Anda di halaman 1dari 97

ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB AKHLAQ

LIL BANIN KARYA SYAIKH UMAR BIN AHMAD BARAJA’

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

LAILATUL ASFUFAH

NIM 11114333

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2019
ii
ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB AKHLAQ

LIL BANIN KARYA SYAIKH UMAR BIN AHMAD BARAJA’

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

LAILATUL ASFUFAH

NIM 11114333

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2019

iii
iv
v
vi
MOTTO

‫ج ِمنَّا اِلَى َكثِْي ٍر ِم َن ال ِْعل ِْم‬


ُ ‫َح َو‬
ْ‫بأ‬ِ ‫نَ ْح ُن اِلَى قَلِ ْي ٍل ِم َن االَ َد‬

“Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding ilmu (meskipun)

banyak”

vii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak Muhammad Said dan Ibu Mujawaroh tercinta sebagai orang tua penulis

yang telah mendidik, memberikan kasih sayang serta mendoakan.

2. Kakak kandung penulis Ahmad Choirul Anwar, yang tak hentinya

mendukungku.

3. Terimakasih kepada Pakdhe Sahsin Maryanto dan Budhe Solikhah yang selalu

mendukungku dalam menempuh perkuliahan.

4. Terimakasih kepada paman Falakhun Nindhom atas semua motivasi, saran

dan do‟anya.

5. Terimakasih kepada guru-guru penulis, terkhusus kepada bapak Drs. K.H.

Nasafi, M. Pd dan Ibu Ny. Hj. Asfiyah atas barokah ilmu dan do‟anya. Serta

keluarga dhalem, neng Rina, Gus Rifki, Gus Azmi, Gus Edo, Gus Rijal dan

neng Niswa.

6. Teman dekatku Evi, RD, Vivi, Si Bor (Tya) dan juga mbak Mida yang sudah

kuanggap kakak sendiri.

7. Seluruh teman-teman santriwan santriwati Nurul Asna Salatiga, khususnya

gedung khadijah. Lebih-lebih teman seperjungan Aripah, CPP (Dwi), bunda

Bila (Bu Desi), Kiki, mbak Rois, Iit, Awaliya, Cahyati, mas Deni, Farid, Sofil,

dan juga mbak Faza, mbak Laili serta mbak Isma.

8. Teman pembantu Luthfi, Wahab, Fajar, Asyar, Zail, Hisyam, Gus Alif.

viii
9. Teman-teman PPL SMPN 3 Salatiga (Sita, Erlina, Ulil, Adib, Nonik, Si Coy

(Hesti), Fadil, Mar‟atul, Rif‟atul, Finoy, Retno).

10. Keluarga Bapak Sumardi beserta Ibu Siti Fatimah Dongkelan dan juga teman-

teman KKN Alfi, mbah Mul, Ahonk (Ibnu), Feri, Dwi, Rizki, Ina, Enjang.

11. Terimakasih kepada keluarga besar MI Sudirman Telogosari atas dukungan

dan motivasinya.

12. Terimakasih kepada mas Muhammad Anwar Ghozali atas do‟a dan

dukungannya.

ix
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah

Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Etika Murid

terhadap Guru dalam Kitab Akhlaq Lil Banin Karya Syaikh Umar bin Ahmad

Baraja‟”

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad

SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan

menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang

dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang

benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam.

4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M. SI selaku dosen pembimbing.

5. Bapak Rasimin, S.Pd., M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak dan ibu dosen IAIN Salatiga yang telah menyalurkan Ilmunya kepada

penulis.

x
7. Bapak Drs.K.H. Nasafi, M. Pd. dan Ibu Ny Hj. Asfiyah atas barokah ilmu dan

do‟anya, beserta kelurga dalem.

8. Bapak, Ibu, kakak dan saudara-saudara tercinta yang telah memberikan

dukungan moril dan materil sehingga terselesaikannya skripsi ini.

9. Keluarga besar MI Sudirman Telogosari.

10. Semua pihak yang telah ikhlas dalam memberikan bantuan material maupun

spiritual dalam penulisan skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya biasa

memanjatkan doa kepada Allah Swt, semoga amal kebaikan yang tercurahkan

pada penulis diridhoi Allah Swt dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca lainnya. Dengan keterbatasan dan

kemampuan, penulis menyadari ketika skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 25 Februari 2019

Penulis

Lailatul Asfufah
NIM 111-14-333

xi
ABSTRAK

Asfufah, Lailatul. 2019. 11114333. Adab Murid Terhadap Guru Dalam


Kitab Akhlaq Lil Banin Karangan Umar Bin Ahmad Baraja‟. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah
Susilawati.

Kata Kunci: Adab Murid Terhadap Guru dan Kitab Akhlaq Lil Banin

Penelitian ini tentang Adab Murid Terhadap Guru dalam Kitab Akhlaq Lil
Banin Karangan Umar Bin Ahmad Baraja‟. Tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji adab murid terhadap guru
menurut Umar bin Ahmad Baraja‟ dalam kitab karangannya (akhlaq lil banin).
Pertanyaan yang ingin dijwab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana adab
murid terhadap guru dalam kitab akhlaq lil banin karya Syaikh Umar bin Ahmad
Baraja‟? (2) Bagaimana relevansi kitab akhlaq lil banin dengan adab murid
terhadap guru dalam pendidikan Islam?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti enggunakan jenis


penelitian studi pustakayang dilakukan dengan menghimpun dan menganalisis
data yang bersumber dari perpustakaan, dengan metode library research dan
literatur yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber data primer berupa kitab
Akhlaq Lil Banin karya Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja‟ dan analisis data yang
dilakukan yaitu: metode deduktif yang dilakukan dengan menganalisis bab III
pemmikiran Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja‟, kemudian menganalisis bab IV
tentang adab murid terhadap guru dalam kitab Akhlaq Lil Banin karya Syaikh
Umar Bin Ahmad Baraja‟ dan digunaka untuk mengetahui relevansi adab murid
terhadap guru dengan pendidikan Islam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut syaikh Umar bin Ahmad


Baraja‟ etika murid terhadap guru yang beliau tuliska didalam kitab akhlaq Ilil
banin jilid I yaitu, (1) Tawadhu‟, (2) jujur, (3) khusnudzan, (4) sabar, (5) sopan.
Paparan pendidikan akhlaq atau adab dalam kitab akhlaq lil banin jilid I sangat
relevan ketika diajarkan kepada murid dan menjadi pedoman dalam menuntut
ilmu khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam guna mencetak dan
membentuk manusia yang Islami yang sesuai syariat dan norma-norma sosial.

xii
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO IAIN ............................................................................... ii

JUDUL ............................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... vi

MOTTO ............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

ABSTRAK ........................................................................................................ xii

DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

E. Kajian Pustaka ................................................................................................ 5

F. Kajian Teori .................................................................................................... 8

G. Metode Penelitian ......................................................................................... 16

H. Sistematika Penulisan ................................................................................... 19

BAB II BIOGRAFI NASKAH .......................................................................... 20

xiii
A. Biografi Pengarang Kitab Akhlaq Lil Banin ................................................ 21

1. Latar Belakang Umar bin Ahmad Baraja‟ ............................................. 21

2. Kepribadian Umar bin Ahmad Baraja‟ dan Karya-karyanya ................. 24

3. Kiprah Dakwah Umar bin Ahmad Baraja‟ ............................................. 27

B. Sistematika Penulisan Kitab Akhlaq Lil Banin ............................................ 28

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 31

DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH UMAR BIN AHMAD BARAJA‟ ......... 31

1. Muqaddimah .......................................................................................... 31

2. Tentang Bagaimana Adab/ Perilaku Bagi seorang anak ........................ 31

3. Tentang Seorang Anak yang Beradab .................................................... 32

4. Tentang Seorang Anak yang Jelek Akhlaknya ...................................... 32

5. Tentang Seorang Anak Wajib Beradab Sejak Kecil .............................. 33

6. Tentang Allah Sifat Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi ............ 33

7. Tentang Seorang Anak yang Jujur ......................................................... 33

8. Tentang Seorang Anak yang Jujur ......................................................... 34

9. Tentang Anjuran untuk Mencintai Nabi Muhammad SAW .................. 35

10. Tentang Adab Seorang Anak ketika Berada di Rumah ......................... 35

11. Tentang Anjuran untuk Beradab dan Rajin ketika Berada di Rumah ..... 36

12. Tentang Betapa Besar Kasih Sayang Seorang Ibu ................................. 36

13. Tentang Adab Seorang Anak Terhadap Ibunya ..................................... 37

14. Tentang Anjuran kepada Seorag Anak untuk Berbakti kepada Ibunya . 37

15. Tentang Anjuran Menyayangi Seorang Ayah ........................................ 38

16. Tentang Adab Seorang Anak Laki-laki terhadap Ayahnya ................... 38

xiv
17. Tentang Kasih Sayang Seorang Ayah .................................................... 39

18. Tentang Adab Seorang Anak Laki-laki terhadap Saudara-saudaranya .. 40

19. Tentang Dua Saudara yang Saling Mencintai ........................................ 41

20. Tentang Adab Seorang Anak Laki-laki terhadap Kerabatnya ............... 41

21. Tentang Anjuran Beradab terhadap Kerabatnya .................................... 42

22. Tentang Adab Seorang Anak terhadap Pembantunya ............................ 43

23. Tentang Anak yang Suka Menyakiti Hati Orang Lain ........................... 44

24. Tentang Adab Seorang Anak terhadap Tetangganya ............................. 45

25. Tentang Anjuran Beradab terhadap Tetangganya .................................. 46

26. Tentang Anjuran Sebelum Berangkat ke Sekolah ................................. 46

27. Tentang Adab Berjalan di Jalan ............................................................. 47

28. Tentang Adab Seorang Pelajar di Sekolah ............................................. 48

29. Tentang Bagaimana Seorang Pelajar Menjaga Peralatan Sekolahnya? . 49

30. Tentang Bagaimana Seorang Pelajar Menjaga Peralatan Milik Sekolah? .49

31. Tentang Adab Seorang Pelajar kepada Gurunya ................................... 49

32. Tentang Adab Seorang Pelajar bersama Kawan-kawannya ................... 51

33. Tentang Nasihat (1) ................................................................................ 53

34. Tentang Nasihat (2) ................................................................................ 54

BAB IV ETIKA MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB AKHLAQ LIL

BANIN ............................................................................................................... 57

A. Etika Murid terhadap Guru dalam Kitab Akhlaq Lil Banin karya Syaikh Umar

bin Ahmad Baraja‟ ....................................................................................... 57

xv
B. Relevansi Etika Murid terhadap Guru dalam Kitab Akhlaq Lil Banin dengan

Pendidikan Islam .......................................................................................... 66

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 70

A. Kesimpulan .................................................................................................. 70

B. Saran ............................................................................................................. 71

C. Kata Penutup ................................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk Allah yang sempurna. Diciptakan oleh Allah

SWT dengan berbagai keistimewaan dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Akal merupakan salah satu keistimewaan yang dimiliki setiap manusia.

Dengan akal, manusia dapat memperoleh ilmu. Dengan ilmu tersebut manusia

dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Ilmu merupakan

sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh ketentraman hidup baik di

dunia maupun di akhirat kelak.

Ilmu menjadi sarana bagi setiap manusia untuk memperoleh

kesejahteraan dunia maupun akhirat, maka mencari ilmu hukumnya wajib.

Mengkaji ilmu itu merupakan pekerjaan mulia, karena banyak orang yang

keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu dengan didasari iman kepada Allah

SWT. Maka semua di bumi mendoakannya. Karena mencari ilmu itu

pekerjaan yang memerlukan perjuangan fisik dan akal, maka Nabi pernah

bersabda bahwa orang yang keluar untuk mencari ilmu akan mendapatkan

pertolongan dari Allah, karena Allah suka menolong orang yang mau bersusah

payah dalam menjalankan kewajiban agama (Juwariyah, 2010: 141).

Dalam mencari ilmu sendiri diperlukan adab dan etika terhadap guru

yang perlu diketahui oleh seorang murid. Adab dan etika murid dapat

diwujudkan dengan memberikan respon yang baik terhadap gurunya dalam

proses mencari ilmu.

1
Wajib atas seorang anak beradab/ beretika dengan adab/ etika yang

baik sejak kecil, agar kehidupannya disenangi banyak orang ketika ia dewasa

nanti. Allah SWT akan ridho padanya, dan keluarganya akan senantiasa

mencintainya.

Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang

diterima umum tentang sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Pada

hakikatnya moral menunjuk pada ukuran-ukuran yang telah diterima oleh

suatu komunitas, sementara etika umumnya lebih dikaitkan dengan prinsip-

prinsip yang dikembangkan diberbagai wacana etika (Manpan Drajat dan M.

Ridwan Effendi, 2014: 7).

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, banyak kalangan remaja

juga anak-anak kehilangan adab dan sopan santun. Adab kepaa guru, adab

kepada orang tua, adab kepada saudara bahkan kepada sesama.

Hadrotussyaikh K.H Hayim Asy‟ari juga berpendapat melalui kitab

karangannya “Adabul „Alim wal Muta‟allim”:

‫ج ِمنَّا اِلَى َكثِْي ٍر ِم َن ال ِْعل ِْم‬


ُ ‫َح َو‬
ْ‫بأ‬ِ ‫نَ ْح ُن اِلَى قَلِ ْي ٍل ِم َن االَ َد‬

Artinya: “Kita lebih membutuhkan adab (meskipun) sedikit dibanding

ilmu (meskipun) banyak”. Asy‟ari (1994: 10).

Sering kita mendengar bahwa di antara ciri yang membedakan manusia

dari binatang adalah akal atau ilmu, akan tetapi di atas ilmu ada yang lebih

urgen yakni adab/ etika. Sebab sebanyak apapun ilmu tanpa didasari dengan

adab/ etika yang baik maka akan menjerumuskan manusia dalam perilaku

yang kurang baik pula.

2
Secara historis, memang etika guru dan murid sedikit demi sedikit

sudah mulai terkikis oleh arus globalisasi. Banyak murid yang tidak

menghormati gurunya sehingga mengakibatkan ilmu yang dimiliki menjadi

tidak manfaat dan tidak barokah. Menyangkut hal ini, Sa‟id Hawwa (2006:

410) menegaskan bahwa, “Etika yang buruk membuat seseorang mustahil bisa

mengambil ilmu dan manfaat dari para syekhnya”. Dengan kata lain, seorang

murid harus senantiasa menghormati gurunya agar mendapatkan ilmu yang

manfaat dan barokah. Begitupun sebaliknya, guru harus senantiasa

menyayangi dan membimbing muridnya seperti anaknya sendiri sehingga

tugasnya sebagai pendidik tersampaikan dengan baik.

Dari banyaknya kitab yang membahas tentang pendidikan adab,

penulis memilih kitab akhlaq lil banin sebagai rujukan dan juga analisis adab

murid terhadap guru. Akhlaq lil banin merupakan kitab yang dikarang oleh

seorang ulama‟ yang bernama Umar bin Ahmad Baraja‟.

Dari kitabnya tersebut Umar bin Ahmad Baraja‟ memberikan

gambaran tentang bagaimana adab yang baik seorang murid terhadap gurunya.

Beliau berpesan bahwa wajib seorang murid beretika/ beradab baik terhadap

gurunya agar Allah SWT meridhoi jalan dalam ia menuntut ilmu. Seorang

murid juga wajib menjauhi etika/ adab yang tercela agar tidak menjadi orang

yang dibenci oleh Tuhannya, agar mendapat barokah ilmu dari gurunya.

Untuk mengetahui apa saja etika/ adab yang baik seorang murid

terhadap gurunya maka penulis tertarik menganilis kitab tersebut dengan

judul “ADAB MURID TERHADAP GURU DALAM KITAB AKHLAQ LIL

3
BANIN KARANGAN UMAR BIN AHMAD BARAJA’ “. Dalam penelitian

ini penulis membatasi penelitian kitab. Pembahasan dibatasi hanya pada jilid I

dari seluruh jilid (1-4).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan gambaran masalah di atas maka dapat disimpulkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi Umar bin Ahmad Baraja?

2. Bagaimana adab murid terhadap guru dalam kitab akhlaq lil banin

karangan Umar bin Ahmad Baraja‟?

3. Bagaimana relevansi kitab akhlaq lil banin dengan adab murid terhadap

guru dalam pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui biografi Umar bin Ahmad Baraja‟

2. Untuk mengetahui adab murid terhadap guru dalam kitab akhlaq lil banin

karangan Umar bin Ahmad Baraja‟

3. Untuk mengetahui relevansi kitab akhlaq lil banin dengan adab murid

terhadap guru dalam pendidikan Islam

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan

skripsi ini yaitu:

1. Dapat dijadikan referensi dalam upaya pengembangan pendidikan pada

umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya.

4
2. Dapat dijadikan rujukan yang tepat untuk mengembangkan pendidikan ke

arah yang lebih baik.

3. Memberikan informasi dan memperkaya wacana mengenai pemikiran

tentang cendekiawan syaikh Umar bin Ahmad Baraja‟.

4. Bagi pendidikan Islam, penelitian ini menjadi salah satu sumbangan

pemikiran bagi perbaikan pendidikan Islam di masa yang akan datang

untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya (insan kamil) dengan

mempertahankan konsep hidup yang selalu berdasarkan ilmu yang

sekaligus menjadi pemikiran dalam kehidupan di dunia dan bimbingan

menuju Ilahi Robbi.

5. Memberikan manfaat bagi guru Pendidikan Agama Islam.

E. Kajian Pustaka

Untuk mencapi hasil penelitin ilmiah diharapkan data-data yang

digunakan dalam penyusunan skripsi ini dan menghindari tumpang tindih dari

pembahasan penelitian. Maka dalam kajian pustaka ini penulis akan

mengemukakan hail penelitian terahulu yang mempunyai relevansi kajian

dengan penelitian ini. Peneliti telah melakukan beberapa kajian pustaka. Dari

karya-karya yang peneliti jumpai, data yang dapat dijadikan acuan kajian ini

antara lain adalah:

1. Skripsi, Raihanah, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah (PGMI), Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin,

2018, yang mengangkat tema etika dengan judul “ Etika Murid Terhadap

Guru dalam Kitab Ta‟lim Muta‟allim Karya Syaikh Az Zarnuji

5
“ (Raihanah, 2018). Kesimpulan dari skripsi ini adalah mengetahui etika

murid terhadap guru dalam kitab Ta‟lim Muta‟allim karya syaikh Az

Zarnuji

2. Skripsi, Faiq Nurul Izzah, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan

Kalijaga, Yogyakarta, 2013, yang mengangkat tema pendidikan karakter

dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Kitab Akhlaq Lil

Banin Jilid I Karya Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja‟ dan Relevansinya

bagi Siswa MI”. (Izzah: 2013). Kesimpulan dari skripsi ini adalah

mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam kitab akhlaq lil

banin karya Umar bin Ahmad Baraja‟ dan relevansinya bagi siswa MI.

3. Skripsi, Aan Syarifudin, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, 2016, yang

mengangkat tema akhlak dengan judul “Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil

Banin dan Implementasi dalam Pembentukan Akhlak Santri di Pondok

Pesantren Anwarush Sholihin Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas”.

( Syarifudin, 2016). Kesimpulan dari skripsi ini bahwa di Pondok

Pesantren Anwarush Sholihin dalam pembelajaran aklhlaknya

menggunakan beberapa kitab akhlak dan salah satunya adalah akhlaq lil

banin yang menjadi dasar pembelajaran akhlak.

Dalam penelitian yang dilakukan penulis, tentunya berbeda dengan

penelitian sebelumnya, perbedaannya yaitu:

6
1. Raihanah mengangkat tema tentang etika murid terhadap guru dalam kitab

ta‟lim muta‟allim, sedang penelitian yang dilakukan penulis mengangkat

tema tentang etika seorang murid terhadap gurunya. Skripsi Raihanah

berjudul “Etika Murid terhadap Guru dalam Kitab Ta‟lim Muta‟alim

Karya Syaikh Az Zarnuji”. Fokus penelitian Raihanah adalah mengenai

etika murid terhadap guru. Walaupun sama-sama mengambil fokus

penelitian yang sama yaitu tentang etika murid terhadap guru akan tetapi

mengambil dari kitab dan dari pengarang yang berbeda.

2. Faiq Nurul Izzah mengangkat tema tentang pendidikan karakter,

sedangkan penulis mengangkat tema tentang etika murid terhadap guru

yang ada dalam kitab akhlaq lil banin karya Umar bin Ahmad Baraja‟.

Fokus penelitian Faiq Nurul Izzah adalah tentang pendidikan karakter,

sedangkan fokus penelitian penulis adalah tentang etika. Walaupun

keduanya mengambil dari kitab dan nama pengarang yang sama namun

fokus penelitiannya berbeda.

3. Aan Syarifudin mengangkat tema tentang pembelajaran akhlak. Skripsi

Aan Syarifudin berjudul “Pembelajaran Kitab Akhlaq Lil Banin dan

Implementasi dalam Pembentukan Akhlak Santri Di Pondok Pesantren

Anwarush Sholihin Purwokerto Selatan Kabupaten Banyumas”. Fokus

penelitian Aan adalah tentang pembelajaran akhlak yang ada dalam kitab

akhlaq lil banin karya Umar bin Ahmad Baraja‟ yang diterapkan di salah

satu pondok pesantren. Sedangkan fokus penelitian penulis adalah tentang

7
etika seorang murid. Walupun keduanya mengambil dari kitab dan nama

pengarang yang sama, akan tetapi fokus penelitiannya berbeda.

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dipaparkan di atas dapat

diketahui bahwa sudah ada skripsi yang mengkaji tentang pemikiran Umar

Bin Ahmad Baraja‟. Namun judul dan fokus pembahasannya berbeda dengan

penelitian yang penulis lakukan. Skripsi ini mengkaji tentang etika seorang

murid terhadap guru dalam kitab akhlaq lil banin karya Umar bin Ahmad

Baraja‟ .

F. Kajian Teori

1. Pengertian Etika

Etika sering disamakan dengan pengertian akhlak atau moral, ada

pula ulama yang mengatakan bahwa akhlak merupakan etika dalam Islam.

Di sini akan dielaskan perbedaan dari ketiga istilah tersebut.

Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos

dan ethikos, ethos yang berarti sifat, watak, adat kebiasaan, tempat yang

baik. Ethikos berarti susila, keadaban atau kelakuan dan perbuatan yang

baik. Kata “etika” dibedakan dengan kata “etik” dan “etiket”. Kata etik

berarti kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau nilai

mengenai benar atau salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Adapun kata etiket berarti tata cara atau adat , sopan santun dan lain

sebagainya dalam masyarakat beradaban dalam memelihara hubungan

baik sesama manusia. (Haris, 2007: 3).

8
Sedangkan secra terminologis etika berarti pengetahuan yang

membahas baik buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan

manusia serya sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. (Haris,

2007: 3).

Di dalam kamus ensiklopedia pendidikan diterangkan bahwa etika

adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik buruk. Sedangkan

dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah

bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi. (Asmaran, 1999: 6).

Sedangkan kata etika dalam kamus besar bahasa Indonesia yang

baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari

Bertens 2000), yang mempunyai arti:

a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (akhlak).

b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak

c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.

Sedangkan akhlak, secara etimologis istilah yang diambil dari

bahasa arab dalam bentuk jamak. Al-Khulq merupakan bentuk mufrod

(tunggal) dari akhlak yang memiliki arti kebiasaan, perangai , tabiat, budi

pekerti. (Yunus, 2007: 120). Tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan

dan timbul dari manusia dengan sengaja. Kata akhlak dalam pengertian ini

disebutkan dalam al-Qur‟an dlam bentuk tunggal. Kata Khulq dalam

9
firman Allah SWT merupakan pemberian menjadi Rosul Allah. (Yatim,

2007: 73-74). Sebagaimana diterangkan dalam surat al-Qalam ayat 4:

    

Artinya: “dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti

yang agung”

Secara etimologis kedua istilah akhlak dan etika mempunyai

kesamaan makna yaitu kebiasaan dengan baik dan buruk sebagai nilai

control.

Tentang kata “moral”, perlu diperhatikan bahwa kata ini bisa

dipakai sebagai nomina (kata benda) atau sebagai adjectiva (kata sifat).

Jika kata “moral” dipakai sebagai kata sifat artinya sama dengan “etis”

yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang

atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, dan jika dipakai

sebagai kata benda artinya sama dengan “etika”. (Bertens, 2011: 7).

Haidar bagir menyamakan akhlak dengan moral, yang lebih

merupakan nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia. Sedangkan

etika merupakan ilmu dari akhlak atau dapat dikatakan etika adalah ilmu

yang mempelajari perihal baik dan buruk. (Bagir, 2002: 15).

2. Pengertian Murid

Murid sering disebut juga dengan peserta didik atau siswa. Siswa

atau peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang

10
mempunyai posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Dalam proses

belajar mengajar, peserta didik.

Kata Murid berasal dari bahasa Arab, „arada, yuridu, irodatan,

muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer), dan menjadi

salah satu sifat Allah swt yang berarti Maha menghendaki. Pengertian

seperti ini dapat dimengerti karena seorang murid adalah orang yang

menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, ketermpilan,

pengalaman dan kepribadiandunia dan akhirat dengan jalan yang sungguh-

sungguh. (Nata, 2001: 49).

3. Pengertin Guru

Secara etimologis, istilah guru berasal dari bahasa India yang

artinya orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara.

(Shambuan, 1997). Rabinranath Tagore, menggunakan istilah Shanti

Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas

mulianya dalam membangun spiritualis anak-anak India (spiritualis

intelligence). (Suparlan, 2001: 11). Dalam bahasa Arab, guru dikenal

dengan al-Mu‟allim, al-Ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam

majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Degan demikian, al-Mu‟allim

atau al-Ustadz, dalam hal ini juga mempunyai pengertian orang yang

mempunyai tugas untuk aspek membangun spiritualis manusia.

4. Kitab Akhlaq Lil Banin

Kitab akhlaq lil banin adalah salah satu kitab yang membahas

secara detail tentang akhlak yang harus dipunyai oleh seseorang dan harus

11
ditanamkan kepada anak sejak kecil, sejak masa kanak-kanak.

Pengarangnya adalah syaikh Umar Bin Ahmad Baraja‟ yang lahir di

kampung Ampel Maghfur, pada 10 Jumadil Akhir 1331 H/ 17 Mei 1913 M.

Syaikh Umar bin Ahmad Baraja‟ menyatakan bahwa tujuan

pendidikan akhlak adalah pendidikan yang sangat penting bagi tegaknya

kehidupan individu di masyarakat. Selain itu juga dapat membentuk

kepribadian muslim yang terdidik dan beradab serta berguna bagi diri dan

bangsa.

Di dalam kitab ini, pendidikan akhlak yang diterapkan untuk para

siswa diklarifikasikan menjadi dua. Pertama, akhlak kepada Allah dan

kedua akhlak kepada sesame manusia ini dibagi lagi ke dalam akhlak

kepada kedua orang tua, akhlak kepada guru dan akhlak kepada teman.

5. Pengertian Pendidikan Islam

a. Pendidikan

Pendidikan menurut bahasa dalam kamus besar bahasa

Indonesia disebutkan, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan

tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

melalui upaya mendidik. Sementara dalam ensiklopedia Wikipedia

dijelaskan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

12
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya

dan masyarakat.

Sedangkan secara istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani,

yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada

anak. Menurut kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah proses

perubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Jadi menurut penulis pendidikan adalah suatu proses yang

dilakukan untuk membentuk sikap dan tatalaku, serta mendewasakan

seseorag atau kelompok agar akif mengembangan potensi dirinya.

b. Pendidikan Islam

Secara bahasa ada tiga kosa kata yang umum digunakan untuk

merumuskan definisi pendidikan Islam, yaitu tarbiyah, ta‟lim dan

ta‟dib.

Kata tarbiyah berasak dari kata dasar rabba yurabbi menjadi

tarbiyah yang mengandung arti memelihara, membesarkan dan

mendidik. Dalam statusnya sebagai khilafah berarti manusia hidup di

alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus sebagai

pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian

manusia sebagai bagian dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan

berkembang bersama alam memiliki lingkungannya. Tetapi sebagai

khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas untuk memadukan

13
pertumbuhan dan perkembangannya bersama dengan alam. (Sudarto,

2018: 52).

Dari asal etimologis (Ushuul Lughawiyah) ini, para peneliti

menyimpulkan definisi tarbiyah (secara bahasa). Al-Imam al-Baidhawi

berakata dalam tafsirnya Anwaar al-Itanzil wa asraar al-Ta‟wil ar-

Rabb pada asalnya bermakna tarbiyah , yaitu mengantarkan sesuatu

kepada kesempurnaannya setahap demi setahap , selanjutnya disifatkan

kepada Allah sebagai bentuk mubalaghah. (Sudarto, 2018: 53).

Adapun kata ta‟lim merupakan bentu masdar (gerund) dari

kata dasar „allama, yu‟allimu dan ta‟lim yag berarti mengajar atau

pengajaran. Penggunaan kata ta‟lim dengan makna mengajar

disebutkan oleh Allah dalam beberapa ayat al-Qur‟an , seperti dalam

surat al-Jumuah ayat: 2

          

         

         

  

Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta

huruf seorang rasul di antara mereka , yang membacakan ayat-ayat-

Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka

kitab dan hikmah (as-Sunnah), dan seungguhnya mereka sebelumnya

benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

14
Secara etimologi ta‟lim berkonotasi pembelajaran yaitu

semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Hakekat ilmu pengetahuan

bersumber dari Allah SWT. Adapun proses pembelajaran (ta‟lim)

secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur‟an ketika

penciptaan Adam a.s oleh Allah swt, menerima pemahaman tentang

konsep ilmu pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses

pembelajaran ini disajikan degan menggunakan konsep ta‟lim yang

sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan Adam a.s dengan

Tuhanya.

Sedangkan kata ta‟dib adalah isim masdar dari kata kerja

addaba yuaddibu ta‟dib. Addaba sendiri merupakan kat kerja turunan

darai kata aduba yang bermakna dzorufa, artinya sopan, berbudi

bahasa baik. Adapun addaba berarti mendidik, memperbaiki dan

melatih berdisiplin. Sebagian ahli bahasa memknai adab dengan husnu

al-Akhlaq a fi‟lu al-mukaarim, budi pekerti yang baik dan perilaku

terpuji. Jadi, ta‟dib adalah usaha yang dilakukan secara continue untuk

menanamkan dan melatihkan akhlak yang terpuji kepada peserta didik.

Al-Ta‟dib berarti pengenalan dan pegetahuan secara berangsur-

angsur yang ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang

tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan

penciptaan. Dengan pendektan ini pendidikan akan berfungsi segai

pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tentang Tuhan yang

tepat dalam tatanan wujud dan kepribadinnya.

15
Istilah ta‟dib dalam pendidikan dipopulerkan oleh syekh

Naquib al-Attas. Beliau mendefinisikan adab dari analisis semantiknya,

yakni adab adalah pengenalan dan pengakuan terhadap realita

bahwasanya ilmu dan segala sesuatu yang terdiri dari hirarki yang

sesuai dengan kategori-kategori dan tingkatan-tigkatannya, dan bahwa

seseorang itu memiliki tempatnya masing-masing dalam kaitannya

dengan realitas, kapasitas, poteni fisik, intelektual dan spiritual.

Dari pengertian tarbiyah, ta‟lim dan ta‟dib di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan

manusia seutuhnya yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak

didik untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. Dalam

prakteknya, pendidikan Islam bukan hanya pemindahan pengetahuan

kepada anak didik, namun perlu diintegrasikan antara tarbiyah, ta‟lim

dan ta‟dib, sehingga dapatlah seseorang yang telah mendapatkan

pendidikan Islam memiliki kepribadin muslim yang

mengimplementasikan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari, serta

hidup bahagia di dunia dan akhirat.

G. Metode Penelitian

Proses dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode

sebagai acuan dalam penulisan karya ilmiah, di antaranya adalah:

16
1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

kepustakaan (library research). Karena yang dijadikan objek kajian adalah

hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

Tujuan yang ingi dicapai jenis penelitian skripsi ini adalah peelitian

deskriptif yaitu penelitian yagg bertujuan untuk menggambarkan gejala

agama, sosial, politik dan budaya. Metode seskriptif ini bertujuan untuk

membuat deskripsi, gabaran ataulukisan secara sistematis, faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubunga antara fenomena

yang diselidiki. (Moh. Nazir, 1998: 63).

2. Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini diperoleh dari

riset kepustakaan (library research) yaitu hasil dari penelitian sebagai

buku dan karya ilmiah yang ada relevansinya dengan permasalahan,

terutama buku-buku tentang etika baik itu karya Umar bin Ahmad Baraja‟

maupun lainnya.

Adapun Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data langsung yang

dikaitkan dengan obyek penelitian. Sumber data primer dalam

penelitian ini adalah kitab akhlaq lil banin.

b. Sumber Data Sekunder

17
Data Sekunder adalah sumber data yang langsung dikumpulkan

oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber data primer. Dapat juga

dikatakan data yang tersusun dalam bentuk-betuk dokumen. (Arikunto,

2010: 129). Atau dapat juga berupa kitab-kitab, buku-buku dan lain

sebagainya yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti

sebagai data sekunder.

3. Tekhnik Pengupulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data pustaka, yaitu membaca bahan dan mencatat serta

mengolah bahan penelitian (Zed, 2004: 3) dari berbgai buku dan karya

ilmiah yang ada hubungannya dengan permasalahan yang mengutamakan

data pokoknya yaitu kitab akhlaq lil banin kemudian data dari buku-buku

yang berkaitan dengan permasalahan.

4. Analisis Data

Melihat obyek penelitian ini adalah buku-buku atau literature yang

termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan, maka penelitian ini

adalah meupakan library research.

Data yang terkumpul selanjutnya akan penulis analisis dengan

menggunakan teknik analisis kualitatif dengan cara:

a. Deduktif

Maksudnya adalah dari hal-hal atau teori yang bersifat umum

untuk menarik kesimpulanyang bersifat khusus. Dalam arti

pengambilan kesimpulan yang berawal dari suatu pernyataan tentang

18
pendidikan karakter secara umum kemudian dilakukan penarikan

kesimpulan dari etika seorang murid terhadap guru menurut syaikh

Umar bin Ahmad Baraja‟ sehingga menghasilkan kesimpulan yang

khusus.

b. Induktif

Maksudnya adalah mengambil kesimpulan yang bertitik tolak

dari hal-hal yang bersifat khusus dan mengambil atau menarik

kesimpulan yang bersifat ke dalam berangkat dari uraian-uraian khusus

Umar bin Ahmad Baraja‟, kemudian diformulasikan ke dalam suatu

kesimpulan yang bersifat umum.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan disusun dalam lima bab, secara sistematik dapat

dilihat di bawah ini:

Bab I Pendahuluan. Memuat tentang:. Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka , Metode

Penelitian, Kajian Teori, Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori. Pada bab ini berisi biografi naskah yaitu

biografi pengarang kitab akhlaq lil banin dan sistematika penulisan kitab

akhlaq lil banin.

Bab III mengenal kitab akhlaq lil banin , yang membahas tentang latar

belakang penulisan dan isi pokok kitab akhlaq lil banin

Bab IV analisis karya Umar bin Ahmad Baraja‟ yang secara khusus

membahas tentang etika

19
Bab V Penutup. Pada bab ini merupakan bagian akhir penulisan yang

mencakup kesimpulan dan saran.

20
BAB II

BIOGRAFI PENGARANG KITAB AKHLAQ LIL BANIN

A. Biografi Pengarang Kitab Akhlaq Lil Banin

1. Latar Belakang Syaikh Umar Bin Ahmad Baraja‟

Umar bin Ahmad Baraja‟ merupakan seorang tokoh dan ulama

yang terkenal, khususnya di kalangan para santri. Kemasyhuran Umar bin

Ahmad Baraja‟ di kalangan santri di Indonesia berkat buku-bukunya yang

hampir dipelajari seluruh santri di Indonesia seperti kitab akhlaq lil Banin

jilid 1- 4 dan akhlaq lil banat jilid 1- 3. (Depag RI, 2003: 30). Umar bin

Ahmad Baraja‟ lahir di Kampung Ampel Maghfur, tepatnya pada tanggal

10 Jumadil Akhir 1331 H/ 17 Mei 1913 M

(Https://pondokpesantrenalwashilah.ponpes.id/kitab/)

Sejak kecil Umar bin Ahmad Baraja‟ dibesarkan dan dididik oleh

kakeknya dari keturunan pihak ibu, yang bernama syaikh Hasan bin

Muhammad Baraja‟, yang merupakan seorang ulama yang ahli di bidang

ilmu nahwu dan fiqih. Silsilah Umar bin Ahmad Baraja‟ berasal dari kota

Seiyun, Hadramaut, Yaman. Nama nenek moyangnya yang ke-18 yaitu

syaikh Sa‟ad, yang memiliki julukan (laqab) Abi Raja‟ (yang selalu

berharap). Mata rantai keturunan tersebut bertemu pada kakek Nabi

Muhammad saw yang kelima, bernama Kilab bin Murrah.

Umar bin Ahmad Baraja‟ pada waktu mudanya menuntut ilmu

agama dan bahasa Arab dengan tekun, sehingga dia menguasai dan

memahaminya. Berbagai ilmu agama dan bahasa Arab dia dapatkan dari

21
ulama, ustadz, syaikh, baik melalui pertemuan langsung maupun melalui

surat. Para alim ulama dan orang-orang shalih telah menyaksikan

ketaqwaan dan kedudukannya sebagai ulama yang „amil (Ulama yang

mengamalkan ilmunya). Umar bin Ahmad Baraja‟ merupakan seorang

alumni dari madrasah al-Khairiyah di Kampung Ampel, Surabaya.

Sekolah yang berasaskan Ahlussunnah wa al-Jama‟ah dan bermadzhab

Syafi‟i itu didirikan dan dibina al-Habib al-Imam Muhammad bin Ahmad

al-Muhdhar pada tahun 1895 M. Guru-guru Umar Bin Ahmad Baraja‟

berjumlah 14 orang, yaitu:

a. Al-ustadz Abdul Qadir bin Ahmad Bil Faqih (Malang)

b. Al- ustadz Muhmmad bin Husein Ba‟bud (Lawang)

c. Al- habib Abdul Qadir bin Hadi Assegaf

d. Al-habib Muhammad bin Ahmad Assegaf (Surabaya)

e. Al-habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo)

f. Al-habib Ahmad bin Alwi al-Jufri (pekalongan)

g. Al-habib Ali bin Husein Bin Syahab

h. Al-habib Zein bin Abdullah Alkaf (Gresik)

i. Al-habib Ahmad bin Ghalib al-Hamid (Surabaya)

j. Al-habib Alwi bin Muhammad al-Muhdlar (Bondowoso)

k. Al-habib Abdullah bin Hasa Maulachela

l. Al-habib Hamid bin Muhammad As-Sery (Malang)

m. Syaikh Robaah Hassunah al-Kholili (Palestina)

22
n. Syaikh Muhammad Mursyid (Mesir) keduanya tugas mengajar di

Indonesia

Guru-Gurunya yang berada di luar negeri yang berjumlah 23 orang,

yaitu:

a. Al-habib Alwi bin Abbas al-Maliki

b. As-sayyid Muhammad bin Amin al-Quthbi

c. As-syaikh Muhammad Seif Nur

d. As-syaikh Hasan Muhammad Said al-Hadrawi al-Makky (Mekkah)

e. Al-habib Alwi bin Salim Alkaff

f. As-syaikh Muhammad Said al-Hadrawi al-Makky (Mekkah)

g. Al-habib Muhammad bin Hady Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman)

h. Abdullah bin Ahmad al-Haddar

i. Al-habib Hadi bin Ahmad al-Haddar („Inat, Hadramaut, Yaman)

j. Al-habib Abdullah bin Thahir al-Haddad (Geidun, Hadramaut, Yaman)

k. Al-habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiri (Tarim, Hadramaut, Yaman)

l. Al-habib Hasan bin Ismail bin Syaikh Abu Bakar („Inat, Hadramaut,

Yaman)

m. Al-habib Ali bin Zein al-Hadi, al-Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab

(Tarim, Hadramaut, Yaman)

n. Al-habib Abdullah bin Hamid Assegaf (Seiwun, Hadramaut, Yaman)

o. Al-habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar (Al-Baidhaa, Yaman)

p. Al-habib Ali bin Zein Bilfaqih (Abu Dhabi, Uni Emirat Arab)

q. As-syaikh Muhammad Bakhit al-Muthii‟i (Mesir)

23
r. Sayyidi Muhammad al-Fatih al-Kattani (Faaz, Maroko)

s. Sayyidi Muhammad al-Munthasir al-Kattani (Marakisy, Maroko)

t. Al-habib Alwi bin Thohir al-Haddad (Johor, Malaysia)

u. Syaikh Abdul „Aliim as-Shiddiqi (India)

v. Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf (Mesir)

w. Al-habib Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf (Jeddah, Arab Saudi).

(Assegaf, 1995: 2-5).

2. Kepribadian Umar bin Ahmad Baraja‟ dan Karya-karyanya

(Dikutip dari Majalah al-Kisah 2007: 89). Umar bin Ahmad Baraja‟

sangat bersahaja, tetapi dihiasi sifat-sifat ketulusan niat yang disertai

keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Dia tidak

suka membangga- banggakan diri, baik tentang ilmu, amal, maupun

ibadah. Ini karena sifat tawadhu‟ dan rendah hatinya sangat tinggi. Dalam

beribadah, dia selalu istiqamah baik sholat fardhu maupun sholat sunnah

qabliyah dan ba‟diyah. Sholat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah dia

tinggalkan walaupun dalam bepergian. Kehidupannya dia usahakan untuk

benar-benar sesuai dengan yang digariskan agama.

Sifat wara sangat tinggi. Perkara yang meragukan dan syubhat dia

tinggalkan, sebagaimana meninggalkan perkara-perkara yang haram. Dia

juga selalu berusaha berpenampilan sederhana. Sifat ghirah Islamiyah

(semangat membela Islam) dan iri dalam beragama sangat kuat dalam

jiwanya. Konsistensinya dalam menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar,

misalnya dalam menutup aurat, khususnya aurat wanita, dia sangat keras

24
dan tak kenal kompromi. Dalam membina anak didiknya, pergaulan bebas

laki-perempuan dia tolak keras. Juga bercampurnya murid laki-laki dan

perempuan dalam satu kelas.

Kepandaian syaikh Umar bin Ahmad Baraja‟ dalam bidang karya

tulis, disebabkan beliau menguasai bahasa Arab dan sastranya, ilmu tafsir

dan hadist, ilmu fiqh dan tasawuf, ilmu sirah dan tarikh. Ditambah

penguasaan bahasa Belanda dan bahasa Inggris.

Hampir semua santri di pesantren pernah mempelajari buku-buku

karya syaikh Umar bin Ahmad Baraja‟ dari Surabaya. Sudah sekitar 11

judul buku yang diterbitkan, seperti kitab akhlaq lil banin, kitab akhlaq lil

banat, sullam fiqh, kitab 17 jauharah dan kitab ad‟iyah ramadhan.

Semuanya terbit dalam bahasa Arab, sejak 1950 telah digunakan

sebagai buku kurikulum di hampir seluruh pondok pesantren di Indonesia.

Secara tidak langsung syaikh Umar bin Ahmad Baraja‟ ikut mengukir

akhlak para santri di Indonesia.

Buku-buku tersebut pernah dicetak di Kairo, Mesir, pada 1969 atas

biaya syaikh Siraj Ka‟ki, dermawan Makkah, yang dibagikan secara

Cuma-Cuma ke seluruh dunia Islam. Syukur Alhamdulillah atas ridha dan

niatnya agar buku-buku ini menjadi jariyah dan bermanfaat luas, pada

1992 telah terbitkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia, Jawa,

Madura dan Sunda.

Selain menulis buku pelajaran, syaikh Umar bin Ahmad Baraja‟

juga menulis syair-syairnya dalam bahas Arab dengan sastranya yang

25
tinggi. Menurut syaikh Musthofa bin Ahmad bin Umar Baraja‟, cucu dari

putra tertuanya, cukup banyak dan belum sempat dibukukan. Selain itu,

masih banyak karya lain. Salah satu karya monumentanya adalah

membangun Masjid al-Khair (danakarya 1-48/50, Surabaya) pada tahun

1971, bersama K.H Adnan Chamim, setelah mendapat petunjuk dari al-

Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (Tanggul) dan al-Habib Zein bin

Abdullah al-Kaff (Gresik). Masjid ini sekarang digunakan untuk berbagai

kepentingan dakwah masyarakat Surabaya. (Majalah Al-Kisah, 2007: 89).

Pada saat sebelum mendekati ajalnya, syaikh Umar sempat

berwasiat kepada putra-putra dan anak didiknya agar selalu berpegang

teguh pada ajaran Ahlussunnah Wal Jama‟ah, yang dianut mayoritas kaum

muslim di Indonesia dan thariqah „alawiyah, bermata rantai sampai

kepada ahlul bait nabi, para sahabat. Semuaya bersumber dari Rasulullah

SAW.

Syaikh Umar memanaatkan ilmu, waktu, umur dan membelanjakan

hartanya di jalan Allah samapai akhir hayatnya. Beliau memenuhi

panggilan Rabnya pada hari Sabtu malam Ahad tanggal 16 Robius Tsani

1411 H/ 3 November 1990 M pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam

Surabaya, dalam usia 77 tahun.

Keesokan harinya Ahad ba‟da Ashar, ia dimakamkan, setelah

dishalatkan di Masjid Agung Sunan Ampel, diimami putranya sendiri yang

mengganti khalifah (penggantinya), syaikh Ahmad Bin Umar Baraja‟.

26
Jasad mulia itu dikuburkan di makam Islam Pegirian Surabaya. Prosesi

pemakamannya dihadiri ribuan orang. (Ahmad Assegaf, 1995: 11)

3. Kiprah Dakwah Umar Bin Ahmad Baraja‟

Syaikh Umar mengawali karier mengajarnya di Madrasah al-

Khairiyah Surabaya tahun 1935-1945, yang berhasil mengeluarkan

beberapa ulama dan asatidz yang telah menyebar ke berbagai pelosok

tanah air. Di Jawa Timur antara lain Ahmad bin Hasan Assegaf,

almarhum al-Habib Umar bin Idrus al-Masyur, almarhum syaikh Ahmad

bin Ali Babgei, dan masih banyak lagi.

Kemudian beliau pindah mengajar di Madrasah al-Khairiyah,

Bondowoso. Berlanjut mengajar di Madrasah al-Husainiyah, Gresik tahun

1945-1947. Lalu mengajar di Rabithah al-Alawiyah, Solo Tahun 1947-

1950. Mengajar di al-Arabiyah al-Islamiyah, Gresik tahun 1950-1951.

Setelah itu, tahun 1951-1957, bersama Al-habib Zein bin Abdullah al-Kaff,

memperluas serta membangun lahan baru, karena sempitnya gedung lama,

sehingga terwujudlah gedung yayasan wakaf yang diberi nama Yayasan

Perguruan Islam Malik Ibrahim.

Kiprah dakwahnya meluas ke bidang lain, sehingga memerlukan

dana yang cukup besar, beliau juga menggalang dana untuk kebutuhan

para janda, fakir miskin dan yatim piatu, khususnya para santrinya, agar

mereka lebih berkonsentrasi dalam menimba ilmu. Menjodohkan wanita-

wanita muslimah dengan pria muslim yang baik menurut pandangannya,

27
sekaligus mengusahakan biaya perkawinannya dengan dukungan dana dari

al-Habib Idrus bin Umar Alaydrus.

Selain mengajar di lembaga pendidikan, syaikh Umar juga

mengajar di rumah pribadinya, pagi hari dan sore hari, serta majelis ta‟lim

atau pengajian rutin malam hari. Karena sempitnya tempat dan banyaknya

murid, dia berusaha megembangkan pendidikan itu dengan mendirikan

Yayasan Perguruan Islam atas namanya, Umar Bin ahmad Baraja‟. Ini

sebagai perwujudan hasil pendidikan dan pengalamannya selama 50 tahun.

Hingga kini masih berjalan, di bawah asuhan putranya syaikh Ahmad Bin

Ahmad Baraja‟

B. Sistematika Penulisan Kitab Akhlaq Lil Banin

Kitab akhlaq lil banin mempunyai sistematika penulisan, yang pertama

adalah halaman judul yang diikuti nama pengarangnya yakni Umar bin

Ahmad Baraja‟. Halaman berikutnya adalah halaman hak cipta dan penerbit

kitab akhlaq lil banin.

Sistematika penulisan kitab akhlaq lil banin karya Umar bin Ahmad

Baraja‟ terdiri dari 33 sub tema yang didahului dengan mukadimah. Dari 33

sub tema tersebut terbagi menjadi beberapa bagian tentang penjelasan

mengenai adab-adab yang harus dipunyai oleh seorang anak, yaitu dengan apa

seorang anak beradab, seorang anak yang jelek akhlaknya, seorang anak yang

baik akhlaknya, adab seorang anak ketika berada di rumah, adab seorang anak

ketika berada di jalan, adab seorang anak ketika berada di sekolah, adab

28
seorang anak terhadap gurunya, dan juga nasihat-nasihat terhadap seorang

anak.

Lebih singkatnya penulisan kitab akhlaq lil banin Jilid I adalah sebagai

berikut:

1. Halaman judul dan nama pengarang

2. Hak cipta dan penerbit

3. Muqadimah

4. Pembahasan yang terdiri dari 33 sub tema, yaitu:

a. Dengan apa seorang anak

b. Seorang anak yang beradab

c. Seorang anak yang jelak akhlaknya

d. Seorang anak yang wajib berakhlak sejak kecil

e. Allah Maha Suci Lagi Tinggi

f. Seorang anak yang jujur

g. Seorang anak yang taat

h. Nasihat terhadap seorang anak yang beradab

i. Adab seorang anak di rumah

j. Kisah Abdullah ketika berada di rumah

k. Kasih sayang ibumu

l. Adab seorang anak kepada ibunya

m. Kisah Sholeh bersama ibunya

n. Kasih sayang seorag ayah sama halnya kasih sayang seorang ibu

terhadap anaknya

29
o. Adab seorang anak terhadap ayahnya

p. Kasih sayang seorang ayah

q. Adab seorang anak laki-laki bersama saudara-saudaranya

r. Kisah dua saudara yang saling mencintai

s. Adab seorang anak laki-laki terhadap kerabatnya

t. Kisah Musthofa bersama kerabatnya Yahya

u. Adab seorang anak laki-laki terhadap pembantunya

v. Anak yang suka menyakiti orang lain

w. Adab seorang anak laki-laki terhadap tetangganya

x. Kisah Hamid dan tetangganya

y. Sebelum berangkat ke sekolah

z. Adab seorang anak ketika berada di jalan

aa. Adab seorag murid ketika berada di sekolah

bb. Bagaimana seorang murid menjaga peralatan sekolahnya?

cc. Bagaimana seorang urid menjaga peralatan yang berada di sekolah?

dd. Adab seorang murid terhadap gurunya

ee. Adab seorang murid terhadap kawan-kawannya

ff. Nasehat (1)

gg. Nasehat (2)

hh. Daftar Isi

30
BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH UMAR BIN AHMAD BARAJA’

Kitab akhlaq lil banin karya syaikh Umar bin Ahmad Baraja ini

merupakan kitab akhlak tingkat dasar yang sangat penting dipelajari, dan kitab ini

dapat dijadikan rujukan sebagai modal dasar mempelajari akhlak. Metode yang

digunakan pun juga mempermudah pembaca dalam memahami isi kitab tersebut,

Karena kitab tersebut bertulisan huruf Arab beserta harokatnya lengkap dengan

maknanya, sehingga mempermudah para pemula untuk mempelajari kitab tersebut.

Kitab akhlaq lil banin juga membahas permasalahan yang dibagi per sub tema.

Kitab ini secara struktural terdiri dari 33 sub tema, ditambah satu muqadimah dan

satu penutup. Penjelasan/ ringkasannya adalah sebagai berikut:

1. Muqadimah

Pada pembahasan ini membahas tentang mengapa begitu pentingnya

akhlak dan adab bagi seorang anak. Akhlak dan adab adalah dua hal yang

tidak bisa dipisahkan. Keduanya berjalan beriringan.

2. Tentang Bagaimana Adab/ Perilaku Bagi Seorang Anak?

ٖٓ ‫ضشِن دج ألسِن ثُذـ٘ز‬٣ ٕ‫ُض أ‬ُٞ‫ ث‬٠ِ‫جذخ ػ‬٣ ‫ُض‬ُٞ‫ضشِن ث‬٣ ‫دٔجطث‬

,ِٚٛ‫ أ‬ّٚ‫ذذ‬٣ٝ , ّٚ‫ عد‬ٚ٘‫ ػ‬٠‫غظ‬٣ : ٙ‫ ًذغ‬٠‫دج ك‬ٞ‫ق ٓذذ‬٤‫ ُضؼ‬، ٙ‫صـغ‬

’ ‫ذز‬٤‫ذضؼض ػٖ ألسالم ثُوذ‬٣ ٕ‫ أ‬: ‫عج‬٣‫ أ‬ٚ٤ِ‫جخ ػ‬٣ٝ ‫غ ثُّ٘ج ؽ‬٤ٔ‫ج‬ٝ

‫ال أدض ٖٓ ثُّ٘ج‬ٝ , ِٚٛ‫ ث‬ّٚ‫ذذ‬٣‫ال‬ٝ ّٚ‫ عد‬ٚ٘‫ ػ‬٠‫غظ‬٣‫ ال‬: ‫ج‬ٛ‫ٕ ٌٓغ‬ٌٞ٣ ‫ال‬٤ً

‫ؽ‬

31
Wajib atas seorang anak berakhlak dengan akhlak yang baik sejak

kecil, agar kehidupannya dicintai kelak ketika dia dewasa. Allah SWT akan

senantiasa meridhai anak yang mempunyai adab, dan keluarganya juga akan

senantiasa mencintainya. Seorang anak juga berkewajiban untuk mempunyai

adab, menjauhi dari akhlak tercela, agar Allah SWT senantiasa meridhainya.

3. Tentang Seorang Anak Yang Beradab

, ٚ٘ٓ ‫أًذغ‬ٞٛ ٖٓ َّ ًٝ , ‫ ثٌُذغ‬ٚٗ‫ث‬ٞ‫ثس‬ٝ , ٚ٤ِّٔ‫ٓؼ‬ٝ ٚ٣‫ثُض‬ٝ ّ‫ذضغ‬٣ ‫خ‬٣‫ُض ثأل ص‬ُٞ‫ث‬

.ٚ٘ٓ ‫أصـغ‬ٞٛ ٖٓ َّ ًٝ ’ ‫ ثُصـجع‬ٚٗ ‫ث‬ٞ‫غدْ ثس‬٣ٝ

‫وجغغ‬٣ ‫ال‬ٝ , ٟ‫ ثألط‬٠ِ‫صذغ ػ‬٣ٝ , ‫ثظغ ٓغ ثُّ٘ج ؽ‬ٞ‫ض‬٣ٝ ’ ٚٓ‫ ًال‬٠‫صضم ك‬٣ٝ

.‫ظذي‬ٝ‫ ثطثصٌِّْ أ‬ٚ‫ص‬ٞ‫غكغ ص‬٣‫ال‬ٝ ’ ْٜ‫ضشجصْ ٓؼ‬٣‫ال‬ٝ , ‫الص‬ٝ‫ثأل‬

Seorang anak yang beradab dia akan memuliakan kedua orang tuanya,

para guru/ ustadznya, dan para saudara yang lebih tua darinya serta semua

orang yang lebih tua darinya. Menyayangi saudara yang lebih kecil.

4. Tentang Seorang Anak Yang Jelek Akhlaknya

ٞٛ ٖٓ ّ‫ذضغ‬٣ ‫ال‬ٝ , ٚ‫أؿج صظ ص‬ٝ ٚ٣‫ثُض‬ٝ ‫ضأ ص ح ٓغ‬٣ ‫ ال‬: ‫هخ‬ُٞ‫ثُضث‬ُٞ‫ؼَٔ ث‬٣ ٕ‫أ‬

‫ ثطث‬ٚ‫ص‬ٞ‫غكغ ص‬٣ٝ , ٌِّْ‫ٌظ ح ثط ث ص‬٣ٝ ’ ٚ٘ٓ ‫ أصـغ‬ٞٛ ٖٓ ْ‫غد‬٣‫ال‬ٝ , ٚ٘ٓ‫ثًذغ‬

, ٙ‫غ‬٤‫ؼا دـ‬ٜ‫ـض‬٣ٝ , ‫ثُٔشج صٔز‬ٝ , ‫خ‬٤‫ثٌُال ّ ثُوذ‬ٝ , ْ‫ذخّ ثُ ّلض‬٣ٝ , ‫ظذي‬

.‫ذز‬٤‫ـٔغ ثُ٘ص‬٣ ‫ال‬ٝ , ‫ذج‬٤‫ هذ‬٠‫ـضذ‬٣ ‫ال‬ٝ , ٚ٤ِ‫ضٌذّغػ‬٣ٝ

Seorang anak yang jelek akhlaknya, ia tidak beradab kepada kedua

orang tuanya, para ustadznya. Ia tidak menghormati orang yang labih tua

darinya, tidak menyayangi orang yang lebih muda darinya. Apabila dia

32
berkata selalu berbohong mengeraskan suaranya apaila tertawa, suka memaki,

berkata yang tercela, bertengkar serta memperolok-olok orang lain,

menyombongkan diri. Dia tidak malu kalau berbuat sesuatu yang tercela, dan

dia tidak suka mendengar nasihat dari orang lain.

5. Tentang Seorang Anak Wajib Beradab Sejak Kecil

ٖ‫ذخ ثُ َـؤثٍ ػ‬٣


َ ‫عج‬٣‫أ‬ٞٛٝ , ٙٞ‫ أد‬ّٚ‫ذذ‬٣ ‫ظث‬ُٜٝ , ‫خ‬٣‫ أص‬ٌُّٚ٘ , ‫غ‬٤‫ُض صـ‬ٝ ‫أدٔض‬

.ٜٚٔ‫ل‬٣‫ب ال‬٤‫ً ََ ك‬

Pada tema ini dikisahkan seorang anak yang bernama Ahmad dan

ayahnya. Ahmad seorang anak kecil yang beradab, oleh karena itu ayahnya

mencintai. Ahmad selalu bertanya tentang apa yang dia belum mengerti

kepada ayahnya.

6. Tentang Allah Sifat Allah Yang Maha Suci Lagi Maha Tinggi

ّ : ‫ؼ‬٣‫ُض ثُؼؼ‬ُٞ‫ج ث‬ٜ٣‫أ‬


‫عس‬ٞ‫دـّٖ ص‬ٝ , ‫ سِوي‬ٟ‫ثُظ‬ٞٛ ٠ُ‫صؼج‬ٝ ٚ٘‫ّللا ؿذذ‬

Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi Dia menciptakanmu.

Memberi nikmat kepadamu berupa kesehatan, serta memeberikasih sayang di

hati kedua orang tuamu sehingga mereka mendidikmu dengan pendidikan

yang baik

7. Tentang Seorang Anak Yang Jujur

ّ ‫شق‬٣ , ٖ٤ٓ‫ُض أ‬ٝ ‫ٓذ ّٔض‬


: ‫ ؿؼجص‬ٚ‫ أسضض‬ُٚ ‫ّ هجُش‬ٞ٣ ‫طثس‬ٝ , ٙ‫ٔضثَ أٓغ‬٣ٝ , ‫ّللا‬

‫ِّْ د٘ج ٗلضخ سؼثٗز ثثُطّؼجّ ُ٘أ ًَ ٓج‬ٜ‫ ك‬, ‫ش‬٤‫ثٕ أدج ٗج هض سغج ٖٓ ثُذ‬
ّ , ٠‫ج أس‬٣

.‫٘ج‬٤ُ‫٘ظغ ث‬٣ ‫ٗج ال‬ٞ‫ كأ د‬, ‫ظ ر‬٣‫الس ثُِظ‬ًٞ ‫ج ٖٓ ثُٔأ‬ٜ٤‫ك‬

33
: ٖ٤ِٔ‫ٌُٖ أٓج صؼ‬ٝ , ‫٘ج‬٤ُ‫٘ظغ ث‬٣‫ ثٕ أدج ٗج ال‬, ٠‫ج أسضى‬٣ ‫وز‬٤‫ دو‬: ‫ج ٓذ ّٔض‬ٜ‫كأجج د‬

ّ ٕ‫أ‬
. ‫٘ج‬٤ُ‫٘ظغ ث‬٣ ٟ ‫ثُظ‬ٞٛ ‫ثّللا‬ ّ

Pada tema ini dikisahkan seorang anak bernama Muhammad dan

saudara perempuannya yang bernama Su‟ad. Saudara perempuannya itu

mengajak Muhammad untuk menghabiskan makanan yang enak dan lezat

yang ada di rumahnya. Saudara perempuannya itu mengajak Muhammad

karena ayahnya sedang keluar rumah, maka ayahnya tidak akan tahu. Akan

tetapi Muhammad berkata “Hati-hatilah ketika kita melakukan perbuatan

tercela, karena sesungguhnya kalau engkau mengambil sesuatu dengan tanpa

ridho ayahmu, maka sesungguhnya Allah akan murka terhadapmu, kelak

Allah akan memberi hukuman kepadamu”. Demikian perktaan Muhammad

terhadap saudara perempuannya. Kemudian Su‟adah berkata ”Benar kata-

katamu wahai saudaraku, dan aku bersyukur sekali atas nasihat yang baik ini”.

8. Tentang Seorang Anak Yang Ta‟at

‫ف‬ٞ‫ؿ‬ٝ ّٚ‫ عد‬ٚ٘‫ ػ‬٠‫غظ‬٣ : ‫غ‬٤‫ُض ثُٔط‬ُٞ‫ظث ث‬ٛ ‫ ٓج أؿؼض‬. ‫غ‬٤‫ُض ٓط‬ٝ ٖ‫دـ‬

. ‫ ثُجّ٘ز‬ِٜٚ‫ضس‬٣

Pada tema ini meneritakan seorang anak yang bernama Hasan. Hasan

adalah seorang anak yang ta‟at. Betapa bahagianya seorang anak yang ta‟at

seperti Hasan. Allah SWT akan ridho padanya dan kelak akan dimasukkan ke

dalam surga-Nya.

34
9. Tentang Anjuran Untuk Mencintai Nabi Muhammad SAW

‫جخ‬٣ , ٠ُ ‫صؼج‬ٝ ٚٗ ‫ ؿذذج‬, ‫ي إٔ صؼظّْ عدّي‬٤ِ‫جخ ػ‬٣ ‫ ًٔج‬: ‫خ‬٣‫ُض ثأل ص‬ُٞ‫ج ث‬ٜ٣‫أ‬

ّ ٠ِّ‫ّي ص‬٤‫ إٔ صؼظّْ ٗذ‬, ‫عج‬٣‫ي أ‬٤ِ‫ػ‬


‫صٔأل هِذي‬ٝ , ِّْ‫ؿ‬ٝ ُٚ‫ث‬ٝ ِّْ‫ؿ‬ٝ ٚ٤ِ‫ّللا ػ‬

ٖ٣‫ ػِّٔ٘ج ص‬٠‫ ثُّظى‬ّٚٗ‫ ال‬, ‫ُ٘لـي‬ٝ ‫ي‬٣‫ثُض‬ُٞ ‫ أًثغ ٖٓ ٓذذّضي‬ّٚ‫ صذذ‬٠ّ‫ دض‬, ٚ‫دٔذذّض‬

ّ ّٕ ‫أل‬ٝ , ّ‫ثُذغث‬ٝ ٍ‫ٖ ثُذال‬٤‫كغّه٘ج د‬ٝ , ‫ ػغك٘ج عدّ٘ج‬ٚ‫دـذذ‬ٝ , ّ‫ثُال ؿال‬


٠ِ‫ّللا صؼ‬

‫ ثطث‬. ‫ثالصح‬ٝ ‫ ألسالم‬٠‫ر ُ٘ج ك‬ٝ ‫ هض‬ٙ‫ّغ‬٤‫ص‬ٝ , ‫ أكعَ ثُّ٘ج ؽ‬ِٚ‫ كجؼ‬, ّٚ‫أدذ‬

‫ثػَٔ د٘صج‬ٝ , ٚ‫غص‬٤‫ ؿ‬٠‫ كى‬ٚ‫ كج صّذؼ‬, ِّْ‫ؿ‬ٝ ُٚ‫ث‬ٝ ٚ٤ِ‫ّللا ػ‬


ّ ٠ِّ‫ي ص‬٤‫أدذذش ٗذ‬

ّ ‫ ُض٘ج ٍ ٓذذّز‬, ٚ‫ةذ‬


. ٙ‫عظج‬ٝ ‫ّللا‬

Pada tema ini dianjurkan kepada seorang anak yang beradab untuk

mencintai nabi Muhammad SAW sebagai mencintai Allah SWT. Mencintai

nabi Muhammad melebihi cintamu kepada kedua orang tuamu, karena nabi

Muhammad lah yang mengajarkan kepada kita tentang agama Islam dan apa

saja tentang Islam. Apabila engkau telah mencintai nabimu, maka ikutilah di

dalam perjalanannya, dan beramal dengan nasihat-nasihatnya agar engkau

dapat cinta dan Ridho Allah SWT.

10. Tentang Adab Seorang Anak Ketika Di Rumah

, ٚ٣‫ثُض‬ٝ ّ‫ذضغ‬٣ ٕ ‫ دأ‬, ُٚ‫ ٓ٘ؼ‬٠‫ ثأل صح كى‬٠‫غث ػى‬٣ ٕ‫ُض أ‬ُٞ‫ ث‬٠ِ‫جخ ػ‬٣

. ‫عج‬٣‫ ٓغ‬ٝ‫ثس ٗجةٔج أ‬ٝ ‫ ثصث‬٠ِ‫ذج كع ػ‬٣ ٕ‫أ‬ٝ , ٚ‫ثص‬ٞ‫أس‬ٝ ٚٗ‫ث‬ٞ‫ثس‬ٝ

Wajib seorang anak memperhatikan adab di dalam rumahnya, dengan

menghormati kedua orang tuanya, saudara-saudaranya. Wajib seorang anak

35
memelihara peralatan yang ada di rumah. Memelihara hewan yang dipelihara

di rumahnya.

11. Tentang Anjuran Untuk Beradab Dan Rajin Ketika Berada Di Rumah

, ‫ٓـجء‬ٝ ‫ـضـَ ً َّ صذج دج‬٣ : ّ ‫ثُّ٘ظّج‬ٝ ‫ ٓثجٍ ثأل صح‬ُٚ‫ ٓ٘ؼ‬٠‫ّللا ك‬


ّ ‫ػذض‬

‫ذجكع‬٣ ٕ‫أ‬ٝ , ‫٘ج ّ ٓذ ٌّغث‬٣ ٕ‫ أ‬ٚ‫ٖٓ ػجص ص‬ٝ . ٚ‫ًضذ‬ٝ ٚ‫ د٘ظج كز ٓال دـ‬٠٘‫ؼض‬٣ٝ

‫ـٔغ‬٣ ٕ‫أ‬ٝ , ‫هضش ثُِّؼخ‬ٝ ٠‫ِؼخ ثأل ك‬٣ ‫ال‬ٝ , ٚ‫ؿ‬ٝ‫طج ُغ ص ع‬٣ٝ , ٚ‫ثص‬ِٞ‫ ص‬٠ِ‫ػ‬

ّ ‫٘جٍ ػذض‬٣ ‫ دظ ُي‬. ٚٓ‫أ‬ٝ ٚ٤‫ٗصج ةذج أد‬


ْٜ‫ق ٓؼ‬٤‫ؼ‬٣ٝ , ِٚٛ‫أ‬ٝ ٚ٣‫ثُض‬ٝ ٠‫ّللا عظ‬

. ‫عث‬ٝ‫ضث ٓـغ‬٤‫ؿؼ‬

Pada tema ini menceritakan seorang anak yang bernama Abdullah.

Abdullah anak yang beradab serta rajin ketika berada di rumahnya. Dia

menggunakan waktu dengan sebaik mungkin. Waktu belajar ia gunakan untuk

belajar, waktu bermain pun dia gunakan untuk bermain. Abdullah selalu

meminta restu kedua orang tuanya dengan mencium tangan kedua orang

tuanya ketika akan pergi, sehingga Abdullah mendapat ridho kedua orang

tuanya. Abdullah bahagia hidup bersama keluarganya.

12. Tentang Betapa Besar Kasih Sayang Seorang Ibu

ّ : ٢٘‫ج د‬٣ ِْ‫ثػ‬


, ‫غ‬ٜ‫ج صـؼز أك‬ٜ٘‫ دط‬٠‫ دِٔضي ك‬: ‫غث ٖٓ أجِي‬٤‫إٔ أ ّٓي صؼذش ًث‬

. ‫ إٔ ًذغس‬٠ُ‫ز دـ٘ز ث‬٤‫عدّضي صغد‬ٝ , ‫ث ّْ أعظؼضي‬

Pada tema ini menceritakan tentang kasih sayang dan pengorbanan

seorang ibu terhadap anaknya. Seorang ibu tidak kenal lelah sedari ia

36
mengandung, melahirkan mendidik dan membesarkanmu. Seorang ibu akan

selalu berharap kepada anakya agar engkau menjadi sebaik-baiknya anak.

13. Tentang Adab Seorang Anak Terhadap Ibunya

, ‫ج ُي‬ٜ‫ػظْ ٓذذّض‬ٝ , ‫ضي‬٤‫ صغ د‬٠‫خ ! ث طث ػغكش صؼخ أ ّٓي ك‬٣‫ُض ثأل ص‬ُٞ‫ج ث‬ٜ٣‫ث‬

ٙ‫ظ‬ٜ‫ي ثال إٔ صؼَٔ د‬٤ِ‫ٓج ػ‬ٝ ‫ أ ّٓي‬ٟ‫ج ؟ غذؼج ثّٗي ال صوضعإٔ صجؼ‬ٜ٣‫كذٔج طث صجؼ‬

. ّ‫ ثال دضغث‬ٝ ‫ ٓغ ثُٔذذّز‬, ‫ج‬ٛ ‫ث ٓغ‬ٝ‫ إٔ صٔضثَ أ‬. ‫ثال صثح‬

Pada tema ini perintah untuk seorag anak beradab kepada ibunya. Hendaknya

seorang anak melaksanakn perintah dari ibunya dengan rasa yang tulus dan

dengan rasa hormat. Hendaknya seorang anak senantiasa berhati-hati dalam

bersikap kepada ibunya. Janganlah perkatan atau perbuatanmu menyakiti hati

ibumu.

14. Tentang Anjuran Kepada Seorang Anak Untuk Berbakti Kepada Ibunya

ٕ ‫ثؿضأ ط‬ٝ , ‫غث‬٤‫ كذؼٕ ًث‬, ّٚٓ ‫ّ ٓغظش أ‬ٞ٣ ‫ طث س‬ٝ , ّٚٓ ‫ُض دج ّع دأ‬ٝ ‫صجُخ‬

‫ج سج ص‬ٛ ‫ج ٓج ػ٘ض‬ّٜٗ ‫ ال‬, ‫ج‬ٜٓ ‫شض‬٤ُ ‫ش‬٤‫ ثُذ‬٠‫ج ك‬ٛ ‫جِؾ ػ٘ض‬٣ ٕ ‫ أ‬: ٚ‫ٖٓ أ ؿج صظ ص‬

‫ؼث‬٣ ‫ال‬ٝ , ‫ضث‬٣ ‫ كلغح صج ُخ كغ دج كض‬, ‫ج‬ٜ‫ش ٖٓ ٓغظ‬٤‫ كل‬, ّ ‫ّج‬٣ ‫دؼض أ‬ٝ . ‫ٓز‬

. ‫ج‬ٜ‫ْ ص ّذض‬٣ ‫ض‬٣ٝ , ّٚٓ ‫ذلػ أ‬٣ ٕ ‫ ّللا أ‬ٞ‫ض ػ‬٣ ٍ

Pada tema ini diceritakan seorang anak yang bernama Sholeh. Ia

merawat ibunya yang sakit. Senantiasa ia merawat ibunya dengan penuh kasih

sayang. Sholeh selalu berdoa keapada Allah agar Allah senantiasa

memberikan kesehatan kepada ibunya.

37
15. Tentang Anjuran Menyayangi Seorang Ayah

ّ : ‫خ‬٤‫ُض ثُّ٘ج‬ُٞ‫ج ث‬ّٜ٣‫ثػِْ أ‬


َّ ً ‫شغج‬٣ ٜٞ‫ ك‬, ‫عج ٓثَ أ ّٓي‬٤٣‫ذذٌّي أ‬٣ ‫إٔ أدجى‬

‫م‬ّٞ‫ ثُـ‬ٝ‫ ثُ ّض ًج ّ ٕ أ‬٠ُ‫خ ث‬ٛ ‫ظ‬٤‫ ك‬, ‫ثُذ ّغ‬ٝ ‫ ثُضّؼخ‬٠ِ‫ش صج دغث ػ‬٤‫ٖٓ ثُذ‬ٞ٣

‫ً َّ كب صذضج‬ٝ , ‫ثأل غؼٔز‬ٝ ‫ ُي ثُٔال دؾ‬ٟ‫لضغ‬٣ٝ , ‫ي‬٤ِ‫ ػ‬ٚ‫٘لو‬٣ ‫ذصَّ ٓج ال‬٤ُ

. ٕ ‫كغدج‬ٝ ‫ عث‬ٝ ‫ ٓغ ط ُي ٓـغ‬ٞٛٝ , ٚ٤ُ‫ج ث‬

Pada tema ini diceritakan kasih sayang seorang ayah keapada

anaknya. Seorang ayah dengan sabar dan ikhlas mencarikan rezeki untuk anak

dan istrinya setiap hari. Seorang ayah juga memberikan kasih sayang kepada

anaknya sama halnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, walaupun

lelah dan letih ayahmu bahagia dan ikhlas ketika meliht anaknya tersenyum.

16. Tentang Adab Seorang Anak Laki-laki Terhadap Ayahnya

ٕ‫أ‬ٝ , ‫ي ًٔج صضأ ّص ح ٓغ أ ّٓي‬٤‫ِؼٓي إٔ صضأ ّص ح ٓغ أ د‬٣ : ‫ح‬ٞ‫ُض ثُٔذذ‬ُٞ‫ج ث‬ّٜ٣‫أ‬

‫ج ى‬ٜ٘٣ ‫ال‬ٝ , ‫٘لؼي‬٣ ‫أ ٓغ ى ثالّ دلب‬٣ ‫ ال‬ّٚٗ ‫ ال‬ٚ‫صـٔغ ٗصتذ‬ٝ , ٙ‫ٓغ‬ٝ‫صٔضثَ أ‬

‫ كؼلش‬, ‫ ػ٘ي عدّي‬٠‫ عظ‬, ‫ي‬٣‫ثُض‬ٝ ‫ش‬٤‫ كج ط ث أعظ‬. ‫عغّى‬٣ ‫ثالّ ػٖ كب‬

. ‫ثال سغر‬ٝ ‫ج‬٤ٗ ‫ ثُ ّض‬٠‫ضث ك‬٤‫ؿؼ‬

Pada tema ini diperintahkan kepada seorang anak untuk mempunyai

adab terhadap ayahnya, sebagaimana seorang anak beradab kepada ibunya.

Seorang anak diwajibkan untuk mendengar nasihat-nasihat dari ayahnya,

mengerjakan perintahnya dan tidak melakukan sesuatu yang dilarang oleh

ayahnya, Senantiasa seorang anak meminta restu dan rido kepada ayahnya

sebagaimana ia meminta restu dan ridho kepada ibunya. Apabila kedua orang

38
tuamu ridho terhadapmu, niscaya Tuhanmu pun akan ridho terhadapmu, maka

kau akan hidup dalam keadaan bahagia di dunia dan di akhirat.

17. Tentang Kasih Sayang Seorang Ayah

‫ع‬ِٞ‫غ‬ٝ , ٕ ‫ث‬ٞ٤‫ظث ء ثُذ‬٣‫ ٖٓ ث‬ٙٞ‫ أد‬ٜٚ‫ًْ ٓغّر ٓ٘ؼ‬ٝ , ‫ ص‬ٞ٘‫ُض ػ‬ٝ َ‫ًجٕ ُغ ج‬

٠‫ ثُوػّ ك‬ٚ‫ع‬
َ ‫ كؼ‬, ‫ّ ظغح هطّج‬ٞ٣ ‫طث س‬ٝ .ٚٓ ‫ـٔغ ًال‬٣ ُْ ٌُٖٝ , ‫ثألكججع‬

‫ ٖٓ ك ّضر‬, ًَ ‫أ‬٣ٝ‫ أ‬, ّ‫٘ج‬٣ ٕ‫ـضطغ أ‬٣ ِْ‫ ك‬, ‫ضث‬٣‫جّغ كض‬ٞ‫ كض‬, ‫ج‬ٜ‫ جغد‬٠‫ دضّى‬ِٚ‫عج‬

‫ثٖٔ ثألص‬ٝ ‫خ‬٤‫ أل جغر ثُطّذ‬: ‫غث‬٤‫ ًث‬ٚ٤ِ‫سـغ ػ‬ٝ , ‫ذج‬٤‫ غذ‬ٙٞ‫ أد‬ُٚ ‫ كض ػج‬, ‫جغ‬ُٞ‫ث‬

‫دؼض ٓ ّضر‬ٝ . ‫ؼج‬٣‫ ؿغ‬ٙ‫ُض‬ٝ ٠‫لضل‬٣ ٕ‫ذذخّ أ‬٣ ّٚٗ‫ ال‬, ‫ذجٍ دظُي‬٣ ُْ ٙٞ‫ٌُٖ أد‬ٝ , ‫ز‬٣ٝ

‫ؼَٔ صثةٔج‬٣ ٕ‫ أ‬٠ِ‫ ػ‬ٙ‫ض أدج‬ٛ ‫ػج‬ٝ , ‫ذز‬٤‫ ثُوذ‬ٚ‫ كضج ح ٖٓ ػجصص‬, ‫ُض‬ُٞ‫ ث‬٠‫صؼج كى‬

. ‫ عثدز‬٠‫ق ك‬٤‫ؼ‬٣ٝ , ٟ‫ـِْ ٖٓ ثألط‬٣ ٠ّ‫ دض‬, ‫ أدضث‬ٙ‫ؼجٗض‬٣ ‫ال‬ٝ , ٚ‫د٘صجةذ‬

Pada tema ini diceritakan seorang anak yang durhaka kepada ayahnya.

Pada suatu hari anak itu digigit binatang yang menyebabkan dia sakit beberapa

hari. Ayahnya memanggilkan dokter untuk anak tersebut, sehingga keluarlah

biaya yang mahal untuk pengobatannya. Akan tetapa sang ayah tak

memperdulikan hal itu, keinginan sang ayah hanya ingin anaknya sembuh.

Selang beberapa hari sang anak sembuh, kemudian anak durhaka tersebut

bertaubat, ia berjanji kepada ayahnya untuk senantiasa mengamalkan nasihat-

nasihatnya dantidak akan melawan apa yang diperintahkan ayahnya.

39
18. Tentang Adab Seorang Anak Laki-laki Terhadap Saudara-saudaranya

‫لغح‬٣ ٕ‫ كئ طث أعص س أ‬، ‫ي‬٣‫ ُض‬ٝ ‫ دؼض‬، ‫ي‬٤ُ‫صي أهغح ثُّ٘ج ؽ إ‬ٞ‫أس‬ٝ ‫صي‬ٞ‫إ س‬

، ‫غر‬٤‫أسضي ثٌُذ‬ٝ ، ‫غ‬٤‫ دأٗضذضغّ أسي ثٌُذذ‬: ْٜ‫ كضأ ّص ح ٓؼ‬، ‫أ ّٓي‬ٝ ‫ى‬ٞ‫ٓ٘ي أد‬

، ‫غ‬٤‫أٗضغدْ أسجى ثُصّـ‬ٝ ، ‫ٔج‬ٜ‫صضّذغ ٗصج ةذ‬ٝ , ‫صذذّذٔج ٓذذّز صج صهز‬ٝ

‫ٔج دجثُعّغح‬ٜ٣ ‫إٔ ال صؤط‬ٝ ، ‫ذز‬٤‫عج ٓذذّز صذ‬٣‫ٔج أ‬ّٜ‫صذذ‬ٝ ، ‫غر‬٤‫أسضي ثُصّـ‬ٝ

ّ ، ‫ٔج‬ٜ‫ّغ ُؼذض‬٤‫صـ‬ٝ‫ أ‬، ‫ٔج‬ٜ‫الصضوجغغ ٓؼ‬ٝ ، ْ‫ثُ ّلض‬ٝ‫أ‬


.‫ي‬٣‫ثُض‬ٝ ‫ـعخ‬٣ ‫الٕ طُي‬

٠ِ‫ػ‬ٝ‫ أ‬، ‫ ُؼذز‬٠ِ‫ػ‬ٝ‫ أ‬، ّ‫ صسَ د ّٔج‬٠ِ‫ ػ‬، ‫أسضي‬ٝ‫ًظُي ال صض٘جػع ٓغ أسي ث‬ٝ

ٍ‫ صض٘ؼ‬ٝ ‫ي إٔ صصذغ‬٤ِ‫ػ‬ٝ ، ‫ب آسغ‬٤‫ ك‬٠ِ‫ػ‬ٝ‫ أ‬٠ِ‫ػ‬ٝ‫ أ‬، ٢ّ ‫ ثٌُغؿ‬٠ِ‫ؽ ػ‬ِٞ‫ثُج‬

‫ٔج‬ٜ‫ـذّخ عظ‬٣ٝ ، ‫ي‬٣‫ثُض‬ٝ ‫لغّح‬٣ ‫ظث ٓ َّٔج‬ٜ‫ ك‬، ‫صثةٔج‬

Pada tema ini diperintahkan seorang anak laki-laki haruslah memilii

adab terhadap saudara-saudaranya. Baik saudara laki-laki maupun saudara

perempuan. Dikarenakan saudara adalah orang yang terdekat setelah ayah dan

ibumu. Hormati dan dengarkanlah nasihat dari saudara yang lebih besar.

Berilah kasih sayang terhadap saudaramu yang lebih kecil. Janganlah kau

sakiti keduanya dengan suatu perkataan atau perbuatan. Janganlah kau

bertengkar dengan keduanya, bertengkar karena hal-hal yang kecil.

Maafkanlah saudara-saudaramu ketika mereka marah. Jauhilah banyak

bercanda dengan mereka. Maka sesungguhnya hal itu termasuk perkara yang

dapat membuat kedua orang tuamu bahagia dan membuat kedua orang tuamu

ridho terhadapmu.

40
19. Tentang Dua Saudara Yang Saling Mencintai

‫ّج‬٣ٞ‫ج ؿ‬ٜ٘ٓ ٕ‫غجؼج‬٣ٝ ، ‫ ثُٔض ؿز ٓؼج‬٠ُ‫ذجٕ إ‬ٛ ‫ظ‬٣ : ٕ‫ثٕ ٓضذذّج‬ٞ‫أدٔض أس‬ٝ ٠ٌّ ِِ‫َػ‬

٠‫ك‬ٝ ٍ‫ ثُٔ٘ؼ‬٠‫ٔج ك‬ٜ‫ؿ‬ٝ‫طجُؼجٕ صع‬٤‫ ك‬: ‫ٔج‬ٜ‫ث جذجص‬ٝ ‫ آصثء‬٠ِ‫ٗجٕ ػ‬ٝ‫ضؼج‬٣ٝ ،

‫ٔج‬ٜ٘ٓ ‫ كغح‬، ‫ٔج‬ٜ‫ُ ّٔجؿٔغ ثألؿضجط دوصّض‬ٝ . ‫هش ثُّؼخ ٓؼج‬ٝ ٕ‫ِؼذج‬٣ٝ ، ‫ثُٔضعؿز‬

٢ّ ِ‫ ػ‬٠ُ‫الص إ‬ٝ‫جثأل‬ّٜ٣‫ث أ‬ٝ‫ ثٗظغ‬: ٍ‫هج‬ٝ ، ‫ظ‬٤ٓ ‫ٔج أٓٔج ثُضّال‬ٜ‫ٓض د‬ٝ ، ‫ز ثُلغح‬٣‫ؿج‬

‫ ؿؼجصر‬٠‫ث ك‬ٞ‫ل‬٤‫ٖ ُضؼ‬٣ٞ‫ٖ ثألس‬٣‫ظ‬ٛ َ‫ؼجٓث‬٤ٔ‫ث ج‬ٌٞٗٞ‫ ك‬، ‫ٔج‬ٛ‫ ٓج أؿؼض‬، ‫أدٔض‬ٝ

. ‫٘جء‬ٛٝ

Pada tema ini diceritakan tentang dua saudara yang bernama Ali dan

Ahmad. Kedua anak ini adalah saudara saling mebantu dalam segala hal. Baik

di rumah atau pun disekolah. Apabila salah satu di anatara mereka mempunyai

suatu pekerjaan, maka yan satunya membantu, begitupun sebaliknya. Ketika

sang guru mendengar kisah keduanya, ia pun ikut berbahagia dan memuji

keduanya di hadapan murid yang lain. Dan berkata “Lihatlah wahai anak-anak

kepada Ali dan Ahmad, alangkah berbahagia keduanya, jadilah kalian semua

seperti dua saudara ini, agar kalian hidup dalam kebahagiaan dan kegembiraan.

20. Tentang Adab Seorang Anak Laki-laki Terhadap Kerabatnya

َ‫ٔضث‬٤ٗ‫ دأ‬: ‫ صثةٔج‬ٚ‫ أهجعد‬٠‫غظ‬٣ٝ .ٚ‫ذضغّ أهجعد‬٣ ‫ ح‬ٞ‫ُض ثُؼج هَ ثُٔذذ‬ُٞ‫ث‬

ًْ‫ٓغض أدض‬ٝ‫ أ‬، ‫ج ص‬٤‫ ألػ‬٠‫صج ك‬ٞ‫ سص‬، ‫هش‬ٝ ‫هضج دؼض‬ٝ ْٛ‫ع‬ٝ‫ؼ‬٣ٝ ، ْٛ‫ثٓغ‬ٝ‫أ‬

‫ث‬ٞٗ‫ذؼٕ إطث دؼ‬٣ٝ ، ‫ث‬ٞ‫لغح إطث كغد‬٣ ٕ‫أ‬ٝ ،‫هضّ ٖٓ ؿلغ‬ٝ‫ أ‬، ‫ُض‬ٞٓ ُٚ ‫ُض‬ٝٝ‫ أ‬،

ّ ‫ـعخ‬٣ ‫ألٕ طُي‬


ٚ٣‫ثُض‬ٝ ‫ـعخ‬٣ٝ ، ‫ّللا‬ ّ ، ْٜ٘ٓ ‫ أدض‬٠ُ‫ءثألصح إ‬٢‫ـ‬٣‫ال‬ٝ

41
ّ ‫ٌثّغ‬٣ٝ ، ‫ذج‬٣‫ق ٓـضغ‬٤‫ؼ‬٣ ، ٚ‫ ثهغد‬٠ُ‫ذـٖ إ‬٣ ٟ‫ُض ثُّظ‬ُٞ‫ ث‬. ٚ‫أهجعد‬ٝ
، ٚ‫ّللا عػه‬

. ٙ‫ٍ ػٔغ‬ّٞ ‫ط‬٣ٝ

Pada tema ini diperintahkan kepada seorang anaklaki-laki untuk

beradab terhadap kerabatnya. Seorang anak yang berakal, yang dicintai itu

selalu menghormati kerabat-kerabatnya (orang-orang terdekat). Senang

terhadap kerabatnya, dengan cara nelaksanakan perintahnya, mengunjungi/

bersilaturahim sesekali waktu. Kerabat akan bahagia apabila kerabat yang lain

juga bahagia, begitupun apabila ada kerabat yang sedih maka kerabat yang

lain juga sedih. Janganlah seorang anak mempunyai adab yang buruk

terhadap kerabatnya, karena hal itu dapat membuat murka kedua orang tua dan

kerabat yang lainnya.

Seorang anak yang berakal juga mencintai anak-anak dari kerabatnya.

Menolong apabila dibutuhkan, tidak saling menyakiti. Seorang anak yang

berbuat baik kepada kerabatnya akan hidup dalam kedaan nyaman, Allah

SWT perbanayk rezekinya dan dipanjangkan umurnya.

21. Tentang Anjuran Beradab Terhadap Kerabatnya

ٕ‫ذخّ أ‬٣ٝ . ‫ أدض‬٠ِ‫ضٌذّغ ػ‬٣‫ ال‬، ‫خ‬٣‫ثظغ أص‬ٞ‫ ٓض‬ٌُّٚ٘ ، ٢٘‫ُض ؿ‬ٝ ٠‫ٓصطل‬

٠‫ ٓصطل‬ٟ‫ عآ‬، ّٞ٣ ‫طثس‬ٝ . ٚ‫ث ٖٓ أهجعد‬ٞٗ‫ّٔجإطث ًج‬٤‫ال ؿ‬ٝ ، ٖ٤‫ـجػض ثُٔذضجج‬٣

‫خ ٓـغػج‬ٛ‫ط‬ٝ ، ٚ‫ هِذ‬ُٚ ‫ كغّم‬، ‫دج ٓٔ ّؼهج‬ٞ‫ِذؾ ث‬٣ ّٚٔ ‫ ثدٖ ػ‬ٞٛٝ ٠٤‫ذ‬٣ ٚ‫ذ‬٣‫هغ‬

٠ّٔ ‫جثدٖ ػ‬٣ َّ‫ صلع‬: ‫ هجةال‬ٙ‫ض‬٣ ٠ُ‫ إ‬ِّٚٔ‫ كـ‬، ‫ضث‬٣‫دج جض‬ٞ‫ ث‬ٚ٘ٓ ‫أسظ‬ٝ ، ُٚ‫ ٓ٘ؼ‬٠ُ‫إ‬

، ‫ع‬ٞٓ‫ءصجٕ دجثُ ّض‬ِٞٔٓ ٙ‫٘ج‬٤‫ػ‬ٝ ‫ج‬ِٜ‫ كوذ‬، ّٚ٣‫ض‬ُٜ‫ ث‬ٙ‫ظ‬ٛ ٠ّ٘ٓ َ‫ ثهذ‬، ‫ح‬ٞ‫ثُٔذذ‬

42
ٙ‫ظ‬ٜ‫ د‬، ٠‫ثُض ٓصطل‬ٝ ِْ‫ ُ ّٔج ؿ‬. ٚٗ‫ إدـج‬٠ِ‫غث ػ‬٤‫ ًث‬ٙ‫كٌغ‬ٝ ، ‫عث‬ٝ‫ؿغ‬ٝ‫كغدج‬

ٖ‫ دـ‬٠ِ‫ ػ‬ٚ‫ٓضد‬ٝ ، ٚ‫ذ‬٣‫ ُوغ‬ٚ‫ ٓـجػضص‬٠ِ‫عػ‬ٝ‫ز ثُـّغ‬٣‫ ؿج‬ٚ٘ٓ ‫ ؿ ّغ‬، ‫ثُوصّز‬

‫أسالم‬

Pada tema dikisahkan seorang anak yang bernama Musthofa dan

kerabatnya yang bernama Yahya. Musthofa adalah anak orang kaya yang

rendah hati. Pada suatu hari ia melihat Yahya mengenakan pakaian yang

sobek-sobek. Bergegaslah ia menuju rumahnya untuk mengambil pakaian baru

yang kemudian diberikan kepada Yahya, seraya berkata “Silahkan wahai anak

pamanku yang tercinta, ku mohon terimalah hadiah dariku ini.” Kemudian ia

menerimanya dengan matanya penuh dengan air mata karena bahagia dan

gembira, kemudian Yahya berterimakasih banayak atas kebaikan Musthofa.

Ketika orang tua Musthofa mengetaui kisah tersebut, ia menjadi sangat

bahagia, atas pertolongan Musthofa kepada kerabatnya, dan orang tuanya

memuji Musthofa atas akhlaknya yang baik.

22. Tentag Adab Seorang Anak Terhadap Pembantunya

‫ي إٔ صـضؼَٔ ثألسالم ثُذـ٘ز‬٤ِ‫جخ ػ‬٤‫ ك‬. ‫ضي‬٤‫ د‬٠‫لضـَ ك‬٣ ٟ‫ثُّظ‬ٞٛ ‫سجصٓي‬

ٙ‫الصؤط‬ٝ ، ‫ق‬٤‫ دٌالّ ُط‬ٌِّٚٔ‫ ك‬، ‫ٔج دلب‬ٛ‫ثُشجصٓز كئطث أٓغس أدض‬ٝ ّ‫ٓغ ثُشجص‬

‫إطث‬ٝ ٚ‫ؿجٓذ‬ٝ ، ‫ دغكن‬ٚ‫ ؿِط‬٠ِ‫ ػ‬ّٜٚ‫ دَ ٗذ‬، ٙ‫غ‬ٜ٘‫إطث ؿِػ كالص‬ٝ , ٚ٤ِ‫صضٌذّغ ػ‬ٝ‫أ‬

، ّ ‫ الصجِؾ ٓغ ثُشجص‬. ّ ‫ ثُشجص‬٠ُ‫الص٘ـخ ثُـِػ إ‬ٝ ، ‫وز‬٤‫ؿِطش كوَ ثُذو‬

43
ٚ٘ٓ ‫صـٔغ‬ٝ‫ ث‬، ‫ي‬٤ِ‫ضجغّأػ‬٣‫ال‬٤ً ، ٚ‫الصٔؼح ٓؼ‬ٝ ، ‫ إالّدوضع ثُذججز‬ٌِّٚٔ‫الص‬ٝ

. ‫غ الةن‬٤‫ًالٓج ؿ‬

Pada tema ini diperintahkan seorang anak untuk mempunyai adab

terhadap pembantunya di rumah. Seorang pembantu adalah orang yang sibuk

di rumahmu. Dia melakukan segalah hal dan pekerjaan yang ada di rumah.

Wajib bagi seorang anak berakhlak baik kepada pembantunya, baik pembantu

laki-laki maupun pembantu perempuan. Hendaklah memerintah pembantunya

dengan perkataan yang lembut, jangan menyakiti atau sombong terhadapnya.

Apabila pembantumu melakukan salah janganlah engkau membentaknya.

Janganlah sering duduk bersama pembantumu atau berbicara akrab terhadap

pembantu kecuali sekedar keperluan, agar ia tidak berlaku tidak sopan

terhadapmu.

23. Tentang Anak Yang Suka Menyakiti Hati Orang Lain

، ٙ‫غ‬٤‫ظثءؿ‬٣‫ُغ دئ‬ٞٓ ، ٚ‫عد٘لـ‬ٞ‫كش‬، ‫ُض كغؽ ثألسالم‬ٝ‫جء‬٤٘‫ًجٕ ألدض ثألؿ‬

ٍ‫طثس ٓ ّغر هج‬ٝ ، ٚ‫ذض‬٤‫ـٔغ ٗص‬٣ ُْ ٌُّٚ٘ٝ ، ٙٞ‫ أد‬ٚ‫ًْ ٗصذ‬ٝ . ّ‫ّٔج ثُشض‬٤‫الؿ‬ٝ

ّ ، ‫غى‬٤‫ كالصؤطؿ‬,، ‫ي أدض‬٣‫ؤط‬٣ ٕ‫ ًٔجالصذخّ أ‬: ٠ّ ٘‫ذ‬٣ ‫ ثؿٔغ‬: ٙٞ‫ أد‬ُٚ


‫ظثء‬٣‫ألٕ إل‬

، ّ‫ٖ ثألدضث‬٤ٜ‫ثدظع ً َّ ثُذظع إٔ ص‬ٝ ، ‫ز‬٤‫ء ثُضّغد‬ٞ‫ ؿ‬٠ِ‫ض ٍّ ػ‬٣ٝ ، ‫خ ج ّضث‬٤‫هذ‬

‫ُض‬ُٞ‫ ُ ّٔج ؿٔغ ث‬. ‫عٗج‬ٞ‫ٕ ٓثَ كؼ‬ٝ‫لؼغ‬٣ٝ ، ‫ْ دلغ ٓثِ٘ج‬ٜ‫ك‬، ْٜ٤ِ‫صضٌذّغػ‬ٝ

، ‫ذز‬٤‫ ثُوذ‬ٚ‫صجح ٖٓ ػجصص‬ٝ ، ‫غث‬٤‫جًث‬ٜ‫ صأثّغ د‬، ‫ ثُٔغّر‬ٙ‫ظ‬ٛ ٠‫ ك‬، ٚ٤‫ذز أد‬٤‫ٗص‬

ْٜ٣‫ؤط‬٣‫ال‬ٝ ، ّ‫غدْ ثألسض‬٣ : ‫ّخ ثألدالم‬٤‫صجع غ‬ٝ

44
Pada tema ini dikisahkan seorang anak kaya raya yang memiliki

akhlak yang jelek. Ia selalu menyombongkan dirinya, suka menyakiti orang

lain, terutama kepada pembantu. Pada suatu hari ayahnya berkata, “dengarlah

wahai anakku yang tersayang, sebagaimana kau tidak suka orang lain

menyakitimu, maka janganlah engkau menyakiti hati hati orang lain, karena

menyakiti orang lain adalah hal yang buruk pendidikannya, berhati-hatilah

engakau menyakiti hati seorang pembantu”. Seketia anak itu tersadar terhadap

nasihat sang ayah yang diberiakn kepadanya. Kemudian dia bertaubat dari

kebiasaan buruknya, dan akhlaknya menjadibaik. Ia menyayangi

pembantunyanya dan tidak menyakitinya lagi.

24. Tentang Adab Seorang Anak Terhadap Tetangganya

ّ‫صذضـْ أٓج‬ٝ ، ْٛ‫الص‬ٝ‫ دإٔ صذخّ أ‬: ْٜ‫د‬ِٞ‫كغّح ه‬ٝ ، ‫غثٗي‬٤‫ُضٓغ ج‬ُٞ‫جث‬ّٜ٣‫كضأ ّصح أ‬

ْٜ‫صأسظُؼذ‬ٝ‫ أ‬، ْٜ‫ثدظ ع إٔ صضشجصْ ٓؼ‬ٝ ‫ْ دأصح‬ٜ‫صِؼخ ٓؼ‬ٝ ، ْٜٜ‫ج‬ٝ

‫ثطثأػطضي أ ّٓي‬ٝ ، ‫ٔي‬ٛ‫صعث‬ٝ‫ْ دٔال دـي أ‬ٜ٤ِ‫صلضشغػ‬ٝ‫ أ‬، ْٜ٘ٓ ٕ‫غإط‬٤‫دـ‬

‫ثدظع‬ٝ . ‫ي‬٤ُ‫ٕ إ‬ٝ‫٘ظغ‬٣ ‫غثٗي‬٤‫الصج‬ٝ‫أ‬ٝ ، ‫دضى‬ٝ ‫ كالصأًَ طُي‬، ‫ز‬ًٜ‫كج‬ٝ‫غؼجٓجأ‬

، ْٜ‫ض‬٤‫ د‬٠ٓ‫صغ‬ٝ‫ أ‬، ْٜٓٞٗ ‫هش‬ٝ ‫صي‬ٞ‫صغكغ ص‬ٝ‫ أ‬،‫غثٗي‬٤‫ؼا دج‬ٜ‫عجإٔ صـض‬٣‫أ‬

. ‫ثح‬ٞ‫ألد‬ٝ ٕ‫ح ثُجضعث‬ٞ‫ْ ٖٓ ثو‬ٜ٤ُ‫ص٘ظغث‬ٝ‫ أ‬, ‫ج‬ٜ‫ؿجدجص‬ٝ‫ج‬ٜٗ‫ؿّز جضعث‬ٞ‫ص‬ٝ‫أ‬

Pada tema ini diperintahkan seorang anak untuk mempunyai adab terhadap

tetangganya. Tetangga adalah seorang yang sering membantu kedua orang

tuamu di waktu mereka butuh. Beradablah terhadap tetanggamu,

bahagiakanlah hati mereka, janganlah sombong di hadapamu tetanggamu

45
ketika engkau mempunyai rezeki berlebih. Berbagilah kepada tetanggamu

ketika engkau mempunyai sesuatu berlebih. Berhati-hatilah engkau jangan

sampai menghina tetanggamu, jangan mengganggu di waktu tidur, janganlah

mengotori halaman rumahnya.

25. Tentang Anjuran Beradab Terhadap Tetangganya

ّٚٗ‫ ال‬، ٚٗ‫غث‬٤‫ج‬ٝ ٚ‫ح ػ٘ضأؿغثص‬ٞ‫ دـٖ ثالصثح ٓذذ‬، ‫ّخ ثُوِخ‬٤‫ُضغ‬ٝ‫دجٓض‬

‫ٌظث‬ٛٝ . ْٜ٘ٓ ‫وجغغ أدضث‬٣ ‫ال‬ٝ ْٜ‫ضلجصْ ٓؼ‬٣ٝ‫ضشجصْ أ‬٣‫ال‬ٝ ْٛ‫ُض‬ٝ‫ ث‬ٟ‫ؤط‬٣‫ٓج‬

ٚ‫آصثد‬٥ ٖ‫ث ّص دذـ‬ٞ‫ص‬ٝ ‫ثصّذجص‬ٝ ، ‫ع‬ٝ‫ؿغ‬ٝ ‫ أٗؾ‬٠‫ ك‬ٚٗ‫غث‬٤‫الص ج‬ٝ‫ ٓغ أ‬، ‫ػجف دجٓض‬

. ٚ‫خ هِذ‬٤‫غ‬ٝ ،

Pada tema ini dikisahkan seorang anak yang bernama Hamid dan

tetangganya Hamid adalah seorang anak yang baik hati lagi baik adabnya,

dicintai keluarga dan tetangganya. Hamid tidak pernah menyakiti anak-anak

tetangganya Hamid belajar dan bermain bersama anak-anak tetangganya, juga

membantu orang-orang yang sedang memilki hajat diantara mereka. Apabila

salah seorang mereka ada yang sakitia pun berkunjung ke rumahnya (untuk

menjenguk). Begitulah kehidupan Hamid bersama anak-anak tetangganya

dalam kehidupan yang penuh ketenangan dan kebahagiaan, persatuan dan rasa

cinta, dengan baik adab dan bak hatinya.

26. Tentang Anjuran Sebelum Berangkat Ke Sekolah

‫ ً َّ صذجح‬ٚٓٞٗ ٖٓ ّٞ‫و‬٣ : ‫ثُّ٘ظجكز صثةٔج‬ٝ ‫خ‬٤‫ّذخّ ثُضّغص‬٣ ٕ‫ ثُضِّٔظ أ‬٠ِ‫جخ ػ‬٣

‫دؼض‬ٝ ، ‫ ثُصّذخ جٔجػز‬٠ِّ‫ص‬٣ٝ ‫ظّأ‬ٞ‫ض‬٣ ّْ ‫ ث‬، ٕٞ‫ـضـَ دجثُصّجد‬٤‫ ك‬، ‫ٓذ ٌّغث‬

46
ّْ ‫ ث‬. ‫لز ٓغصّذز‬٤‫ ٗظ‬، ‫ِذؾ ٓالدؾ ثُٔضعؿز‬٣ ّْ ‫ ث‬، ٚ٣‫ثُض‬ٝ ‫صجكخ‬٣ ‫ثُصّالر‬

٠‫ ك‬ٚ‫ثص‬ٝ‫غصّخ أصث‬٣ ، ‫لطغ‬٤ٗ‫دؼض أ‬ٝ . ُّّٞ٘‫ج هذَ ث‬ٜ‫ هض غجُؼ‬٠‫ ثُّض‬، ٚ‫ؿ‬ٝ‫٘ظغصع‬٣

ّ ٚ٣‫ثُض‬ٝ ٕ‫ـضأط‬٤‫ ك‬، ‫ثُٔذلظز‬


. ‫جح إُىجُٔضعؿز‬ٛ‫ُِظ‬

Pada tema ini diperintahkan wajib bagi seorang murid selalu menyukai

kerapihan da kebersihan, bangun dari tidurnya lebih cepat, kemudian ia mandi

dengan sabun, kemudian ia be rwudhu dan sholat subuh berjamaah, setelah

sholat ia bersalaman dengan kedua orang tuanya.Kemudian ia memakai

pakaian sekolah yang bersih dan rapi, kemudian ia memperhatikan pelajaran-

pelajarannya yang ia telah pelajari sebelum ia tidur. Setelah ia sarapan dan

merapikan alat-alat tulisanya di tas, kemudian ia meminta izin kepada kedua

orang tuanya untuk berangkat ke sekolah.

27. Tema Adab Berjalan Di Jalanan

ًَ‫أ‬٣‫ال‬ٝ ، ‫غدججز‬٤‫الكٔجالدـ‬ٝ ‫٘ج‬٤ٔ٣ ‫ِضلش‬٣‫ ال‬: ‫ٔج‬٤‫ ٓـضو‬٠‫ٔل‬٣ ٕ‫ ُِضِّٔظ أ‬٠‫٘ذـ‬٣

، ْٜ‫ٔؼح ٓؼ‬٣‫ كال‬، ٚ‫ ٓغ ػٓالة‬٠‫ إطث ٓل‬. ٠‫ٔل‬٣ ٞٛٝ ٚ‫وغأًضجد‬٣ٝ‫ أ‬، ٠ّ ٘‫ـ‬٣ٝ‫أ‬

، ‫خ ج ّضث‬٤‫ كٌ َّ طُي هذ‬، ‫ؼا دأدض‬ٜ‫ـض‬٣‫ال‬ٝ ، ‫ ظذي‬ٝ‫ إطثصٌِّْ أ‬ٚ‫ص‬ٞ‫غكغ ص‬٣‫ال‬ٝ

ّ
ٚ‫و‬٣‫ غغ‬٠‫ ك‬ٚ‫صجصك‬٣ ٖٓ ٠ِ‫٘ؾ ثُـّالّ ػ‬٣‫ال‬ٝ . ‫ظح‬ُٜٔ‫ث‬ ‫ن دجثُضِّٔظ‬٤ِ٣‫ال‬ٝ

. ٙ‫أؿضجط‬ٝ‫ أ‬ٙ‫ثُض‬ٝ ٕ‫صج إطثًج‬ٞ‫دص‬ٝ

Pada tema ini diperitahkan bagi seoran pelajar atau murid wajib

beradab ketika ia berada di jalan. Selayaknya bagi seorang pelajar ia berjalan

dengan lurus, artinya ia tidak menoleh ke kanan dan ke kiri jika tidak ada

keperluannya. Tidak makan sambil berjalan ataupun bernyanyi-nyanyi, atau

47
membaca buku sedangkan ia sedang berjalan. Hendaknya seorang pelajar

menjauhi lumpur dan kotoran yang ada di jalan, tidak berdiri di tengah jalan.

Janganalah bercanda di jalan ketika bersama teman-temannya ataupun

mengolok-olok teman yang lainnya. Janganlah juga ia lupa mengucapkan

salam kepada orang yang ditemuinya di jalan, lebih khususnya lagi jika yang

ditemuinya adalah orang tuanya atau gurunya.

28. Tentang Adab Seorang Pelajar Di Sekolah

، ٚٔ‫ هـ‬٠ُ‫خ إ‬ٛ ‫ظ‬٣ ّْ ‫ ث‬، ‫ دجثُٔٔـذز‬ٙ‫ٔـخ دظثء‬٣ ‫ ٓضعؿز‬٠ُ‫ظ إ‬٤ِّٔ‫صَ ثُض‬ٝ‫إطث‬

، ْٜ‫صج كذ‬٣ٝ ٚ‫ ػٓال ة‬٠ِ‫ـِّْ ػ‬٣ٝ ، ‫ضسَ دأصح‬٣ٝ ‫ دِطق‬ٚ‫لضخ دجد‬٤‫ك‬

،ّ‫ثدضغث‬ٝ ‫ دٌ َّ أصح‬ِٚ‫ـضوذ‬٣ٝ ِّٚ‫ّ ٖٓ ٓذ‬ٞ‫و‬٣ ، ٙ‫إطث ججء أؿضجط‬ٝ . ْ‫ٓذضـ‬ٞٛٝ

ٌِّْ‫ض‬٣‫ال‬ٝ‫ّق ٓؼضضال‬
ّ ‫ ثُص‬٠‫ ك‬ٚٗ‫ث‬ٞ‫هق ٓغ إس‬ٝ ‫م ثُجغؽ‬
ّ ‫إطث ص‬ٝ . ٚ‫صجكذ‬٣ٝ

. ٌٕٞ‫ؿ‬ٝ ‫ء‬ٝ‫ض‬ٛ َّ ٌ‫ د‬، ِّْ‫ دؼض إكجعر ثُٔؼ‬ِٚ‫ضسَ كص‬٣ ّْ ‫ ث‬، ْٜ‫ِؼخ ٓؼ‬٣ٝ‫أ‬

‫ٌِّْ أدضث‬٣‫ال‬ٝ ، ٙ‫وذَ أؿضجط‬٣ َ‫ د‬، ‫الكٔجال‬ٝ‫٘ج‬٤٘ٔ٣ ‫ِضلش‬٣‫ال‬ٝ ، ‫٘صش ُِ ّضعؽ‬٤ٗ‫أ‬ٝ

، ٜٚٔ‫عج ػٖ ك‬٣‫ أ‬ٙ‫غ‬٤‫ٔ٘غ ؿ‬٣ٝ ، ‫ْ ثُ ّضعؽ‬ٜ‫ ػٖ ك‬ٚ‫ٔ٘ؼ‬٣ ‫الٕ طُي‬


ّ ، ٚ‫عٌذ‬٣ٝ‫أ‬

. ٕ‫ ثالٓضذج‬٠‫ـوػ ك‬٣ ٕ‫ كالد ّض أ‬، ٚ‫ؿ‬ٝ‫ْ صع‬ٜ‫ل‬٣ ُْ ‫إطث‬ٝ ‫ ثألؿضجط‬ٚ٤ِ‫ـعخ ػ‬٤‫ك‬

Apabila seorang anak telah sampai di sekolahnya hendaknya ia segera

membersihkan sepatunya dengan alat pembersih. Pergi ke kelasnya, membuka

pintu dengan perlahan, masuk dengan penuh adab, memberi salam kepada

kawan-kawannya, meletakkan tas di laci tempat duduknya. Apabila guru

datang maka berdirilah dari tempat duduknya, menghadap ke arahnya dengan

penuh adab dan penghormatan, serta bersalaman dengan gurunya.

48
Apabila bel telah berbunyi, berbaris secara rapi janganlah bersenda

gurau, kemudian masuk secara perlahan dan duduk dengan adab yang baik di

tempat duduknya. Hendaknya seorang pelajar itu tenang dan memperhatikan

pelajaran, tidak menoleh ke kanan ataupun ke kiri. Janganlah mengajak teman

berbicara ketika guru menyampaikan materi. Janganlah membuat marah

gurumu ketika guru sedang menyampaikan materi.

29. Tentang Bagaimana Seorang Pelajar Menjaga Peralatan Sekolahnya?

‫ال‬٤ً ‫ج‬ِّٜ‫ ٓذ‬٠‫ؼج ك‬٤ٔ‫ج ج‬ٜ‫غصّذ‬٣ ٕ‫ دأ‬: ٚ‫ص‬ٝ‫ أصث‬٠ِ‫ظ ػ‬٤ِٔ‫ذلعج ثُض‬٣ ٕ‫جخ أ‬٣

. ‫ّغ‬٤‫صضـ‬

Wajib bagi seorang pelajar untuk menjaga peralatan sekolahnya,

dengan cara merapikan peralatan setelah digunakan agar ketika ia

membutuhkan tidak besusah payah mencarinya.

30. Tentang Bagaimana Seorang Pelajar Menjaga Peralatan Milik Sekolah?

‫ذجكع‬٣ ٕ‫ أ‬ٚ٤ِ‫جخ ػ‬٣ ‫ ًظُي‬، ٚ‫ثص‬ٝ‫ أصث‬٠ِ‫ذجكع ػ‬٣ ٕ‫ظ أ‬٤ِٔ‫ ثُض‬٠ِ‫جخ ػ‬٣ ‫ًٔج‬

. ‫تج‬٤‫ؿّز ك‬ٞ٣ٝ‫ّغ أ‬٤‫ـ‬٣ ‫ دإٔ ال‬، ‫ثس ثُٔضعؿز‬ٝ‫ أصث‬٠ِ‫ػ‬

Sebagaimana wajib bagi seorang pelajar menjaga peralatan-

peralatannya, begitu juga wajib atasnya menjaga peralatan-peralatan milik

sekolahnya, dengan tidak merusak atau mengotorinya.

31. Tentang Adab Seorang Pelajar Kepada Gurunya

ّ : ‫ضي‬٤‫ صغد‬٠‫غث ك‬٤‫ضؼخ ًث‬٣ ‫إٕ أؿضجطى‬


‫ظح أسالهي‬ٜ٣ ّ : ‫خ‬٣‫ظ ثألص‬٤ِٔ‫ج ثُض‬ّٜ٣‫أ‬

ّ ِْ‫ؼِّٔي ثُؼ‬٣ٝ
‫ذذّي‬٣ ّٚٗ ‫ً َّ طُي أل‬ٝ ، ‫ضر‬٤‫٘صذي د٘صجةخ ٓل‬٣ٝ ، ‫٘لؼي‬٣ ١ ‫ثُظ‬

49
‫ًث‪٤‬غث ‪ًٔ ،‬ج‪٣‬ذذّي أد‪ٞ‬ى ‪ٝ‬أ ّٓي ‪٣ٝ ،‬غج‪ٞ‬إٔ صٌ‪ ٕٞ‬ك‪ٓ ٠‬ـضوذِي ‪،‬‬

‫ّ‬
‫عجالػجُٔجٓ‪ٜ‬ظدج ‪ .‬كجدضغّ أؿضجطى ًٔجصذضغّ ‪ٝ‬ثُض‪٣‬ي ‪ :‬دأ ٕ صجِؾ أٓجٓ‪ ٚ‬دأصح‬

‫‪ٝ‬صضٌِّْ ٓؼ‪ ٚ‬دأص ح ‪ٝ ،‬إطث صٌِّْ كالصوطغ ًالٓ‪ ٌُٖٝ ، ٚ‬ثٗضظغ إُ‪ ٠‬إٕ ‪٣‬لغؽ ٓ٘‪ٚ‬‬

‫‪ٝ ،‬ثؿضٔغ إُ‪ٓ ٠‬ج‪ِ٣‬و‪ ٖٓ ٚ٤‬ثُ ّضع‪ٝ‬ؽ ‪ٝ ،‬إطثُْ صل‪ ْٜ‬ك‪٤‬تج ٖٓ صع‪ٝ‬ؿي ‪ ،‬كج ؿأُ‪ٚ‬‬

‫دِطق ‪ٝ‬ثدضغثّ ‪ :‬دإٔ صغكغ أصذؼي ث ّ‪ٝ‬ال ‪ ،‬دض ّ‪٣ ٠‬أطٕ ُي ك‪ ٠‬ثُـّؤثٍ ‪ٝ ،‬إطث‬

‫ؿأُي ػٖ ك‪٢‬ء ‪ ،‬كوْ ‪ٝ‬أجخ ػِ‪ ٠‬ؿؤثُ‪ ٚ‬دج‪ٞ‬ثح دـٖ ‪ٝ‬ال‪٣‬ج‪ٞ‬ػ إٔ صج‪٤‬خ إطث‬

‫ؿأٍ ؿ‪٤‬غى ‪ ،‬ك‪ٜ‬ظث ُ‪٤‬ؾ ٖٓ ثألصح ‪ .‬إطثأعصس إٔ ‪٣‬ذذّي أؿضجطى ‪ ،‬كوْ د‪ٞ‬ثجذجصي‬

‫‪ : ٠ٛٝ ،‬إٔ ص‪ٞ‬ثظخ ػِ‪ ٠‬ثُذع‪ٞ‬ع ً َّ ‪ ّٞ٣‬ك‪ ٠‬ثُ‪ٞ‬هش ثُٔؼ‪ ، ّٖ٤‬كالصـ‪٤‬خ‬

‫أ‪ٝ‬صج‪٢‬ء ٓضأسغث إالّ ُؼظع صذ‪٤‬خ ‪ٝ ،‬إٔ صذجصع أ‪٣‬عج إُ‪ ٠‬ثُ ّضس‪ ٍٞ‬ك‪ ٠‬ثُلصَ‬

‫دؼض ثالؿضغثدز ‪ٝ ،‬ثدظع إٔ صذخّ ثُضّأ ّسغ كجطث ػجصذي ثألؿضجط صؼضظع أٓجٓ‪ٚ‬‬

‫دأػظثع دجغِز ‪ٝ‬أٗضل‪ ْٜ‬صع‪ٝ‬ؿي ًِّ‪ٜ‬ج ‪ٝ ،‬صضث‪ ّٝ‬ػِ‪ ٠‬دلظ‪ٜ‬ج ‪ٓٝ‬طج ُؼض‪ٜ‬ج ‪،‬‬

‫‪ٝ‬صؼض٘‪ ٠‬د٘ظجكز ًضذي ‪ٝ‬أص‪ٝ‬ثصي ‪ٝ‬صغص‪٤‬ذ‪ٜ‬ج ‪ٝ ،‬صشعغ أل‪ٝ‬ثٓغثألؿضجط ٖٓ هِذي ‪،‬‬

‫الس‪ٞ‬كج ٖٓ ثُؼوجح ‪ٝ ،‬إٔ ال صـعخ إطثأ ّصدي ‪ ،‬الّٗ‪ٓ ٚ‬ج‪٣‬ؤ ّصدي إالّ ُضؤ ّص‪ٟ‬‬

‫‪ٝ‬ثجذجصي ‪ٝ ،‬ؿ‪ٞ‬ف صلٌغ‪ ٙ‬ػِ‪ ٠‬طُي إطث ًذغس ‪ٝ .‬ثؿضظى ٓغ صأص‪٣‬ذ‪ُ ٚ‬ي ‪٣‬ذذّي‬

‫‪٣ٝ ،‬غج‪ ٞ‬إٔ ‪٣‬ل‪٤‬ضى ‪ٛ‬ظث ثُضّأص‪٣‬خ ‪ُٝ ،‬ظُي كجكٌغ‪ ٙ‬ػِ‪ ٠‬إسالص‪ ٚ‬ك‪ ٠‬صغد‪٤‬ضي ‪،‬‬

‫‪ٝ‬الص٘ؾ جٔ‪ ِٚ٤‬أدضث ‪ٝ ،‬ث ّٓجثُضِّٔ‪٤‬ظ ثُلجؿضثالدالم ‪ ،‬كجّٗ‪٣ ٚ‬ـعخ إطث أ ّصد‪ ٚ‬أؿضجط‪ٙ‬‬

‫‪ٝ ،‬هض ‪٣‬لضٌ‪ ٠‬طُي إُ‪ٝ ٠‬ثُض‪. ٙ‬‬

‫‪50‬‬
Wahai murid yang beradab, sesungghnya gurumu sangatlah lelah

dalam mendidikmu, ia didik akhlakmu dan mengajarkanmu ilmu yang

bermanfaat bagimu, menasihatimu dengan nasihat yang bermanfaat. Semua itu

dilakukan karena ia sangat mencintaimu, sebagaimana cinta ayah dan ibumu.

Gurumu berharap kelak engkau di masa yang akan datang menjadi seorang

lelaki yang pintar dan terdidik.

Hormatilah gurumu sebagaimana engkau menghormati orang tuamu.

Duduk dan bicaralah dengan penuh adab dan kesopanan. Apabila engkau ingin

dicintai oleh gurumu maka kerjakanlah kewajiban-kewajibanmu. Janganlah

membuat gurumu marah ketika meyampaikan materi. Gurumu berharap

didikannya itu kelak bermanfaat bagimu. Oleh sebab itu bersyukurlah atas

keikhlasan dalam mendidikmu. Jangan kau lupakan kebaikannya. Adapun

pelajar yang buruk akhlaknya, ia akan selalu marah apabila dididik oleh

gurunya, dan mengeluhkannya kepada orang tuanya.

32. Tentang Adab Seorang Pelajar Bersama Kawan-kawannya

‫ ًٔج أّٗي‬، ‫ثدضر‬ٝ ‫ ٓضعؿز‬٠‫ أٗش صضؼِّْ ٓغ ػٓالةي ك‬: ‫خ‬٤‫ظ ثُّ٘ج‬٤ِّٔ‫ج ثُض‬ّٜ٣‫أ‬

ٖٓ ّ‫ثدضغ‬ٝ ‫صي‬ٞ‫ْ ًٔج صذخّ إس‬ّٜ‫ كِظُي أدذ‬، ‫ثدض‬ٝ ‫ش‬٤‫ د‬٠‫صي ك‬ٞ‫ق ٓغ إس‬٤‫صؼ‬

‫هش ثُ ّضعؽ‬ٝ ‫صـجػض ٓغ ػٓالةي‬ٝ ، ‫أصـغ ٓ٘ي‬ٞٛ ٖٓ ْ‫ثعد‬ٝ ، ‫أًذغٓ٘ي‬ٞٛ

‫هش‬ٝ ٠‫ْ ك‬ٜ‫ثُؼخ ٓؼ‬ٝ ، ّ‫ دلع ثُّ٘ظج‬٠ِ‫ػ‬ٝ ‫ ثؿضٔجع ًالّ ثألؿضج ط‬٠ِ‫ ػ‬،

‫ثُٔ٘جػػز‬ٝ ‫ثدضؼض ػٖ ثُٔوجغؼز‬ٝ ْ‫ ثُوـ‬٠‫ ال ك‬، ‫ ثُـّجدز‬٠‫ثالؿضغثدز ك‬

ٚٗ‫ ٌٓج‬٠‫ ك‬ٚ‫و‬٣ ‫ دإٔ صعج‬: ‫ِي‬٤ٓ‫ الصؤط ػ‬. ‫ن دي‬٤ِ٣‫ ال‬ٟ‫ػٖ ثُِؼخ ثُّظ‬ٝ ‫جح‬٤ّ‫ثُص‬ٝ

51
‫ء‬٠‫صـ‬ٝ‫ أ‬، ‫ٖ دج ّصر‬٤‫ دؼ‬ٚ٤ُ‫ص٘ظغإ‬ٝ‫ أ‬، ‫ س ّضى‬ُٚ‫ صصؼّغ‬ٝ‫ أ‬، ٚ‫ص‬ٝ‫صشذأ دؼط أصث‬ٝ‫ أ‬،

‫ ص٘لز‬ٝ‫ أ‬، ‫ق‬ٛ‫٘ض‬٣ ٠ٌُ ، ‫عثء‬ُٞ‫ ٖٓ ث‬ٚ٤ِ‫خ ػ‬٤‫ دإٔ صص‬: ‫عج‬٣‫ أ‬ٙ‫ال صؤط‬ٝ ٚ‫ثُظّ ّٖ د‬

ّ ‫ص‬ٝ‫ أ‬ٙ‫ّغ‬٤‫ كالصـ‬، ‫تج‬٤‫ ك‬ٚ٘ٓ ‫ثطث ثؿضؼغس‬ٝ ، ‫ج‬ٜ٤‫س ك‬ّٞ ‫صص‬ٝ‫ أ‬، ٚٗ‫ أط‬٠‫ك‬
، ٚ‫ّؼ‬٤‫ع‬

، ‫ِي‬٤ٓ‫ إطث صٌِّٔش ٓغ ػ‬. ٚٗ‫ إدـج‬٠ِ‫ ػ‬ٙ‫ثكٌغ‬ٝ ‫ دـغػز‬ٚ٤ُ‫ إ‬ٚ‫أعجؼ‬ٝ ، ٚ‫س‬ٞ‫ص‬ٝ‫أ‬
ٍّ

ٖٓ ‫ثسظع‬ٝ ، ‫ي‬ٜ‫ج‬ٞ‫صؼذّؾ د‬ٝ‫ أ‬، ‫صي‬ٞ‫الصغكغ ص‬ٝ ، ّ‫ثدضـج‬ٝ ‫كضٌِّْ دِطق‬

٠‫الصذِق ك‬ٝ ، ‫ٔز‬٤ُّٔ٘‫ث‬ٝ ْ‫ثُ ّلض‬ٝ ‫ٖٓ ثٌُظح‬ٝ ، ‫خ‬٤‫ثٌُالّ ثُوذ‬ٝ ‫ثُذـض‬ٝ ‫ثُـعخ‬

.‫ً٘ش صجصهج‬ُٞٝ ‫ًالٓي‬

Wahai murid yang mulia, cintailah kawan-kawanmu sebagaimana

engkau mencintai saudara-saudara di rumah. Hormatilah orang yang lebih tua

darimu dan sayangilah orang yang lebih muda darimu. Jika engaku ingin

dicintai kawan-kawanmu maka janganlah menjadi orang yang pelit, janganlah

menjadi kawan yang sombong di anatara mereka. Apabila engkau melihat

kawanmu ada yang malas maka nasihatilah dia. Bantulah kawanmu jika

kawanmu membutuhkan bantuanmu.

Janganlah menyakiti hati kawanmu, janganlah suka usil atau

mengolok-olok temanmu. Berterimakasihlah kamu jika meminjam sesuatu

dari temanmu. Bicaralah dengan lemah lembut kepada kawanmu, janganlah

suka marah atau hasad kepada kawan-kawanmu. Jangan suka menghina

dengan perkataan yang jelak, mengadu domba atau bersumpah di hadapan

kawanmu meskipun dengan perkataan yang jujur.

52
33. Tentang Nasihat

َ‫ ثكؼ‬: ‫ج س طثى‬ٛ : ُٚ َ‫ كال صو‬، ‫تج‬٤‫ إطث غِذش ٖٓ أدض ك‬: ‫خ‬٤‫ُض ثُّ٘ج‬ُٞ‫ج ث‬ّٜ٣‫أ‬

ٙ‫ٖٓ كعِي ثكؼَ ًظث ثْ ثكٌغ‬ٝ‫ أ‬، َّ‫هَ صلع‬ٝ ‫ٌُٖ ثؿضؼَٔ ثألصح‬ٝ ، ‫ًظث ٓثال‬

‫ إطث صٌِّٔي‬. ‫غث‬٤‫ّللا س‬


ّ ‫جؼثى‬ٝ‫ أ‬، ‫أكٌغى‬ٝ‫ ٓضل ٌّغأ‬: ‫ هجةال‬، ‫ ُي‬ٚ‫ ٓـجػضص‬٠ِ‫ػ‬

‫ثطث‬ٝ ، ٚ٘ٓ ‫لغؽ‬٣ ٕ‫ أ‬٠ُ‫ٌُٖ ثٗضظغإ‬ٝ ، ٚٓ‫ ًال‬ٚ٤ِ‫الصوطغ ػ‬ٝ ، ٚ٤ُ‫أدض كأصؾ إ‬

، ‫ز‬٣‫ ثُذٌج‬ٙ‫ظ‬ٛ ‫ هض ؿٔؼش‬٠ّٗ‫ إ‬: ُٚ َ‫ج كال صو‬ٜ‫ هض ؿٔؼض‬، ‫ز‬٣‫دٌج‬ٝ‫ ُي دٌالّ أ‬٠‫أص‬

‫ثُلغكجر‬ٝ‫ثى أ‬ّٞ‫ دإٔ صـضؼضَٔ ثُـ‬: ‫ ٗظجكز أؿ٘جٗي‬٠ِ‫ دج كع ػ‬. ٚ‫ٌ٘ـغهِذ‬٣ ‫ال‬٤ً

‫صوغض‬ٝ‫ أ‬، ‫ّجى إٔ صٔصّ أصذؼي‬٣‫إ‬ٝ ، ‫ّغ‬٤‫ الصضـ‬، ‫لز‬٤‫ ٗظ‬٠‫ صذو‬٠ّ‫ دض‬، ّٞ٣ َّ ً

ّ‫ّٔج ثٓج‬٤‫الؿ‬ٝ ، ‫ أطٗي‬٠‫ك‬ٝ‫ أ‬، ‫ ثٗلي‬٠‫صضسَ أصذؼي ك‬ٝ‫ أ‬، ‫أظلجعى دأؿ٘جٗي‬

ٟ‫ كئطث عآ‬، ٙ‫غ‬٤‫ أؿغثع ؿ‬٠ُ‫ُض إ‬ُٞ‫ضطِّغ ث‬٣ ٕ‫ أ‬، ‫ذز‬٤‫ ٖٓ ثُؼجص س ثُوذ‬. ‫ثُّ٘جؽ‬

ٙ‫ظ‬ٛ ‫ٖ ججءس‬٣‫ ٖٓ أ‬: ُٚ‫ ؿأ‬، ‫وغأعؿجُز‬٣ ‫ٗظغ أدضث‬ٝ‫ أ‬، ‫ج‬ٛ‫ هغأ‬ُٚ ‫ـش‬٤ُ ‫عؿجُز‬

. ‫ٔج‬ٜٓ‫ـٔغ ًال‬٤ُ ، ‫ٔج‬ٜ٘ٓ ‫ هغح‬، ٕ‫ضٌِّٔج‬٣ ٖ٤٘‫جض ثث‬ٝٝ‫ج ؟ أ‬ٜ٤‫ٓج طث ك‬ٝ ، ‫ثُغّؿجُز‬

Duhai anak yang mulia, jika kamu meminta sesuatu dari seseorang,

maka janganlah engkau berkata kepadanya dengan perkataan “ambilkan itu”,

atau “lakukan ini”, akan tetapi gunakanlah etikamu dan katakana, “silahkan”,

atau “mungkinkah kamu melakukan ini?”, kemudian berterima kasihlah atas

bantuannya untukmu, dengan berkata, “aku berterima kasih”, atau “Allah

membalasmu dengan kebaikan”.

Jika seseorang berbicara keapadamu maka dengarkanlah dengan baik

kepadanya, dan jangan kau potong pembicaraannya, akan tetapi tunggulah

53
sampai ia selesai berbicara, dan jika ia datang kepadamu dengan perkataan

atau cerita yang sudah engkau dengar maka jangan katakana padanya, “aku

sudah mendengar cerita ini”, agar tak patah hatinya.

Jagalah kebersihan badanmu, di antaranya gigi, kuku, mulut dan

kuping. Di antara kebiasaan yang buruk adalah, adanya seseorang mencari-

cari rahasia orang lain, jika ia melihat surat yang bukan miliknya ia

membacanya atau jika melihat seseorag membaca suratt ia bertanya, “dari

mana datangnya surat ini, dan apa isinya?”. Atau menemukan dua orang

sedang berbicara maka ia mendekati mereka agar mendengar pembicaraan

mereka.

34. Tentang Nasihat

ٙ‫غ‬٤‫ دـ‬، ٚٔ‫ ٓغؿ‬ٝ‫ أ‬ٙ‫غ‬٤‫ظ ًضجح ؿ‬٤ِّٔ‫ـضؼَٔ ثُض‬٣ ٕ‫ أ‬: ‫عج‬٣‫ٖٓ هذجةخ ثُؼجصث س أ‬ٝ

٠ُ‫ إ‬ٙ‫غ ّص‬٣ ٕ‫ أ‬ٚ٤ِ‫ثجخ ػ‬ُٞ‫ث‬ٝ ، ٌِّٚٔ‫ض‬٤‫ ك‬، ‫تج ظجةؼج‬٤‫ن ك‬٣‫ ثُطّغ‬٠‫جض ك‬٣ٝ‫ أ‬ٚٗ ‫إط‬

. ٚ‫ صجدذ‬٠ُ‫ إ‬ٙ‫ض‬٤‫ؼ‬٣ ٕ‫ذخّ أ‬٣‫ال‬ٝ‫ أ‬، ٙ‫ّغ‬٤‫ـ‬٤‫تج ك‬٤‫غ ك‬٤‫ـضؼ‬٣ ٕ‫عج أ‬٣‫أ‬ٝ ، ٌُٚ‫ٓج‬

ٚ‫ًضل‬ٝ‫ أ‬ٚ‫ي عأؿ‬٣‫خ دضذغ‬٤‫ج‬٣ ٕ‫ُض أ‬ُٞ‫ إطث ؿتَ ث‬: ‫عج‬٣‫ز أ‬ٛٝ‫ٖٓ ثُؼجصس ثٌُٔغ‬ٝ

ّ‫ُض هص‬ُٞ‫َٔ ث‬ٜ٤ٗ‫خ أ‬٤‫ ٖٓ ثُؼ‬. ٙ‫غ‬٤‫ٍ ؿ‬ٞ‫ثُٔـت‬ٝ ، ‫ثح‬ٞ‫ ثُج‬٠ُ‫ـجعع إ‬٣ٝ‫ أ‬،

ٕ‫عج أ‬٣‫أ‬ٝ ، ‫ذج‬٤‫ هذ‬ٙ‫ٕ ٓ٘ظغ‬ٌٞ٣ٝ ٍٞ‫ط‬٣ ٠ّ‫ دض‬ٚ‫ط‬٤‫صٔل‬ٝ‫ أ‬، ٚ‫جِو‬ٝ‫ أ‬، ٙ‫كؼغ‬

ٚ‫جد‬٤‫ذ ّضٍ ث‬٣ ‫ال‬ٝ‫ أ‬، َ‫ـضـ‬٣ ‫ثٕ ال‬ٝ ، ‫ؿجر‬ٝ‫جثأل‬ٜ‫ صضغثًْ صذض‬٠ّ‫ دض‬ٙ‫وِّْ أظلجع‬٣‫ال‬

‫ ًجثُضّغثح‬، ‫عغّى‬٣ ‫ء‬٢‫ ثدظع ٖٓ ثُِؼخ دل‬. ‫ز‬ٜ٣‫ عثةذز ًغ‬ٚ٘ٓ ‫ صشغج‬٠ّ‫دض‬

، ٚ‫ ٓالدـ‬٠‫ُض دجثّوجح (ثُ ّلشش) كضلضـَ ثُّ٘جع ك‬ُٞ‫ِؼخ ث‬٣ ‫ؿجر كوض‬ٝ‫ثأل‬ٝ ‫ثُّ٘جع‬ٝ

54
‫‪٣ٝ‬ذضغم جـٔ‪ ، ٚ‬أ‪ِ٣ٝ‬ؼخ دجأل‪ٝ‬ؿجر ك‪٤‬ص‪٤‬ذ‪ ٚ‬ثُجغح ‪ٝ‬ثُذ ٌّز ‪ٝ ،‬ثدظع أ‪٣‬عجإٔ‬

‫صضؼدِن ك‪ٞ‬م دججؼ ثُـِّّْ أ‪ٝ‬صطِغ ثُوغٓ‪٤‬ض ‪ ،‬أ‪ٝ‬ثُ ّلجغر ‪ ،‬دضّ‪ ٠‬الصـوػ ‪،‬‬

‫ك‪ٌ٘٤‬ـغك‪٢‬ءٖٓ أػظجةي ‪ ،‬أ‪٣ٝ‬جغح ‪ .‬دجكع ػِ‪ ٠‬صذّضي ‪ :‬دجٗضضغ‪ّ٣‬ط‬

‫كىجُ‪ٜٞ‬ثء ثُّ٘و ّ‪ َّ ً ٠‬صذجح ُ‪٤‬ص ّخ جـٔي ‪ :‬كج ُؼوَ ثُـِ‪ ْ٤‬ك‪ ٠‬ثُجـْ ثُـِّ‪، ْ٤‬‬

‫‪ٝ‬ثؿض٘لن ثُ‪ٜٞ‬ثءدأٗلي الدلٔي ‪ٝ ،‬ثدضؼض ػٖ ثُ‪ٜٞ‬ثءثُ‪ٞ‬س‪ٝ ، ْ٤‬الصأًَ‬

‫غؼجٓجٌٓل‪ٞ‬كج ‪ ،‬كغدّٔج ص دّش ػِ‪ٝ ٚ٤‬ػؿز أ‪ٝ‬كأعر أ‪ٝ‬ؿ‪٤‬غ‪ٔٛ‬جٖٓ ثُذلغثس‬

‫‪ٝ‬الصأًَ كجً‪ٜ‬ز كجّز أ‪ٝ‬ػل٘ز ‪ُ ًَٝ ،‬لج ً‪ٜ‬ز ثُّ٘ج ظجز دؼض ؿـِ‪ٜ‬جج‪ّ٤‬ضث ‪،‬‬

‫‪ٝ‬الصلغح ٓجءًضعث ‪ٝ ،‬الصضع ثُذؼ‪ٞ‬ض ‪٣‬وغصي ‪ٝ ،‬ثدضؼض ػٖ ّ‬


‫ثُظدج ح ‪ٝ‬ثغغص‪ٙ‬‬

‫ػٖ ‪ٝ‬ج‪ٜ‬ي ‪ٝ .‬الصأًَ غؼجٓج دػّ ػِ‪ٝ ٚ٤‬الصٌٖ ٓثَ ثأل‪ٝ‬الص ثُ ّلغ‪ ٖ٤ٛ‬ثُّظ‪ٖ٣‬‬

‫‪٣‬أًِ‪ ٖٓ ٕٞ‬ثألغؼٔز ثُّض‪ ٠‬صذجع ك‪ ٠‬ثُطّغهجس ك‪ ٠‬آٗ‪٤‬ز هظ عر ٓؼغّظز ُألصغدز‬

‫ّ‬
‫‪ٝ‬ثُظدج ح ‪ ٖٓٝ .‬ثُؼجصثس ثُٔعغّر أ‪٣‬عج ‪ :‬ثإلؿغثف ‪ٝ‬ثُضذظ‪٣‬غكٔثالإطثأػط‪٠‬‬

‫ثُ‪ُٞ‬ض‪ُٝ‬ض‪ ٙ‬صعث‪ ، ْٛ‬ثكضغ‪ ٟ‬د‪ٜ‬جأك‪٤‬جء الصل‪٤‬ض‪ ، ٙ‬أ‪ٝ‬ال‪٣‬ذضجج إُ‪ٜ٤‬جدججز كض‪٣‬ضر ‪،‬‬

‫ك‪٤‬عطغّإُ‪ ٠‬ثٕ ‪٣‬ـضض‪ ٖٓ ٖ٣‬أصذجد‪ ٚ‬إطثثدضجج ثُ‪ ٠‬ك‪٢‬ء ‪٣ٝ ،‬ضؼ ّ‪ٞ‬ص ثُ ّض‪ٖٓ ٖ٣‬‬

‫صـغ‪ٝ . ٙ‬أٓج ثُ‪ُٞ‬ض ثُؼجهَ كئّٗ‪٣ ٚ‬ذخّ ثُضّ‪ٞ‬ك‪٤‬غ ‪ٝ‬ثإلصسجع ‪ُٝ ،‬ظُي ال‪٣‬ذضج ج ؿِ‪٠‬‬

‫ثُ ّض‪ ٖ٣‬ك‪٤‬ؼ‪٤‬ق ك‪٘ٛ ٠‬جء‪ٝ‬ؿغ‪ٝ‬ع ‪.‬‬

‫‪Di antara kebiasaan yang buruk adalah seorang murid menggunakan‬‬

‫‪kitab orang lain atau bolpoin tanpa seizing pemiliknya, atau menemukan‬‬

‫‪barang yang hlang di jalan lalu ia memilikinya. Wajib ia mengembalikan‬‬

‫‪55‬‬
barang tersebut kepada pemiliknya, meminjam sesuatu lalu merubah atau

tidak mau mengembalikan barang tersebut kepada pemiliknya.

Kebiasaan yang makruh adalah jika seorang anak ditanya lalu

menjawab dengan menggerakkan kepala atau pundaknya atau terburu-buru

dalam menjawab padahal yang ditanya orang lain.

Kebiasaan buruk yang lainnya, seorang anak menunda dalam

memotong, mencukur atau menyisir rambutnya, sampai memanjang dan

menjadi pandangan yang tidak enak untuk dilihat. Tidak memotong kukunya

hingga bertumpuk kotoran di bawahnya, tidak mau mandi atau mengganti baju

kotornya sehingga keluar bau yang tak sedap.

Jauhilah segala permainan yang membahayakanmu, seperti debu, api

dan kotoran. Karena semua itu dapat mebahayakan diri sendiri.

Jagalah kesehatanmu dengan berolahraga di pagi hari. Apabila

badanmu sehat maka otakmu pun akan sehat juga. Janganlah memakan

makanan yang terbuka (tak tertutup), janganlah memakan buah yang belum

matang, cucilah buah sebelu memakannya. Janganlah meminum air yang

keruh.

Kebiasaan buruk yang membahayakan adalah berlebihan dan

membuang-buang uang. Seorang anak yang berakal dan beradab maka

sesungguhnya ia menyukai menabung dan menyimpan, oleh karena itu, ia

tidak perlu berhutang dan hidup dalam kebahagiaan dan kesejahteraan.

56
BAB IV

ETIKA MURID TERHADAP GURU

DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN

A. Analisis Etika Murid Terhadap Guru dalam Kitab Akhlaq Lil Banin

Karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja’

Seorang murid wajib hukumnya menjaga etika/adab baik terhadap

guru yang memberikan ilmu kepadanya. Penuntut ilmu hendaknya

mengagungkan ilmu dan ulama serta memuliakan dan menghormati guru.

Karena salah satu kesuksesan seseorang dapat dilihat dari situ. Dan kegagalan

seseorang karena tidak mau untuk memuliakan dan mengagungkan ilmu dan

guru, bahkan meremehkannya.

Etika murid terhadap guru yang terdapat dalam kitab akhlaq lil banin

karya Syaikh Umar bin Ahmad Baraja‟ mencakup materi tentang adab/ etika.

Karena adab/ etika merupakan dasar utama bagi seorang murid dalam

menuntut ilmu. Salah satu adab/ etika yang harus dipunyai seorang murid

adalah adab/ etika terhadap guru.

Adapun adab murid yang berhubungan dengan dirinya sendiri itu

banyak, antara lain: Meninggalkan sifat ujub, tawadhu‟. Ramah dan jujur

supaya disenangi dan dapat dipercaya, tenang berwibawa, tidak banyak

menoleh ketika berjalan dan tidak memandang hal-hal yang dilarang agama,

jujur dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Maksudnya , tidak menjawab

persoalan yang belum dia ketahui. (Fadlil, 1996: 17).

57
Menjadi seorang murid haruslah berkeyakinan bahwa kemuliaan

gurunya melebihi kemuliaan kedua orang tuanya sendiri. Sebab, dialah yang

mendidik jiwanya. Tunduk ketika di hadapan guru. Duduk dengan sopan,

ketika sedang menerima pelajaran dari guru dan menenarkannya dengan baik.

Tidak bergurau, tidak mengunggul-unggulkan guru lain di hadapan gurunya,

agar dia tidak tersinggung. Tidak malu bertanya kepada guru tentang

persoalan yang belum dipahaminya. (Fadlil, 1996: 18). Dalam kitab akhlaq lil

banin pun dibahas secara spesifik (khusus) etika/ adab seorang murid

terhadap guru. Kutipan yang menjelaskan etika/ adab seorang murid terhadap

guru adalah sebagai berikut:

ّ : ‫ضي‬٤‫ صغد‬٠‫غث ك‬٤‫ضؼخ ًث‬٣ ‫إٕ أؿضجطى‬


‫ظح أسالهي‬ٜ٣ ّ : ‫خ‬٣‫ظ ثألص‬٤ِٔ‫ج ثُض‬ّٜ٣‫أ‬

ّ ِْ‫ؼِّٔي ثُؼ‬٣ٝ
‫ذذّي‬٣ ّٚٗ ‫ً َّ طُي أل‬ٝ ، ‫ضر‬٤‫٘صذي د٘صجةخ ٓل‬٣ٝ ، ‫٘لؼي‬٣ ١ ‫ثُظ‬

، ‫ ٓـضوذِي‬٠‫ٕ ك‬ٌٞ‫إٔ ص‬ٞ‫غج‬٣ٝ ، ‫أ ّٓي‬ٝ ‫ى‬ٞ‫ذذّي أد‬٣‫ ًٔج‬، ‫غث‬٤‫ًث‬

ّ
‫ دأصح‬ٚٓ‫ دأ ٕ صجِؾ أٓج‬: ‫ي‬٣‫ثُض‬ٝ ّ‫ كجدضغّ أؿضجطى ًٔجصذضغ‬. ‫ظدج‬ٜٓ‫عجالػجُٔج‬

ٚ٘ٓ ‫لغؽ‬٣ ٕ‫ إ‬٠ُ‫ٌُٖ ثٗضظغ إ‬ٝ ، ٚٓ‫إطث صٌِّْ كالصوطغ ًال‬ٝ ، ‫ دأص ح‬ٚ‫صضٌِّْ ٓؼ‬ٝ

ُٚ‫ كج ؿأ‬، ‫ؿي‬ٝ‫تج ٖٓ صع‬٤‫ْ ك‬ٜ‫إطثُْ صل‬ٝ ، ‫ؽ‬ٝ‫ ٖٓ ثُ ّضع‬ٚ٤‫ِو‬٣‫ ٓج‬٠ُ‫ثؿضٔغ إ‬ٝ ،

‫إطث‬ٝ ، ٍ‫ ثُـّؤث‬٠‫أطٕ ُي ك‬٣ ٠ّ ‫ دض‬، ‫ال‬ّٝ ‫ دإٔ صغكغ أصذؼي ث‬: ّ‫ثدضغث‬ٝ ‫دِطق‬

‫خ إطث‬٤‫ػ إٔ صج‬ٞ‫ج‬٣‫ال‬ٝ ٖ‫ثح دـ‬ٞ‫ دج‬ُٚ‫ ؿؤث‬٠ِ‫أجخ ػ‬ٝ ْ‫ كو‬، ‫ء‬٢‫ؿأُي ػٖ ك‬

‫ثجذجصي‬ٞ‫ كوْ د‬، ‫ذذّي أؿضجطى‬٣ ٕ‫ إطثأعصس أ‬. ‫ؾ ٖٓ ثألصح‬٤ُ ‫ظث‬ٜ‫ ك‬، ‫غى‬٤‫ؿأٍ ؿ‬

‫خ‬٤‫ كالصـ‬، ّٖ٤‫هش ثُٔؼ‬ُٞ‫ ث‬٠‫ّ ك‬ٞ٣ َّ ً ‫ع‬ٞ‫ ثُذع‬٠ِ‫ثظخ ػ‬ٞ‫ إٔ ص‬: ٠ٛٝ ،

58
َ‫ ثُلص‬٠‫ٍ ك‬ٞ‫ ثُ ّضس‬٠ُ‫عج إ‬٣‫إٔ صذجصع أ‬ٝ ، ‫خ‬٤‫ء ٓضأسغث إالّ ُؼظع صذ‬٢‫صج‬ٝ‫أ‬

ٚٓ‫ثدظع إٔ صذخّ ثُضّأ ّسغ كجطث ػجصذي ثألؿضجط صؼضظع أٓج‬ٝ ، ‫دؼض ثالؿضغثدز‬

، ‫ج‬ٜ‫ٓطج ُؼض‬ٝ ‫ج‬ٜ‫ دلظ‬٠ِ‫ّ ػ‬ٝ‫صضث‬ٝ ، ‫ج‬ًِّٜ ‫ؿي‬ٝ‫ْ صع‬ٜ‫أٗضل‬ٝ ‫دأػظثع دجغِز‬

، ‫ثٓغثألؿضجط ٖٓ هِذي‬ٝ‫صشعغ أل‬ٝ ، ‫ج‬ٜ‫ذ‬٤‫صغص‬ٝ ‫ثصي‬ٝ‫أص‬ٝ ‫ د٘ظجكز ًضذي‬٠٘‫صؼض‬ٝ

ٟ‫ؤ ّصدي إالّ ُضؤ ّص‬٣‫ ٓج‬ّٚٗ‫ ال‬، ‫إٔ ال صـعخ إطثأ ّصدي‬ٝ ، ‫كج ٖٓ ثُؼوجح‬ٞ‫الس‬

‫ذذّي‬٣ ‫ ُي‬ٚ‫ذ‬٣‫ثؿضظى ٓغ صأص‬ٝ . ‫ طُي إطث ًذغس‬٠ِ‫ ػ‬ٙ‫ف صلٌغ‬ٞ‫ؿ‬ٝ ، ‫ثجذجصي‬ٝ

، ‫ضي‬٤‫ صغد‬٠‫ ك‬ٚ‫ إسالص‬٠ِ‫ ػ‬ٙ‫ُظُي كجكٌغ‬ٝ ، ‫خ‬٣‫ظث ثُضّأص‬ٛ ‫ضى‬٤‫ل‬٣ ٕ‫ أ‬ٞ‫غج‬٣ٝ ،

ٙ‫ أؿضجط‬ٚ‫ـعخ إطث أ ّصد‬٣ ّٚٗ‫ كج‬، ‫ظ ثُلجؿضثالدالم‬٤ِّٔ‫ث ّٓجثُض‬ٝ ، ‫ أدضث‬ِٚ٤ٔ‫الص٘ؾ ج‬ٝ

٥٢-٥٢‫ ػٔغ‬. ٙ‫ثُض‬ٝ ٠ُ‫ طُي إ‬٠ٌ‫لض‬٣ ‫هض‬ٝ ،

Dari kutipan yang ada dalam kitab akhlaq lil banin di atas, maka dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Tawadhu‟

Tawadhu‟ adalah sikap merendahkan diri dengan hormat dan

khidmat, bukan karena rendah atau hina. Maksudnya memberikan kepada

setiap orang akan haknya, sesuai dengan kedudukannya. Tidak

mengangkat derajat orang yang rendah, juga tidak merendahkan derajat

orang yang mulia. Tawadhu‟ merupakan salah satu sebab keluhuran dan

kemuliaan. (Fadlil, 1996: 68). Seperti yang didawuhkan oleh K.H M.

Anwar Mansur yang mengutip dari syaikh Ibnu Athailah

59
‫ثظغ‬ٞ‫ٌُٖ ثُٔض‬ٝ ‫م ٓجص٘غ‬ٞ‫ ك‬ٚٗ‫ أ‬ٟ‫ثظغ عأ‬ٞ‫ إطث ص‬١‫ثظغ ثُظ‬ٞ‫ؾ ثُٔض‬٤ُ

(٥٢ ‫ٕ ٓجص٘غ )ػٔغ‬ٝ‫ ص‬ٚٗ‫ أ‬ٟ‫ثظغ عأ‬ٞ‫ إطثص‬١‫ثُظ‬

“Orang yang tawadhu‟ itu bukan ia yang ketika merendah

menganggap dirinya lebih tinggi dari yang dilakukannya. Tetapi, orang

yang tawadhu‟ itu yang ketika merendah menganggap dirinya lebih rendah

dari yang dilakukannya”.

Dengan demikian tawadhu‟ merupakan salah satu sifat dasar yang

harus dimiliki oleh seorang murid dalam menuntut ilmu agar dapat meraih

kemulian dan keberkahan dari seorang guru. Kutipan yang menjelaskan

tentang sifat tawadhu‟ terhadap guru dalam kitab akhlaq lil banin adalah

sebagai berikut :

‫ دأص‬ٚ‫صضٌِّْ ٓؼ‬ٝ ‫ دأصح‬ٚٓ‫ دأ ٕ صجِؾ أٓج‬: ‫ي‬٣‫ثُض‬ٝ ّ‫كجدضغّ أؿضجطى ًٔجصذضغ‬

‫ثؿضٔغ‬ٝ ، ٚ٘ٓ ‫لغؽ‬٣ ٕ‫ إ‬٠ُ‫ٌُٖ ثٗضظغ إ‬ٝ ، ٚٓ‫إطث صٌِّْ كالصوطغ ًال‬ٝ ، ‫ح‬

(٤٢ ‫ؿي) ػٔغ‬ٝ‫تج ٖٓ صع‬٤‫ْ ك‬ٜ‫إطثُْ صل‬ٝ ، ‫ؽ‬ٝ‫ ٖٓ ثُ ّضع‬ٚ٤‫ِو‬٣‫ ٓج‬٠ُ‫إ‬

Tawadhu‟ terhadap guru yaitu menghormati guru sebagaimana kita

menghormati kedua orang tua, dengan cara duduk di depannya dengan

penuh adab, dan apabila beliau berkata maka jangan potong

pembicaraannya, akan tetapi tunggulah sampai beliau telah selesai bicara ,

dan dengarkanlah dengan seksama sesuatu yang disampaikan dari

pelajaran-pelajaran.

60
Jadi dapat dikatakan bahwa tawadhu‟ terhadap guru adalah

menghormati dengan sepenuh hati terhadap apa saja yang dimiliki oleh

seorang guru. Menganggap bahwa ilmu yang kita miliki tidak ada apa-

apanya dibandingkan dengan seorang guru yang telah mengajarkan banyak

hal kepada kita. Tawadhu‟ juga bisa diwujudkan dalam bentuk sikap,

misalnya menundukkan kepala dan tidak membusungkan dada ketika

berbicara terhadap seorang guru, duduk dengan sopan ketika dihadapannya,

lemah lembut ketika berbicara dengannya.

2. Jujur

Jujur atau benar, termasuk golongan akhlak mahmudah. Benar

artinya sesuainya sesuatu dengan kenyatannya yang sesungguhnya, dan ini

tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan. Dalam bahasa Arab,

benar atau jujur disebut sidiq (as-Shidqu), lawan kata dari kizib (al-Kizbu)

yaitu bohong atau dusta. (Tatapangarsa, 1980: 149).

Kutipan yang menjelaskan tentang jujur dalam kitab akhlak lil

banin adalah sebagai berikut:

ٕ‫ػ أ‬ٞ‫ج‬٣‫ال‬ٝ ٖ‫ثح دـ‬ٞ‫ دج‬ُٚ‫ ؿؤث‬٠ِ‫أجخ ػ‬ٝ ْ‫ كو‬، ‫ء‬٢‫إطث ؿأُي ػٖ ك‬ٝ

(٥٢ ‫ )ػٔغ‬. ‫ؾ ٖٓ ثألصح‬٤ُ ‫ظث‬ٜ‫ ك‬، ‫غى‬٤‫خ إطث ؿأٍ ؿ‬٤‫صج‬

Jadi, seorang murid haruslah berkata atau menjawab dengan juur

apabila seorang guru bertanya tentang suatu permasalahan kepada seorang

murid. Seorang murid juga harus memberitakan sesuatu sesuai dengan

61
kenyataan. Jangan suka mengada-ada, menambah atau mengurangi suatu

berita.

Sebab –sebab kejujuran adalah: Akal, agama dan harga diri. Akal

menjadi sebab kejujuran, disebabkan ia bisa memahami manfaat kejujuran

dan bahaya dusta. Tentu saja orang yang berakal tidak akan senang apabila

dirinya terkena bahaya. Kalau deikian, dia akan berbuat jujur. Agama

menjadi sebab kejujuran, karena ajaran agama memerintahkan berbuat

jujur dan melarang dusta. Tentu saja orang yang mengerti ajaran agama,

pasti berbuat jujur. Demikian pula orang yang memiliki harga diri. Dia

tidak akan senang, jika dirinya tidak berbuat jujur, karena orang yang

menjaga harga dirinya itu selalu berusaha menghias dirinya dengan

perangai yang baik. Sedangkan dusta itu sama sekali tidak baik. Jika

demikian, dia pasti tidak akan berbuat dusta. (Fadlil, 1996: 52).

3. Khusnudzan

Secara bahasa Khusnudzan berasal dari kata khusnu dan zan yang

artinya berbaik sangka. (Abdul Rohman, 2009: 86). Khusnudzan

merupakan salah satu bagian dari akhlak terpuji. (Ibrahim, Darsono, 2009:

103). Sebagai seorang murid yang beradab, haruslah mempunyai sifat

khusnudzan terhadap gurunya.

Kutipan yang menjelaskan khusnudzan dalam kita akhlaq lil banin

adalah sebagai berikut:

‫ف‬ٞ‫ؿ‬ٝ ، ‫ثجذجصي‬ٝ ٟ‫ؤ ّصدي إالّ ُضؤ ّص‬٣‫ ٓج‬ّٚٗ‫ ال‬، ‫إٔ ال صـعخ إطثأ ّصدي‬ٝ

(٥٢ ‫ طُي إطث ًذغس) ػٔغ‬٠ِ‫ ػ‬ٙ‫صلٌغ‬

62
Jadi, sebagai seorang murid haruslah berkhusnudzan terhadap guru

yang telah mendidiknya. Tidaklah seorang guru mendidik seorag murid

dengan didikan yang keras melainkan dengan niat yang baik. Agar seorang

murid menjadi seorang yang bermanfaat. Janganlah seorang murid

suudzan (buruk sangka) apabila seorang guru marah terhadapnya. Karena

sesungguhnya kemarahan seorang guru ketika mendidik atau mengajarkan

suatu ilmu kepada seorang murid tak lain adalah agar selalu ingat dengan

ilmu yang telah diajarkan oleh gurunya.

Dalam belajar tidak dibenarkan seorang murid suudzan terhadap

gurunya, mengenai apa saja yang terlihat kurang baik di mata seorang

murid. Suudzan ini akan mengakibatkan ilmu yang telah diajarkan oleh

seorang guru aka sulit diterima dan diingat. Sebab, suudzan merupakan

penyakit hati.

4. Sabar

Sabar merupakan kunci dari keberhasilan mencapai cita-cita, maka

seorang murid hendaknya bersabar menghadapi pelajaran yang

dihadapinya, janganlah kamu sibuk dengan ilmu yang lain sebelum kamu

dapat menguasai dengan baik ilmu yang pertama tadi (yang dipelajarinya).

(Sjalaby, 1973: 313).

Seorang pelajar harus berani bertahan dan bersabar dalam belajar

kepada seorang guru dalam mempelajari sebuah pelajaran, jangan sampai

meninggalkannya sebelum tamat (selesai). Tidak berpindah dari satu guru

ke guru yang lain dan dari satu ilmu ke ilmu yang lain sebelum benar-

63
benar memahaminya dengan yakin, juga tidak berpindah dari satu daerah

ke daerah yang lain kecuali dalam keadaan terpaksa. Kalau itu tidak

dilanggar, maka urusan akan menjadi kacau, hati jadi gelisah, menyia-

nyiakan waktu dan menyakiti persaan guru. (Thaifuri, 2008:29)

Dalam kitab akhlaq lil banin pun dijelaskan bagaimana seorang

murid haruslah sabar terhadap gurunya. Kutipan yang menjelaskan sabar

terhadap guru dalam kitab akhlaq lil banin adalah:

٠ِ‫ثظخ ػ‬ٞ‫ إٔ ص‬: ٠ٛٝ ، ‫ثجذجصي‬ٞ‫ كوْ د‬، ‫ذذّي أؿضجطى‬٣ ٕ‫إطثأعصس أ‬

(٥٢ ‫ّٖ) ػٔغ‬٤‫هش ثُٔؼ‬ُٞ‫ ث‬٠‫ّ ك‬ٞ٣ َّ ً ‫ع‬ٞ‫ثُذع‬

Seorang pelajar hendaknya bersabar dalam menghadapi pelajaran

dan konsekuen terhadap guru. Sabar dalam megerjakan kewajiban-

kewajiban terhadap guru. Sabar dalam menjalani semua peraturan-

peraturan yang guru berikan. Tekun hadir setiap hari di waktu yang telah

ditentukan, janganlah seorang murid sering tidak hadir dengan alasan yang

tidak jelas, kecuali ada udzur yang benar-benar membuat tidak bisa hadir.

Janganlah seorang murid terlambat ketika akan mengikuti pelajaran.

Sikap sabar seorang murid yang menghadapi gurunya juga

tercermin dalam al-Qur‟an yang mengisahkan nabi Musa yang tidak

bersabar menghadapi nabi Khaidir. Dalam Q.S al-Kahfi ayat 67-68

ْ ‫ َٓجَُ ْْ صُ ِذ‬٠َِ‫قَ صَصْ ِذ ُغ َػ‬٤ْ ًَ َٝ . ‫ص ْذ َغ‬


‫ ُسذْغث‬ِٚ ِ‫ػ د‬ َ َِّٗ‫ث‬
َ ٢َ ‫ َغ َٓ ِؼ‬٤ْ ‫ي َُ ْٖ صَ ْـضَ ِط‬
“Engkau (Musa) tak sanggup bersabar sertaku, bagaimana engkau
bersabar dalam persoalan yang belum berpengalaman di dalamnya”.
(Q.S al-Kahfi 67-68).

64
Jadi sikap sabar haruslah dimiliki oleh seorang murid yang sedang

menuntut ilmu. Sabar ketika menghadapi seorang guru. Sabar ketika

melaksanakan perintah guru, sabar mentaati semua larangan guru dan juga

sabar ketika menghadapi guru yang sedang marah.

5. Sopan

Sopan santun dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang

menjunjung tinggi nilai-nilai bersopan santun, menghormati, menghargai

dan tidak sombong. Perwujudan sopan santun tampak pada segala aspek

seperti dalam hal berbicara, berbusana, bergaul dan lain sebagainya.

Bentuk sikap sopan santun seorang murid terhadap guru meliputi:

a. Mengucap salam apabila bertemu dengannya.

b. Bertutur kata dan bersikap sopan apabila berhadapan dengannya.

c. Mendengarkan, menyimak dan memperhatikan semua perkataan dan

penjelasan ketika mengajar atau berbicara.

d. Mengerjkan semua tugas yang diberikan dengan baik, tepat waktu dan

sungguh-sunguh.

e. Bertanya atau berdiskusi dengan cara yang baik dan sopan.

f. Membantu serta mendoakan mereka agar diberi keberkahan oleh Allah

SWT. (Jauhari Muchtar, 2008: 160).

Kutipan yang menjelaskan sikap sopan seorang murid terhadap

guru dalam kitab akhlaq lil banin adalah sebagai berikut:

65
ٌِّْ‫صض‬ٝ ‫ دأصح‬ٚٓ‫ دأ ٕ صجِؾ أٓج‬: ‫ي‬٣‫ثُض‬ٝ ّ‫كجدضغّ أؿضجطى ًٔجصذضغ‬

ٚ٘ٓ ‫لغؽ‬٣ ٕ‫ إ‬٠ُ‫ٌُٖ ثٗضظغ إ‬ٝ ، ٚٓ‫إطث صٌِّْ كالصوطغ ًال‬ٝ ، ‫ دأص ح‬ٚ‫ٓؼ‬

‫ كج‬، ‫ؿي‬ٝ‫تج ٖٓ صع‬٤‫ْ ك‬ٜ‫إطثُْ صل‬ٝ ، ‫ؽ‬ٝ‫ ٖٓ ثُ ّضع‬ٚ٤‫ِو‬٣‫ ٓج‬٠ُ‫ثؿضٔغ إ‬ٝ ،

٠‫أطٕ ُي ك‬٣ ٠ّ ‫ دض‬، ‫ال‬ّٝ ‫ دإٔ صغكغ أصذؼي ث‬: ّ‫ثدضغث‬ٝ ‫ دِطق‬ُٚ‫ؿأ‬

(٥٢ ‫ثُـّؤثٍ)ػٔغ‬

Jadi, sebagai seorang murid hal yang juga perlu diperhatikan

adalah berperilaku sopan terhadap gurunya. Guru merupakan orang tua

kita ketika berada di sekolah atau madrasah. Dalam kitab akhlaq lil banin

diperintahkan seorag murid untuk mencintai seorang guru sebagaimana ia

mencintai kedua orang tuanya. Berperilakulah sopan seorang murid

terhadap gurunya sebagaimana ia berperilaku sopan kepada kedua orang

tuanya.

Seorang pelajar hendaknya mantaati apa yang menjadi keputusan

gurunya dalam menentukan kurikulum, jangan mengikuti pendapat dan

kehendanya sendiri, karena guru lebih tahu tingkatan-tingkatan

pengetahuan yang harus diberikan kepada seorang murid. (Al-Ghazali,

Syaikh Nawawi, tt: 88). Izin seorang pelajar terhadap gurunya dalam

bertanya adalah sesuatu yang sangat penting karena di mana seorang guru

jelas lebih tahu letak penyampaian ilmu yang harus diselesaikan, lebih

jelasnya menjaga kesopanan. Hal ini dimaksudkan bahwa seorang murid

66
harus sopan dan tidak boleh melontarkan pertanyaan atau perkataan yang

belum minta izin terhadap gurunya atau tiba-tiba bertanya dan berbicara.

B. Relevansi Etika Murid Terhadap Guru dalam Kitab Akhlaq Lil Banin

jilid I dengan Pendidikan Islam

Adab atau akhlak merupakan suatu keadaan jiwa yang menyebabkan

jiwa bertindak tanpa dipikirkan atau dipertimbangkan secara mendalam,

keadaan ini ada dua macam, pertama yaitu: alamiah dan bertolak dari watak

dan yang kedua adalah tercipta melalui kebiasaan dan latihan, pada mulanya

keadaan ini terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, namun kemudian

melalui praktek terus-menerus menjadi karakter. (Al-Miskawih, 1994: 56).

Murid adalah seseorang yang sedang berada dalam proses

perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka

memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsentrasi menuju ke arah titik

opimal kemampuan fitrahnya. (Abudin Nata, 1990: 79). Karena menuntut

ilmu adalah ibadah, maka seorang murid hendaknya dapat mendekatkan diri

kepada Allah dengan membersihkan kotoran-kotoran jiwa dan dihiasi dengan

akhlak yang terpuji. Lebih utama seoran murid dalam menuntut ilmu dengan

seorang syaikh, dan syaikh tersebut hendaknya dihormati dan ditaati segala

perintahnya atau nasehatnya. Hendaknya seorang murid juga memperhatikan

tugas dan tanggung jawabnya terhadap gurunya, yakni dalam berhubungan

dengan gurunya harus disertai dengan sikap sopan santun sebagai salah satu

syarat yang harus dimiliki oleh seorang murid dalam menuntu ilmu dan

67
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam kelas maupun di luar

kelas.

Pada dasarmya pendidikan pendidikan etika dan adab sangatlah

penting peranannnya bagi pendidikan Isam. Karena pendidikan etika dan adab

merupakan pedoman seorang murid dalam menunutut ilmu. Salah satunya

yaitu yang telah dijelskan di atas, adab seorang murid terhadap guru. Hal ini

dapat dilihat dari murid yang memiliki adab terhadap guru berbeda dengan

murid yang tidak memilikinya. Murid yang memiliki adab, tingkah laku

kesehariannya cenderung pada syari‟at atau norma-norma sosial.

Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang sadar dan

bertujuan. Allah telah meletakkan asas-asasnya dalam syari‟atNya. Menurut

al-Imam al-Ghazal, tujuan pendidikan Islam adalah untuk mendekatkan diri

kepada Allah SWT. (Sudarto, 2018:85-87).

Adab murid terhadap gurunya ini menjadi salah satu faktor dari

keberhasilan pendidikan di samping masih ada faktor lain yang mendukung

keberhasilan pendidikan. Dengan adanya kerja sama antara murid dan guru,

maka tujuan dari pendidikan ini akan tercapai, di mana murid mendapatkan

ilmu pengetahuan dan guru dapat mengamalkan ilmu pengetahuannya.

Tujuan dari pendidikan adalah membentuk, menciptakan manusia yang

berkepribadian muslim. Kepribadian adalah suatu keadaan jiwa yang dapat

merealisasikan tingkah laku yang sesuai dengan aturan-aturan syara‟. Dan

untuk membentuk suatu kepribadian muslim pada anak tidaklah mudah, harus

melalui beberapa tahap dan metode. Dan juga harus memperhatikan faktor-

68
faktor yang mempengaruhinya, faktor yang mempengaruhi ini ada dua yaitu

bawaan (keluarga) dan lingkugan, dan yang paling utma dan dapat

mempengaruhi kehidupan anak di masa dewasanya nanti adalah faktor bawaan

(keluarga). Dan tidak kalah pentinganya yang mempengaruhi kepribadian

muslim anak adalah faktor lingkungan, seperti hubungannya terhadap gurunya,

dan terhadap sesama murid di dalam kelas atau sekolah. Untuk membentuk

kepribadian muslim terhadap anak dapat menggunakan metode pembiasaan.

Menurut penulis relevansi kitab akhlaq lil banin dengan etika murid

terhadap guru dalam pendidikan Islam adalah dapat menjadi pedoman

menuntut ilmu, khususnya dalam pendidikan Islam. Mengingat tujuan dari

pendidikan Islam adalah membentuk, menciptaka manusia yang islami sesuai

dengan syariat dan norma-norma sosial

69
.BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Umar bin Ahmad Baraja‟ merupakan seorang tokoh dan ulama yang

terkenal, khususnya di kalangan para santri. Kemasyhuran Umar bin Ahmad

Baraja‟ di kalangan santri di Indonesia berkat buku-bukunya yang hampir

dipelajari seluruh santri di Indonesia. Umar bin Ahmad Baraja‟ lahir di

Kampung Ampel Maghfur, tepatnya pada tanggal 10 Jumadil Akhir 1331 H/

17 Mei 1913 M. Silsilah Umar bin Ahmad Baraja‟ berasal dari kota Seiyun,

Hadramaut, Yaman. Nama nenek moyangnya yang ke-18 yaitu syaikh Sa‟ad,

yang memiliki julukan (laqab) Abi Raja‟ (yang selalu berharap). Mata rantai

keturunan tersebut bertemu pada kakek Nabi Muhammad saw yang kelima,

bernama Kilab bin Murrah. Umar bin Ahmad Baraja‟ pada waktu mudanya

menuntut ilmu agama dan bahasa Arab dengan tekun, sehingga dia menguasai

dan memahaminya. Guru-guru Umar Bin Ahmad Baraja‟ berjumlah 14 orang,

sedangkan guru-gurunya yang berada di luar negeri yang berjumlah 23 orang.

Adapun adab murid yang berhubungan dengan dirinya sendiri itu

banyak, antara lain: Meninggalkan sifat ujub, tawadhu‟, ramah dan jujur

supaya disenangi dan dapat dipercaya, tenang berwibawa, tidak banyak

menoleh ketika berjalan dan tidak memandang hal-hal yang dilarang agama,

jujur dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Maksudnya , tidak menjawab

persoalan yang belum dia ketahui. Dalam kitab akhlaq lil banin pun dibahas

secara spesifik (khusus) etika/ adab seorang murid terhadap guru, antara lain:

70
1. Tawadhu‟ adalah sikap merendahkan diri dengan hormat dan khidmat,

bukan karena rendah atau hina.

2. Jujur artinya sesuainya sesuatu dengan kenyatannya yang sesungguhnya,

dan ini tidak saja berupa perkataan tetapi juga perbuatan.

3. Khusnudzan merupakan salah satu bagian dari akhlak terpuji, artinya

berbaik sangka.

4. Sabar merupakan kunci dari keberhasilan mencapai cita-cita, maka

seorang murid hendaknya bersabar menghadapi pelajaran yang

dihadapinya, janganlah kamu sibuk dengan ilmu yang lain sebelum kamu

dapat menguasai dengan baik ilmu yang pertama tadi (yang dipelajarinya).

5. Sopan diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-

nilai bersopan santun, menghormati, menghargai dan tidak sombong.

Relevansi kitab akhlaq lil banin dengan etika murid terhadap guru

dalam pendidikan Islam adalah dapat menjadi pedoman menuntut ilmu,

khususnya dalam pendidikan Islam. Mengingat tujuan dari pendidikan Islam

adalah membentuk, menciptaka manusia yang islami sesuai dengan syariat

dan norma-norma sosial.

B. Saran

Setelah melakukan kajian tentang etika murid terhadap guru dalam

kitab akhlaq lil banin karya syaikh Umar bin Ahmad Baraja‟, ada beberapa

saran yang penulis sampaikan, anatara lain:

71
1. Bagi Orang Tua

Hendaknya orang tua menanamkan pendidikan akhlak atau adab

sejak dini, mengingat akhlak atau adab sangat penting yang dapat menjadi

pondasi dalam membentuk karakter anak katika dewasa nanti.

Sebagaimana kita tahu bahwa pendidikan seorang anak pertama

kali diperoleh dari lingkungan keluarga terutama dari kedua orang tua.

Orang tua menjadi faktor utama dalam membentuk karakter seorang anak.

Jika karakter seorang anak dapat terbentuk dengan baik, maka tujuan

pendidikan Islam pun dapat berjalan dengan baik.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Pengajaran dan penanaman pendidikan akhlak atau adab harus terus

dilakukan. Lembaga pendidikan menjadi faktor kedua setelah orang tua

dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak. Mengingat arus

globalisasi yang kadang terkesan negatif dan terkadang melunturkan nilai-

nilai syariat. Sebaiknya lembaga pendidikan lebih mengutamakan

pendidikan akhlak terhadap anak didiknya sebelum mengajarkan ilmu

kepada mereka, karena akhlak lebih utama dibandingkan dengan ilmu.

Sehingga sedari dini anak didik sudah dapat mengaplikas akhlak atau adab

dengan baik, terutama akhlak terhadap guru.

C. Kata Penutup

Sebagai kata terakhir, penyusun mengucapkan syukur

Alhamdulillah, skripsi ini dapat terselesaikan. Namun, penulis menyadari akan

72
segala kekurangan dan kesalahan yang masih jauh dari kata sempurna. Hal ini

dikarenakan kemampuan dan minimnya pengalaman penyusun.

Akhirnya, harapan penyusun atas segala kekurangan dan kesalahan

yang ada dalam penyusunn skripsi ini, penulis mohon maaf dan menerima

saran serta kritik yang membangun dari semua pihak demi perbaikan

selanjutnya.

Demikian kata penutup dari penyudsun, dengan harapan semoga

skripsi yang sangat sederhana ini dapat memberikan motivasi penyusun untuk

melangkah lebih maju dan bermanfaat bagi penyusun serta pembaca pada

umumnya.

73
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Yatim. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur‟an. Jakarta:


Amzah.

Al-Ghazali, Syaikh Muhammad Nawawi.tt. Syarah Bidayah al-Hidayah.


Semarang: al-Alawiyah.

Al-Miskawih, Abu Ali Ahmad. 1994. Menuju Kesempurnaan Akhlak. Bandung


Mizan.

Arifin, Tatang . M. 1990. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Asmaran. 1996. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Lembaga Studi Islam dan
Kemasyarakatan.

Asy‟ari, Hasyim. 1994. Adabul „Alim Wal Muta‟allim. Tebu Ireng Jombang:
Maktabah Atturots al-Islami.

Bertens, K. 2011. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Depag RI. 2003. Pola Pengembangan Pondok Pesantren,. Jakarta: Depag RI.

Drajat, Manpandan M. Ridwan Effendi. 2014. EtikaProfesi Guru. Bandung:


Alfabeta.

Haidar, Bagir. 2002. Etika Barat, Etika Islam, Pengantar untuk Amin Abdullah,
antara al-Ghazali dan Kont: Filsafat Etika Islam. Bandung: Mizan.

Haris, Abd. 2007. PengantarEtika Islam.Sidoarjo: al-Afkar.

Hawwa, Sa‟id. 2006. Pendidikan Spiritual. Yogyakarta: MitraPustaka.

Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta: Teras.

Muchtar, HeriJauhari. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasir, Muh. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

74
Nata, Abudin. 2001. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru dan Murid.
Jakarta: PT Raja Grafindo.

Rohman, Roli Abdul. 2009. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Shambuan, Republika. 25 november 1997.

Sjalaby, Ahmad. 1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Sudarto. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Suparlan. 2001. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat publishing.

T. Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun Akidah dan Akhlak 2. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.

Tatapangarsa, Humaidi. 1980. Akhlak Yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Thaifuri, Muhammadun. 2008. Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu Secara


Islami (Terjemahan Ta‟lim Muta‟allim). Surabaya: Menara Suci.

Yunus, Mahmud. 2007. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT Mahmud Yunuswa


Dzariyah.

Zed, Mestika. 2004. Metodologi Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor.

https://pondokpesantrenalwashilah.ponpes.id/kitab/biografi-syaikh-umar-bin-
ahmad-baraja‟.html, diakses pada 23 Agustus 2018 pkl 19:45WIB.

75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lailatul Asfufah


Tempat, Tanggal Lahir : Kab. Semarang 13 Februari 1996
NIM : 111-14-333
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat : Dsn. Ngonto RT 04 RW 02, Desa Candi Kec.
Bandungan. Kab. Semarang 50665

Pendidikan Formal :
SD : MI AL-BIDAYAH CANDI Bandungan lulus 2008
SLTP : MTs AL-BIDAYAH CANDI Bandungan lulus 2011
SLTA : MA AL-BIDAYAH CANDI Bandungan lulus 2014
Perguruan Tinggi : IAIN Salatiga lulus 2019

Pendidikan Nom Formal :


Pondok Pesantren Nurul Asna Jln. K.H. Asnawi, Kecandran, Sidomukti, Kota
Salatiga

-1-
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-

Anda mungkin juga menyukai