oleh
Khofifah Nurul Islakh Alfa’iz
NIM 182310101012
Penulis
BAB 1. KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
1. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara antara
alveoli dan atmosfer.
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
3. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan
tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.
Pleura adalah lapisan tipis, halus dan juga licin yang membungkus dinding
anterior toraks dan permukaan superior diafragma. Lapisan pleura mengandung
kolagen dan jaringan elastis. Pleura terletak pada bagian terluar dari paru – paru
dan mengeliligi paru. Pleura tersusun oleh jaringan ikat fibrosa yang didalamnya
terdapat banyak kapiler limfa dan juga kapiler darah serta saraf yang kecil (Harjanto
dkk., 2018).
Pleura dibagi menjadi dua macam yaitu pleura parietalis dan juga pleura
viseralis. Pleura parietalis melapisi bagian toraks atau rongga dada sedangkan
pleura viseralis melapisi paru – paru. Diantara kedua pleura terdapat ruangan yang
disebut spatium pleura yang berisi sedikit cairan dan memungkinkan keduanya
bergeser secara bebas saat ventilasi. Cairan pleura berfungsi untuk memudahkan
kedua permukaan pleura bergerak saat pernapasan. Bisa dianalogkan sebagai dua
kaca yang saling melekat jika ada air diantaranya. Cairan pleura normal akan
mengalami siklus dari kaliper di dalam pleura parietalis ke ruang pleura kemudian
diserap kembali melalui pleura viseralis (Harjanto dkk., 2018).
Dalam keadaan normal, tidak ada rongga kosong antara kedua pleura, karena
biasanya terdapat 10-20 cc cairan berupa lapisan tipis serurosa yang bergerak
teratur. Jika terdapat kelebihan cairan maka akan dipompa keluar oleh pembuluh
limfatik dari rongga pleura ke mediastinum. Cairan diproduksi oleh pleura
parietalis dan di absorbsi viseralis. (Guyton dan Hall, 1997 dalam Muttaqin, 2012
2.3 Epidemiologi
Kasus efusi Pleura di Amerika Serikat diperkirakan mencapai sekitar 1,5 2
kasus tiap tahunnya. Prevalensi Efusi Pleura diperkirakan sekitar 320 kasus dari
100.000 penduduk di Negara industry. Kasus Efusi Pleura banyak didapatkan
pada kasus keganasan maupun infeksi system pernapasan seperti TBC
(Tuberculosis). Kasus Efusi Pleura dilaporkan sebagai manifestasi awal yang
disebabkan oleh asbestosis yang merupakan suatu penyakit saluran pernapasan
yang terjadi akibat menghirup serat-serat asbes yang dapat menyebabkan
terbentuknya jaringan parut yang luas pada paru-paru. Kasus Efusi Pleura juga
dapat disebabkan oleh terjadinya silikosis dan siderosis. Silikosis adalah penyakit
yang disebabkan oleh penghirupan debu silika kristalin yang dapat diidentifikasi
dari peradangan dan lesi nodular pada lobus atas paru- paru. Sedangkan siderosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh terhirupnya debu besi dalam waktu yang
lama sehingga debu besi mengendap di paru-paru. Silicosis dan siderosis
merupakan penyakit pneumoconiosis. Pneumoconiosis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh akumulasi debu di dalam paru-paru sehingga terjadi reaksi terjadi
reaksi jaringan terhadap mineral yang masuk dan dapat menyebabkanreaksi utama
berupa fibrosis paru. WHO (1999) menyebutkan terdapat 1,1 juta kematian yang
terjadi akibat penyakit yang terjadi pada para pekerja di seluruh dunia, dan 5%
dari angka kematian tersebut disebabkan oleh pneumoconiosis
2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya efusi pleura menurut ( Guyton dan Hall, 1977 dalam
Muttaqin, 2012) adalah :
c) Terjadinya proses infeksi pada permukaan pleura dari rongga pleura yang
dapat menyebabkan membrane kapiler pecah dan memungkinkan pengaliran
protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk efusi pleura di bagi menjadi
(Muttaqin, 2012) :
1. Transudat
2. Eksudat
purulen, hemoragik
Bekuan - -/+
metosel)
Bakteri - -/+
2.5 Patofisiologi
Dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura viseralis dan parietalis dan dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik
elastis. Sebagian cairan akan diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura
viseralis dan sebagian kecil lainnya berkisar antara (10-20%) akan mengalir dalam
pembuluh limfe sehingga posisi cairan disini mencapai 1 L sehari.
Terkumpulnya cairan yang memenuhi dalam rongga pleura disebut dengan
efusi pleura, terjadi bila keseimbangan antar produksi dan abrsorbsi terganggu
misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik,
peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Kejadiannya efusi dapat bedakan
menjadi transudat dan eksudat pleura. Transudat sendiri biasanya terjadi pada
gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik dan
sirosis hepatik karena tekanan osmotik koloid yang menurun dan disebabkan oleh
keganasan atau karena infeksi. Cairan yang keluar langsung dari kapiler sehingga
kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini mengandung banyak sel
darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil
sehingga berat jenisnya rendah (Smeltzr & Bare, 2012. Hal. 199).
2.6 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu (Puspita dkk., 2017) :
1. Sesak napas
6. Pembengkakan ekstremitas,
9. Perkusi tumpul
Gambar (a) Efusi pleura kiri pada foto toraks tampak dari postero anterior dan
lateral (b). Meniscus sign dapat terlihat dari kedua posisi tersebut. (Roberts JR et
al, 2014)
2.7.1 Ultrasonorgafi dada.
2.7 Pathway
Efusi Pleura
Penurunan
Demam Aspirasi Cairan
Ekspansi Paru
Pleura Melalui Jarum
Gangguan
Pertukaran Gas
Kelemahan Intoleransi
Aktivitas
BAB. 2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
a. Identitas klien
3) Status perkawinan
4) Pendidikan
1) Diagnosa medik
2) Keluhan Utama
Berisi tentang pola makan klien, berat badan, intake dan output
makanan makanan. Pada klien dengan efusi pleura biasanya
mengalami penurunan nafsu makan dikarenakan sesak napas
dan penekanan struktur abdomen
3) Pola Eliminasi
d. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum
Pada klien gastroenteritis, klien akan merasa kesakitan karena
adanya penekanan tekanan, tampak pucat karena
ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya karena
adanya mual.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pada klien dengan gastroenteritisjuga sama dengan klien
lainnya pemeriksaan TTV meliputi pemeriksaan nadi, tekanan
darah, pola pernapasan, dan suhu tubuh.
3) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan
kulit kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : teliti adanya edema periorbita, eksoftalmus
(mata menonjol),anemis (+), kesulitan memfokuskan
mata, dan hilangnya alis mata.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba benjolan
abnormal pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal
d) Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, tidak terdapat karang
gigi, dan lidah klien bersih.
Palpasi : tidak ada masalah.
e) Leher
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Puspita, I., Soleha, T. U., dan Berta, G. 2017. Penyebab Efusi Pleura di Kota
Metro pada Tahun 2015. JagromedUnila. 4(1).