Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR


“MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA”

Dosen Pengampu:
Senji Sudarmha,SH.

Disusun Oleh:
Nelvira Septia Rizki :1421036
Martaon :1421047
Indah Fitria :1421048

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
IAIN BUKITTINGGI
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr,wb. Puji syukur kita panjatkan


kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Manusia Sebagai
Makhluk Budaya”. Serta tak lupa sholawat dan salam kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW atas petunjuk risalahnya, yang
telah membawa zaman kegelapan ke zaman terang benderang.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah kami ini. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wasalamu’alaikum wr. wb

Penulis

(Kelompok I)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................iii
BAB I.......................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................3
BAB II......................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................4
A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya...................4
B. Apresiasi Terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan......6
C. Etika dan Estetika Budaya..............................................8
D. Memanusiakan Manusia Melalui Pemahaman Konsep
Dasar Manusia................................................................10
E. Problematika Kebudayaan............................................11
BAB III...................................................................................17
PENUTUP..............................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................17
B. Saran..............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada hakekatnya manusia telah diberi anugrah oleh Allah SWT
berupa akal dan nafsu, akal dan nafsu inilah yang mendorong manusia
untuk menciptakan sesuatu yang dapat mewujudkan cita-cita atau
penghargaannya. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut manusia telah
menciptakan sains, teknologi dan seni sebagai salah satu sarana
sehingga sejak saat itu kehidupan manusia mulai berubah. Selain itu
sains, teknologi, dan seni juga telah mempengaruhi peradapan
manusia dalam kehidupannya terutama dalam bidang budaya.
Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai
dari aktifitas pribadi, keluarga, etnis atau suku, kelompok dan
masyarakat. Pada umumnya kegiatan yang terjadi dalam kalangan
suatu suku atau etnis merupakan warisan turun-temurun dari para
leluhur-leluhur mereka.
Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan
dianggap sakral tersebut biasa kita sebut sebagai budaya. Selain
berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat berupa aturan-aturan, nilai-
nilai, dan kebiasan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu kalangan
suku atau etnis. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku
bangsa dan etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan
memiliki keistimewaan sendiri.
Manusia sebagai makhluk yang hidup dalam suatu suku atau
etnis khususnya di Indonesia merupakan pelaku utama budaya-budaya
yang ada di dalam Nusantara itu, karena itu manusia adalah makhluk
budaya.
1
Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan
dianggap sakral tersebut biasa kita sebut sebagai budaya. Selain
berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat berupa aturan-aturan, nilai-
nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu kalangan
suku atau etnis. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku
bangsa da etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan
memiliki keistimewaan sendiri.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Dengan berbudaya, manusia dapat
memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia
berbeda dengan makhluk lainnya. Seiring dengan perkembangan
pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi budaya yang
menyebabkan beberapa problematika yang harus kita kaji dan
pikirkan bersama solusinya.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Hakikat manusia sebagai makhluk budaya


2. Apresiasi terhadap kemansiaan dan kebudayaan
3. Etika dan estetika berbudaya
4. Memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep dasar
kemanusiaan
5. Problematika kebudayaan

2
D. TUJUAN PENULISAN

1. Menganalisis manusia sebagai makhluk budaya


2. Menjelaskan hakikat manusia sebagai makhluk budaya
3. Mengetahui apresiasi terhadap kemanusiaan dan
kebudayaan
4. Membedakan antara etika dan estetika budaya
5. Menunjukan sikap hormat terhadap sesama manusia
6. Memberikan contoh problematika kebudayaan

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKEKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
BUDAYA
Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk
Tuhan di alam fana ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan,
binatang, dan manusia. Sifat-sifat yang dimiliki makhluk tersebut
sebagai berikut:
1.
Alam memiliki sifat wujud.
2.
Tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup.
3.
Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali hawa nafsu.
4.
Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu serta akal
budi.
Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri
manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia
dibanding makhluk lain terletak pada akal budi. Anugrah Tuhan akan
akal budilah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal
adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang
dimiliki. Berpikir merupakan perbuatan oprasional dari akal yang
mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan
hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah berfikir. Karena manusia
dianugrahi akal maka manusia dapat berfikir. Kemempuan berfikir
manusia juga digunakan untuk mememcahkan masalah-masalah
hidup yang di hadapinya.
Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memnuhi
kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta
meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila dibanding
dengan makhluk yang lainnya. Secara umum kebutuhan manusia
4
dalam kehidupan dibedakan menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang
bersifat kebendaan (sarana-prasarana) atau jasmani atau biologis.
Contohnya adalah makanan, minum, bernafas, istirahat dan
seterusnya. Kedua, kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atai
psikologi. Contohnya adalah kasih sayang, pujian, perasaan aman,
kebebasan, dan lain sebagainya.
Abraham Maslow seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa
kebutuhan manusia dalam hidup dibagi menjadi 5 tingkatan. Kelima
tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis (physiological nieeds). Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan dasar, primer, dan vital. Kebutuhan ini
menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organism
manusia, seperti kebutuhan akan minuman, pakaian, tempat
tinggal, sembuh dari sakit, dan sebagainya.
2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety dan
security needs). Kebutuhan ini menyangkup perasaan, seperti
bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan ancaman
penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak stabil,
dan sebagainya.
3. Kebutuhan sosial (social needs). Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan akan dicintai diperhitungkan sebagai pribadi, diakui
sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama,
persahabatan, interaksi, dan sebagainya.
4. Kebutuhan akan penghargaan (esteen needs). Kebutuhan ini
meliputi kebutuhan dihargainya kemampuan, kedudukan,
jabatan, status pangkat, dan sebagainya.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan
ini meliputi kebutuhan untuk memaksimalkan penggunaan
potensi-potensi, kemampuan, bakat, kreativitas, ekspresi diri,
prestasi, dan sebagainya.

5
Kelebihan manusia dibanding makhluk lain terletak pada akal
budi. Manusia mampu menciptakan kebudayaan, mengkreasikan,
memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan
meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia,
baik dengan alam maupun manusia lainnya. Untuk itu manusia dapat
dikatakan sebagai pencipta kebudayaan dan makhluk berbudaya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan sangat besar bagi manusia,
sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai berikut:
1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan
lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak
dan berprilaku dalam pergaulan.
6. Pengantar agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubugan
dengan orang lain.

B. APRESIASI TERHADAP KEMANUSIAAN DAN


KEBUDAYAAN
1. MANUSIA DAN KEMANUSIAAN
Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi
keharusan atau tuntutan untuk berkesesuaian dengan hakikat dari
manusia. Hakikat manusia bisa dipandang secara segmental atau
dalam arti persial. Misalkan manusia dikatakan sebagai homo
economicus, homo faber, homo socius, homo homini lupus, zoon
politicon dan sebagainya.

6
Prinsip kemanusiaan mengandung arti adanya penghargaan dan
penghormatan terhadap harkat dan martabat yang luhur. Semua
manusia adalah luhur, karena itu manusia tidak harus dibedakan
perlakuannya hanya karena perbedaan suku, ras, keyakinan, status
sosial ekonomi, asal usul dan sebagainya. Dengan demikian, sudah
sewajarnya antar sesama manusia tidak saling menindas, tetapi saling
menghargai dan menghormati dengan pijakan prinsip kemanusiaan.

2. MANUSIA SEBAGAI KEBUDAYAAN


Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal
dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam
bahasa Belanda, culture bisa diartikan sebagai mengolah tanah atau
bertani. Dengan demikian bisa kata budaya ada hubungannya dengan
kemampuan manusia dalam mengolah sumber-sumber kehidupan,
dalam hal pertanian.
Defenisi kebudayaan telah banyak di kemukakan oleh banyak
ahli. Beberapa contoh sebagai berikut:
a. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian
disebut sebagai superorganik.
b. Andreas Eppink menyatakan bahwa kebudayaan mangandung
keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan. Serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain.
c. Edward B. Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
d. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
7
e. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar dari hasil budi pekertinya.

Dari beberapa defenisi tersebut, dapat diperoleh pengertian


mengenai kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan
lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

C. ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA


1 ETIKA MANUSIA DALAM BERBUDAYA
Etika pada umumnya membahas membicarakan masalah-
masalah yang berkaitan dengan predikat nilai sosial, atau tidak
asusila, baik dan buruk. Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan
nilai, sedangkan etika itu sendiri berkaitan dengan baik buruk
perbuatan manusia.
Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens
menyebutkan ada tiga jenis makna etika yaitu:
a. Etika dalam nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi
seseoarang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud
di sini adalah kode etik).
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk. Disini
etika sama artinya dengan filsafat moral.
8
2 ESTIKA MANUSIA DALAM BERBUDAYA
Estika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.
Estetika berkaitan dengan nilai indah-jelek (tidak indah). Nilai
estetika berarti nilai tentang keindahan. Keindahan dapat diberi
makna secara luas, secara sempit dan estetika murni.
a) Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan. Bahwa segala
sesuatu yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang
mengandung ide kebaikan adalah indah.
b) Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingku persepsi
penglihatan (bentuk dan warna).
c) Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetika
seseoarang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diresapinya melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, dan
perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan persepsi
(anggapan) indah.

Sesuatu yang estetika berarti memnuhi unsur keindahan.


Keindahan secara murni maupun secara sempit, baik dalam bentuk,
warna, garis, kata, maupun nada. Nilai estetika tidak bisa dipaksakan
pada orang lain.Nilai-nilai estetika lebih bersifat perasaan, bukan
pernyataan.
Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan
untuk memenuhi unsur keindahan. Disinilah manusia berusaha
berestetika dalam berbudaya.
Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam
berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu,
estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia untuk menghargai
keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainnya.
9
Untuk itu manusia dalam berbudaya berkewajiban bersikap dan
berprilaku yang halus, serasi, serta tepat dalam mengamalkan nilai
idea, aktivitas sosial, kebudayaan materi, dibidang keyakinan, ilmu
dan keterampilan, peralatan hidup, berorganisasi, bertutur kata dan
berkomunikasi, yang hidup dalam masyarakat pendukung kebudayaan
itu.

D. MEMANUSIAKAN MANUSIA MELALUI


PEMAHAMAN KONSEP
I. DASAR MANUSIA
Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan
yang melekat dalam dirinya. Manusia memiliki perikamusiaan, tetapi
binatang tidak biasa dikatakan memiliki perikebinatangan. Hal ini
karena binatang tidak memiliki akal budi, sedangkan manusia
memiliki akal budi yang biasa memunculkan rasa atau
perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang mendorong perilaku
baik sebagai manusia.
Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk
senantiasa mengahrgai dan menghormati harkat dan derajat manusia
lainnya. Memanusiakan manusia adalah tidak menindas sesama, tidak
menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan perilaku-
perilaku buruk lainnya.
Memanusiakan manusia berarti pula perilaku memanusiawikan
antarsesama. Memanusiakan manusia memberikan keuntungan bagi
diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri sendiri akan menunjukan
harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manusia. Sedangkan bagi
orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa hormat, kedamaian,
dan kesejahteraan hidup.
Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya
akan merendahkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang
10
sesungguhnya makhluk mulia. Sedangkan bagi orang lain sebagai
korban tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan penderitaan,
kesusahan, kekuatan, perasaan dendam, dan sebagainya.
Sejarah membuktikan bahwa perseteruan, pertentangan, dan
peperangan yang terjadi di berbagai belahan dunia adalah karena
manusia belum mampu memanusiakan manusia lain, sekelompok
bangsa menindas bangsa lain.
Sikap dan perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas
prinsip kemanusiaan yang disebut the manking is one. Prinsip
kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita dalam memperlakukan
orang lain atas dasar warna kulit, suku, agama, ras, asal, dan status
sosial ekonomi. Kita tetap harus manusiawi terhadap orang lain, apa
pun latar belakangnya, karena semua manusia adalah makhluk Tuhan
yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang manusiawi atau
memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat manusia.
Sebaliknya, perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan
hakikat kodrat manusia. Perilaku yang tidak manusiawi pasti akan
mendatangkan kerusakan hidup manusia.

E. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah
yang berbeda-beda manghasilkan keragaman kebudayaan Tiap
persekutuan hidup manusia (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki
kebudayaan yang berbeda dengan kelompok lain, yang membentuk
ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian
kebudayaan menjadi identitas dari persekutuan hidup manusia.
Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan
dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan.
Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya pewarisan
11
kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.
1) Pewarisan Kebudayaan
Pewarisa kebudayaan adalah proses pemindahan,
penerusan, pemilikan dan pemakaian kebudayaan dari generasi
ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisa budaya bersifat
vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu
kepada generasi berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya
diteruskan ke generasi yang akan datang.
Dalam hal pewarisan budaya dapat muncul masalah antara
lain: sesuai atau tidaknya budaya warisan tersebut dengan
dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya
budaya baru yang tidak sesuai lagi dengan budaya warisan.
2) Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi
sebagai akibat adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur
budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang
fungsinya tidak sesuai bagi kehidupan yang dapat menimbulkan
sebuah masalah.
3) Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses
penyebarannya unsur-unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke
kelompok lain atau suatu masyarakat ke masyarakat lain.
Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah bisa
menyebar ke masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan
dari masyarakat barat (negara-negara Eropa) masuk dan
mempengaruhi kebudayaan Timur (bangsa Asia dan Afrika).
Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai penyebaran
suatu kebudayaan secara meluas.

12
Dalam hal ini penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan
Arnold J. Toynbee merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya
sebagai berikut:
Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak
secara keseluruhan, melainkan individual. Kebudayaan barat yang
masuk kedunia Timur pada abad ke 19 tidak masuk secara
keseluruhan. Dunia timur tidak mengambil budaya barat secara
keseluruhan, tetapi unsur tertentu, yaitu teknologi. Teknologi
merupakan unsur yang paling mudah diserap. Industrialisasi di
negara-negara timur merupakan pengaruh dari kebudayaan barat.
Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding
terbalik dengan nilainya. Makin tinggi dan dalam aspek budayanya,
makin sulit untuk menerima. Contoh religis adalah lapisan dalam dari
budaya. Religi orang barat (kristen) sulit diterima oleh orang timur
dibanding teknologinya.
Ketiga, jika suatu unsur budaya masuk maka akan menarik
budaya lain. Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa
masuk pula nilai budaya asing melalui orang-orang asing yang
bekerja di industri teknologi tersebut.
Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya
tidak berbahaya, bisa menjadi bahaya bagi masyarakat yang
didatangi. Dalam hal ini, Toynbee memberikan contoh nasionalisme.
Nasionalisme sebagai hasil evolusi social budaya dan menjadi sebab
tumbuhnya negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru
memecah belah system kenegaraan di dunia Timur, seperti kesultanan
dan kekhalifahan di Timur Tengah.
Pada dasarnya, penyebaran kebudayaan atau difusi
merupakan bentuk kontak antar kebudayaan. Selain difusi, kontak
kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi
berarti pertemuan antar kebudayaan atau lebih yang berbeda.
Akulturasi merupakan kontak dasar kedua kebudayaan, namun

13
masing-masing masih memperlihatkan unsur-unsur budayanya.
Asimilasi berarti peleburan antar kebudayaan yang bertemu.
Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung lama dan intensif
antara mereka yang berlainan latar belakang ras, suku, bangsa dan
kebudayaan. Pada umumnya, asimilasi menghasilkan kebudayaan
baru.

Beberapa Problematika Kebudayaan antara lain:


a) Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup
system kepercayaan.
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati
secara turun-temurun diyakini sebagai pemberi berkah
kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halamannya
atau beralih pola hidup sebagai petani, padahal umumnya
miskin.
b) Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan prinsip atau
sudut pandang hambatan budaya yang berkaitan dengan
perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi antara
masyarakat dan laksana pembangunan. Contohnhya, program
Keluarga Berencana atau KB semula ditolak masyarakat,
mereka beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
c) Hambatan budaya berkaitan dengan psikologi atau kejiwaan
Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang
terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini
disebabkan adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat
yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan
mereka hidup di tempat yang lama.

4) Masyarakat tersaing dan kurang komunikasi dengan masyarakat


luar.
14
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang
berkomunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuan
sangat terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-
program pembangunan.
5) Sikap Etnosentrisme
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan
budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya
suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu
timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama,
ras, dan antar golongan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
etnosentrisme diartikan sebagai bersifat etnosentrisme atau sikap
yang berlandaskan pada kelompok atau kebudayaan sendiri.
Mengutip dari Cambridge Dictionary, etnosentris atau yang
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai ethnocentric ialah rasa
percaya jika orang, adat istiadat, tradisi, ras atau kebangsaan
miliknya jauh lebih baik dibanding lainnya.
Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri
khas daerah lokal, yang terkadang justru menimbulkan sikap
etnosentrisme pada anggota masyarakat dalam memandang
kebudayaan orang lain.
Sikap etnosentrisme dapat menimbulkan kecenderungan
perpecahan dengan sikap kelakuan yang lebih tinggi terhadap
budaya lain.
Ada dua penyebab utama etnosentrisme, yakni:
a. Sejarah
Sejarah bisa mempengaruhi sikap kelompok tertentu
dalam memandang kelompok lainnya. Misalnya rasa nasib
sepenanggungan atau ternyata dahulu antar kelompok
pernah terlibat konflik atau lainnya.

15
Tidak hanya itu sejarah juga bisa membentuk identitas
suatu kelompok. Identitas ini kemudian menjadi ciri khas
suatu kelompok dan membedakannya dengan kelompok
lain. Contohnya kebiasaan, tata cara berbahasa, dan lain
sebagainya.
b. Pluralitas Bangsa
Pluralitas bisa diartikan sebagai kemajuan. Artinya dalam
satu bangsa masyarakatnya berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda. Misalkan dari suku, agama,
kelompok sosial atau golongan yang berbeda.

6) Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali


disalahgunakan oleh manusia, sebagai contoh nuklir dan bom
dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk
melestarikan suatu generasi, oabt-obatan diciptakan untuk
kesehatan tetapi dalam penggunaannya disalahgunakan yang
justru mengganggu kesehatan.

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka kami dapat mengambil beberapa
kesimpulan yaitu, manusia sebagai makhluk yang berbudaya adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk
menciptakan kebudayaan baik dengan alam maupun manusia lainnya.
Untuk ini manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kebudayaan dan
makhluk berbudaya. Budaya sendiri merupakan suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang yang
diwariskan dari generasi ke generasi dan budaya yang dihasilkan
manusia bergantung dari paham atau ideologi yang diyakini manusia
pendukung budaya tersebut.

B. SARAN
Demikian makalah sederhana ini kami susun. Saran dari kami
ialah semoga makalah ini lebih baik lagi. Terimakasih atas antusiasme
dari pembaca yang sudi menelaah isi makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini, dan semoga dengan
membaca makalah ini akan menambah wawasan bagi si pembaca dan
bagi si pembuat makalah, kekurangan hanya milik kami dan
kelebihan hanya milik Allah SWT. Terima kasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Rusmin Tumanggor, Dkk, (2010), Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,


Jakarta: Kencana
Drs. Djoko Widagdo, dkk. 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Drs. Joko Tri Prasetya, dkk. Ilmu Budaya Dasar. Rineka Cipta
http://felixdeny.wordpress.com/2011/03/11masalah-kebudayaan-
indonesia/
http://elvapuspita07.blogspot.com/2011/05/perubahan-sosial-budaya-
dan-penetrasi.html

Anda mungkin juga menyukai