Anda di halaman 1dari 40

TUGAS PROMKES DIBERBAGAI TATANAN

PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMKES DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS SIMPUR

DOSEN PENGAMPU :

1. Nur Sefa Arief, SKM.,M.Kes


2. Nova Mega Rukmana, S.ST ., M.Kes

Oleh :

Resti Dwi Jayanti

205130045P

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena Rahmat dan Petunjuk-Nya
penulis bisa menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Promkes Diberbagai Tatanan.

Dengan selesainya makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada seluruh dosen
pengampu mata kuliah Promkes Diberbagai Tatanan yang telah banyak membimbing dan
memberi masukan kepada penulis hingga terselesaikannya makalah ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan. Kritik dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan dan pertimbangkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan suatu nilai
tambah kepada para pembacanya.

Purbolinggo, 22 Juli 2021

Penulis

DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
B. Program Kesehatan Lingkungan
C. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman
D. Klinik Sanitasi
E. Kegiatan Klinik Sanitasi
F. Penyakit Berbasis Lingkungan

BAB III TINJAUAN UMUM PUSKESMAS


A. Sejarah Puskesmas
B. Geografis dan Demografi
C. Visi dan Misi Puskesmas Simpur
D. Fungsi Puskesmas
E. Sumbr Daya Puskesmas
F. Program Pelayanan Puskesmas

G. Penyakit Berbasis Lingkungan


H. Program Kesehatan Lingkungan
I. Program Klinik Sanitasi Di Puskesmas

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan adanya instalasi kesehatan seperti puskesmas sangatlah membantu menjaga
kesehatan masyarakat, tetapi sejalan denngan perubahan puskesmas harus mampu mengelola
alat kesehatan, obat – obatan dengan baik. Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan sejahtra dari badan, jiwa yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan
hanya sehat jasmani tetapi juga rohani.
Puskesmas merupakan unitpelayanan kesehatan yangdisamping menonjolkanaspek
kuratif,jugamenonjolkan aspek promotifdanpreventif. Salahsatuprogrampuskesmas
yangmenelaah masalahsanitasilingkungan danpenyakitberbasislingkunganadalahklinik
sanitasi. Idealnya,setiap puskesmas memilikikliniksanitasi(Depkes RI,2004).
Sanitasi yang buruk dapat menjadi media transmisi dan perkrmbangan berbagai agen
penyakit. penyakit yang penyebab utamanya berasal pada masalah kesehahatan lingkungan
adalah penyakit berbasis lingkungan. penyakit berbasis lingkungan ini diantaranya infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA), diare, malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tuberculosis (TB), kecacingan, penykit kulit, keracunan makanan dan keracunan pestisida.
Jika ada pasien datang kepuskesmas yang menderita penyakit berbasis lingkungan
dengan latar belakang buruknya kebersihan diri, keluarga dan lingkungan,maka pasien
tersebut akan dirujuk keklinik sanitasi setelah diobati. Disana,petugas klinik sanitasi akan
memberikan konseling mengenai penyakit berbasis lingkungan dan sanitasi lingkungan.
Dalam kurun waktu sebulan,petugas klinik sanitasi akan mengemukakan masalah
kesehatan lingkungan yang ada, danakan berdiskusidengan petugas lainnya dipuskesmas
mengenaisolusi untuk menyelesaikannyadan evaluasi program tersebut. Dengan kegiatan
konseling,kunjungan kerumah pasiendan klien, dan lokakarya mini yang dilakukan,klinik
sanitasi diharapkan mampu menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan mengatasi
masalah kesehatan lingkunganyang ada (Depkes RI,2004).
Gambaran pelaksanaan klinik sanitasi dapat dilihat dari berbagai aspek,yaitu petugas,
sarana prasarana,dana, pedoman,jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan, jumlah
pasien klinik sanitasi, jumlah klien kliniksanitasi, jumlah konseling yang dilakukan jumlah
kunjungan kerumah warga, kerjasama lintas program dan lintas sektor,dan evaluasi program
klinik sanitasi.
Klinik sanitasi diharapakan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas dalam
melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit yang berbasis lingkungan
dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan guna meningkatakan
derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan
Kuliah Praktek Kerja Lapangan Puskesmas dan Klinik Sanitasi dilaksanakan dengan
tujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan secara profesional untuk mengenal dan mencari
solusi masalah-masalah di bidang kesehatan lingkungan yang ada dilokasi praktik,dengan
bekal ilmu yang diperoleh selama masa kuliah.

C. Manfaat
Adapun manfaat dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Puskesmas dan Klinik
sanitasi adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui atau memahami kebutuhan pekerjaan di tempat praktek kerja lapangan di
puskesmas;
b. Menyesuaikan (menyiapkan) diri dalam menghadapi lingkungan kerja lapangan
setelah menyelesaikan studinya.
c. Mengetahui atau melihat secara langsung penggunaan atau peranan teknologi terapan
ditempat kerja lapangan puskesmas;
d. Menyajikan hasil-hasil yang diperoleh selama kerja praktek dalam bentuk laporan
praktek kerja lapangan puskesmas;
e. Terampil melakukan konseling tentang penyakit-penyakit berbasis lingkungan dan
Teknologi Tepat Guna bidang sanitasi baik di dalam gedung dan luar gedung
puskesmas, dan
f. Diharapkan dapat menggunakan hasil atau data-data yang diperoleh pada praktek
kerja puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
Kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Depkes, 2011).
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009).
Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok serta puskesmas meningkatkan
peran masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Pelayanan kesehatan komprehensif
yang diberikan puskesmas meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), pelayanan preventif
(pencegahan), pelayanan promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagaian dari kecamatan
karena tergantung dari faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis, dan
keadaan infrastruktur di wilayah tersebut (Efendi, 2009).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 tahun
2014, Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, utnuk mencapai derajat
kesehatan masyrakat yang setinggi-tingginyadi wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan
pelayanan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional
khususnya subsistem upaya kesehatan.

B. Program Kesehatan Lingkungan


Program pokok puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di
laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 program pokok pelayanan kesehatan diantaranya
program pengobatan, promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pencegahan penyakit
menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan dan perbaikan gizi masyarakat.
Program kesehatan lingkungan adalah salah satu program pokok puskesmas yang
berupaya untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu menompang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia.

Ada 6 upaya dasar yang dilakukan di bidang kesehatan lingkungan yaitu:

1. Penyehatan sumber air bersih (SAB)


Kegiatan upaya penyehatan air meliputi: surveilan kualitas air, inspeksi sanitasi SAB,
pemeriksaan kualitas air, pembinaan kelompok pemakaian air.
2. Penyehatan lingkungan pemukiman (pemeriksaan rumah)
Sarana sanitasi dasar yang dipantau meliputi jamban keluarga (Jaga), saluran
pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS).
3. Penyehatan tempat-tempat umum (TTU)
Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain, pasar,
kolam renang, dan pemandian umum lainnya,sarana ibadah, salon, dan pangkas
rambut, dilakukan upaya pembinaan institusi rumah sakit dan sarana kesehatan
lainnya, sarana pendidikan dan perkantoran.
4. Penyehatan tempat pengolahan makanan (TPM)
Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis dan
pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman, kesiapsiagaan, dan
penanggulangan KLB, keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan makanan.
5. Pemantauan jentik nyamuk dan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan terhadap tempat yang mungkin
menjadi perindukan nyamuk.
6. Konsultasi kesling klinik sanitasi
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat atau pasien yang menderita penyakit
yang berhubungan dengan lingkungan seperti: diare, kecacingan, penyakit kulit, TB
Paru, dll.

C. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman


Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan pemukiman, dilaksanakan dengan
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungan dan dapat
mewujudkan kualitas lingkungan pemukiman yang bebas dari risiko yang membahayakan
kesehatan pada berbagai substansi dan komponen lingkungan yaitu melipti jamban keluarga,
saluran pembuangan air limbahn (SPAL), Pengelolaan sampah, ventilasi rumah dan dapur
dan pemeriksaan jentik nyamuk pada bak mandi.
1. Jamban Keluarga
Menurut kreteria Depkes RI (1985), Syarat sebuah jamban keluarga dikategorikan
jamban sehat, jika memenuhi persyaratan sebagsi berikut:
a. Tidak mencemari sumber air minum. Letak lubang penampungan kotoran paling
sedikit berjarak 10 meter dari sumur air minum (sumur pompa tangan, sumur gali,
dan lain-lain). Tetapi kalau keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-
retak pada musim kemarau, demikian juga bila letak jamban di sebelah atas dari
sumber air minum pada tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari
15 meter;
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. Untuk itu
tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa atau penutup
lubang yang rapat;
c. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya,
untuk itu lantai jamban harus cukup luas paling sedikit berukuran 1×1 meter, dan
dibuat cukup landai/miring ke arah lubang jongkok;
d. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk itu harus dibuat dari bahan-bahan yang
kuat dan tahan lama dan agar tidak mahal hendaknya dipergunakan bahan-bahan
yang ada setempat;
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna terang;
f. Cukup penerangan;
g. Lantai kedap air;
h. Luas ruangan cukup, atau tidak terlalu rendah;
i. Ventilasi cukup baik;
j. Tersedia air dan alat pembersih.

Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa macam jamban menurut beberapa ahli.


Menurut Azwar (1983), jamban mempunyai bentuk dan nama sebagai berikut :
a. Pit privy (Cubluk): Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah
sedalam 2,5 sampai 8 meter dengan diameter 80-120 cm. Dindingnya diperkuat dari
batu bata ataupun tidak. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut
dapat dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air
minum sekurang-kurangnya 15 meter.
b. Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improved pit latrine): Jamban ini hampir
sama dengan jamban cubluk, bedanya menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah
pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat dari bambu.
c.  Jamban empang (fish pond latrine): Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di
dalam sistem jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat
langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja,
demikian seterusnya.
d. Jamban pupuk (the compost privy): Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus
cemplung, hanya lebih dangkal galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang
kotoran binatang dan sampah, daun-daunan.
e. Septic tank: Jamban jenis septic tank ini merupakan jamban yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan. Septic
tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk
mengalami dekomposisi.

Jamban bentuk septic tank sebagai bentuk jamban yang paling memenuhi syarat, tinja
mengalami beberapa proses didalamnya, sebagai berikut :
1) Proses kimiawi: Akibat penghancuran tinja akan direduksi sebagian besar (60-
70%), zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge Zat-zat yang tidak
dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk
lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. Lapisan ini disebut scum
yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang
memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang
akan berfungsi pada proses selanjutnya.
2) Proses biologis: Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri
anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum.
Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume
sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent
sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah.
Cairan influent akhirnya dialirkan melalui pipa.

2. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)


IPAL adalah sebuah struktur teknik dan perangkat peralatan beserta
perlengkapannya yang dirancang secara khusus untuk memproses atau mengolah cairan
sisa proses, sehingga sisa proses tersebut menjadi layak dibuang ke lingkungan. Cairan sisa
proses atau limbah bisa berasal dari proses industri, pabrik, pertanian, dan perkotaan yang
tidak lain merupakan hasil limbah rumah tangga. Hasil dari pembuangan tersebut dapat
membahayakan manusia maupun lingkungan, oleh karena itu diperlukan proses
pengolahan lebih lanjut sebelum dibuang ke saluran pembuangan. SPAL yang sehat
hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air minimal 10 m). Menurut
Depkes RI (1995/1996), air limbah tidak boleh dibuang ke sungai, danau dan laut begitu
saja kecuali telah melalui sarana pengolahan air limbah sederhana seperti bak
penangkap lemak, saringan pasir dan sebagainya. Air limbah dapat ditampung dalam
lubang tertutup. Penderita penyakit yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan
yang dirujuk oleh petugas medis ke Ruang Klinik Sanitasi atau yang ditemukan di
lapangan baik oleh petugas media/paramedis maupun prugas survey.
b. Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk
(diberi tutup yang cukup rapat).
c. Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat).
d. Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor
sampai meluap). Ada berbagai sistem SPAL seperti kolam oksidasi, bak pemeliharaan
ikan lele, langsung di buang ke sungai dengan saluran, sumur peresapan dll.
3. Pengelolaan Sampah
Cara pengelolaan limbah rumah tangga yang paling mudah adalah dengan melakukan
3R, yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle. Cara ini bisa mengatasi penumpukan sampah kota
danpermasalahannya Utamanya plastik. Keuntungan ketiga cara ini mudah dan bisa di
lakukan dalam kehidupa sehari-hari.

a. Reduce(Mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau benda yang


tidak terlalu kita butuhkan)
1) Kurangi pemakaian kantong plastik. Biasanya sampah rumah tangga yang paling
sering di jumpai adalah sampah dari kantong plastik yang dipakai sekali lalu
dibuang. Padahal, plastik adalah sampah yang perlu ratusan tahun (200-300 tahun)
untuk terurai kembali. Karena itu, pakailah tas kain yang awet dan bisa dipakai
berulang-ulang.
2) Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara rutin
misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.
3) Mengutamakan membeli produk berwadah, sehingga bisa diisi ulang.
4) Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).
5) Membeli produk atau barang yang tahan lama.
b. Reuse (Memakai dan memanfaatkan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai
menjadi sesuatu yang baru)
1) Sampah rumah tangga yang bisa digunakan untuk dimanfaatkan seperti: koran
bekas, kardus bekas susu, kaleng susu, wadah sabun lulur, dsb. Barang-barang
tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk
menyimpan tusuk gigi atau cotton-but. 
2) Selain itu barang-barang bekas tersebut dapat dimanfaatkan oleh anak-anak,
misalnya memanfaatkan buku tulis lama jika masih ada lembaran yang kosong bisa
dipergunakan untuk corat coret, buku-buku cerita lama dikumpulkan untuk
perpustakaan mini di rumah untuk mereka dan anak-anak sekitar rumah. 
3) Menggunakan kembali kantong plastik belanja, untuk belanja berikutnya.
c. Recycle (Mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru)
1) Sampah organik bisa di manfaatkan sebagai pupuk.
2) Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali
contohnya: mendaur ulang kertas yang tidak di gunakan menjadi kertas kembali,
botol plastik bisa di sulap menjadi tempat alat tulis, plastik detergen, susu, bisa di
jadikan tas cantik, dompet, dll.
3) Disetorkan ke bank sampah yang kemudian dikonversikan ke tabungan.
4. Ventilasi Rumah dan Dapur
Ventilasi membantu mengatur sirkulasi udara di dalam rumah. Selain itu juga
ventilasi berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya matahari ke suatu ruangan, penghilang
bau pengap, menjaga kelembapan rumah dan menjaga kadar O2 dalam udara.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus memenuhinsyarat-syarat antara lain:
a. Luas lubang ventilasi tetap (permanen) minimal 5% dari luas lantai ruangan danluas
lubang ventilasi insidentil yaitu ventilasi yang dapat dibuka  dan ditutup minimal 5%
dari luas lantai, sehingga luas ventilasi permanen dan isedentil adalah 10%  dari  luas 
lantai  ruangan. 
b. Udara yang masuk ke dalam ruangan harus udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
dari sampah. pabrik, knalpot, debudan lain-lain.
c. Udara diusahakan mengalir secara cross ventilation yaitu dengan menempatkan lubang
hawa yang saling berhadapan  antara dua dindingruangan

Seperti yang di uraikan dalam syarat ventilasi diatas. Sistem ventilasi silang yaitu
menempatkan dua buah jendela yang saling berhadapan dalam satu ruangan. Ventilasi system
ini memungkinkan udara dapat mengalir dari dalam ke luar dan sebaliknya, tanpa harus
mengendapkanya terlebih dahulu  di dalam  ruangan.
5. Pemeriksaan Jentik Nyamuk
Pemberantasan pada nyamuk Aedes Aegypti akan lebih maksimal dan efektif jika
dilakukan dengan jarak pemeriksaan jentik-jentik secara berkala oleh petugas puskesmas.
Adapun tata cara pemeriksaan meliputi:
a. Pemeriksaan bak mandi yang ada pada WC, Tempayan, drum dan tempat penampungan
yang lainya.
b. Jentik nyamuk biasanya muncul pada permukaan air untuk berbafas, jika belum muncul
tunggu lah sekitar 1 menit.
c. Periksa segala macam tempat yang relatif menjadi penampungan air. Misalnya vas
bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng yang ada.

D. Klinik Sanitasi
Klinik adalah balai pengobatan khusus seperti keluarga berencana atau juga merupakan
organisasi kesehatan yang bergerak dalam penyediaan pelayanan kesehatan kuratif (diagnosis
dan pengobatan), biasanya terhadap satu macam gangguan kesehatan.
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi
dasar adalah sarana sanitasi rumah tangga yang meliputi sarana buang air besar, saran
pengolahan sampah dan limbah rumah tangga.
Klinik Sanitasi merupakan wahana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat
melalui upaya terintegrasi kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit dengan bimbingan,
penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas Klinik Sanitasi bukan sebagai unit
pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian dari kegiatan puskesmas. Bekerjasama
dengan program yang lain dari sektor terkait diwilayah kerja puskesmas.
Klinik Sanitasi lingkungan merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan
pelayanan kesehatan antara promotif, preventif dan kuratif yang difokuskan pada penduduk
yang menderita penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman
yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan
secara aktif dan pasif di dalam dan di luar puskesmas (Depkes, 2002).
Jika pasien datang ke puskesmas yang menderita penyakit berbasis lingkungan dengan
latar belakang buruknya kebersihan diri, keluarga dan lingkungan maka pasien tersebut, akan
dirujuk ke klinik sanitasi setelah diobati. Disana, petugas klinik sanitasi akan memberikan
konseling mengenai penyakit berbasis lingkungan dan sanitasi lingkungan.
Dalam pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi masyarakat difasilitasi oleh petugas
puskesmas, klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas dalam
melaksanakan pelayanan, pencegahan dan penularan penyakit berbasis lingkungan dan semua
persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan lingkungan guna meningkatkan derajat
kesehatan.
Jika dirasa perlu, petugas akan melakukan kunjungan kerumah pasien tersebut untuk
menelaah penyebab utama penyakit dan masalah sanitasi pasien tersebut dan memberi solusi
untuk menyelsaikannya. Selain pasien penyakit berbasis lingkungan, masyarakat umum juga
dapat berkonsultasi diklinik sanitasi , dimana meraka tereka tersebut dengan klien .
Dalam kurung waktu sebulan , petugas sanitasi akan mengemukakan masalah-masalah
kesehatan lingkungan yang ada , dan akan berdiskusi dengan petugas lainnya dipuskesmas
mengenai solusi myelesaikannya dan evaluasi proram tersebut. Dengan kegiatan konseling
kunjngan kerumah pasien dan klien dan loka karya mini yang dilakukan , klinik sanitasi
diharapkan mampu menurunkan penyakit berbasis lingkungan dan mengatasi masalah
kesehatan lingkungan yang ada (Depkes RI 2004).
Secara umum tujuan klinik sanitasi yaitu meningkatkanderajat kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif dan kuratif yangdilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.
1. Pasien
Penderita yang diduga berkaitan dengan kesehatan lingkungan yang dirujuk oleh
petugas medis keruang sanitasi.
2. Klien
Merupakan masyarakat umum bukan penderita penyakit yang dapat ke puskesmas
untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.
3. Ruang Klinik Sanitasi
Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan oleh sanitarian/tenaga
kesling/tenaga pelaksana kegiatan sanitasi untuk melakukan fungsi penyuluhan,
konsultasi, konseling, pelatihan perbaikan sarana sanitasi dan sebagainya.
4. Konseling
Adalah kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang bertujuan untuk
mengenali masalah lebih rinci kemudian diupayakan pemecahanya yang dilakukan
oleh tenaga sanitarian/tenaga pelaksana klinik sanitasi, sehubungan dengan konsultasi
penderita atau klien datang kepuskesmas.

Pada waktu konseling membantu klien/pasien, maka terjadinya langkah-langkah


komunikasi secara timbal balik yang saling berkaitan (komunikasi inter personal) untuk
membantu klien/ pasien dalam membuat keputusan jadi konseling bukan semata-mata dialog,
melainkan juga proses sadar yang memberdayakan orang agar mampu mengendalikan hidupnya
dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya. Oleh karena itu seorang petugas konseling
harus dapat menciptakan hubungan dengan pasien/klien, dengan menunjukan perhatian dan
penerimaan melalui tingkah laku verbal dan non-verbal yang akan memperngaruhi keberhasilan
pertemuan tersebut. Tujuan diadakanya konseling di klinik sanitasi adalah:

a. Menyediakan dukungan teknis bagi mereka yang mempunyai masalah kesehatan


lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.
b. Mencegah penularan penyakit berbasis lingkungan, misalnya Malaria, Demam
Berdarah Dengue (DBD), Tb paru, Ispa, Diare, Pengakit Kulit dll.
c. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan klien/pasien untuk
menggali potensi dan sumber daya serta pelayanan kesehatan yang dapat membantu
klien memecahkan masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan
yang mereka hadapi.
d. Peningkatan kualitas hidup yang lebih baik.
5. Kunjungan Rumah
Kunjungan Rumah adalah kegiatan sanitarian/tenaga kesling atau tenaga pelaksana
klinik sanitasi untuk melakukan kunjungan ke rumah untuk melihat keadaan
lingkungan rumah sebagai tindak lanjut dari kunjungan penderita/klien keruang klinik
sanitasi (Depkes RI, 2002).

E. Kegiatan Klinik Sanitasi


1. Kegiatan Dalam Gedung
Kegiatan Dalam Gedung difokuskan pada identifikasi penyakit yang diderita pasien,
kegiatan konseling yaitu tenaga kesling/sanitarian mewawancarai dan menderikan
penyuluhan kepada pasien serta janji kunjungan rumah. Kegiatan di dalam gedung
dilakukan adalah membahas segala permasalahan, cara memecahkan masalah, hasil
monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik sanitasi dan dalam mini lokakarya puskesmas
yang melibatkan seluruh penanggungjawab kegiatan dan di laksanakan sebulan sekali.
2. Kegiatan Luar Gedung
Kegiatan luar gedung merupakan tindak lanjut dari kegiatan konseling berupa
kunjungan rumah. Pada kunjungan rumah ini dilakukan inspeksi sanitasi terhadap kondisi
lingkungan tempat tinggal pasien serta penyuluhan yang lebih terarah, baik kepada pasien,
keluarga pasien maupun tetangga sekitar. Kunjungan ini merupakan kegiatan rutin yang
tertajam sasarannya, karena saat kunjungan petugas telah mempunyai data tentang sarana
sanitasi lingkungan yang bermasalah yang perlu di periksa dan faktor-faktor perilaku yang
berperan besar dalam terjadinya penyakit. Apabila dalam kunjungan tersebut perlu
dilakukan suatu perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi dasar dengan biaya besar,
maka petugas dapat mengusulkan kepada instansi terkait (Depkes RI, 2002).

F. Penyakit Berbasis Lingkungan


1. Pengertian Penyakit Berbasis Lingkungan
Penyakit berbasis lingkungan merupakan kondisi patologis yang mengakibatkan
terjadinya kelainan baik secara morfologi maupun fisiologi yang diakibatkan karena
interaksi antar manusia maupun interaksi dengan hal-hal yang berada di lingkungan sekitar
yang berpotensi menimbulkan penyakit.
Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan pada Tahun
2008 menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang berbasis
lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru, malaria, diare, infeksi saluran
pernafasan, HIV/AIDS, Filariasis, Cacingan, penyakit Kulit, Keracunan dan keluhan akibat
Lingkungan Kerja yang buruk.
Pada tahun 2006, sekitar 55 kasus yang terkontaminasi dan 45 meninggal (CFR
81,8%, Sedangkan tahun 2007- 12 Februari dinyatakan 9 kasus yang terkonfirmasi dan
diantaranya 6 meninggal (CFR 66,7 %). Adapun hal-hal yang masih dijadikan tantangan
yang perlu ditangani lebih baik oleh pemerintah yaitu terutama dalam hal survailans,
penanganan pasien/penderita, penyediaan obat, sarana dan prasarana rumah sakit.
2. Macam-Macam Penyakit Berbasis Lingkungan
a. Diare
Menurut WHO pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting
harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi
tidak cair maka tidak bisa disebut diare. Begitu juga apabila buang air besar dengan
tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian diare
di definisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang
ditandai dengan diare, muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz,2009).
Penularannya bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung
ataupun tidak langsung (lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC
(Enterohaemorragic E.coli), ternak merupakan reservoir terpenting.
Akan tetapi secara umum manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari
orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme
patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme
patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap bersih harus diutamakan .cara penularan
melalui:
1) Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli yang dibawa oleh lalat yang
hinggap pada tinja, karean baung air besar (BAB) tidak di jamban.
2) Air minum yang mengandung E.coli yang tidak direbus sampai mendidih.
3) Air sungai yang tercemar bakteri E.Coli karena orang diare buang air besar
disungai.
4) Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli (sesudah BAB tidak mencuci
tangan dengan sabun).
5) Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.coli kemudian di makan oleh
manusia.
Cara pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah
sebagai berikut:
1. Penyediaaan air tidak memenuhi syarat:
 Gunakan air dari sumber terlindung.
 Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran.
2. Pembuangan kotoran tidak saniter yaitu buang air bersih di jamban dan buang tinja
bayi di jamban. Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun
berkelompok dengan tetangga.
3. Perilaku tidak hygiene, maka dari itu perlunya:
 Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan.
 Cuci tangan denagn sabun setelah buang air besar.
 Minum air putih yang sudah dimasak.
 Menutup makanan dengan tudung saji.
 Cuci alat makan dengan iar bersih.
 Jangan makan jajanan yang kurang bersih.
 Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih.
4. Intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui:
 Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.
 Perbaikan sanitasi dapat dihadapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat.
Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandung hewan,
buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik dans
ebagainya (Ike,2014).
b. ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah infeksi yang
mengganggu proses pernafasan seseorang. Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus
yang menyerang hidung, trakea (pipa pernafasan), atau bahkan paru-paru.
ISPA menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu. Jika tidak segera
ditangani, infeksi ini dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan dan menyebabkan
tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen. Kondisi ini bisa berakibat fatal, bahkan sampai
berujung pada kematian.ISPA merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Orang-
orang yang memiliki kelainan sistem kekebalan tubuh dan orang-orang lanjut usia akan
lebih mudah terserang penyakit ini. Seseorang bisa tertular ISPA ketika dia menghirup
udara yang mengandung virus atau bakteri. Virus atau bakteri ini dikeluarkan oleh
penderita infeksi saluran pernapasan melalui bersin atau ketika batuk.Selain itu, cairan
yang mengandung virus atau bakteri yang menempel pada permukaan benda bisa menular
ke orang lain saat mereka menyentuhnya. Ini disebut sebagai penularan secara tidak
langsung. Untuk menghindari penyebaran virus maupun bakteri, sebaiknya mencuci
tangan secara teratur, terutama setelah Anda melakukan aktivitas di tempat umum.
Di Indonesia, ISPA menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling
banyak diderita masyarakat, khususnya anak-anak. Tercatat, rata-rata balita di Indonesia
mengalami sakit batuk pilek setidaknya tiga hingga enam kali per tahunnya. Dari data
WHO didapatkan bahwa angka kejadian pneumonia pada balita di Indonesia cukup
tinggi, yakni 10-20% per tahun.Dengan tingginya angka kejadian ISPA di Indonesia,
penting bagi kita untuk mengetahui gejala, pengobatan, serta langkah pencegahan yang
paling tepat untuk penyakit ini.
1. Gejala yang Muncul Akibat ISPA
ISPA akan menimbulkan gejala yang terutama terjadi pada hidung dan paru-paru.
Umunya, gejala ini muncul sebagai respons terhadap racun yang dikeluarkan oleh
virus atau bakteri yang menempel di saluran pernapasan. Contoh-contoh gejala ISPA
antara lain:
 Sering bersin
 Hidung tersumbat atau berair.
 Para-paru terasa terhambat.
 Batuk-batuk dan tenggorokan terasa sakit.
 Kerap merasa kelelahan dan timbul demam.
 Tubuh terasa sakit.
Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan muncul, seperti:
 Pusing
 Kesulitan bernapas.
 Demam tinggi dan menggigil.
 Tingkat oksigen dalam darah rendah.
 Kesadaran menurun dan bahkan pingsan.
Gejala ISPA biasanya berlangsung antara satu hingga dua minggu, di mana hampir
sebagian besar penderita akan mengalami perbaikan gejala setelah minggu pertama.
Untuk kasus sinusitis akut, gejala biasanya akan berlangsung kurang dari satu bulan,
sedangkan untuk infeksi akut di paru-paru seperti bronkitis, gejalanya berlangsung
kurang dari tiga minggu.

2. Penyebab ISPA
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ISPA ditularkan oleh virus dan bakteri.
Berikut ini adalah beberapa mikroorganisme yang menjadi penyebab munculnya ISPA:
 Adenovirus. Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan pneumonia bisa
disebabkan oleh virus yang memiliki lebih dari 50 jenis ini.
 Rhinovirus. Virus ini menyebabkan pilek. Tapi pada anak kecil dan orang dengan
sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa berubah menjadi ISPA pada tahap yang
serius.
 Pneumokokus. penyakit meningitis disebabkan oleh virus jenis ini. Bakteri ini juga
bisa memicu gangguan pernapasan lain, seperti halnya pneumonia.
Sistem kekebalan tubuh seseorang sangat berpengaruh dalam melawan infeksi virus
maupun bakteri terhadap tubuh manusia. Risiko seseorang mengalami infeksi akan
meningkat ketika kekebalan tubuh lemah. Hal ini cenderung terjadi pada anak-anak dan
orang yang lebih tua, serta siapa pun yang memiliki penyakit atau kelainan dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah.ISPA juga akan lebih mudah menjangkiti orang yang
menderita penyakit jantung atau memiliki gangguan dengan paru-parunya. Perokok juga
berisiko tinggi terkena infeksi saluran pernapasan akut dan cenderung lebih sulit untuk
pulih dari kondisi ini.

3. Cara Mendiagnosis ISPA


Diagnosis ISPA umumnya ditegakkan melalui anamnesa (wawancara seputar riwayat
penyakit dan gejala), pemeriksaan fisik, dan apabila diperlukan, pemeriksaan
laboratorium. Pada pemeriksaan fisik, suara napas Anda akan diperiksa untuk mengetahui
apakah ada penumpukan cairan atau terjadinya peradangan pada paru-paru. Hidung dan
tenggorokan juga akan diperiksa.Pemeriksaan tambahan yang mungkin dilakukan adalah
prosedur pulse oxymetry. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa seberapa banyak
oksigen yang masuk ke paru-paru, dan biasanya dilakukan pada pasien yang mengalami
kesulitan bernafas.Selain itu, dokter mungkin akan menyarankan untuk melakukan
pengambilan sampel dahak untuk diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk menentukan jenis virus atau bakteri penyebab ISPA.Apabila infeksi dicurigai telah
masuk sampai ke dalam paru-paru, maka pemeriksaan denganX-Ray atau CT scan
mungkin akan direkomendasikan oleh dokter. Kedua jenis pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengamati kondisi paru-paru Anda.

4. Pengobatan yang Dilakukan pada ISPA


Belum ada obat yang efektif membunuh kebanyakan virus yang menyerang manusia.
Pengobatan yang dilakukan selama ini biasanya hanya untuk meredakan gejala yang
muncul akibat infeksi virus.Istirahat yang cukup dan mengonsumsi banyak air mineral
bisa membantu meredakan gejala itu.Beberapa jenis obat yang sering diberikan dokter
untuk meredakan gejala-gejala ISPA diantaranya:
 Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan asetaminofen, untuk mengurangi efek
demam dan nyeri di tubuh.
 Obat antihistamin, dekongestan, dan ipratropium, untuk mengatasi hidung yang berair
dan tersumbat.
 Obat batuk antitusif, untuk mengurangi batuk-batuk. Madu juga bisa digunakan untuk
mengatasi masalah ini.
 Obat steroid, seperti deksametason dan prednison, mungkin diresepkan pada kondisi
tertentu untuk mengurangi peradangan dan pembekakan yang terjadi di saluran
pernapasan bagian atas.

Apabila infeksi yang terjadi disebabkan oleh bakteri, serangkaian tes akan dilakukan
untuk mengetahui jenis bakteri. Setelah itu, dokter bisa menentukan antibiotik yang
paling tepat untuk membasmi bakteri penyebab infeksi. Agar tidak menimbulkan efek
samping yang berbahaya, antibiotik harus sesuai dengan resep dokter.Jika dibiarkan tanpa
penanganan, komplikasi yang terjadi akibat ISPA sangat serius dan bisa berakibat fatal.
Komplikasi yang sering kali terjadi bersamaan dengan ISPA adalah gagal napas dan
gagal jantung kongestif.

5. Pencegahan ISPA
Pencegahan adalah cara terbaik dalam menangani ISPA. Berikut ini adalah beberapa
pola hidup higienis yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap ISPA.
 Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
 Hindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata dengan tangan
agar Anda terlindung dari penyebaran virus dan bakteri.
 Hindari merokok.
 Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.
 Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan. Hal ini dilakukan
untuk mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.
 Berolahraga secara teratur juga bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan
mengurangi risiko penularan infeksi. Semakin sering berolahraga, semakin kecil pula
risiko tertular ISPA.

c. Tuberculosis (TBC)
TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan
melalui saluran udara. TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar
ke tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.Jenis
tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan infeksi TBC laten, di mana
terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan
aktif dan mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu
bahkan beberapa tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pasien.Jika pasien
memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah (misalnya pada penderita HIV, kanker,
atau pasien yang menjalani kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.

1. Cara penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai berikut:


 Penderita TBC berbicara, meludah, batuk, dan bersin maka kuman-kuman TBC
yang berada di paru-paru menyebar ke udara terhirup oleh orang lain.
 Kuman TBC terhirup oleh orang lain yang berad di dekat penderita.
2. Cara pencegahan berdasarkan faktor penyebab penyakit:
 Tingkat hunian rumah padat:
Satu kamar tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sama
dengan 8 m2/jiwa.
 Lantai kamar disemen.
 Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat.
 Memperbaiki lubang penghawaan/ ventilasi.
 Selalu membuka pintu /jendela terutama pagi hari.
 Menambah ventilasi buatan.
 Perilaku:
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang ludang pada tempatnya
3) Jemur peralatan dapur
4) Jaga kebersihan diri
5) Istirahat yang cukup
6) Makan-makan bergizi
7) Tidur terpisah dari penderita (Prabu, 2008).

d. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti.
1. Tempat berkembang biak:
 Di dalam rumah/diluar rumah untuk keperluan sehari-hari seperti ember, drum,
tempayan, tempat penampungan air bersih, bak mandi/WC dll.
 Bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga,
perangkap semen, kaleng bekas yang berisi air berish dll.
 Alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa,
potongan bambu yang dapat menampung air hujan dll.
2. Cara penularan:
 Seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penyakit.
 Bila di gigit nyamuk virus terhisap masuk kedalam lambung nyamuk,nerkembang
biak, masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu di dalam
tubuh nyamuk , bila nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan virus
dengue.
 Virus dengue tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan
kepada orang lain dan seterusnya.
3. Cara efektif mencegah penyakit Demam Berdarah (berdasarkan faktor penyebab
penyakit) sebagai berikut:
 Lingkungan rumah kurang baik
1) Menutup tempat penampungan air
2) Menguras bak mandi 1 minggu sekali
3) Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
4) Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab.
 Lingkungan sekitar rumah tidak terawat:
1) Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga.
2) Menimbun ban, kaleng dan botol/gelas bekas.
3) Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang di
kuras atau memelihara ikan pemakan jentik.
 Perilaku tidak sehat:
Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan (Ike,2014).

e. Kecacingan
Kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang berhubungan erat dengan kondisi lingkungan. Penyebaran kecacingan
ini melalui kontaminasi tanah oleh tinja yang mengandung telur cacing. Telur tumbuh
dalam tanah, dengan suhu optimal ±30°C. lnfeksicacing terjadi bila telur yang infektif
masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar atau melalui
tangan yangkotor (Depkes RI, 2007;WHO, 2011).
1. Cacingkremi
Cacing ini merupakan jenis cacing gelang. Bentuknya sangat kecil, tidak berbahaya,
tetapi sangat umum menginfeksi orang dewasa, terlebih anak-anak. Cacing kremi
tinggal di usus besar dan rektum. Cara penularan ke manusia adalah ketika manusia
menyentuh telur-telur tersebut lalu tertelan. Saking kecilnya, telur cacing kremi mudah
terbang dan terhirup oleh manusia.
2. Cacing pita
Selama ini banyak orang yang tahu bahwa cacing pita hanya menular melalui
konsumsi daging yang kurang matang. Namun, cacing pita juga bisa masuk ke dalam
tubuh manusia melalui air minum yang telah terkena kontaminasi telur atau larva
cacing pita. Cacing pita ini terbilang mengerikan karena bisa tumbuh di dalam tubuh
manusia sampai berukuran 15 cm dan hidup selama 30 tahun.
3. Cacing gelang
Cacing gelang merupakan salah satu penyebab cacingan pada orang dewasa, yang
menular melalui makanan yang sudah terkena kontaminasi telur cacing, lalu dimakan
oleh manusia. Cacing-cacing ini dapat berkembang biak hingga dalam jumlah banyak
di dalam tubuh manusia.
4. Cacing pipih
Cacing ini hidup di darah, usus, atau jaringan tubuh manusia. Sebenarnya cacing pipih
lebih banyak menginfeksi hewan daripada manusia. Namun, jika Anda sering
mengonsumsi sayuran mentah, terutama selada air, Anda berisiko terinfeksi cacing ini.
Telur cacing pipih juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum yang
terkontaminsi telur cacing.
5. Cacing tambang
Telur cacing tambang bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui pori-pori kulit.
Karenanya, jika Anda berjalan tanpa alas kaki di atas tanah atau media yang menjadi
habitat larva cacing tambang, kesempatan cacing untuk masuk ke dalam tubuh Anda
dengan menembus kulit sangat besar.
6. Cacing trikinosis
Jenis cacing ini terdapat pada daging matang yang sudah dihinggapi larva cacing.
Setelah masuk ke dalam tubuh, larva berdiam di usus manusia dan tumbuh menjadi
dewasa. Setelah itu larva akan berkembang biak dan berpindah dari usus ke otot atau
jaringan tubuh yang lain.
Cara ekektif mencegah penyakit kecacingan (berdasarkan faktor penyebab penyakit):
1. Pembuangan kotoran tidak saniter:
 Buang air bersih hanya dijamban
 Lubang WC/jamban ditutup
 Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok dengan
tetangga
2. Plesterisasi lantai rumah
3. Pengelolaan makanan tidak saniter:
 Cuci sayuran dan buah-buahan yang akan di makan dengan air bersih.
 Masak makanan sampai benar-benar matang
 Menutup makanan pakai tudung saji
4. Perilaku tidak hygiene maka diperlukan:
 Cuci tangan pakai sabun sebelum makan
 Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
 Gunakan selalu alas kaki
 Potong pendek kuku
 Tidak gunakan tinja segar untk pupuk tanaman (Prabu, 2008).

f.Penyakit Kulit
Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen. Penyebab
penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil yang bernama sorkoptes
scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan tanduk kukit kita dan
membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur (Prabu, 2008).
1. Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan
seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal dll.
2. Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan daktor penyebab penyakit) sebagai
berikut:
 Penyediaan air
1) Gunakan air dari sumber yang terlindung
2) Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
 Kesehatan perorangan tidak baik:
1) Cuci tangan pakai sabun
2) Mandi 2 kali sehari pakai sabun
3) Potong pendek kuku jari tangan
 Perilaku tidak hygiene maka diperlukan:
1) Peralatan tidur dijemur
2) Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
3) Sering menggantin pakaian
4) Pakaian sering dicuci
5) Buang air besra di jamban
6) Istirahat yang cukup
7) Makan makanan bergizi (Prabu, 2008).

g.Keracunana Makanan
1. Cara efektif mencegah keracunan makanan, berdasarkan faktor penyebab penyakit:
 Makanan rusak atau kadaluarsa maka:
1) Pilih bahan makanan yang baik dan utuh
2) Makanan yang sudah rusak/ kadaluarsa tidak dimakan
 Pengolahan makanan tidak akurat
1) Memasak dengan matang dan panas yang cukup
2) Makan makanan dalam keadaan panas/hangat
3) Panaskan makanan bila akan dimakan
 Lingkungan tidak bersih/hygiene
1) Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah
2) Simpan makanan pada tempat yang tertutup
3) Kandang ternak jauh dari rumah
4) Tempat sampah tertutup
 Perilaku tidak hygienes
1) Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makan
2) Cuci tangan pakai sabun sesudah BAB
3) Bila sedang sakit jangan menjamah makanan atau pakaian tutup mulut
(Prabu,2008).
 Penyakit Malaria
1. Cara efektif mencegah penyakit malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit
sebagai berikut:
 Lingkungan rumah/ventilasi kurang baik, maka diperlukan:
1) Memasang kawat kasa pada ventilasi/ lubang penghawaan
2) Jauhkan kandang ternak dari rumah ayam membuat kandang kolektif
3) Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab.
 Lingkungan sekitar rumah tidak terawat, maka diperlukan:
1) Sering membersihkan rumput/semak disekitar rumah dan tepi kolam
2) Genangan air dialirkan atau ditimbun
3) Memelihara tambak ikan dan memebersihkan rumput
4) Menebar ikan pemakan jentik
 Perilaku tidak sehat
1) Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
2) Tidur dalam kelambu
3) Pada malam hari berada dalam rumah (Prabu, 2008).
BAB III
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS
F. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Simpur berdiri sejak tahun 1958 dengan wilayah kerja 11 kelurahan dan 4
Puskesmas pembantu, berlokasi di Jl.Kartini No.24 Kel.Tanjung Karang.Pada th 1970
Puskesmas ini pindah ke Jl.Batu Sangkar No.4 Kel.Kelapa Tiga dan Tahun 1982 pindah
lokasi ke Jl.Tamin no.121 Kel.Kelapa Tiga dengan 2 puskesmas pembantu dan membina 6
kelurahan wilayah kerja. Sesuai Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor
184/09/HK/2009, tanggal 31 Maret 2009, Puskesmas Simpur berubah status menjadi
Puskesmas Rawat Inap Simpur dengan 10 Tempat Tidur dan membawahi 4 Kelurahan
wilayah kerja yakni Kelurahan Kelapa Tiga,Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Penengahan
dan Kelurahan Gunung Sari,tanpa Puskesmas Pembantu. Dengan adanya Peraturan Daerah
kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 yang disinergikan dengan Peraturan Daerah
Kota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan
dan Kecamatan, maka jumlah kecamatan dari 13 kecamatan bertambah menjadi 20 kecamatan
dan jumlah kelurahan dari 98 kelurahan bertambah menjadi 126 kelurahan, maka terjadi
perubahan wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur menjadi 3 Kelurahan Wilayah Kerja
yaitu Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada dan Kelurahan Pasir Gintung.

Urutan Kepemimpinan Puskesmas Rawat Inap Simpur , adalah :

a. H.Abdul Roni Syafe’i ( 1958 – 1978 )


b. dr.Hartono HS ( 1978 – 1981 )
c. dr.Djuaini Djamal ( 1981 – 1984 )
d. dr.Suharko Subardin ( 1984 – 1987
e. dr.Luthfi Gatam ( 1987 – 1988 )
f. dr.Wirman ( 1988 – 1993 )
g. dr.Erwandi (1993 – 1999 )
h. dr.Reihana Wijayanto ( 1999 – 2001 )
i. dr.Hilda Fitri ( 2001 – 2003 )
j. drg.Nety ( 2003 – 2006 ) 29

k. dr.Djohan Lius ( 2006 – 2008 )


l. dr.Hj.Evi Mutia Afriyeti ( 2008 – 2019)
m. dr. Liskha Sari Sandiaty, M.Kes (2019 – sekarang)

G. Geografis dan Demografi


Wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur seluas 63 Ha dan mempunyai
3 (Tiga) Kelurahan di Kecamatan Tanjungkarang Pusat , yaitu :
1. Kelurahan Kelapa Tiga
2. Kelurahan Pasir Gintung
3. Kelurahan Kaliawi Persada
Batas wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur :
1. Sebelah Utara : Berbatas dengan Kelurahan Sidodadi Kec.Kedaton
2. Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kelurahan Duria Payung
Kec. Tanjung Karang Pusat
3. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kelurahan Sukadanaham
Kec. Tanjung Karang Barat
4. Sebelah Timur : Berbatas dengan Kelurahan Gunung Sari Kec.Enggal.
Secara Topografi merupakan dataran rendah dan berbukit dengan aliran kali/sungai
kecil.Posisi letak Latitude : -5.407263 ; Longitude : 105.248838

Data Jumlah Penduduk, Jumlah KK, Jumlah Rumah dan Luas Wilayah
PerKelurahandi Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun
2019
No Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah Luas
Penduduk Rumah KK Wilayah

1 Kelapa Tiga 8987 1.352 3.008 17 Ha


2 Pasir Gintung 7291 1.006 1.706 30 Ha
3 Kaliawi Persada 5262 783 1.891 16 Ha

Jumlah 21.540 3.141 6.605 63 Ha

H. Visi dan Misi Puskesmas Simpur


Visi
Visi pembangunan kesehatan kesehatan bangsa Indonesia adalah Indonesia Sehat
2020 yang merupakan gambaran masyarakat Indonesia masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan prilaku
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara
adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas Puskesmas memiliki visi pembangunan


kesehatan berdasarkan visi pembangunan kesehatan Kota Bandar Lampung yaitu

“ Meningkatnya Status Kesehatan Kecamatan Tanjungkarang Pusat Melalui Peran Serta


Masyarakat Tahun 2020”

Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Rawat Inap
Simpur adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan Kota Bandar
Lampung.

Misi tersebut adalah :

1. Memantapkan manajemen Kesehatan yang Dinamis dan Akuntabel


2. Meningkatkan Kinerja dan Mutu Upaya Kesehatan
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas Rawat Inap Simpur. Memberdayakan
Masyarakat dengan Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur.

3. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat .


4. Menurunkan angka kamatian ibu
5. Menurunkan angka kamatian bayi
6. Menekan terjadinya gizi buruk
7. Menurunkan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan
8. Memasyarakatkan Gerakan Menuju Desa Sehat dengan cara :
- Memberdayakan Masyarakat dengan Mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur.
- Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Simpur
Motto Puskesmas Rawat Inap Simpur adalah PERJUANGAN, yaitu :
a. Profesional
b. Efektif
c. Responsif
d. Jujur
e. Tanggungjawab
f. Andalan

Maklumat Pelayanan Puskesmas Rawat Inap Simpur


“ Dengan ini kami pimpinan dan karyawan UPT Puskesmas Rawat Inap Simpur siap
menyelenggarakan pelayanan sesuai standar pelayanan yang telah ditetepakan dan apabila
kami tidak menepati janji kami ini, kami siap menerima sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.

I. Fungsi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan
yang mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan
utama.

2. Memberdayakan masyarakat dan memberdayakan keluarga.


Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi
setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh
masyarakat.

Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non-instruktif guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi
masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya
dengan benar tanpa atau dengan bantuan lain.

3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama


Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat ‘mutlak perlu’, yang
sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strtegis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

J. Sumbr Daya Puskesmas


Upaya kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna apabila didukung oleh sumber
daya manusia yang mencukupi. Berikut ini adalah keadaan tenaga kesehatan di Puskesmas
Rawat Inap Simpur,yaitu :

Data Ketenagaan di Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun 2019

Jumlah
No Jenis Tenaga

1 Dokter Umum (1 Tenaga Kontrak,4 PNS (1 Kapus) ) 5


2 Dokter Gigi 2

3 SKM 3

4 Sarjana Lain ( 1 PNS &1 Tenaga Kontrak ) 2

5 Sarjana Keperawatan ( 4 PNS &2 Tenaga Kontrak ) 6

6 Apoteker 1

7 Asisten Apoteker 1

8 D4 Kebidanan 3 PNS + 4 Tenaga Kontrak 7

9 D4 Analis 2+ SPK Analis 1 3

10 D4 Kesling 2

11 D3 Perawat(2 PNS+2 Kontrak+4 Kontrak Pkm) 8

12 D3 Gizi + D4 Gizi 2

13 D3 Bidan (6 PNS+4 Kontrak) 10

14 D3 Analis 2

15 D3 Akutansi 1

16 Perawat (SPK) 3

17 Perawat Gigi(SPRG) 1 + D4 1 2

18 SMA/SMK (Tenaga Kontrak Pkm) 5

19 Cleaning Service 3 (1 Tenaga Kontrak &2 Tenaga Pkm) 3

20 Supir Ambulance (Tenaga Kontrak Pkm) 1

Jumlah 67

F. Program Pelayanan Puskesmas


1. Pelayanan Kesehatan
a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-1
b. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
d. Cakupan Pelayanan Nifas
e. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
f. Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil dan WUS
g. Persentase Ibu Hamil yang mendapatkan Tablet Fe
h. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani
i. Cakupan Neonatus dengan Komplikasi yang ditangani
j. Persentase Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi
k. Persentase Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi
l. Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah
m. Cakupan Kunjungan Neonatus
n. Persentase Bayi yang mendapat ASI Ekslusif
o. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
b. Cakupan Desa/ kelurahan “ Universal Child Imunisasi” ( UCI )
c. Persentase Cakupan Imunisasi Bayi
d. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita
e. Cakupan Baduta Ditimbang
f. Cakupan Pelayanan Anak Balita
g. Cakupan Balita Ditimbang
h. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
i. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat
j. Rasio Tumpatan/ Pencabutan Gigi Tetap
k. Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut pada anak SD dan Setingkat
l. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usila
m. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan Peayanan Kesehatan
( RS ) di Kab/ Kota

2. Akses Dan Mutu Pelayanan Keshatan


a. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
b. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan
c. Jumlah Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan
d. Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit
e. Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit

J. Penyakit Berbasis Lingkungan


Terdapat 12 penyakit berbasi lingkungan yang ditangani di klinik MTBS puskesmas Rawat
Inap Simpur, yaitu diantaranya :
a. Malaria
b. DBD (Demam Berdarah Dengue)
c. Diare
d. Kecacingan
e. ISPA
f. TB Paru
g. Keracunan Makanan
h. Keracunan Pestisida
i. Scabies
j. Flu Burung
k. Chikungunya
l. Filariasis

Berdasarkan Penamuan kasus penyakit berbasis lingkungan tahun 2019 dari bulan Janiari
- November dapat dijelaskan bahwa penyakit yang paling banyak adalah penyakit ISPA.
Tingginya kasus ISPA dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya perubahan musim
serta kondisi fisik rumah ( ventilasi dan jendela ) serta prilaku masyarakat yang tidak sehat.
Data penyakit tersebut dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

K. Program Kesehatan Lingkungan


Program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas Simpur yaitu
1. Konseling
Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan
dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan
lingkungan yang dihadapi.
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan standar,
norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang
sehat.
3. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun sosial.

L. Program Klinik Sanitasi Di Puskesmas


Klinik sanitasi adalah suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang berisiko
tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan pemukiman yang dilaksanakan
oleh petugas puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilaksanakan secara pasif dan aktif di
dalam dan di luar gedung. Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan
penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan ditetapkannya paradigma sehat yang
lebih menekankan pada upaya promotif-preventif dibanding upaya kuratif-rehabilitatif.
Melalui klinik sanitasi, ketiga upaya pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, dan
kuratif dilakukan secara terintergrasi dalam pelayanan kesehatan program pemberantasan
penyakit berbasis lingkungan, di dalam maupun di luar gedung.
Klinik sanitasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung puskesmas oleh
petugas sanitasi dibantu oleh petugas kesehatan lain dan masyarakat. Kegiatan dalam gedung
difokuskan pada identifikasi penyakit yang diderita pasien, kegiatan konseling, penyuluhan
dan membuat perjanjian untuk kunjungan rumah. Kegiatan di luar gedung berupa kunjungan
rumah. Kegiatan tersebut meliputi inspeksi sanitasi lingkungan tempat tinggal pasien,
penyuluhan yang lebih terarah kepada pasien, keluarga dan tetangga sekitar. Inspeksi sanitasi
lingkungan bertujuan untuk mengetahui faktor risiko lingkungan dan ketepatan jenis
intervensi yang akan dilakukan.
Strategi operasional dari program klinik sanitasi meliputi :
 Inventarisasi masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang
dihadapi oleh masyarakat dengan cara pengumpulan data dan pemetaan yang berkaitan
dengan penyakit, perilaku, sarana sanitasi, dan keadaan lingkungan.
 Mengintegrasikan intervensi kesehatan lingkungan dengan program terkait di puskesmas
dalam rangka pemberantasan penyakit berbasis lingkungan.
 Menentukan skala prioritas penyusunan perencanaan dan pelaksanaan penanganan
masalah kesehatan lingkungan dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada
dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait, baik dalam lingkup kabupaten
maupun puskesmas.
 Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat melalui kemitraan dengan kelembagaan
yang ada.
 Membentuk jaringan kerjasama antar kabupaten/kecamatan yang merupakan satuan
ekologis atau satuan epidemiologis penyakit.
 Menciptakan perubahan dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
menumbuhkan kemandirian masyarakat melalui upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.
 Mengupayakan dukungan dana dari berbagai sumber antara lain masyarakat, swasta,
pengusaha, dan pemerintah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan Praktek Puskesmas yang kami lakukan terdiri dari :
a. Dalam Gedung
Kegiatan dalam gedung yang kami lakukan selama 9 – 23 Desember adalah
Penyuluhan Dalam Gedung yakni tentang penyakit ISPA dan Diare, Pemeriksaan
Pencahayaan, Kelembaban, Suhu, Kebisingan dan Kepadatan Lalat serta mengamati
sarana sanitasi di Puskesmas Simpur Seperti Air Bersih, Air Minum, Limbah Padat
Medis dan Non Medis, Limbah Cair serta Jumlah Toilet.
b. Luar Gedung
Kegiatan luar gedung yang kami lakukan yaitu penyuluhan di Posyandu mengenai
penyakit DBD, ISPA, Diare. Melakukan Inspeksi Rumah Sehat di Rumah Bapak
Abdul Rosyid, Bapak Dasuki, dan Bapak Darwin. Melakukan Inspeksi Industri
Rumahan di POS UKK Lancar Jaya dan Industri Rumahan Kerupuk Kulit milik Pak
Darwin, Melakukan Inspeksi Depot Air Minum Manis, Melakukan Inspeksi TPM,
Melakukan Inspeksi TTU Masjid dan Pasar.

2. Selama periode 9 – 23 Desember 2019 pelaksanaan klinik sanitasi di puskesmas Simpur


dibagi menjadi dua yaitu kegiatan dalam gedung dan juga di luar gedung yaitu sebagai
berikut :
a. Dalam gedung
Kegiatan dalam gedung yang dilakukan adalah pendataan yang dilakukan pada pasien
di klinik sanitasi. Selama dua minggu praktik di Puskesmas Simpur tercatat ada 15
paisen yang berkonsultasi di klinik sanitasi dengan rincian 2 orang mengidap
penyakit Diare, 9 orang mengidap penyakit ISPA dan 4 orang penyakit scabies.
b. Di Luar Gedung
Untuk menindak lanjuti konsultasi dari masyarakat di klinik sanitasi lalu dilakukan
penyelidikan ke rumah pasien yang telah diketahui alamat dan penyakit yang
dideritannya yang kemudian untuk setelah dilakukan penyelidikan epidemiologi
ditemukan faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab terjadinya penyakit yang
69
diderita pasien lalu diberikan saran pada pasien untuk melakukan tindakan agar
penyakit yang diderita pasien dapat di tanggulangi .

B. Saran
1. Sebaiknya untuk memberikan penyuluhan kepada pasien terutama yang berada di RPU
dengan penyakit berbasis lingkungan yang berobat maupun melakukan pemeriksaan di
Puskesmas Simpur untuk mengunjungi klinik sanitasi terlebih dahulu setelah melakukan
pemeriksaan agar dapat didata dan dari pihak sanitasi puskes dapat melakukan kunjungan
pada pasien tersebut.
2. Dari jumlah kunjungan klinik sanitasi yang berjumlah 15 orang 89diantaranya merupakan
penderita penyakit ISPA. untuk itu harap dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang
apa apa saja penyebab utama dari penyakit ISPA tersebut agar masyarakat menjadi tahu
dan diharapkan kedepannya dapat mengurangi jumlah penderita ISPA.
3. Sebaiknya Puskesmas Simpur memiliki alat Enviroment Multimeter yang dapat berguna
untuk memeriksa pencahayaan, kelembaban, suhu, dan kebisingan supaya memudahkan
untuk pemeriksaan sehingga dapat memantau kesehatan lingkungan di Puskesmas Simpur.
4. Sebaiknya Puskesmas Simpur melakukan pemicuaan mengenai STBM terutama pilar ke 1
di Kelurahan Pasir Gintung dan Kelapa Tiga banyak yang membuang tinja, sampah serta
air ke kali, hal tersebut dapat menyebabkan bibit penyakit dan juga pencemaran
lingkungan.
5. Sebaiknya Puskesmas Simpur memberikan arahan kepada Industri Rumahan mengenai
Hyginie Sanitasi Makanan.
6. Sebaiknya Puskesmas Simpur memberikan arahan kepada pengusaha depot air minum
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Simpur untuk melakukan uji laboratorium kualitas
airnya yang terbaru.

Anda mungkin juga menyukai