Karakteristik hukum
Menurut paham ini hukum dipandangnya hanya sebatas gejala normatif belaka. Positivisme
hukum memahami hukum sebagai sesuatu norma yg telah dinyatakan sebagai hukum (as
posited/seperti yang dikemukakan) yang diakui dalam suatu sistem hukum tertentu.
Dalam optik positivis, tiada hukum lain kecuali perintah penguasa (law is a command of the
lawgivers) yg bersifat memaksa” sebagaimana diteorikan John Austin. Bahkan, “hukum itu
harus dipisahkan dari anasir-anasir non hukum, yang berarti hukum harus terbebas dari
pengaruh sosiologi, sejarah, politik /moralitas. Hukum itu adalah sebagai mana adanya, yaitu
terdapat dalam berbagai peraturan yang ada”
positivisme hukum adalah aliran pemikiran hukum yang memberi penegasan terhadap bentuk
hukum (UU), isi hukum (sanksi, perintah, kewajiban dan kedaulatan) dan sistematisasi norma
hukum (hierarki norma hukum Kelsen)”.
3. Paham sociological-jurisprudensi
Paham Sociological Jurisprudence adalah paham yang sangat dipengaruhi paham realisme
hukum Oliver Holmes. Aliran Sociological Jurisprudence mengemukakan bahwa hukum positif
yang ditetapkan oleh penguasa adalah baik jikalau sesuai dengan hukum yang lahir (tumbuh)
dalam masyarakat (living law). Oleh sebab itu, aliran ini mencanangkan inti pokok gagasannya
yaitu bahwa “Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat
Eugen Ehrlich memandang semua hukum sebaga hukum sosial, tetep dalam arti bahwa semua
hubungan hukum ditandai oleh faktor2 sosial ekonomis. Menurutnya juga , terdapat perbedaan
antara hukum positif di satu pihak dengan hukum yang hidup dalam masyarakat di lain pihak.
Hkm positif baru akan memiliki daya berlaku yg efektif apabila berisikan /selaras dgn hkm
yg hidup dlm masyarakat tadi.
Bagi Ehrlich: hkm tunduk pd kekuatan2 sosial tertentu / sesuai kenyataan hkm masyarakat.