DOSEN PENGAMPU :
Oleh :
205130045P
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena Rahmat dan Petunjuk-Nya
penulis bisa menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Promkes Diberbagai Tatanan.
Dengan selesainya makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada seluruh dosen
pengampu mata kuliah Promkes Diberbagai Tatanan yang telah banyak membimbing dan
memberi masukan kepada penulis hingga terselesaikannya makalah ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan. Kritik dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan dan pertimbangkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan suatu nilai
tambah kepada para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
A. Puskesmas
B. Program Kesehatan Lingkungan
C. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman
D. Klinik Sanitasi
E. Kegiatan Klinik Sanitasi
F. Penyakit Berbasis Lingkungan
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan adanya instalasi kesehatan seperti puskesmas sangatlah membantu menjaga
kesehatan masyarakat, tetapi sejalan denngan perubahan puskesmas harus mampu mengelola
alat kesehatan, obat – obatan dengan baik. Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sejahtra dari badan, jiwa yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan
hanya sehat jasmani tetapi juga rohani.
Puskesmas merupakan unitpelayanan kesehatan yangdisamping menonjolkanaspek
kuratif,jugamenonjolkan aspek promotifdanpreventif. Salahsatuprogrampuskesmas
yangmenelaah masalahsanitasilingkungan danpenyakitberbasislingkunganadalahklinik
sanitasi. Idealnya,setiap puskesmas memilikikliniksanitasi(Depkes RI,2004).
Sanitasi yang buruk dapat menjadi media transmisi dan perkrmbangan berbagai agen
penyakit. penyakit yang penyebab utamanya berasal pada masalah kesehahatan lingkungan
adalah penyakit berbasis lingkungan. penyakit berbasis lingkungan ini diantaranya infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA), diare, malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tuberculosis (TB), kecacingan, penykit kulit, keracunan makanan dan keracunan pestisida.
Jika ada pasien datang kepuskesmas yang menderita penyakit berbasis lingkungan
dengan latar belakang buruknya kebersihan diri, keluarga dan lingkungan,maka pasien
tersebut akan dirujuk keklinik sanitasi setelah diobati. Disana,petugas klinik sanitasi akan
memberikan konseling mengenai penyakit berbasis lingkungan dan sanitasi lingkungan.
Dalam kurun waktu sebulan,petugas klinik sanitasi akan mengemukakan masalah
kesehatan lingkungan yang ada, danakan berdiskusidengan petugas lainnya dipuskesmas
mengenaisolusi untuk menyelesaikannyadan evaluasi program tersebut. Dengan kegiatan
konseling,kunjungan kerumah pasiendan klien, dan lokakarya mini yang dilakukan,klinik
sanitasi diharapkan mampu menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan mengatasi
masalah kesehatan lingkunganyang ada (Depkes RI,2004).
Gambaran pelaksanaan klinik sanitasi dapat dilihat dari berbagai aspek,yaitu petugas,
sarana prasarana,dana, pedoman,jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan, jumlah
pasien klinik sanitasi, jumlah klien kliniksanitasi, jumlah konseling yang dilakukan jumlah
kunjungan kerumah warga, kerjasama lintas program dan lintas sektor,dan evaluasi program
klinik sanitasi.
Klinik sanitasi diharapakan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas dalam
melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan
dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan guna meningkatakan
derajat kesehatan masyarakat.
B. Tujuan
Kuliah Praktek Kerja Lapangan Puskesmas dan Klinik Sanitasi dilaksanakan dengan
tujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan secara profesional untuk mengenal dan mencari
solusi masalah-masalah di bidang kesehatan lingkungan yang ada dilokasi praktik,dengan
bekal ilmu yang diperoleh selama masa kuliah.
C. Manfaat
Adapun manfaat dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Puskesmas dan Klinik
sanitasi adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui atau memahami kebutuhan pekerjaan di tempat praktek kerja lapangan di
puskesmas;
b. Menyesuaikan (menyiapkan) diri dalam menghadapi lingkungan kerja lapangan
setelah menyelesaikan studinya.
c. Mengetahui atau melihat secara langsung penggunaan atau peranan teknologi terapan
ditempat kerja lapangan puskesmas;
d. Menyajikan hasil-hasil yang diperoleh selama kerja praktek dalam bentuk laporan
praktek kerja lapangan puskesmas;
e. Terampil melakukan konseling tentang penyakit-penyakit berbasis lingkungan dan
Teknologi Tepat Guna bidang sanitasi baik di dalam gedung dan luar gedung
puskesmas, dan
f. Diharapkan dapat menggunakan hasil atau data-data yang diperoleh pada praktek
kerja puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Depkes, 2011).
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009).
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok serta puskesmas meningkatkan
peran masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Pelayanan kesehatan komprehensif
yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), pelayanan preventif
(pencegahan), pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagaian dari kecamatan
karena tergantung dari faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis, dan
keadaan infrastruktur di wilayah tersebut (Efendi, 2009).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 tahun
2014, Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, utnuk mencapai derajat
kesehatan masyrakat yang setinggi-tingginyadi wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan
pelayanan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional
khususnya subsistem upaya kesehatan.
Jamban bentuk septic tank sebagai bentuk jamban yang paling memenuhi syarat, tinja
mengalami beberapa proses didalamnya, sebagai berikut :
1) Proses kimiawi: Akibat penghancuran tinja akan direduksi sebagian besar (60-
70%), zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge Zat-zat yang tidak
dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk
lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum
yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang
memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang
akan berfungsi pada proses selanjutnya.
2) Proses biologis: Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri
anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum.
Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume
sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent
sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah.
Cairan influent akhirnya dialirkan melalui pipa.
Seperti yang di uraikan dalam syarat ventilasi diatas. Sistem ventilasi silang yaitu
menempatkan dua buah jendela yang saling berhadapan dalam satu ruangan. Ventilasi system
ini memungkinkan udara dapat mengalir dari dalam ke luar dan sebaliknya, tanpa harus
mengendapkanya terlebih dahulu di dalam ruangan.
5. Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Pemberantasan pada nyamuk Aedes Aegypti akan lebih maksimal dan efektif jika
dilakukan dengan jarak pemeriksaan jentik-jentik secara berkala oleh petugas puskesmas.
Adapun tata cara pemeriksaan meliputi:
a. Pemeriksaan bak mandi yang ada pada WC, Tempayan, drum dan tempat penampungan
yang lainya.
b. Jentik nyamuk biasanya muncul pada permukaan air untuk berbafas, jika belum muncul
tunggu lah sekitar 1 menit.
c. Periksa segala macam tempat yang relatif menjadi penampungan air. Misalnya vas
bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng yang ada.
D. Klinik Sanitasi
Klinik adalah balai pengobatan khusus seperti keluarga berencana atau juga merupakan
organisasi kesehatan yang bergerak dalam penyediaan pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis
dan pengobatan), biasanya terhadap satu macam gangguan kesehatan.
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi
dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, saran
pengolahan sampah dan limbah rumah tangga.
Klinik Sanitasi merupakan wahana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat
melalui upaya terintegrasi kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit dengan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas Klinik Sanitasi bukan sebagai unit
pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian dari kegiatan puskesmas. Bekerjasama
dengan program yang lain dari sektor terkait diwilayah kerja puskesmas.
Klinik Sanitasi lingkungan merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan
pelayanan kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif yang difokuskan pada penduduk
yang menderita penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman
yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan
secara aktif dan pasif di dalam dan di luar puskesmas (Depkes, 2002).
Jika pasien datang ke puskesmas yang menderita penyakit berbasis lingkungan dengan
latar belakang buruknya kebersihan diri, keluarga dan lingkungan maka pasien tersebut, akan
dirujuk ke klinik sanitasi setelah diobati. Disana, petugas klinik sanitasi akan memberikan
konseling mengenai penyakit berbasis lingkungan dan sanitasi lingkungan.
Dalam pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi masyarakat difasilitasi oleh petugas
puskesmas, klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas dalam
melaksanakan pelayanan, pencegahan dan penularan penyakit berbasis lingkungan dan semua
persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan guna meningkatkan derajat
kesehatan.
Jika dirasa perlu, petugas akan melakukan kunjungan kerumah pasien tersebut untuk
menelaah penyebab utama penyakit dan masalah sanitasi pasien tersebut dan memberi solusi
untuk menyelsaikannya. Selain pasien penyakit berbasis lingkungan, masyarakat umum juga
dapat berkonsultasi diklinik sanitasi , dimana meraka tereka tersebut dengan klien .
Dalam kurung waktu sebulan , petugas sanitasi akan mengemukakan masalah-masalah
kesehatan lingkungan yang ada , dan akan berdiskusi dengan petugas lainnya dipuskesmas
mengenai solusi myelesaikannya dan evaluasi proram tersebut. Dengan kegiatan konseling
kunjngan kerumah pasien dan klien dan loka karya mini yang dilakukan , klinik sanitasi
diharapkan mampu menurunkan penyakit berbasis lingkungan dan mengatasi masalah
kesehatan lingkungan yang ada (Depkes RI 2004).
Secara umum tujuan klinik sanitasi yaitu meningkatkanderajat kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif dan kuratif yangdilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.
1. Pasien
Penderita yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh
petugas medis keruang sanitasi.
2. Klien
Merupakan masyarakat umum bukan penderita penyakit yang dapat ke puskesmas
untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
3. Ruang Klinik Sanitasi
Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan oleh sanitarian/tenaga
kesling/tenaga pelaksana kegiatan sanitasi untuk melakukan fungsi penyuluhan,
konsultasi, konseling, pelatihan perbaikan sarana sanitasi dan sebagainya.
4. Konseling
Adalah kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk
mengenali masalah lebih rinci kemudian diupayakan pemecahanya yang dilakukan
oleh tenaga sanitarian/tenaga pelaksana klinik sanitasi, sehubungan dengan konsultasi
penderita atau klien datang kepuskesmas.
2. Penyebab ISPA
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ISPA ditularkan oleh virus dan bakteri.
Berikut ini adalah beberapa mikroorganisme yang menjadi penyebab munculnya ISPA:
Adenovirus. Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan pneumonia bisa
disebabkan oleh virus yang memiliki lebih dari 50 jenis ini.
Rhinovirus. Virus ini menyebabkan pilek. Tapi pada anak kecil dan orang dengan
sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa berubah menjadi ISPA pada tahap yang
serius.
Pneumokokus. penyakit meningitis disebabkan oleh virus jenis ini. Bakteri ini juga
bisa memicu gangguan pernapasan lain, seperti halnya pneumonia.
Sistem kekebalan tubuh seseorang sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus
maupun bakteri terhadap tubuh manusia. Risiko seseorang mengalami infeksi akan
meningkat ketika kekebalan tubuh lemah. Hal ini cenderung terjadi pada anak-anak dan
orang yang lebih tua, serta siapa pun yang memiliki penyakit atau kelainan dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah.ISPA juga akan lebih mudah menjangkiti orang yang
menderita penyakit jantung atau memiliki gangguan dengan paru-parunya. Perokok juga
berisiko tinggi terkena infeksi saluran pernapasan akut dan cenderung lebih sulit untuk
pulih dari kondisi ini.
Apabila infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri, serangkaian tes akan dilakukan
untuk mengetahui jenis bakteri. Setelah itu, dokter bisa menentukan antibiotik yang
paling tepat untuk membasmi bakteri penyebab infeksi. Agar tidak menimbulkan efek
samping yang berbahaya, antibiotik harus sesuai dengan resep dokter.Jika dibiarkan tanpa
penanganan, komplikasi yang terjadi akibat ISPA sangat serius dan bisa berakibat fatal.
Komplikasi yang sering kali terjadi bersamaan dengan ISPA adalah gagal napas dan
gagal jantung kongestif.
5. Pencegahan ISPA
Pencegahan adalah cara terbaik dalam menangani ISPA. Berikut ini adalah beberapa
pola hidup higienis yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap ISPA.
Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata dengan tangan
agar Anda terlindung dari penyebaran virus dan bakteri.
Hindari merokok.
Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan. Hal ini dilakukan
untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.
Berolahraga secara teratur juga bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan
mengurangi risiko penularan infeksi. Semakin sering berolahraga, semakin kecil pula
risiko tertular ISPA.
c. Tuberculosis (TBC)
TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan
melalui saluran udara. TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar
ke tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.Jenis
tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan infeksi TBC laten, di mana
terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan
aktif dan mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu
bahkan beberapa tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pasien.Jika pasien
memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah (misalnya pada penderita HIV, kanker,
atau pasien yang menjalani kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.
e. Kecacingan
Kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Penyebaran kecacingan
ini melalui kontaminasi tanah oleh tinja yang mengandung telur cacing. Telur tumbuh
dalam tanah, dengan suhu optimal ±30°C. lnfeksicacing terjadi bila telur yang infektif
masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar atau melalui
tangan yangkotor (Depkes RI, 2007;WHO, 2011).
1. Cacingkremi
Cacing ini merupakan jenis cacing gelang. Bentuknya sangat kecil, tidak berbahaya,
tetapi sangat umum menginfeksi orang dewasa, terlebih anak-anak. Cacing kremi
tinggal di usus besar dan rektum. Cara penularan ke manusia adalah ketika manusia
menyentuh telur-telur tersebut lalu tertelan. Saking kecilnya, telur cacing kremi mudah
terbang dan terhirup oleh manusia.
2. Cacing pita
Selama ini banyak orang yang tahu bahwa cacing pita hanya menular melalui
konsumsi daging yang kurang matang. Namun, cacing pita juga bisa masuk ke dalam
tubuh manusia melalui air minum yang telah terkena kontaminasi telur atau larva
cacing pita. Cacing pita ini terbilang mengerikan karena bisa tumbuh di dalam tubuh
manusia sampai berukuran 15 cm dan hidup selama 30 tahun.
3. Cacing gelang
Cacing gelang merupakan salah satu penyebab cacingan pada orang dewasa, yang
menular melalui makanan yang sudah terkena kontaminasi telur cacing, lalu dimakan
oleh manusia. Cacing-cacing ini dapat berkembang biak hingga dalam jumlah banyak
di dalam tubuh manusia.
4. Cacing pipih
Cacing ini hidup di darah, usus, atau jaringan tubuh manusia. Sebenarnya cacing pipih
lebih banyak menginfeksi hewan daripada manusia. Namun, jika Anda sering
mengonsumsi sayuran mentah, terutama selada air, Anda berisiko terinfeksi cacing ini.
Telur cacing pipih juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum yang
terkontaminsi telur cacing.
5. Cacing tambang
Telur cacing tambang bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui pori-pori kulit.
Karenanya, jika Anda berjalan tanpa alas kaki di atas tanah atau media yang menjadi
habitat larva cacing tambang, kesempatan cacing untuk masuk ke dalam tubuh Anda
dengan menembus kulit sangat besar.
6. Cacing trikinosis
Jenis cacing ini terdapat pada daging matang yang sudah dihinggapi larva cacing.
Setelah masuk ke dalam tubuh, larva berdiam di usus manusia dan tumbuh menjadi
dewasa. Setelah itu larva akan berkembang biak dan berpindah dari usus ke otot atau
jaringan tubuh yang lain.
Cara ekektif mencegah penyakit kecacingan (berdasarkan faktor penyebab penyakit):
1. Pembuangan kotoran tidak saniter:
Buang air bersih hanya dijamban
Lubang WC/jamban ditutup
Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok dengan
tetangga
2. Plesterisasi lantai rumah
3. Pengelolaan makanan tidak saniter:
Cuci sayuran dan buah-buahan yang akan di makan dengan air bersih.
Masak makanan sampai benar-benar matang
Menutup makanan pakai tudung saji
4. Perilaku tidak hygiene maka diperlukan:
Cuci tangan pakai sabun sebelum makan
Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
Gunakan selalu alas kaki
Potong pendek kuku
Tidak gunakan tinja segar untk pupuk tanaman (Prabu, 2008).
f.Penyakit Kulit
Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen. Penyebab
penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil yang bernama sorkoptes
scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan tanduk kukit kita dan
membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur (Prabu, 2008).
1. Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan
seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal dll.
2. Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan daktor penyebab penyakit) sebagai
berikut:
Penyediaan air
1) Gunakan air dari sumber yang terlindung
2) Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
Kesehatan perorangan tidak baik:
1) Cuci tangan pakai sabun
2) Mandi 2 kali sehari pakai sabun
3) Potong pendek kuku jari tangan
Perilaku tidak hygiene maka diperlukan:
1) Peralatan tidur dijemur
2) Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
3) Sering menggantin pakaian
4) Pakaian sering dicuci
5) Buang air besra di jamban
6) Istirahat yang cukup
7) Makan makanan bergizi (Prabu, 2008).
g.Keracunana Makanan
1. Cara efektif mencegah keracunan makanan, berdasarkan faktor penyebab penyakit:
Makanan rusak atau kadaluarsa maka:
1) Pilih bahan makanan yang baik dan utuh
2) Makanan yang sudah rusak/ kadaluarsa tidak dimakan
Pengolahan makanan tidak akurat
1) Memasak dengan matang dan panas yang cukup
2) Makan makanan dalam keadaan panas/hangat
3) Panaskan makanan bila akan dimakan
Lingkungan tidak bersih/hygiene
1) Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah
2) Simpan makanan pada tempat yang tertutup
3) Kandang ternak jauh dari rumah
4) Tempat sampah tertutup
Perilaku tidak hygienes
1) Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makan
2) Cuci tangan pakai sabun sesudah BAB
3) Bila sedang sakit jangan menjamah makanan atau pakaian tutup mulut
(Prabu,2008).
Penyakit Malaria
1. Cara efektif mencegah penyakit malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit
sebagai berikut:
Lingkungan rumah/ventilasi kurang baik, maka diperlukan:
1) Memasang kawat kasa pada ventilasi/ lubang penghawaan
2) Jauhkan kandang ternak dari rumah ayam membuat kandang kolektif
3) Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab.
Lingkungan sekitar rumah tidak terawat, maka diperlukan:
1) Sering membersihkan rumput/semak disekitar rumah dan tepi kolam
2) Genangan air dialirkan atau ditimbun
3) Memelihara tambak ikan dan memebersihkan rumput
4) Menebar ikan pemakan jentik
Perilaku tidak sehat
1) Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
2) Tidur dalam kelambu
3) Pada malam hari berada dalam rumah (Prabu, 2008).
BAB III
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS
F. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Simpur berdiri sejak tahun 1958 dengan wilayah kerja 11 kelurahan dan 4
Puskesmas pembantu, berlokasi di Jl.Kartini No.24 Kel.Tanjung Karang.Pada th 1970
Puskesmas ini pindah ke Jl.Batu Sangkar No.4 Kel.Kelapa Tiga dan Tahun 1982 pindah
lokasi ke Jl.Tamin no.121 Kel.Kelapa Tiga dengan 2 puskesmas pembantu dan membina 6
kelurahan wilayah kerja. Sesuai Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor
184/09/HK/2009, tanggal 31 Maret 2009, Puskesmas Simpur berubah status menjadi
Puskesmas Rawat Inap Simpur dengan 10 Tempat Tidur dan membawahi 4 Kelurahan
wilayah kerja yakni Kelurahan Kelapa Tiga,Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Penengahan
dan Kelurahan Gunung Sari,tanpa Puskesmas Pembantu. Dengan adanya Peraturan Daerah
kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 yang disinergikan dengan Peraturan Daerah
Kota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan
dan Kecamatan, maka jumlah kecamatan dari 13 kecamatan bertambah menjadi 20 kecamatan
dan jumlah kelurahan dari 98 kelurahan bertambah menjadi 126 kelurahan, maka terjadi
perubahan wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur menjadi 3 Kelurahan Wilayah Kerja
yaitu Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada dan Kelurahan Pasir Gintung.
Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Jumlah Rumah dan Luas Wilayah
PerKelurahandi Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun
2019
No Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah Luas
Penduduk Rumah KK Wilayah
Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Rawat Inap
Simpur adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan Kota Bandar
Lampung.
I. Fungsi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan
yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan
utama.
Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya
dengan benar tanpa atau dengan bantuan lain.
Jumlah
No Jenis Tenaga
3 SKM 3
6 Apoteker 1
7 Asisten Apoteker 1
10 D4 Kesling 2
12 D3 Gizi + D4 Gizi 2
14 D3 Analis 2
15 D3 Akutansi 1
16 Perawat (SPK) 3
17 Perawat Gigi(SPRG) 1 + D4 1 2
Jumlah 67
Berdasarkan Penamuan kasus penyakit berbasis lingkungan tahun 2019 dari bulan Janiari
- November dapat dijelaskan bahwa penyakit yang paling banyak adalah penyakit ISPA.
Tingginya kasus ISPA dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya perubahan musim
serta kondisi fisik rumah ( ventilasi dan jendela ) serta prilaku masyarakat yang tidak sehat.
Data penyakit tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
B. Saran
1. Sebaiknya untuk memberikan penyuluhan kepada pasien terutama yang berada di RPU
dengan penyakit berbasis lingkungan yang berobat maupun melakukan pemeriksaan di
Puskesmas Simpur untuk mengunjungi klinik sanitasi terlebih dahulu setelah melakukan
pemeriksaan agar dapat didata dan dari pihak sanitasi puskes dapat melakukan kunjungan
pada pasien tersebut.
2. Dari jumlah kunjungan klinik sanitasi yang berjumlah 15 orang 89diantaranya merupakan
penderita penyakit ISPA. untuk itu harap dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang
apa apa saja penyebab utama dari penyakit ISPA tersebut agar masyarakat menjadi tahu
dan diharapkan kedepannya dapat mengurangi jumlah penderita ISPA.
3. Sebaiknya Puskesmas Simpur memiliki alat Enviroment Multimeter yang dapat berguna
untuk memeriksa pencahayaan, kelembaban, suhu, dan kebisingan supaya memudahkan
untuk pemeriksaan sehingga dapat memantau kesehatan lingkungan di Puskesmas Simpur.
4. Sebaiknya Puskesmas Simpur melakukan pemicuaan mengenai STBM terutama pilar ke 1
di Kelurahan Pasir Gintung dan Kelapa Tiga banyak yang membuang tinja, sampah serta
air ke kali, hal tersebut dapat menyebabkan bibit penyakit dan juga pencemaran
lingkungan.
5. Sebaiknya Puskesmas Simpur memberikan arahan kepada Industri Rumahan mengenai
Hyginie Sanitasi Makanan.
6. Sebaiknya Puskesmas Simpur memberikan arahan kepada pengusaha depot air minum
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Simpur untuk melakukan uji laboratorium kualitas
airnya yang terbaru.