARMING


Satu Pohon, Menyelamatkan Dunia

Satu Pohon, Menyelamatkan Dunia


Tak kuasa menahan asa
Dunia menghadapi akhir ajalnya
Karena permasalahan yang sederhana
Kurangnya pohon di dunia

Dunia melampiaskan amarahnya


Karena manusia yang bersifat serakah
Dunia mengeluarkan segala isinya
Karena manusia yang sudah tak tahu arah

Inilah saatnya untuk menjaga hunian kita


Dengan satu pohon, menyelamatkan dunia
Agar menjadi indah dan berwarna
Demi masa depan anak cucu kita

Mari gerakan kaki dan tangan


Misi besar untuk menyelamatkan dunia
Dengan gerakan satu pohon untuk kebaikan
Langkah kecil untuk hidup bahagia
Purwokerto, 23 Maret 2015

Karya: MSFR
Berbagai penelitian membuktikan, 1 hektar ruang terbuka hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar
menghasilkan 0,6 ton O2 untuk 1.500 penduduk/hari, menyerap 2,5 ton CO2/tahun

BILA DIHITUNG PER POHON

SETIAP POHON BERMANFAAT , menyerap 6 kg CO2/batang per tahun, menyimpan 900 m3 air
tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5°C-8°C, meredam kebisingan 25-80
persen, dan mengurangi kekuatan angin 75-80 persen. Setiap mobil mengeluarkan gas emisi yang dapat
diserap oleh 4 pohon dewasa (tinggi 10 m ke atas, diameter batang lebih dari 10 cm, tajuk lebar,
berdaun lebat).

Tanpa disadari bila menanam pohon dan pohonnya menjadi besar, maka dari pohon tersebut mengalir
kebaikan yang tiada henti, dan umur pohon bisa melebihi umur manusia, sehingga akan menjadi amal
jariah yang terus mengalir

MAKA MARILAH KITA MULAI DARI DIRI SENDIRI, BILA ADA KEBAHAGIAN SISIHKANLAH UANG UNTUK
MENANAM POHON, SEMOGA DAPAT MENJADI AMAL KEBAIKAN YANG TERUS MENGALIR DAN
MEMPERMUDAH KEHIDUPAN ANDA

5. Melakukan Penghematan Listrik

Cara Mengatasi Pemanasan Global berikutnya adalah dengan melakukan penghematan listrik. Listrik
merupakan salah satu bentuk energi yang banyak dibutuhkan manusia. Meskipun tidak semua manusia
menggunakan listrik, namun listrik merupakan energi yang berperan vital dalam budaya hidup modern.
Akantetapi listrik dari pembangkit listrik saat ini kebanyakan menggunakan bahan bakar fosil yang
menghasilkan karbon dioksida. Semakin banyak penggunaan listrik, maka semakin banyak gas buangan
berupa karbon dioksida sehingga efek rumah kaca bisa semakin memburuk.

Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi kita untuk melakukan penghematan listrik salah satu
caranya adalah dengan Cabut Kabel/Peralatan Dari Saklar Saat Tidak Digunakan dan mengemat
Pemakaian Lampu.

6. Tidak Menggunakan Alat Yang Menghasilkan Gas CFC

CFC (Cloro Four Carbon) merupakan senyawa-senyawa yang mengandung atom karbon dengan klorin
dan fluorin terikat padanya. CFC umumnya dihasilkan oleh peralatan pendingin udara, perlu diketahui
bahwa saat ini CFC menyumbangkan 20% dalam proses terjadinya efek rumah kaca. Oleh karenanya
penggunaan CFC harus dihentikan meskipun penggunaan CFC memang bermanfaat untuk manusia,
namun perlu diperhatikan juga dampak dari penggunaan CFC ini.

Dalam mengatasi suhu ruangan yang panas, kita dapat merancangsebuah bangunan yang mempunyai
banyak ventilasi udara sehingga tidak perlu memakai pendingin ruangan atau AC. namun seandainya
penggunaan AC memang diperlukan pastikan kita memakai AC non CFC yang ramah lingkungan.
Begitu juga dengan kulkas, sebaiknya kita memakai kulkas non CFC untuk menghindari efek rumah
kaca serta agar pemanasan global agar tidak semakin memburuk dan merugikan manusia.

7. Memperbaiki Kualitas Kendaraan dengan Uji Emisi

Semakin banyaknya kendaraan bermotor yang berlalu lalang mengakibatkan meningkatnya emisi gas
buang sebagai residunya. Seperti yang telah diketahui, emisi gas buang merupakan sisa hasil
pembakaran mesin kendaraan baik itu kendaraan beroda, perahu maupun pesawat terbang.

Memperketan standar dan pengawasan dalam uji emisi sangat diperlukan untuk memastikan kondisi
kendaraan apakah sudah prima atau belum. Kendaraan yang memiliki kondisi prima akan
menghasilkan pembakaran yang lebuh sempurna sehingga tidak terlalu merusak lingkungan.

8. Menerapkan Sistem Budidaya Peternakan dan Pertanian yang baik

Sistem budidaya pertanian yang memakai bahan kimia sintetik berupa pupuk dan pestisida dapat
mengakibatkan pencemaran dan kerusakan pada lingkungan. Karena itulah sistem pertanian organik
yang tidak mencemari dan merusak lingkungan harus segera digalakkan di seluruh dunia. Akantetapi
penggunaan bahan organik yang tidak tepat ternyata juga dapat berdampak buruk pada lingkungan.
Penggunaan pupuk organik berupa kotoran hewan yang belum matang justrus turut berperan dalam
terjadinya efek rumah kaca. Hal tersebut terjadi karena kotoran hewan yang belum matang
merupakan sumber gas metana yang tidak lain adalah salah satu penyebab terjadinya efek rumah
kaca.

Sehingga kita harus memastikan bahwa pupuk kandang yang kita gunakan merupakan pupuk kandang
yang sudah matang yaitu pupuk kandang yang sudah mengalami proses dekomposisi. Pupuk kandang
matang biasanya mempunyai warna yang lebih gelap dibanding pupuk kandang segar dan juga sudah
tidak memiliki (sedikit) bau tidak sedapnya, tidak seperti pupuk kandang yang masih segar. Pemakaian
pupuk kandang yang benar dapat mengurangi gas metana yang dilepas ke atmosfer bumi.

9. Melakukan Reduce, Reuse dan Recycle

Reduce, yaitu melakukan penghematan dan mengurangi sampah. Misalnya hemat dalam pemakaian
tissue dan kertas karena tissue dan kertas terbuat dari kayu yang harus ditebang dari pohon di hutan.
Atau bisa juga membeli produk yang berlabel ramah lingkungan serta meminimalisir pemakaian produk
yang dikemas styrofoam / plastik. Dan berhenti menggunakan semprotan aerosol untuk mengurangi CFC
yang dapat merusak lapisan Ozon bumi.

Reuse, merupakan cara pemanfaatan sampah atau memanfaatkan kembali barang yang sudah tidak
terpakai atau penggunaan barang - barang yang sudah tidak digunakan, jadi barang tersebut
dimanfaatkan kembali untuk pemakaian kedua dan seterusnya. Misalnya seperti menggunakan kertas
bekas untuk kertas corat-coret atau catatan keperluan sehari hari atau menggunakan sapu tangan yang
bisa digunakan kembali dibanding menggunakan kertas tissue yang hanya sekali pakai.
Recycle, yaitu mendaur ulang barang yang sudah tidak bisa digunakan menjadi barang yang lebih
memberikan manfaat. Contohnya dengan cara memisahkan barang yang berbahan organik dan an-
organik kemudian barang yang bukan organik seperti botol plastik bisa dikreasikan menjadi pot tanaman
atau kotak pensil dan barang yang berbahan organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos.

10. Kurangi Penggunaan Kertas

Pemakaian kertas yang berlebihan merupakan salah satu penyebab besar yang mempengaruhi
pemanasan global sebab dengan kita memakai banyak kertas berarti kita turut menghilangkan
(menebang) banyak pohon. Karena kertas berasal dari kayu. Sehingga, konsumsi kertas yang tinggi
menuntut penebangan pohon yang semakin banyak. Ini alasan mendetail mengapa kita harus
meminimalisir konsumsi kertas sebisa mungkin, demi kelestarian lingkungan. Oleh karena itu mulailah
dari sekarang untuk mengurangi penggunaan kertas misalnya gunakan kertas se-efisien mungkin.

Itulah 10 Cara Efektif Mengatasi Pemanasan Global. Cara mengatasi permasalahan pemanasan global
diatas merupakan cara yang kami anggap efektif untuk menyelamatkan bumi. Seandainya pemanasan
global tidak segera ditangani dengan baik maka akan menimbulkan dampak buruk pemanasan global
bagi para penghuni bumi. Oleh sebab itulah perlu bagi manusia untuk segera melakuakn langkah nyata
untuk mengatasi pemanasan global ini agar tidak semakin berdampak negatif bagi para penghuni bumi.

Anda mungkin juga menyukai