Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI KELENGKAPAN LEMBAR DATA


KESELAMATAN (LDK) BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN (B3) DI RSUPN DR. CIPTO
MANGUNKUSUMO

LAPORAN TUGAS KHUSUS


PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI
RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Dwi Putri Rahmawati NPM.1706127833


Hutami Serena K. NPM.1706127903

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
DEPOK
NOVEMBER 2018
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berbagai produk yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di


RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan salah satu kebutuhan utama
Rumah Sakit baik untuk keperluan medis maupun non medis. Salah satu upaya
yang dilakukan RSCM sebagai bentuk Kendali Mutu dan Kendali Biaya (KMKB)
adalah dengan memproduksi handrub dan chlorhexidin 2% dalam IPA untuk
keperluan internal RSCM. Kedua produk tersebut mengandung Bahan Berbahaya
dan Beracun sehingga dalam pengelolaannya diperlukan adanya LDK sebagai
pedoman bagi pengguna. Adapun komponen yang tercantum dalam LDK produk
handrub dan chlorhexidin 2% dalam IPAakan dijelaskan lebih lanjut pada Bab ini.

4.1. Handrub
1. Identifikasi Senyawa
Nama produk berdasarkan Globally Harmonized System of
Classification and Labelling of Chemicals (GHS) adalah handrub.
Produk ini digunakan untuk tujuan penggunaan luar sebagai
Antiseptik bagi kulit dan tangan.Produk ini diproduksi oleh Instalasi
Produksi, Instalasi Farmasi RSCM.

2. Identifikasi Bahaya
Berdasarkan sifat dan risiko bahaya, produk handrub
diklasifikasikan sebagai cairan mudah terbakar kategori 2, mengiritasi
kulit kategori 2A, dan berbahaya bagi kehidupan air kategori 3.
Simbol bahaya yang digunakan adalah sebagai berikut:
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
 Terbakar karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;
 Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber
nyala api;
 Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
 Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah
yang berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau
udara lembab;
 Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0oC
dan titik didih lebih rendah atau sama dengan 35oC;
 Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC – 21oC
Pernyataan bahaya dari produk ini adalah sebagai berikut:
 Menyebabkan iritasi mata serius
 Cairan dan uap yang sangat mudah terbakar
 Efek jangka panjang berbahaya bagi kehidupan perairan

3. Komposisi / Informasi tentang Bahan Penyusun Senyawa Tunggal


Nama bahan Nomor CAS Konsentrasi
Ethanol 64-17-5 84,20 ml
Hidrogen Peroksida (H2O2) 7722-84-1 4,17 ml
Glyserin 56-81-5 q.s
Pewangi - q.s
Aquadest - ad 100

4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan


Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan
B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya (Presiden RI, 2001). Oleh sebab
itu ketika terjadi kecelakaan B3, penting untuk mengetahui tindakan
pertolongan pertama yang harus dilakukan sehingga aman bagi
penolong maupun korban.
Informasi mengenai tindakan pertolongan pertama ini terdapat pada
LDK dari setiap produk. Untuk produk Handrub sendiri, tindakan
pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
 Terhirup: pindahkan orang yang terkontaminasi ke tempat udara
segar, hilangkan semua benda yang dapat menghambat jalan napas,
lakukan CPR jika dibutuhkan.
 Kena mata: segera bilas/cuci mata dengan air selama 15 menit.
Segera dapatkan pertolongan medis.
 Tertelan: jangan dipaksa untuk muntah, cuci mulut orang yang
terpapar, berikan segelas air untuk diminum. Jangan berikan air
pada orang yang tidak sadarkan diri. Pastikan korban istirahat dan
segera dapatkan pertolongan medis.
Jika terjadi paparan etanol akut atau berulang maka pertolongan
yang dapat dilakukan adalah :
 Pasien intoleran yang tertelan produk ini biasanya memerlukan
perawatan suportif seperti penggantian cairan dan koreksi nutrisi
magnesium, tiamin piridoksin, Vitamin C dan K).
 Pada pasien yang tidak sadarkan diri (pingsan) harus diperhatikan
jalan napas, pernapasan, sirkulasi, obat-obatan penting (glukosa,
tiamin).
 Dekontaminas tidak dibutuhkan jika korban menelan produk leboh
dari 1 jam, berikan obat pencahar dan karbon aktif.

5. Tindakan Pemadaman Kebakaran


Ketika terjadi kebakaran B3, alat dan prosedur pemadaman
kebakaran harus sangat diperhatikan. Hal ini karena setiap B3
memiliki sifat yang berbeda, oleh sebab itu prosedur pemadamannya
pun harus disesuaikan dengan sifat dari setiap B3. Jika terjadi
kebakaran yang disebabkan oleh produk Handrub maka media
pemadaman yang sesuai adalah busa (alkohol stable foam), karbon
dioksida, serbuk kering, water spray atau fog (jika terjadi kebakaran
besar). Jika terjadi kebakaran prosedur yang harus dilaukan personil
pemadam kebakaran adalah sebagai berikut:
 Sterilkan area kebakaran dengan memberikan pembatas pada area dan
memberitahukan sekitar.
 Mungkin terjadi ledakan yang keras
 Kenakan alat bantu pernapasandansarung tangan pelindung jika
terjadi kebakaran.
 Cegah agar tumpahan tidak memasuki saluran air atau saluran air.
 Pertimbangkan evakuasi (atau lindungi di tempat).
 Padamkan api dari jarak yang aman, dengan peralatan dan
perlindungan yang memadai.
 Jika memungkinkan, matikan peralatan listrik hingga bahaya
kebakaranhilang.
 Gunakan air untuk memadamkan api.
 Jangan mendekati wadah yang panas.
 Dinginkan wadah yang terkena api dengan semprotan air.
 Jika memungkinkan, jauhkan wadah dari sumber api.

6. Tindakan Penanggulangan jika terjadi Tumpahan dan Kebocoran


Jika terjadi tumpahan produk B3 maka prosedur dan alat yang
digunakan khusus dan berbeda dengan tumpahan produk pada umumnya.
Hal ini karena produk B3 sudah dipastikan berbahaya dan beracun,
sehingga perlu diperhatikan keselamatan dan keamanan dari petugas yang
menangani tumpahan produk B3. Ketika terjadi tumpahan handrub di area
kerja, maka prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
 Tumpahan kecil:
a. Jauhkan seluruh sumber api dari area tumpahan
b. Bersihkan area tumpahan dengan segera
c. Hindari kontak produk dengan kulit dan mata, serta hindari
menghirup uap alkohol.
d. Gunakan alat pelindung
e. Serap tumpahan dengan menggunakan lap pembersih atau
bahan lain yang dapat menyerap cairan.
f. Lap area tumpahan dengan kain bersih
g. Simpan / buang tumpahan pada wadah yang tertutup rapat
dan disegel.
 Tumpahan Besar (banyak)

a. Matikan semua sumber yang dapat memicu kebakaran.


b. Amankan area dari semua petugas yang tidak terlindungi.
c. Gunakan alat pelindung diri untuk mencegah kontaminasi
terhadap mata dan kulit, serta untuk mencegah terhirupnya
uap yang terjadi.
d. Tingkatkan sirkulasi udara di area tumpahan
e. Cegah agar tumpahan tidak mengalir ke saluran air
f. Gunakan lap pembersih atau bahan lain yang dapat
menyerap cairan, jika kurang efektif maka gunakah tanah,
pasir atau bahan – bahan inert lainnya untuk mengurangi
meluasnya tumpahan
g. Cuci area tumpahan dengan detergen dan bilas dengan air
bersih
h. Simpan/buang tumpahan atau alat yang digunakan untuk
mengatasi tumpahan ke dalam wadah yang tertutup dan
terkunci rapat.

7. Penanganan dan Penyimpanan


Produk handrub sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk (<25oC),
kering, dan memiliki sirkulasi udara yang baik. Hindari paparan matahari
langsung pada produk handrub. Simpan produk handrub terpisah atau jauh
dari bahan-bahan yang bersifat pengoksidasi. Jauhkan pula dari sumber api
dan percikan api serta pastikan wadah tertutup rapat untuk menghindari
tumpahan. Penyimpanan produk handrub juga harus disertasi dengan LDK
sesuai dengan PP No 74 Tahun 2001. Selain itu, beberapa hal yang harus
diperhatikan ketika menangani produk handrub adalah sebagai berikut:
 Jauhkan dari sumber api
 Batasi semua kontak pribadi yang tidak perlu.
 Kenakan pakaian pelindung saat risiko paparan terjadi.
 Gunakan di area yang berventilasi baik.
 Saat menangani JANGAN makan, minum atau merokok.
 Hindari kerusakan fisik pada container penyimpanan.
 Amati rekomendasi penyimpanan dan penanganan pabrikan yang
ada dalam LDK

8. Kontrol Paparan/Perlindungan Diri


Australia Exposure Standar (AES) menentukan OELs
(Occupational Environment Standards) untuk kandungan ethyl alcohol
dan glycerol dalam produk handrub. Berdasarkan AES standar TWA
(Time- Weighted-Average) ethyl alcohol sebesar 1880 mg/m3 / 1000 ppm
dan glycerol sebesar 10 mg/m3 per 8 jam kerja setiap harinya. Penanganan
produk handrub dalam jumlah besar memerlukan perlindungan diri bagi
petugas, alat pelindung diri yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
 Perlindungan pernapasan
 Perlindungan tangan : Gunakan sarung tangan pelindung
 Perlindungan mata : Gunakan kacamata dengan pelindung,
sediakan fasilitas eyewash
 Perlindungan tubuh: Gunakan pakaian pelindung untuk produksi

9. Sifat Fisika dan Kimia


Sifat fisika dan kimia dari produk Handrub adalah sebagai berikut:
Penampilan dan bau Larutan jernih yang beraroma alkohol
Ph 6-8.5
Berat jenis/ densitas spesifik -
Titik didih 78oC
Titik nyala 21° C
Kelarutan -
Densitas 0,845-0,854 g/ml
Flammable Limits 17,5oC – 24,5oC (tergantung
terendah/tertinggi konsentrasi alkohol)
10. Stabilitas dan Reaktivitas
Stabilitas dan reaktivitas dari produk Handrub adalah sebagai berikut:
 Reaktivitas: Tidak ada bahan reaktivitas yang diketahui
 Stabilitas kimia: Stabil selama dalam kondisi penyimpanan dan
penggunaan yang sesuai
 Reaksi berbahaya yang mungkin di bawah kondisi spesifik/khusus:
Tidak diketahui
 Kondisi yang harus dihindari: Hindari panas, api dan sumber api
lainnya
 Bahan yang harus dihindari: Oksidator kuat
 Produk berbahaya hasil penguraian: Karbon dioksida dan nitrogen

11. Informasi Toksikologi


Informasi toksikologi menjelaskan sifat racun produk terhadap
tubuh berdasarkan analisis kimiawi medis. Sifat-sifat racun yang mungkin
pada tubuh berdasarkan hasil pengujian secara medis dan maupun hasil
laporan yang pernah diterima. Efek toksik atau efek beracun dari
penggunaan handrub berkaitan dengan kandungan ethanol yang ada pada
produk ini. Efek toksik yang ditimbulkan dapat berupa efek toksik akut
dan efek toksik kronis. Efek toksik akut adalah efek toksik yang
disebabkan oleh paparan terhadap zat kimia selama kurang dari 24 jam,
sedangkan efek toksik kronis adalah efek toksik yang disebabkan oleh
paparan berulang atau berkelanjutan terhadap suatu zat kimia dalam waktu
yang cukup lama.
Paparan produk handrub dapat melalui kontak mata, inhalasi, dan
tertelan. Efek akut dari menghirup handrub konsentrasi tinggi adalah iritasi
paru, termasuk batuk disertai mual, depresi sistem saraf pusat - ditandai
dengan sakit kepala dan pusing, kelelahan dan kehilangan keseimbangan.
Tertelan produk handrub secara tidak sengaja dapat menyebabkan mual,
muntah, perdarahan saluran cerna, sakit perut dan diare. Paparan
melalukontak mata dengan produk ini dapat menyebabkan iritasi mata
yang ditandai dengan kemerahan pada mata, paparan berulang atau
berkepanjangan dapat menyebabkan konjungtivitis.Paparan jangka panjang
terhadap kandungan etanol pada produk ini dapat menyebabkan efek
kronis berupa kerusakan hati progresif dengan fibrosis.

12. Informasi Ekologi


Informasi ekologi memberikan informasi mengenai bahaya produk
terhadap lingkungan, dampaknya bagi lingkungan, degradasi, dan
bioakumulasi dari produk tersebut. Informasi mengenai sifat beracun
produk handrub terhadap lingkungan tidak banyak diketahui, namun
produk handrub sebaiknya tidak mencemari saluran air ataupun sumber
air. Hal ini karena produk handrub berbahaya bagi kehidupan air, dan
paparan jangka panjang dapat menyebakan efek tidak diinginkan terhadap
ekosistem air. Kemampuan penguraian produk ini oleh lingkungan rendah,
oleh sebab itu paparan produk terhadap lingkungan dalam jangka waktu
panjang dapat merusak lingkungan. Produk handrub tidak memiliki
potensi bioakumulasi dan mobilitas produk dalam tanah rendah.

13. Pembuangan Limbah


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah produk handrub
dapat berupa limbah cair dan limbah padat. Limbah cair produk handrub
dapat berupa tumpahan handrub atau produk handrub yang melewati batas
expired date. Bila terjadi tumpahan handrub maka lakukanlah prosedur
pada bagian 6. Sedangkan limbah padat produk handrub dapat berupa
bekas kemasan handrub. Pemusnahan limbah produk handrub dapat
menggunakan insenerator atau dengan cara ditimbun.

14. Pertimbangan Transportasi


Transportasi atau pengangkutan produk B3 tidaklah sama dengan
pengangkutan produk lainnya. Pengankutan produk B3 memiliki prosedur
khusus dan harus memenuhi persyaratan Internasional. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pengangkutan antara lain : nama dan jenis transportasi,
tanda kelas bahaya bahan, tanda label (yang tertera pada bab 3 identifikasi
bahaya), tanda merk, prosedur darurat akibat kecelakaan, prosedur
penanganan awal yang harus dilakukan selama tranportasi, prosedur
pengangkutan produk handrub sendiri dibedakan menjadi pengangkutan
darat, air, dan udara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 90 tahun
2013 Tentang Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya, setiap paket
barang berbahaya harus dilakukan pelabelan dan penandaan. Pelabelan
dapat dilakukan menggunakan label barang berbahaya. Label yang
digunakan dalam pengangkutan produk handrub melalui jalur apapun
adalah sebagai berikut:

Sedangkan penandaan dalam pengangkutan barang berbahaya terdiri dari:


 nama barang berbahaya (proper shipping name);
 nomor UN (172V number);
 jumlah bersih (nett quantity) barang berbahaya dalam kemasan;
 nama dan alamat lengkap pengirim;
 nama dan alamat lengkap penerima; dan
 kode spesifikasi kemasan UN (UNSpecification Packaging Code).
Nama pengiriman produk handrub sesuai persyaratan international yaitu
ETHANOL (ETHYL ALCOHOL) or ETHANOL SOLUTION (ETHYL
ALCOHOL SOLUTION) dengan nomor UN 1170.
15. Informasi yang Berkaitan dengan Regulasi
Informasi yang terdapat dalam Lembar Data Keselamatan produk Handrub
RSCM disusun sesuai dengan Peraturan Komisi REACH (UE) No
453/2010 (yang mengubah Regulasi (EC) No 1907/2006)

4.2. Chlorhexidine 2 % dalam Isopropil Alkohol (IPA)

1. Identifikasi Senyawa
Larutan Chlorhexidin 2% merupakan antiseptic yang digunakan
pada kulit sebelum prosedur pembedahan.Larutan ini mengandung
Chlorhexidin 2% dan Isoproil alcohol 70%.Produk ini merupakan
salah satu yang diproduksi oleh Unit Produksi Instalasi Farmasi
RSCM.
2. Identifikasi Bahaya
Berdasarkan sifat dan risiko bahaya, produk Chlorhexidin 2%
dalam IPA diklasifikasikan sebagai cairan mudah terbakar kategori 2,
menyebabkan iritasi/kerusakan mata serius kategori 2 dan toksisitas
sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal kategori 3.
Simbol bahaya yang digunakan adalah sebagai berikut:

Simbol berupa gambar tanda seru berwarna hitam menunjukkan


bahan tersebut dapat menyebabkan iritasi (irritant)dan simbol berupa
gambar nyala api berwarna putih dan hitam menunjukkan bahan
tersebut mudah menyala (flammable).

Simbol iritant menunjukkan suatu bahan yang memiliki


karakteristik sebagai berikut :
 Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung
dan/atau terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat
menyebabkan iritasi atau peradangan;
 Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan
tunggal dapat menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau
pusing;
 Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada
kulit; dan/atau Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat
menyebabkan iritasi serius pada mata
Sementara simbol flammable menunjukkan suatu bahan yang
memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Terbakar karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;
 Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala
api;
 Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
 Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang
berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau udara
lembab;
 Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0 oC dan
titik didih lebih rendah atau sama dengan 35oC;
 Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC – 21oC
Pernyataan bahaya dari produk ini adalah sebagai berikut:
 Menyebabkan iritasi mata serius
 Cairan dan uap yang sangat mudah terbakar
 Dapat menyebabkan rasa kantuk dan pusing

3. Komposisi / Informasi tentang Bahan Penyusun Senyawa Tunggal


Nama bahan Nomor CAS Konsentrasi
Isopropanol Alkohol 67-63-0 70%
Chlorhexidine Gluconate 18472-51-0 2%
Air 7732-18-5 q.s 100%
4. Tindakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
Pada LDK juga dijelaskan mengenai tidakan pertolongan pertama
pada kecelakaan. Tindakan yang dapat dilakukan apabila terjadi
kecelakaan kerja saat menggunakan Chlorhexidin 2% dalam IPA
diantaranya :
 Jika terhirup maka pindahkan korban ke ruang terbuka/ udara segar
dan berikan bantuan nafas jika memang dibutuhkan
 Jika tertelan, berikan korban segelas air minum dan jangan paksa
korban untuk muntah ataupun memberikan air minum pada korban
yang tidak sadarkan diri. Segeralah mencari pertolongan medis.
 Jika kontak dengan mata maka segeralah membilas atau mencuci
mata selama 15 menit dan segera mencari pertolongan medis

5. Tindakan Pemadaman Kebakaran


Jika terjadi kebakaran maka gunakan agen pemadam kebakaran
yang cocok untuk cairan yang mudah terbakar seperti bahan kimia
kering atau karbon dioksida untuk memadamkan api. Bahan campuran
dalam Chlorhexidine 2 % IPA juga dapat menimbulkan bahaya
khusus yaitu pada kontaier yang tertutup dapat meningkatkan tekanan
dan menyebabkan ledakan.
Jika terjadi kebakaran prosedur yang harus dilakukan oleh personil
pemadaman kebakaran diantaranya adalah menjauhkan wadah berisi
B3 dari sumber api dan jaga agar wadah tetap dingin dengan
meyiramkan wadah dengan air. Hal ini dilakukan untuk mencegah
wadah mengalami pemanasan yang berlebih yang dapat menimbulkan
ledakan. Semua prosedur dilakukan oleh personil dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti masker wajah dan alat bantu
pernapasan mandiri jika terpapar produk uap atau pembakaran.
6. Tindakan Penanggulangan jika Terjadi Tumpahan dan Kobocoran
Pada saat terjadi tumpahan atau kebocoran pada produk B3,
langkah-langkah pencegahan diri, alat pelindung dan prosedur tanggap
darurat yang harus dilakukan diantaranya :
 Jauhkan dari sumber api dengan tidak merokok. Lakukan tindakan
pencegahan terhadap muatan listrik statik. Ventilasi atau sirkulasi
udara di sekitar area harus baik.
 Jika terjadi tumpahan dalam skala kecil maka langkah yang
dilakukan adalah dengan menjauhkan segala sumber api dari area
tumpahan lalu bersihkan area tumpahan dengan cara menyerap
tumpahan dengan menggunakan lap pembersih atau bahan lain
yang dapat menyerap cairan
 Jika terjadi tumpahan dalam skala besar maka langkah yang
terlebih dahulu dilakukan oleh personil adalah menggunakan alat
pelindung diri untuk mencegah kontak dengan kulit dan mata serta
hirupan uap. Langkah selanjutnya adalah dengan menjauhkan
segala sumber api dari area tumpahan bahan dan tingkatkan
sirkulasi udara di area tumpahan. Lalu gunakan lap pembersih atau
bahan yang dapat menyerap cairan, jika kurang efektif maka dapat
menggunakan tanah, pasir, atau bahan-bahan inert lainnya untuk
mengurangi meluasnya tumpahan. Langkah terakhir adalah
membilas area tumpahan dengan detergen dan air bersih untuk
menghilangkan kontaminasi dan membuang tumpahan serta alat
yang digunakan untuk mengatasi tumpahan ke dalam wadah yang
tertutup.

7. Penanganan dan Penyimpanan


Penanganan dan penyimpanan produk cholrhexidin 2% dalam IPA
juga harus tepat karena kesalahan dalam penanganan dan
penyimpanan produk berbahan B3 dapat menimbulkan resiko yang
membahayakan baik personil maupun lingkungan. Chlorhexidin 2%
dalam IPA sebaiknya disimpan di ruang bersuhu kurang dari 25°C,
ruangan dengan sirkulasi udara yang baik dan disimpan dalam wadah
yang tertutup rapat untuk menghindari penguapan dan kebocoran.
Penyimpanan chlorhexidin 2% dalam IPA juga harus terpisah dan
dijauhkan dari bahan lain yang bersifat mudah terbakar, zat yang
bersifat asam dan zat pengoksidasi (seperti chlorine, asam kromat dan
lain-lain).

8. Kontrol Paparan / Perlindungan Diri


Chlorhexidin 2% dalam IPA selain mengandung chlorhexidine
gluconate juga mengandung isopropyl alcohol. ACGIH (American
Conference of Governmental Industrial Hygienists) dan Australia
OELs (Occupational Environment Standards) menentukan batas
paparan untuk bahan ini. Berdasarkan ACGIH standar TWA (Time-
Weighted-Average) isopropyl alcohol adalah 200 ppm dan standar
STEL (Short Term Exposure Limit) adalah 400 ppm. Sementara
menurut Australia OELs standar TWA isopropyl alcohol adalah 400
ppm dengan batas waktu paparan 8 jam per hari dan standar STEL
adalah 500 ppm dengan batas waktu paparaan 15 menit.
Tindakan perlindungan diri seperti penggunaan alat pelindung diri
yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
 Perlindungan pernapasan :
Penilaian eksposur mungkin diperlukan untuk memutuskan apakah
respirator diperlukan.Jika respirator diperlukan, gunakan respirator
sebagai bagian dari program perlindungan pernafasan
penuh.Pertahankan konsentrasi dibawah batas paparan yang
disarankan dan gunakan ventilasi yang memadai.Dalam konsentrasi
uap tinggi yang cenderung melebihi 500ppm, gunakan respirator
uap organik yang disetujui.
 Perlindungan mata :
Hindari kontak mata. Jika tumpahan atau percikan mungkin terjadi
selama penanganan, kenakan kacamata atau pelindung wajah.
9. Sifat Fisika dan Kimia
Sifat fisika dan kimia chlorhexidin 2% dalam IPA adalah sebagai
berikut :
Penampilan dan bau Larutan jernih yang beraroma alkohol
Ph 5-8 pada suhu 25° C
Berat jenis/ densitas spesifik 0.855 -0.899 g/ml
Titik didih 80° C - 100° C
Titik nyala 13° C
Kelarutan Kelarutan 100% dalam air
Densitas 0,827 – 0,887 g/ml
Flammable Limits (LEL) 2% volume
Flammable Limits (UEL) 12% volume

10. Stabilitas dan Reaktivitas


Lembar Data Keselamatan B3 juga mencantumkan stabilitas dan
reaktivitas produk dengan bahan lain. Adapun data stabilitas dan
reaktivitas produk Chlorhexidin 2% dalam IPA adalah sebagai
berikut:
 Stabilitas kimia : produk chlorhexidin 2% dalam IPA tergolong
produk yang stabil secara kimia jika disimpan pada kondisi
penyimpanan yang sesuai standar
 Reaksi berbahaya yang mungkin terjadi : chlorhexidin 2% dalam
IPA akan bereaksi dengan zat pengoksidasi kuat
 Bahan yang harus dihindari : seperti sudah disebutkan sebelumnya
bahwa produk Chlorhexidin 2% dalam IPA akan bereaksi dengan
zat pengoksidasi kuat maka dari itu kedua tersebut harus dihindari.
 Produk berbahaya hasil penguraian : pembakaran dari produk
chlorhexidin 2% dalam IPA dapat menghasilkan karbon monoksida
dan/atau karbon dioksida.

11. Informasi Toksikologi


Informasi toksikologi pada Lembar data Keselamatan menyajikan
data sifat racun suatu produk seperti: efek lokal, pemaparan akut, dan
kronik, termasuk efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan
interaksi bahan dengan obat, alcohol. Informasi toksikologi dari
produk chlorhexidin 2% dalam IPA diantaranya :
 Toksisitas Akut
Nama Bahan Rute Paparan Spesies Nilai Toksisitas
Hewan Uji
Produk secara Per oral / tertelan Tidak tersedia
keseluruhan data, terhitung
nilai ATE (Acute
Toxicity
Estimate) > 5000
mg/kg
Isopropil Alkohol Kontak dengan kulit Kelinci LD50 12870
mg/kg
Penghirupan (4 jam) Tikus LC 50 72,6 mg/l
Per oral / tertelan Tikus LD 50 4710
mg/kg
Chlorhexidin Kontak dengan kulit Kelinci LD 50 > 5000
Gluconate mg/kg
Per oral / tertelan Tikus LD 50 2000
mg/kg

 Korosi / Iritasi Kulit

Nama Bahan Spesies Hewan Uji Nilai Toksisitas


Isopropil Alkohol Pada berbagai spesies Tidak terjadi iritasi yang
hewan signifikan
Chlorhexidin Kelinci Tidak terjadi iritasi yang
Gluconate signifikan

 Kerusakan Mata Serius / Iritasi Mata

Nama Bahan Spesies Hewan Uji Nilai Toksisitas


Isopropil Alkohol Kelinci Iritasi parah
Chlorhexidin Kelinci Korosif
Gluconate

 Sensitisasi Saluran Pernapasan atau pada Kulit

Nama Bahan Spesies Hewan Uji Nilai Toksisitas


Isopropil Alkohol Babi Tidak terjadi sensitisasi pada kulit
Chlorhexidin Hewan dan manusia Beberapa data positif ada, tetapi
Gluconate datanya tidakcukup
untukklasifikasi
Informasi mengenai sensitisasi saluran pernapasan untuk
komponen yang terkandung dalam produk Chlorhexidin 2% dalam
IPA tidak tersedia.
 Mutagenisitas
Bahan campuran yang terkandung dalam Chlorhexidine 2% dalam
IPA tidak bersifat mutagenik
 Karsinogenisitas
Bahan campuran yang terkandung dalam Chlorhexidine 2% dalam
IPA tidak bersifat karsinogen

12. Informasi Ekologi


Informasi ekologi memberikan informasi mengenai bahaya produk
terhadap lingkungan, dampaknya bagi lingkungan, degradasi, dan
bioakumulasi dari produk tersebut. Adapun informasi ekologi untuk
produk Chlorhexidin 2% dalam IPA, yaitu :
 Ekotoksisitas
Berdasarkan standar GHS produk Chlorhexidin 2% dalam IPA
termasuk kategori GHS akut 2 yang artinya dapat menyebabkan
toksik bagi lingkungan perairan dan termasuk GHS kronik 2 yang
artinya bahan ini dapat menyebabkan toksik bagi lingkungan
perairan dengan efek jangka panjang.
 Persistensi dan penguraian oleh lingkungan
Tingkat eliminasi isopropyl alcohol >90%.Bahan tergolong mudah
terurai oleh lingkungan.
 Potensi bioakumulasi
Data tidak tersedia
 Mobilitas dalam tanah
Data tidak tersedia
 Efek merugikan lainnya
Data tidak tersedia
13. Pembuangan Limbah
Metode pembuangan limbah untuk produk ini dilakukan secara
terkendali dengan mengikuti peraturan regional yang berlaku.Wadah
kosong bekas produk ini harus didekontaminasi dengan pembilasan
menggunakan air sebelum wadah tersebut dibuang.

14. Informasi Transportasi


Pengangkutan produk B3 memiliki prosedur khusus dan harus
memenuhi persyaratan Internasional. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pengangkutan antara lain : nama dan jenis transportasi, tanda
kelas bahaya bahan, tanda label (yang tertera pada bab 3 identifikasi
bahaya), tanda merk, prosedur darurat akibat kecelakaan, prosedur
penanganan awal yang harus dilakukan selama tranportasi, prosedur
pengangkutan produk yang dibedakan menjadi pengangkutan darat,
air, dan udara. Nama pengiriman produk Chlorhexidin 2% dalam IPA
sesuai dengan persyaratan internasional yaitu ISOPROPANOL
(ISOPROPIL ALKOHOL) dengan nomor UN 1219. Kelas bahaya
pengangkutan produk ini adalah kelas 3 yang artinya cairan mudah
terbakar (Flammable liquid) dan termasuk kelompok pengemasan
kelas II yang artinya produk ini memiliki tingkat bahaya medium.

15. Informasi yang Berkaitan dengan Regulasi


Informasi yang terdapat dalam Lembar Data Keselamatan produk
Chlorhexidin 2% dalam IPA disusun sesuai dengan Australian
Dangerous Goods Code
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sebanyak 54 lembar data keselamatan bahan berbahaya dan beracun di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sudah dievaluasi dan dilengkapi sesuai dengan
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2009 yang
menerapkan Sistem Harmonisasi Global.

5.2 Saran
Lembar data keselamatan bahan berbahaya dan beracun di RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo yang sudah sesuai dengan Sistem Harmonisasi Global
masih terbatas. Oleh sebab itu perlu dilakukan evaluasi kelengkapan LDK secara
menyeluruh untuk semua bahan berbahaya dan beracun di Dr. Cipto
Mangunkusumo.
Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Waste Anasthetic Gases Occupational Hazards in Hospitals.


NIOSH Publication

Anonim. 2011. NIOSH List of Hazardous Drugs in Healthcare Settings Allows


Healthcare Workers to Minimize Exposure and Rescue Health Risks.
NIOSH Publication

Anonim. 2013. Material Safety Data Sheet Chlorhexidine 2% In Isopropyl


Alcohol 70%. Perrigo : Australia

Anonim. 2015. Safety Data Sheet Chlorhexidine Solution 2%. First Priority

Anonim. 2015. Safety Data Sheet Microshield Handrub. Australia: Schulke


Australia.
Anonim. 2017. Safety Data Sheet Alcohol Skin Antiseptics. 3M Company :
Australia

Health and Safety Authority. 2018. Safety Data Sheets for Hazardous Chemicals:
Information Sheet. Irlandia: Health and Safety Authority.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015.
http://sib3pop.menlhk.go.id/index.php/articles/view?slug=informasi-b3.
Diakses pada 14 November 2018
Menteri Lingkungan Hidup. 2008. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 03 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label
Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Menteri Negara Lingkungan
Hidup.
Presiden Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta: Presiden
Republik Indonesia.
Stellman, Jeanne. 2011. Overview of Chemical Hazards in Health Care.
http://www.iloencyclopaedia.org/part-xvii-65263/health-care-facilities-
and-services/chemicals/overview-of-chemical-hazards-in-health-care
diakses pada 21 November 2018

Anda mungkin juga menyukai