Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB 2 PEMBAHASAN
A. TENDENSI SENTRAL
1. Mean
2. Median
3. Mode
B. UKURAN LETAK (KUARTIL, DESIL, DAN PERSENTIL)
1. Kuartil
2. Desil.
3. Persentil
BAB 3PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang mahasiswa sudah sewajarnya kita melakukan berbagai


kegiatan.keberadaan statistiksangat penting untuk membantu mengumpulkan dan mengolah
data yang didapatkanketika melakukan penelitian. Perlu diketahui bahwa tidak semua data
dapat diolahdengan cara yang sama. Ada berbagai metode dan cara pengolahan data sesuai
dengankarakteristik data. Untuk itu statistik memberikan cara-cara pengumpulan,
penyusunandata menjadi bentuk yang lebih mudah untuk dianalisis sehingga dapat
memberikaninformasi yang jelas sebagai petunjuk di dalam pengambilan keputusan dengan
metodeyang sesuai dengan karakteristik data yaitu dengan adanya tendensi sentral.Tendensi
sentral digunakan untuk menggambarkan suatu nilai yang mewakilinilai pusat atau nilai sentral
dari suatu gugus data (himpunan pengamatan). Tendensisentral sering sekali digunakan untuk
mengetahui rata-rata data (mean), nilai yang berada ditengah data (median), nilai yang
sering muncul dalam data (mode) dan masih banyak lagi yang dapat dihitung dalam tendensi
sentral.Dengan tendensi sentral analisis data dalam penelitian dapat dilakukan dengantepat.
Pemahaman dan pengetahuan mengenai tendensi sentral sangat penting
sehingga pengetahuan terhadap tendensi sentral sangat penting bagi mahasiswa. Untuk halter
sebutlah dibuat makalah ini.
Ukuran letak data adalah suatu nilai tunggal yang mengukur letak nilai-nilai pada suatu
data, atau biasanya juga disebut dengan ukuran yang didasarkan pada letak dari ukuran tersebut
dalam suatu distribusi. Dalam ukuran letak data kita mengenal adanya kuartil, desil, serta
persentil

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tendensi sentral?
2. Apa saja macam-macam tendensi sentral
3. Bagaimana rumus tendensi sentral?
4. Apa pengertian ukuran letak?
5. Apa saja macam-macam ukuran letak?
6. Bagaimana rumus ukuran letak?
BAB 2

PEMBAHASAN

A. TENDENSI SENTRAL

Tendensi sentral adalah kecenderungan memusat atau mengelompoknya suatu data.


Ukuran tendensi sentral ini sangat diperlukan untuk mengetahui dimana sekumpulan data itu
berada/memusat.
Ukuran tendensi sentral yang lazim digunakan adalah :
1. Mean
2. Median
3. Modus
Bertujuan untuk mendapatkan ciri khas tertentu dalam bentuk sebuah nilai bilangan yang
merupakan ciri khas dari bilangan tersebut. Ada 3 bentuk tendensi sentral yang sering
digunakan:
Salah satu tugas dari statistic adalah mencari suatu angka disekitar mana nilai-nilai dalam
suatu distribusi memusat. Angka yang menjadi pusat sesuatu distribusi disebut “tendensi
sentral”.
Ada tiga macam tendesi sentral, yang sangat penting untuk dibicarakan disini. Ketiga
tendensi sentral itu adalah(Sutrisno, 1986) :
1. MEAN
Adalah angka rata-rata. Dari segi aritmetik, Mean adalah jumlah nilai-nilai dibagi dengan
jumlah individu.
Mean = X1 + X2 + X3 + … Xn-1 + Xn
Keterangan :
X1, X2 dan seterusnya adalah nilai-nilai individual
N = jumlah individu dalam distribusi
Σ = jumlah
M = Mean
M=

Contoh :

M = 15 + 10 + 20 / 3 = 45 / 3 = 15
a. MEAN yang ditimbang
Contoh : ada 4 orang berpenghasilan 10 rupiah
1 orang berpenghasilan 15 rupiah
1 orang berpenghasilan 20 rupiah, maka :
Penghasilan (X) Frekuensi (f) Fx
20 1 20
15 1 15
10 4 40
N=6 ΣfX = 75

= = 12,50

b. MEAN dari distribusi bergolong


Rumusnya tida beda dengan distribusi tunggal, hanya saja nilai X disini tidak lagi mewakili
nilai variabel individual, melainkan mewakili “titik tengah” interval kelas.
Contoh :
Interval nilai Titik tengah (X) F Fx
145 – 149 147 1 147
140 – 144 142 3 426
135 – 139 137 5 685
130 – 134 132 8 1056
125 – 129 127 11 1397
120 – 124 122 17 2074
115 – 119 117 21 2457
110 – 114 112 22 2464
105 – 109 107 24 2568
100 – 104 102 20 2040
95 – 99 97 15 1455
90 – 94 92 12 1104
85 – 89 87 6 522
80 – 84 82 2 164
Jumlah N = 167 ΣfX = 18559

= = 111,13

c. MEAN dari distribusi bergolong dengan rumus terkaan


Istilah terkaan jangan diartikan raba-raba, sebab akhirnya kesalahan oleh terkaan itu dikoreksi
kembali. Mean terkaan boleh juga disebut Mean Kerja, sebab Mean terkaan itu digunakan
untuk pangkal bekerja.
Langkah-langkah untuk menghitung Mean dengan Mean terkaan adalah sebagai berikut :
a. Menerka sesuatu Mean Terkaan ini boleh semau kita
b. Mencari deviasi nilai-nilai individual dari Mean terkaan itu. Deviasi-deviasi diatas
mean terkaan diberi tanda plus, sedang dibawahnya diberi tanda minus
c. Mengalikan deviasi tiap-tiap nilai itu dengan frekuensinya
d. Menjumlahkan deviasi yang sudah dikalikan dengan frekuensi itu
e. Mengisikan bahan-bahan yang sudah diperoleh itu kedalam rumus.

Untuk memahami langkah langkah itu baiklah kita lihat contoh dibawah ini :
Interval Nilai F X1 fX1

145 – 149 1 +8 +8
140 -144 3 +7 +21
135 – 139 5 +6 +30
130 – 134 8 +5 +40
125 – 129 11 +4 +44
120 – 124 17 +3 +51 +258
115 – 119 21 +2 +42
110 – 114 22 +1 +22

105 – 109 --------- 24 ---------------- 0 -------------- 0 --------------


- -
-1 -20
100 – 104 20
-2 -30
95 – 99 15
-3 -36
90 – 94 12
-4 -24 -120
85 – 89 6
-5 0
80 – 84 2

Jumlah N = 167 - ∑ fX = 138

Rumus untuk menghitung mean dengan mean terkaan adalah :

M = MT + [ ] i
Dalam mana M adalah mean yang kita cari, mean yang sebenarnya,
MT : mean terkaan atau mean kerja
∑ fX : jumlah deviasi kesalahan akibat terkaan
I : lebar interval
Langkah 1 : yang kita jadikan mean terkaan dalam distribusi diatas adalah interval 105- 109.
Pada interval ini telah kita beri tanda garis tebal. Titik tengah dari interval adalah 107 karena
mean harus merupakan satu angka, maka titik tengah 107 ini yang kita sebut mean terkaan.
Langkah 2 : huruf X yang dicantumkan dalam kolom ketiga itu adalah deviasi dari mean
terkaan. Sebab itu, pada baris yang berisi mean terkaan deviasinya sama dengan nol.
Selanjutnya, deviasi deviasi dibawah mean kita beri tanda negativ. Deviasi diatas mean
secara berturut turut dari bawah keatas kita beri kode angka angka +1, +2,+3 dan seterusnya
deviasi dibawah mean kita beri kode dari atas kebawah -1, -2 dan seterusnya.
Langkah 3 : perkalian antara deviasi tiap tiap dengan frekuensinya masing masing kita
cantumkan dalam kolom keempat.
Langkah 4 : deviasi deviasi yang telah dikalikan dengan frekuensi itu kita jumlahkan. Jumlah
dari deviasi deviasi ini disebut jumlah deviasi kesalahan dari distribusi diatas jumlah decviasi
kesalahannya ada 138.
Langkah 5 : apa yang sudah kita ketahui dari bahan-bahan tersebut diatas adalah:
MT = 107
∑f X = 138
N = 167
i=5
Dengan mengisikan apa yang sudah kita ketahui itu ke dalam rumusnya, maka akan
kita peroleh hasil sebagai berikut:

M = MT + [ ] i = 107 + [ ] = 5 =
=107 + 0,826 x 5 = 107 +4,13 = 111,13
2. MEDIAN
Dapat dibatasi sebagai “ suatu nilai yang membatasi 50 persen frekuensi distribusi bagian
bawah dengan 50 persen frekuensi distribusi bagian atas”.

Contoh :
Tabel Distribusi Penghasilan Fiktif Untuk Contoh Mencari Median:
Individu Penghasilan
1 Rp. 10
2 12
3 13
4 14
5 16
6 16
7 20

Medianya adalah 14, dimana individu nomor 4 membatasi separuh individu diatas dan
separuh lagi dibawahnya.
a. Median Pada Distribusi Dengan Frekuensi Genap
Bilamana suatu distribusi mempunyai frekuensi genap, maka median dihitung secara
kompromi, yaitu dengan membagi dua nilai-nilai variabel yang ada ditengah-tengah
distribusi.
Misal : ada 4 orang, masing-masing punya tinggi badan 162, 162, 164 dan 166 cm,
Maka median tinggi badan empat orang itu adalah 163. (162 + 164 : 2 = 163
cm)
b. Mencari Median Dari Distribusi Bergolong
Median = Bb + [
Keterangan :
Bb : batas bawah (nyata) dari interval yang mengandung median
cfb : frekuensi kumulatif (frekuensi meningkat) dibawah interval yang
mengandung median
fd : frekuensi dalam interval yang mengandung median
i : lebar interval
N : jumlah frekuensi dalam distribusi
Penggunaan rumus itu dapat kita lihat pada pekerjaan dibawah ini :
Interval Nilai F Cf
100 – 104 1 55
95 – 99 3 54
90 – 94 5 51
85 – 89 9 fd 46
80 – 84 (13) 37
75 – 79 106 (24)
70 – 74 4 14
65 – 69 3 8
60 – 64 1 4
55 - 59 1
Jumlah 55 -

Pertama harus kita ketahui bahwa untuk menghitung median kita selalu menggunakan
kolom yang berisi frekuensi meningkat (frekuensi kumulatif atau cf, periksa kolom ketiga).
Kolom ini diperlukan untuk mencari interal mana yang mengandung median. Hal ini dpat kita
cari dengan membagi dua jumlah frekueninya. Dalam contoh diatas, jumlah frekuensinya
9atau N) ada 55. Kalau ini kita bagi dua hasilnya sama dengan 27,5 itu. Setelah ½ N ini kita
ketemukan maka langkah selanjutnya adalah menemukan interal kelas yang mengandung
frekuensi kumulatif 27,5 itu. Interval kelas yang kita maksudkan adalah 80 – 84, sebab cf
27,5 terkandung dalam cf 37.
Batas bawah (nyata) atau Bb dari interal yang mengandung median itu adalah 79,50.
Separo dari jumlah frekuensinya, atau ½ N, adalah 55,2, sama dengan 27,50. Frekuensi
kumulatif dibawah interval yang mengandung median adalah 24 (24 adalah cf dibawah 37,
sedang cf 37 adalah cf yang mengandung median). Frekuensi dalam interval adalah 13,
sedang lebar interval atau i-nya ada lima. Diisikan dalam rumus :

Mdn = Bb [ ] i = 79,50 + [ ] 5
= 79,50 + = 79,50 + 1,346 = 80,846 atau 80,85
Jadi, median dari distribusi tersebut ada 80,85. Ini adalah nilai ariael yang terdapat
dalam interal kelas 80 – 84, dan menjadi batas antara 50 persen frekuensi disebelah bawah
distribusi. Dengan kata lain, separuh dari frekuensi variable yaitu 27,5 orang mendapat nilai
diatas 80,85 dan separuh lagi yaitu 27,5 orang, mendapat nilai dibawah 80,85 itu.
Catatlah bahwa langkahlangkah yang paling kritis adalah mencari interal kelas mana
yang mengandung median. Ini dicari dengan membagi dua jumlah frekuensi seluruhnya (atau
N:2), setelah ½ N ini kita temukan, kita tandai frekuensi kumulatif yang mengandung ½ N
itu, dan kita tarik garis tebal pada garis yang mengandung frekuensi kumulatif itu. Dengan
demikian, interal kelas yang kita maksudkan telah kita temukan. Batas bawah (nyata) dari
interal adalah separuh dari batas bawah semu interval itudengan batas atas semu interaval
bawahnya. Dalam contoh diatas batas bawah nyatanya adalah separuh dari 80 ditambah 79
atau sama dengan 79,50. Langkah selanjutnya adalah menemukan cf. ingat, cf adalah
frekuensi kumulatif dibawah interval yang mengandung median. Ingat juga, fd adalah
frekuensi dalam interal yang mengandung median, bukan frekuensi kumulatif di dalam, di
atas, atau di bawahnya.
Nah kalau semuanya telah kita temukan, tinggal lagi kita mengisikannya ke dalam
rumusnya.

3. MODE
Adalah : adalah nilai data yang sering muncul(frekuensi terbesar) dalam rangkaian data
itu.(www.academia.edu)
Berdasarkan jenis distribusinya mode dapat dibatasi sebagai :
1. Dalam distribusi tunggal ; nilai variabel yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam
distribusi
2. Dalam distribusi bergolong ; titik tengah interval kelas yang mempunyai frekuensi
tertinggi dalam distribusi
a. Mode Dalam Distribusi Tunggal
Dalam serangkaian nilai-nilai 5,6,7,7,7,8,8,8,8,9,9 nilai yang timbul paling banyak adalah
nilai 8. Nilai 8 itu disebut mode dari distribusi nilai-nilai itu.

Nilai Frekuensi

10 1

9 0

8 15

7 ← 18

6 4

5 3

4 1

3 1

Kalau suatu distribusi sudah disusun dalam tabel, maka untuk mencari modenya kita melihat
pertama dalam frekuensi. Dalam kolomm frekuensi itu kita cari frekuensi yang tertinggi,
kemudian kita baca nilai variabel yang sebaris dengan frekuensi yang tertinggi itu. Nilai itu
adalah dari distribusi yang telah disusun menjadi tabel itu. Untuk jelasnya periksa tabel
Frekuensi yang tertinggi dari distribusi tersebut adalah 18. Nilai yang mempunyai frekuensi
tertinggi adalah nilai 7. Jadi yang menjadi modenya dalah nilai 7.
Kalau misalnya nilai variabel yang tercantum dalam distribusi tabel 18 adalah nilai suatu
mata pelajaran maka yang menjadi nilai 7.artinya, daripadanya nilai-nilai lainnya, sebagian
terbesar murid-murid memperoleh nila 7 dalam mata pelajaran itu.
Perlu di peringatkan bahwa mode adalah nilai, bukan frekuensi yang tertinggi. Hal ini perlu
di tekankan karna sedikit mahasiswa yang keliru mengartikan mode ini. Baca definisinya,
mode dalam distribusi tunggal adalah nila fariabel yang memperoleh mode terbanyak.
b. Mode Dalam Distribusi Bergolong
Bila mana kita telah memahami pengertian tentang mode dalam distribusi tunggal, tidak
sukar kiranya kita memahami mode dalam distribusi sergolong. Sebagaimana contoh periksa
distribusi dalam tebel 19 dibawah ini:
Interval Nilai Titik Tengah (x) Frekuensi (f)
195 – 199 197 1

190 -194 192 2

185 – 189 187 4

180 – 184 182 5

175 – 179 177 8

170 – 174 172 10

165 – 169 167 6

160 – 164 162 4

155 – 159 157 4

150 – 154 152 2

145 – 149 147 3

140 – 144 142 1

Frekuensi yang tertinggi dalam distribusi itu adalah 10.interval yang mempunyai
frekuensi tertinggi itu adalah 170-174,dan titik tengah dari interval itu adalah 172.jadi, yang
menjadi mode dalam distribusi itu adalah nilai 172.
Definisi yang telah di kemukakan di atas adalahdefinisi dari apa yang disebut mode
kasar.akan tetapi, bilamana kita menghitung mode dari distribusi frekuensi ,kita membedakan
antara apa yang di sebut mode asli dari mode kasarvitu.mode asli adalah suatu nilai dalam
distribusi yang menjadi pemusatan dari nilai-nilai lainnya.atau dengan ,kata lain yang paling
banyak timbul dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya.bilamana skala pengukuran di perinci
menjadi unit-unit kecil,bilaman a nilai-nilai dicatat seteliti-telitinya dan bilamana jumlah
frekuensinya besar sekali,maka mode kasar akan sangat mendekati mode asli.akan
tetapi,biasanya mode kasar hanya merupakan pendekatan saja kepada mode asli.rumus untuk
mencari mode yang mendekati asli,bilamana distribusinya simetri,atau setidak-tidaknyatidak
sangat juling,adalah :
Mode=3 median – mean
Bilamana kita menggunakan formula atau rumus itu untuk mengerjakan bahan dalam
tabel 19,maka modenya akan kita ketemukan 174,40.nilai ini ternyata lebih besar sedikit
dibandingkan dengan nilai mode yang diperoleh dengan rumus mode kasar,yaitu 172.
Mode kasar kadang-kadang merupakan pengukuran tendensi sentral yang kurang
teliti.akan tetapi,kekurangan ini bukan merupakan kelemahan yang sangat serius seperti
tampaknya sepintas lalu.Mode kasar biasanya digunakan sebagai alat pemeriksaan yang
sangat sederhana untuk melihat pusat konsentrasi dalam suatu distribusi. Bila mana hanya
tafsiran kasar saja yang kita kehendaki, maka kita tidak perlu menghitung mean dan median
yang memakan waktu itu.
Akhirnya, perlu ditambahkan sebagai catatan disini tentang kemungkinan adanya
distribusi yang mempunyai dua mode. Distribusi yang mempunyai dua mode ini seperti yang
telah disebutkan dimuka, disebut distribusi dwi mode. Suatu distribusi disebut dwi mode
kalau diantara kedua nilai (dalam distribusi tunggal) atau diantara kedua interfal (dalam
distribusi bergolong) yang mendapat frekuensi tertinggi itu ada terdapat nilai atau interfal lain
yang lebih rendah frekuensinya.
KAPAN PENGGUNAAN MEAN, MEDIAN, DAN MODE
1. Waktu sangat terbatas, menggunakan mode
2. Kejadian khusus yang membutuhkan mode
3. Untuk perhitungan statistic selanjutnya, kita membutuhkan mean
4. Adanya bahan-bahan yang hilang, Mean tidak dapat dihitung
5. Distribusi sangat juling, melaporkan salah satu tendensi sentral member gambaran salah
6. Dari segi stabilitas, Mean adalah tendensi sentral yang paling memuaskan

B. UKURAN LETAK (KUARTIL, DESIL, DAN PERSENTIL)

Seperti halnya dengan median, kuartil, desil, dan persentil juga menentukan letak data.
Kalau median membagi sekumpulan data menjadi 2 bagian yang sama banyak, maka kuartil
membaginya menjadi 4 bagian yang sama banyak, desil membaginya menjadi 10 bagian yang
sama banyak, dan persentil membaginya menjadi 100 bagian yang sama banyak.

1. Kuartil

Jika sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi menjadi 4 bagian
yang sama banyak, maka ketiga bilangan pembaginya disebut dengan kuartil. Ketiga kuartil
tersebut adalah kuartil kesatu, kuartil kedua, dan kuartil ketiga, yang dilambangkan secara
berurutan mulai dari yang paling kecil dengan K1, K2, dan
K3.(https://sh4t0s0.wordpress.com)
Cara menentukan kuartil adalah:
1. Data disusun menurut urutan nilainya dari yang paling kecil
2. Menentukan letak kuartil
3. Menentukan nilai kuartil

Rumus :
Ki = Bb + [ ] i
Keterangan :
K1 : kuartil pertama yang kita cari
Bb : batas bawah (nyata) interval yang mengandung K1
N : jumlah frekuensi dalam distribusi
cf : frekuensi kumulatif dibawah interval yang mengandung K1, dan
i : lebar interval

Contoh ntuk mencari kuartil :


Interal Nilai cf
195 – 199 1 ↓ 34
190 – 194 5 33
185 – 189 8 24 28
180 – 184 10 ↑ 20
175 – 179 ─────────
(6) ─────────────────── 10 ──
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
---

170 – 174 3 (4)
165 – 169 1 1

Jumlah 34 -

Untuk menghitung K1, jumlah frekuensi yang membatasi 25% ujung distribusi sebelah
bawah (dan 75% ujung atas) harus ditemukan dulu. Ini dicari dengan membagi N dengan 4,
atau 34:4 sama dengan 8,5. Interval 165-169dan 170-174 bersama-sama mempunyai jumlah
frekuensi 4 (atau cbb =4).Untuk menggenapkannya menjadi 8,5 dibutuhkan 4,5 lagi yng kita
ambilkan dari frekuensi diatasnya (fd = 6). Kalau begitu interval yang mengandung K1 adalah
interal 175-179, yaitu interal yang mengandung fd. jika ini sudah ditemukan, kita tinggal lagi
mengisi rumusnya sebagai berikut.

Bb = 174,5 fd = 6 ¼ N = 8,5
Cfd = 4 i =5
K1= 174,5 + [ ] 5 = 178,25

2. DESIL

Jika sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi menjadi 10 bagian
yang sama banyak, maka kesembilan bilangan pembaginya disebut dengan desil. Kesembilan
desil tersebut adalah desil kesatu, kedua, ketiga, …, kesembilan, yang dilambangkan secara
berurutan mulai dari yang paling kecil dengan D1, D2, D3,…, D9.
Rumus :
D1 = Bb + [ ] i
D5 = K2 = Mdn
D6 = Bb + [ ] i
D9 = Bb + [ ] i
Keterangan :
Bb : batas bawah (nyata interval)
N : jumlah frekuensi dalam distribusi
Cfb : frekuensi kumulatif dibawah interval
Fd : frekuensi dalam interval
I : lebar interval
Dalam mana Bb, cfd, fd, adalah batas bawah (nyata), frekuensi kumulatif dibawah dan
frekuensi dalam interal yang mengandung desil yang bersangkutan.
Jadi yang berbeda dengan rumus median hanya komponen N nya. Untuk D2, D3, D4, D7,
dan D8. Komponen N nya secara berturut turut adalah 2/10 N, 3/10 N, 4/10 N, 7/10 dan 8/10
N. karena prinsip prinsip lainnya dari desil ini sama dengan prinsip prinsip median dan
kuartil, maka akan berlebihan kalau disini akan dibicarakan lagi. Demikian juga contoh
comtoh untuk menghitung tap tiap desil. Dua contoh menghitungnya barang kali sudah
cukup.
Dengan menggunakan bahan dalam table 20 akan kita cari D3 nya. Pertama yang kita
kerjakan adalah menemukan 3/10 dan frekuensi seluruhnya. Ini kita ketemukan, yaitu 10,2
(dari 3/10 x 34). Dengan memeriksa table 20 kita ketahui bahwa D3 terletak dalam interal
nilai nilai 180 – 184. Dari ini apa yang sudah kita ketahui adalah:

Bb = 179,5 fd = 10
Cfd = 10 i=5
3/10 N = 10,2
Diisikan ke dalam rumusnya:
D3 = Bb +
= 179,5 +
= 179,6
Jadi, nilai 179,6 menjadi batas dari 30 persen frekuensi di bagian bawah distribusi dari 70
persen menjadi bagian atasnya.
Sekarang dari bahan Tabel 21 kita hendak mencari D7-nya. Pertama kita cari 7/10 (yaitu
527,8 yang diperoleh dari 7/10 kali 758 dari jumlah frekuensi dihitung dari distribusi bagian
bawah . Dengan memeriksa tabel 21 kita ketahui bahwa D7 terletak di suatu titik antara umur
22 tahun dan 23 tahun. Dengan mengisikan dalam rumus kita peroleh hasil sebagai berikut:
D7 = Bb +
= 22 tahun +
= 22 tahun

3. PERSENTIL

Jika sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi menjadi 100 bagian
yang sama banyak, maka kesembilan puluh sembilan bilangan pembaginya disebut dengan
persentil. Kesembilan puluh sembilan persentil tersebut adalah persentil kesatu, kedua,
ketiga, …, kesembilan puluh sembilan , yang dilambangkan secara berurutan mulai dari yang
paling kecil dengan P1, P2, P3, …, P99.
Rumus :
Pn = Bb + [ ] i
keterangan :
Pn : presentil
Bb : batas bawah (nyata interval)
N : jumlah frekuensi dalam distribusi
Cfb : frekuensi kumulatif dibawah interval
Fd : frekuensi dalam interval
I : lebar interval
Contoh:
Interval Nilai Frekuensi Frekuensi Meningkat
150-159 1 60
140-149 2 59
130-139 5 57
120-129 8 52
110-119 14 44
100-109 10 30
90-99 7 20
80-89 6 13
70-79 4 7
60-69 3 3
Jumlah 60 …

P35 = Bb +
= 99,5 +
= 100,5
Demikianlah dapat kita lihat bahwa pada prinsipnya mencari persentil sama halnya dengan
mencari median, kuartil, dan desil.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

 Tendensi sentral adalah kecenderungan memusat atau mengelompoknya suatu data


 Ukuran tendensi sentral yang lazim digunakan adalah :
1. Mean
2. Median
3. Modus
 Mean Adalah angka rata-rata. Dari segi aritmetik, Mean adalah jumlah nilai-nilai dibagi
dengan jumlah individu
 Median adalah suatu nilai yang membatasi 50 persen frekuensi distribusi bagian bawah
dengan 50 persen frekuensi distribusi bagian atas
 Mode( Modus ) adalah nilai data yang sering muncul(frekuensi terbesar) dalam
rangkaian data itu.
 Kuartil adalah sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi
menjadi 4 bagian yang sama banyak, maka ketiga bilangan pembaginya disebut dengan
kuartil. Ketiga kuartil tersebut adalah kuartil kesatu, kuartil kedua, dan kuartil ketiga, yang
dilambangkan secara berurutan mulai dari yang paling kecil dengan K1, K2, dan K3.
 Desil adalah sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi menjadi
10 bagian yang sama banyak, maka kesembilan bilangan pembaginya.
 Presentil adalah sekumpulan data yang sudah disusun menurut urutan nilainya dibagi
menjadi 100 bagian yang sama banyak, maka kesembilan puluh sembilan bilangan
pembaginya disebut dengan persentil. Kesembilan puluh sembilan persentil tersebut adalah
persentil kesatu, kedua, ketiga, …, kesembilan puluh sembilan , yang dilambangkan secara
berurutan mulai dari yang paling kecil dengan P1, P2, P3, …, P99.
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno, H. (1986). Statistik I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit FAK.Psikologi UGM


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai