Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENYULUHAN

SADARI (PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI)

DI SUSUN OLEH :

 Siti Wahyu Ningsih  Titusman Hulu


 Sri Hartati  Vindy Litaferina
 Sri Hopipah  Winda Sugiyanti
 Sri Sulasteri  Yuapinamaya
 Suwarti  Zian Faizah Muharrarah
 Tika Nurpaidah

PROGRAM STUDI

PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI


TANGERANG - BANTEN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penyuluhan
masyarakat yang berjudul “Penyuluhan Senam Hipertensi” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan proposal ini adalah untuk mempelajari, menerangkan
dan saling belajar dengan masyarakat terkait penanganan serta pencegahannya. Pada
kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga proposal ini dapat
selesai. Ucapan terimakasih ini penulis tunjukkan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam
menyelesaikan proposal ini.
2. Ibu Ns. Febi Ratnasari, S.Kep selaku kaprodi S1 Keperawatan.
3. Ibu Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing stase
keperawatan dasar yang telah memberikan banyak arahan dalam pembuatan
proposal ini, dan pembelajaran baik dari segi materi ataupun moril yang di
berikan dengan sabar.
4. Teman-temanku satu bimbingan dalam pembuatan proposal ini.
Sebagai penutup, semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu berupa moril dan materil yang tidak dapat disebutkan satu persatu
disini. Skripsi ini telah selesai disusun dan semoga bermanfaat bagi kalangan
pembaca. Amin.

Tangerang, November 2021

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1. Latar Belakang
Badan pusat statistik menunjukkan bahwa populasi penduduk lansia
di Indonesia pada tahun 2008 sebesar 8,55 % dari keseluruhan jumlah
penduduk. Di Negara-negara maju umur harapan hidup telah bertambah
panjang sehingga warga-warga yang berusia lebih dari 65 tahun juga
bertambah.
Adanya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut tersebut
menyebabkan perlunya perhatian pada para lansia agar lansia tidak hanya
berumur panjang tetapi juga mendapatkan dan menikmati masa tuanya
dengan bahagia serta meningkatkan kualitas hidup mereka. Hipertensi
atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan
oleh angka bagian atas (sistolik) dan angka bagian bawah (diastolik)
(Herlambang,2013).
Dari hasil pengkajian pada tanggal 09 Maret 2021 yang dilakukan
didapatkan dari 24 orang lansia 14 diantaranya menderita hipertensi. Saat
dilakukan pemeriksaan tekanan darah rata-rata diatas nilai normal yaitu
nilai sistolik 140 mmHg dan nilai diastolik diatas 90 mmHg. Dari 16
orang tersebut mengatakan cara untuk mengatasi hipertensi yaitu dengan
cara beristirahat, mengkonsumsi air putih dan meminum obat untuk
menurunkan hipertensinya biasanya akan hilang saat setelah beristirahat.
Klien mengatakan belum mengetahui bagaimana cara pencegahan dan
perawatan untuk mengatasi hipertensi. Klien mengatakan ingin
mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi hipertensinya. Sehingga
mahasiswa ners menjelaskan tentang pengertian, jenis, penyebab, faktor
resiko, tanda dan gejala serta akibat jika hipertensi tidak diatasi. Maka
kelompok tertarik untuk melakukan terapi latihan senam hipertensi
kepada seluruh anggota masyarakat dalam kegiatan senam hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah, yaitu: ” Bagaimana upaya mencegah atau menurunkan tekanan
darah dengan cara senam hipertensi”. Maka kelompok sangat tertarik untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada anggota keluarga dan masyarakat
tentang senam hipertensi.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Peyuluhan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi
terhadap pencegahan dan penurunan hipertensi maka diharapkan dari
setiap anggota kelompok mampu melakukan gerakan-gerakan senam
hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan dan promosi kesehatan selama 30
menit, diharapkan anggota masyarakat dapat :
1. Menjelaskan kembali pengertian senam Hipertensi
2. Menjelaskan kembali tujuan senam Hipertensi
3. Menjelaskan kembali durasi dan waktu senam Hipertensi
4. Mendemontrasikan kembali cara senam Hipertensi
5. Menyepakati waktu dan tujuan kunjungan selanjutnya

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan atau masalah yang dapat diangkat
dalam penyuluhan kesehatan bagi pasien, keluarga, masyarakat yang
sesuai dengan pembahasan.
1.4.2 Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi yang besar kepada pasien, keluarga,
dan masyarakat, sehingga dapat lebih mengenal dan mengetahui
mengenai tentang manfaat senam hipertensi.
1.4.3 Bagi Peneliti
Manfaat yang diperoleh adalah untuk memperdalam ilmu
pengetahuan tentang salah satu cara untuk mengetahui manfaat
senam hipertensi.
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENYULUHAN MASYARAKAT

1. Judul Penelitian : Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri)


2. Ketua Pelaksana
Nama : Zian Faizah Muharrarah
Jenis Kelamin : Perempuan
NIM :
Disiplin Ilmu : Keperawatan
Jabatan : Mahasiswa
Prodi : Profesi Ners Non Reguler
3. Jumlah Anggota Peneliti : 11
Nama Anggota : 1. Siti Wahyu Ningsih
2. Sri Hartati
3. Sri Hopipah
4. Sri Sulasteri
5. Suwarti
6. Tika Nurpaidah
7. Titusman Hulu
8. Vindy Litaferina
9. Winda Sugiyanti
10. Yuapinamaya
4. Jangka Waktu Kegiatan : 30 menit
5. Lokasi Kegiatan : Google Meet (daring/online)

Menyetujui,
Pembimbing Stase Keperawatan Dasar
Profesi Tangerang, 13 Maret 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yatsi Ketua Pelaksana

(Ns. Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep) ( Yuniyanto Wibowo)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau
peningkatan abnormal secara terus menerus lebih dari suatu
periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2016).

2.2 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan


menurut (Aspiani, 2016) :
a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2016)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat
keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause
beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah
maka tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan
serta jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan
oleh penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah
garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang
seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan
menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh
darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah
didalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan tekanan
darah meningkat.
4) Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat
badan dalam keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas
BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan
darah atau hipertensi.
5) Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan
pola hidup sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi
yaitu merokok, dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok
yang dihisap dalam waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa
putung rokok dan lama merokok berpengaruh dengan tekanan
darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering, atau berlebihan dan
terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah pasien
sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta
untuk menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas
stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari
komplikasi yang bisa terjadi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah
satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis
menurunkan aliran darah ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan
baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn renin, dan pembentukan
angiostenin II. Angiostenin II secara langsung meningkatkan tekanan
darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron
danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada
stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan
kembalike normal (Aspiani, 2016).

2.3 Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)


menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau
tekanan darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang
timbul tanpa tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh
penderita hipertensi sebagai berikut:
1) Sakit kepala
2) Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3) Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5) Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi


mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan
pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut
akan menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.

2.4 Klasifikasi Hipertensi

Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah


tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah
diastolik kurang dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 90 mmHg.

Tabel 1
Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa
Sebagai Patokan dan Diagnosis Hipertensi
(mmHg)
Kategori Tekanan darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg <80 mmHg

Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi 130-139 mmHg 80-89 mmHg


stage I
Hipertensi ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
stage II
(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 : Guideline For The
Prevention, Detection, Evaluation And Management Of High Blood Pressure In Adults 2013).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan


hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah peningkatan tekanan
darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90% kasus hipertensi merupakan
hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi primer adalah genetik, jenis kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup.
Hipertensi sekunder adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus
hipertensi merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi
sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan volume
intravaskular, luka bakar dan stres (Aspiani, 2014).

2.5 Pencegahan Dan Penatalaksanaan

Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup


dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara
memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
(Aspiani, 2014).
b. Pengaturan diet
1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat
pada dinding vaskular.
3) Diet kaya buah sayur.
4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner.
c. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan voume sekuncup. Pada
beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan
kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat
badan adalah hal yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan
darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan.
Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu
menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan
penurunan berat badan yang terjual bebas mengandung
simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,
memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya
eksaserbasi aritmia.
d. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung..
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel,
vasoldilatasin perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga
teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat
dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan
kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis
akibat hipertensi.
e. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.
f. Penatalaksanaan Farmakologis

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan :

a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,


Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal
meningkatkan ekskresi garam dan airnya. Sebagai diuretik
(tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
b) Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiostenin I menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan
darah secara langsung dengan menurunkan TPR, dan secara
tidak langsung dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang
akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium.

2.6 Teori Senam Bugar

Menurut Hidayat (2011) senam didefinisikan sebagai suatu latihan


tubuh yang dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar
dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan
kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, dan menanamkan
nilai-nilai mental spiritual. Senam lansia adalah olahraga ringan dan
mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia.
Aktifitas olahraga ini dapat membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap
segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja
optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di
dalam tubuh.
2.7 Jenis - Jenis Senam
1. Senam kebugaran lansia
2. Senam otak
3. Senam osteoporosis
4. Senam hiepertensi
5. Senam diabetes militus
6. Olahraga rekreatif/jalan santai
2.8 Manfaat Olahraga
Sangat bermanfaat untuk menghambat proses penuaan/degenerative
dan sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45
tahun) dan usia lansia (65 tahun keatas). Selain itu juga bermanfaat
dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan
teratur (Poweell, 2012). Dengan mengikuti senam lansia efek
minimalnya adalah lansia mersa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa
tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar. Menurut Nugroho (1999:157)
manfaat dari olahraga bagi lanjut usia antara lain adalah memperlancar
proses degenerasu kerana perubahan usia, mempermudah untuk
menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi), fungsi
melindungi yakni memperbaiki tenaga cadangan dalm fungsinya
terhadap bertambahnya tuntunan, misalnya sakit.
2.9 Tujuan Senam Hipertensi
1. Melebarkan pembuluh darah
2. Tahanan pembuluh darah menurun
3. Berkurangnya hormin yang memacu peningkatan tekanan darah
4. Menurunkan lemak/kolesterol yang tinggi
2.10 Indikasi Senam Hipertensi
Indikasi dilakukan senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang
menderita hipertensi.
2.11 Kontraindikasi Senam Hipertensi
Klien dengan fraktur ekstremitas bawah dank lien dengan bedrest
total.
2.12 Langkah – Langkah Senam Hipertensi
1. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari
mulut tangan turunkan. Lakukan sebanyak 2x.
2. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
3. Ayunkan kaki kiri kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
4. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 2x kemudian kaki kiri
sebanyak 2x.
5. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
6. Letakkan tangan kiri diperut dan tangan kanan ayunkan kesamping
kanan dan kaki kanan ayunkan ke kanan. Lakukan secara bersamaan
8 kali. Lakukan 2x.
7. Letakkan tangan kanan diperut dan tangan kiri ayunkan ke samping
kiri dan kaki kiri ayunkan ke kiri. Lakukan secara bersamaan 8 kali.
Lakukan 2x.
8. Letakkan tangan diperut kemudian ayunkan kedua tangan kesamping
dan kedua kaki kesamping sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
9. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
10. Letakkan tangan diperut kemudian ayunkan ke dua tangan ke atas
bersamaan dengan kaki ayunkan kesamping sebanyak 8 kali.
Lakukan 2x.
11. Jalan di tempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
12. Pada hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan
ke dua tumit menyentuh tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan
sebanyak 8 kali. Lakukan 2x.
13. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari
mulut tangan turunkan. Lakukan sebanyak 3x.
BAB III
WAKTU DAN PELAKSANAAN
3.1 Waktu Dan Pelaksanaan
Kegiatan : Penyuluhan kesehatan tentang Sadari
(Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Waktu : 10.00 s/d selesai
Tempat : Google Meet ( Online/daring )

JAM KEGIATAN PJ
10.00 Pembukaan MC
10.05 Penyampaian tujuan kegiatan Ketua
10.10 Pemberian pendidikan kesehatan tentang CO Acara
senam hipertensi dan mendemonstrasikan
10.30 Tanya jawab MC
10.40 Evaluasi Observer
10.50 Kesimpulan Notulen
10.00 Penutup MC

3.2 Susunan Kepanitiaan


Pembawa acara : Yudi Sulistyo

CO acara : - Yuyun Yuniawati


- Yulia Ningsih
- Yanti Susilawati
- Wahyu Ratna W
- Ola Filianata
- Rina Annisa

Notulen : - Erna Yuliana

- Yuniyanto W

Observer : - Nurul Hijria

Fasilitator : - Aef Saefudin

- Sri Gistine

3.3 Metode Yang Digunakan

1. Metode

Presentasi materi tentang senam Hipertensi

2. Media

Google Meet, Power Point, Video, Laptop

3.4 Rancangan Evaluasi

Evaluasi akan dilakukan dengan menanyakan tentang hasil dari


kegiatan senam hipertensi atau respon klien tentang kegiatan senam
hipertensi yang telah dilakukan secara bersama – sama. Klien diminta
menjelaskan kembali tentang tahap – tahap gerakan senam hipertensi
yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan setelah kegiatan senam
hipertensi atau setelah implementasi dilakukan.

Adapun kriteria, indikator dan tolak ukur kegiatan :

1. Klien dan keluarga memahami tentang pentingnya fungsi senam


hipertensi
2. Klien mengikuti semua kegiatan yang dilakukan dan berperan aktif
dan antusias selama kegiatan senam hipertensi berlangsung

3. Kegiatan diikuti oleh seluruh klien yang dipilih oleh mahasiswa

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kegiatan penyuluhan ini tentang senam hipertensi yang diakukan oleh


masyarakat atau anggota masyarakat yang memiliki riwayat hipertensi
yang di laksanakan pada Bulan Maret Tanggal 13 Tahun 2021 di rumah
masing-masing klien anggota kelompok (secara daring/online). Kegiatan
ini bersifat penyuluhan kepada masyarakat. Kegiatan ini
dimaskudkan untuk memberikan informasi dan penjelasan. Klien
mengenai senam hipertensi. Tahapan pelaksanaan merupakan tahap
inti dari pelaksanaan kegiatan. Pada pelaksanaan kegiatan tersebut
terlebih dahulu dilakukan penjelasan mengenai senam hipertensi
serta menjelaskan mengenai senam hipertensi,
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat dilibatkan dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan lingkungan disekitar rumah. Serta masyarakat harus
mampu mengenali tanda dan gejala dari hipertensi. Dan dapat
melakukan senam hipertensi.

Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2017

PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH DI DESA BLEMBEM WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GONDANGREJO

Wahyuningsih Safitri1), Hutari Puji Astuti 2)

1
Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta
wahyuningsihsafitri@gmail.com 2 Prodi DIII Kebidanan, STIKes
Kusuma Husada Surakarta uthe_dwi@yahoo.co.id

ABSTRAK
Gaya hidup masyarakat yang lebih seperti makanan cepat saji, dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan termasuk hipertensi, gagal jantung,
diabetes mellitus, stroke, dan penyakit ginjal. Hipertensi merupakan masalah
kesehatan yang dialami oleh banyak orang tua. Salah satu cara untuk mencegah
komplikasi hipertensi tidak terjadi dapat diberikan senam tindakan hipertensi.
Penelitian ini berjudul pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan
darah di Blembem Desa Puskesmas Gondangrejo. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah
di Desa Blembem Puskesmas Gondangrejo. Metode penelitian adalah
preeksperimen dengan satu kelompok pre-test dan desain post-test.
Pengumpulan data dilakukan pada saat sebelum dan sesudah diberikan intervensi
senam hipertensi latihan. Sampling dengan purposive sampling dan sampel
beberapa 40 orang. Alat penelitian ini terdiri sphygmomanometer, stetoskop dan
tekanan darah lembar observasi tekanan darah pre test dan post test. Analisis
data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada efek
senam hipertensi untuk pengurangan tekanan darah di Desa Blembem
Puskesmas Gondangrejo dengan nilai p 0.000. Berdasarkan hasil penelitian
senam hipertensi dapat digunakan sebagai informasi dan pertimbangan dalam
memilih intervensi untuk orang tua yang memiliki hipertensi.

Kata kunci: hipertensi, lansia, senam hipertensi.

ABSTRACT
People’s lifestyles are more like fast food, can cause a variety of health problems
include hypertension, heart failure, diabetes mellitus, stroke and kidney disease.
Hypertension is a health problem experienced by many elderly people. One way to
prevent complications of hypertension does not occur can be given action
gymnastics hypertension. This study titled gymnastics effect of hypertension on blood
pressure reduction in Blembem Village Puskesmas Gondangrejo. The purpose of the
study to determine the effect of exercise hypertension to the reduction of blood
pressure in the Village Puskesmas Blembem Gondangrejo. The research method is
pre-experiment with one group pre-test and post-test design. Data collection is done
at the time before and after the exercise intervention hypertension. Sampling with
purposive sampling and sample some 40 people. The research tool consists
sphygmomanometer, stethoscope and blood pressure observation sheet pre test and
post test. Data analysis using Wilcoxon test. Results showed no effect of exercise
hypertension to the reduction of blood pressure in the Village Puskesmas Blembem
Gondangrejo with p value 0.000. Based on the research results gymnastics
hypertension can be used as an information and considerations in choosing
interventions for elderly people who have hypertension.
Keywords: hypertension, elderly, hypertension gymnastics
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2017

1. PENDAHULUAN
Gaya hidup masyarakat sekarang lebih menyukai makanan siap saji, dimana
makanan tersebut banyak mengandung lemak, protein, tinggi garam dan
rendah serat (Muhammadun, 2010). Hal tersebut menyebabkan berbagai
masalah kesehatan antara lain hipertensi, gagal jantung, diabetes mellitus,
stroke dan penyakit ginjal. Hipertensi esensial (primer) merupakan penyakit
urutan kedua setelah infeksi saluran nafas bagian atas akut dari sepuluh besar
penyakit rawat jalan di Rumah Sakit tahun 2010 (Kemenkes RI, 2012). Hasil
Riskesdas (2013). kecenderungan prevalensi hipertensi mengalami kenaikan
dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. Cara pencegahan yang
dapat dilakukan oleh lansia agar terhindar dari penyakit hipertensi dengan
semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hindari stress,
awasi tekanan darah dan teratur berolahraga. Teratur berolahraga dapat
dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan lansia diantaranya
berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah dan senam
hipertensi (Maryam dkk,2008). Senam hipertensi adalah bagian dari usaha
untuk mengurangi berat badan dan mengelola stress yang merupakan dua
faktor yang mempertinggiresiko hipertensi(Vitahealth,2004).

Hasil penelitian Victor Moniaga, dkk (2013) menunjukkan adanya


perbedaan yang bermakna pengukuran tekanan darah sistolik subjek sebelum
perlakuan dengan minggu ketiga setelah perlakuan senam bugar lansia. Studi
pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan data dari sepuluh besar
penyakit di wilayah Puskesmas Gondangrejo jumlah penderita hipertensi
pada bulan Januari sampai bulan Maret 2015 sejumlah 167 kasus atau 16%
dari jumlah kunjungan pasien rawat jalan. Hipertensi terutama diderita oleh
lansia dengan jumlah penderita hipertensi pada tahun 2014 sejumlah 591
penderita. Berdasarkan wawancara terhadap 20 lansia yang berkunjung 11
orang menyatakan tekanan darah meningkat karena jarang makan sayur, tidak
pernah kontrol dan tidak olahraga, 4 orang menyatakan karena merokok dan 5
orang kontrol dan minum obat tidak teratur. Berdasarkan latar belakang maka
tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi terhadap
penurunan tekanan darah di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas
Gondangrejo.

2. PELAKSANAAN
a. Lokasi Penelitian
Desa Blembem wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo .
Populasi dan sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia penderita
hipertensi di Desa Blembem wilayah kerja Puskesmas Gondangrejo
sejumlah 40 orang. Teknik sampling dengan menggunakan purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
yang didasarkan pada kriteria inklusi (Sugiyono,2010). Kriteria inklusi:
a. Lansia yang tinggal di Desa Blembem
b. Lansia yang masih mampu melihat, mendengar dan melakukan gerakan
senam Kriteria eksklusi:
c. Lansia yang tidak dapat mengikuti kegiatan secara penuh
d. Lansia hipertensi dengan komplikasi
e. Lansia yang sedang dalam perawatan medis Variabel independen dalam
penelitian adalah senam hipertensi. Senam hipertensi merupakan senam
dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh dengan
intensitas sedang yang ditunjukkan untuk penderita hipertensi dan usia
lanjut. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah lansia.
Tekanan darah adalah kekuatan yang di perlukan agar darah dapat
mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan
tubuh manusia. Skala ukur ratio. Alat penelitian terdiri dari alat penelitian
untuk variabel tekanan darah lansia menggunakan tensimeter dan
stetoskop. Selanjutnya diklasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik
(mmHg), kertas dan alat tulis. Setelah mengukur tekanan darah setiap
responden sebelum dan sesudah senam hipertensi, digunakan lembar
observasi yaitu nomor responden, jenis kelamin, umur lansia, tekanan
darah pre test dan post test.
3. METODE PENELITIAN

Jenis dan rancangan penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan jenis


penelitian preeksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
one group pre-test dan post-test design (Sugiyono,2010) untuk mengetahui
perubahan tekanan darah setelah pemberian tindakan senam hipertensi.
Tahap pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Tahap I merupakan tahap persiapan berupa persiapan tempat penelitian,
diawali dengan permohonan ijin ke Badan Kesbangpolinmas Karanganyar.
b. Tahap II peneliti memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan
menjelaskan bahwa penelitian akan dilaksanakan selama tiga minggu, dan
responden akan diobservasi setiap dua hari sekali oleh peneliti. Calon
responden yang setuju menjadi responden dalam penelitian ini diminta
menandatangani informed consent. c. Tahap III merupakan tahap
pengambilan data mengikuti tahapan kerja dalam proses penelitian mulai
dari tahap pre tes, intervensi dan post test. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan komputer dengan editing, coding, tab diting, coding,
tabulating dan entry data.

Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan analisis bivariat


sehingga data lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis univariat
dilakukan menggunakan distribusi frekuensi dan hasil statistik deskriptif
yang meliputi mean, median, standar deviasi, nilai minimal dan maksimal
(Istijanto,2009). Analisis bivariat adalah analisis untuk menguji hubungan
yang signifikan antara dua variable (Hastono, 2007). Analisis bivariat
dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian yaitu mengidentifikasi
pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Desa
Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo. Sebelum dilakukan
analisa bivariat dilakukan uji normalitas dengan Saphiro-wilk untuk
mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Analisa data
dengan wilcoxon (Sugiyono, 2010).
4. HASILDAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Umur

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur

Usia Jumlah Persentase (%)


51-59 tahun 29 72,5 %
(usia pertengahan)
60-74 tahun 11 27,5 %
(usia lanjut)
Total 40 100 %

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa usia sebagian besar responden


adalah usia 51-59 tahun sebanyak 29 orang (72,5%) sedangkan usia 60-74
tahun sebanyak 11 orang (27,5%). Lansia cenderung mengalami peningkatan
tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia. Kondisi yang berkaitan
dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari
arteriarteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan.
Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan
aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dinding, yang kini tidak elastis,
tidak dapat lagi mengubah darah yang keluar dari jantung menjadi aliran yang
lancar. Hasilnya adalah gelombang denyut yang tidak terputus dengan puncak
yang tinggi (sistolik) dan lembah yang dalam (diastolik) (Wolff , 2008).

Peningkatan umur pada lansia akan menyebabkan peningkatan resistensi


perifer dan aktivitas simpatik serta penurunan sensitivitas pengaturan tekanan
darah (refleks baroreseptor) pada usia lanjut sehingga tekanan darah
cenderung meningkat (Kusmana, 2009)

2. Jenis kelamin
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)


Laki-laki 18 45
Perempuan 22 55
Total 40 100

Berdasarkan tabel 2 jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan


yaitu sebanyak 22 responden (55%) sedangkan laki-laki sebanyak 18
responden (45%). Menurut Cortas prevalensi terjadinya hipertensi antara pria
dan wanita sama, namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular
sebelum menopause, karena dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan HDL, dimana HDL berperan penting dalam pencegahan
aterosklerosis (Sylvia & Price, 2007). Bagi wanita (terutama usia 45-55
tahun) merupakan masa pre-menopause sehingga tekanan darah menjadi
meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh mulai hilangnya sedikit demi sedikit
hormon estrogen pada wanita yang berfungsi sebagai pelindung pembuluh
darah dari kerusakan (Maryam, 2008).

B. Tekanan Darah

Tabel 3.Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Hipertensi

Nilai Sebelum Sesudah


mmHg mmHg
Mean 158/96 146,88/88,75
Maksimum 180/100 180/100
Minimum 140/80 130/70

Berdasarkan tabel 3 tekanan darah lansia sebelum dilakukan senam


hipertensi diperoleh nilai minimum sebesar 140/80 mmHg, maksimum
180/100 mmHg dan nilai rata-rata sebesar 158/96 mmHg (hipertensi ringan),
sedangkan tekanan darah lansia setelah dilakukan senam hipertensi diperoleh
nilai minimum sebesar 130/70 mmHg, maksimum 140/80 mmHg dan nilai
rata-rata sebesar 146,88/88,75 mmHg (hipertensi ringan). Menurut analisa
peneliti hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal. Tekanan darah 140
mmHg termasuk hipertensi ringan, dan tekanan darah 180 mmHg termasuk
hipertensi berat. Hipertensi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain
faktor usia, riwayat hipertensi, keturunan, jenis kelamin, faktor lingkungan
dan faktor kebudayaan (Kusmana, 2009). Semakin tua umur seseorang, maka
pengaturan metabolisme zat kapurnya (kalsium) terganggu. Hal ini
menyebabkan banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah,
akibatnya darah menjadi padat dan tekanan darahpun meningkat (Dewi,
2010). Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tekanan darah setelah
melakukan senam hipertensi. Olahraga dapat meningkatkan curah jantung
yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang
membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang memerlukan
oksigen akan terjadi vasokonstriksi, misalnya traktus digestivus.
Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh terhadap tekanan darah
(Tristyaningsih, 2011). Olahraga menyebabkan perubahan besar pada sistem
sirkulasi dan pernapasan dimana keduanya berlangsung bersamaan sebagai
respon homeostatic. Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan sistolik
maupun diastolik pada orang dengan hipertensi tingkat ringan (Ridjab, 2005).
Senam aerobik dapat membantu memperbaiki profil lemak darah,
menurunkan kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan
menaikkan High Density Lipoprotein (HDL) serta memperbaiki sistem
hemostatis dan tekanan darah (Puji, 2007).

C. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dilakukan terlebih dahulu uji


normalitas yang bertujuan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Saphiro Wilk
karena responden kurang dari 50 orang. Taraf signifikansi (α) yang
digunakan adalah 5%. Apabila α > 0,05, maka data terdistribusi normal,
sedangkan jika α <0,05 data terdistribusi tidak normal.

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Saphiro Wilk

Variabel p-value Keterangan


Tekanan Darah 0,0002 Tidak normal
lansia

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas Saphiro


Wilk didaptakan nilai pvalue sebesar 0,002 < 0,05 maka data berdistribusi
tidak normal.

D. Pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah

Tabel 5. Hasil Uji Beda Wilcoxon

Kelompok p-value
observasi
Tekanan Darah 0,000
lansia

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa p value adalah 0,000 sehingga H0


ditolak artinya ada pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan
darah di Desa Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo. Menurut
analisa peneliti adanya pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah
disebabkan oleh karena senam hipertensi tersebut dapat mencegah atau
melambatkan kehilangan fungsi pada system organ dan dapat mengeliminasi
berbagai resiko penyakit seperti hipertensi dan penyakit arteri koroner.
Dengan adanya latihan fisik atau senam lansia yang teratur dan terus menerus
maka katup-katup jantung yang tadinya mengalami sklerosis dan penebalan
berangsur kembali pada kondisi dasar atau normal, miokard tidak terjadi
kekakuan lagi, adanya kontraksi otot jantung, isi sekuncup dan curah jantung
tidak lagi mengalami peningkatan. Hal ini akan mengakibatkan tekanan darah
tidak lagi meningkat atau mengalami penurunan tekanan darah (Maryam,
2008). Rismayanthi berpendapat bahwa olahraga aerobik terutama
bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya
tahan jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendi-sendi. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Margiyati yang menyatakan bahwa
senam lansia dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi. Olahraga yang cukup dapat menurunkan kecemasan, stres, dan
menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan menstimulasi kerja
sistem saraf perifer terutama parasimpatis yang menyebabkan vasodilatasi
penampang pembuluh darah akan mengakibatkan terjadinya penurunan
tekanan darah baik sistolik maupun diastotik. Penelitian lain menunjukkan
aktifitas fisik senam bugar lansia dapat menurunkan tekanan darah penderita
hipertensi, dimana tekanan sistolik menunjukan perbedaan yang bermakna
sedangkan pada diastolik mengalami peningkatan tapi masih dalam batas
normal ( Moniaga, 2013) Frekuensi latihan 3-5 kali seminggu dengan lama
latihan 20-60 menit sekali latihan dapat menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun. Orang yang melakukan
latihan 3 kali seminggu akan mengalami peningkatan daya tahan
kardiorespirasi dan latihan olahraga secara teratur bisa menurunkan resiko
penyakit jantung (Kusmana, 2009).

KESIMPULAN

a. Karakteristik responden menunjukkan umur responden sebagian besar


adalah umur 51- 59 tahun sebanyak 29 orang; jenis kelamin terbanyak
adalah perempuan sebanyak 22 orang
b. Tekanan darah lansia sebelum dilakukan se- sebelum dilakukan se
sebelum dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebesar 158/96
mmHg (hipertensi ringan).

c. Tekanan darah lansia setelah dilakukan se- setelah dilakukan se setelah


dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebesar 146,88/88,75
mmHg (hipertensi ringan).

d. Ada pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah di Desa


Blembem Wilayah Kerja Puskesmas Gondangrejo dengan p value 0,000.

DAFTAR PUSTAKA

Adib. M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung


dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka.

Dewi dan Familia, 2010. Hidup Bahagia dengan Hipertensi. Jogjakarta : A+ plus
Books

Hastono, P Sutanto. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia.

Istijanto. 2009. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

Junaidi, I. 2010. Hipertensi Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta:


PT Bhuana Ilmu Populer.

Karyadi. 2006. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung


Koroner. Jakarta: Gramedia.

Kusmana, D. 2009. Hipertensi: Definisi, Prevalensi, Farmakoterapi dan Latihan


Fisik. Cermin Dunia Kedokteran.
Margiyati. 2010. Pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi di posyandu lansia ngudi waras, dusun kemloko,
desa bergas kidul semarang:http://eprints. undip. ac.id/16652/diakses 9 agustus
2016.

Maryam, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika. Mc Gowan, M. P. 2007. Menjaga Kebugaran Jantung Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.

Mubarak. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: CV.Sagung Seto.

Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogjakarta: In Books. Nugroho


Wahyudi. 2008. Gerontik & Geriatrik. Bandung: EGC.

Price, A. S. & Wilson M. L. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC.

Puji I, Heru S, Agus S. Pengaruh Senam aerobik. Jurnal Media Ners. Volume 1
Nomor 2. 2007, hlm 49-99.

Ridjab DA. Pengaruh Aktifitas fisik terhadap Tekanan Darah. Jurnal Kedokteran
Atmajaya, Volume 4 No. 2, 2005, hlm 73

Rismayanthi C. 2009. Pengaruh Latihan Senam Jantung Indonesia Terhadap


Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Yogyakarta: PSIK UNY

Sanif, Edial. 2009. Hipertensi Pada Wanita. Diakses 15 Januari 2015 http://
www. jantung hipertensi. com/ hipertensi/ 78.html.

Santjaka, Aris. 2011. Statistik untuk : penelitian kesehatan. Yogyakarta Nuha


Medika

Sri Thristyaningsih, Probosuseno, Herni Astuti. Senam bugar lansia berpengaruh


terhadap daya tahan jantung paru, status gizi, dan tekanan darah. Jurnal gizi
klinik Indonesia. Juli 2011.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Smeltzer,
Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta:EGC

Victor Moniaga, dkk. 2013. Pengaruh Senam Bugar Lansia terhadap Tekanan
Darah Penderita Hipertensi di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah. Jurnal e-
Biomedik (eBM), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hlm. 785- 789.

Vitahealth. 2004. Hipertensi (Informasi Lengkap untuk Keluarga dan


Penderitanya). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wolff, Hanns Peter. 2008. Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan
Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Yudik Prasetyo. 2007. Olahraga Bagi Penderita Hipertensi. Yogyakarta: FIK


UNY.

Anda mungkin juga menyukai