LANDASAN TEORI
pada balok akan terjadi deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan
retak lentur disepanjang bentang balok. Bila beban semakin bertambah, pada
akhirnya terjadi keruntuhan elemen struktur. Tarap pembebanan yang demikian
disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur.
13
3.4. Perhitungan Momen Retak
fr 4
Mcr = ?— (3.19)
Y,
ifc), sehingga akan berpengaruh pula terhadap nilai modulus retak beton yang
geometri atau kinematika dari sebuah elemen balok. Kinematika dasar yang
A' D'
lim A0 _ d9_ _ 1
.(3.20)
As -> 0 As ds p
karena sifat beban tidak di perhitungkan, maka hubungan ini digunakan untuk
masalah-masalah elastis maupun tidak.
2
dx
<P = .(3.23)
1+ (dy)2
\dx)
karena kemiringan dy/dx dari kurva elastis adalah sangat kecil, maka
(±)2
ydX ;
d2y
<P .(3.24)
dx2
Dari persamaan diatas tampak bahwa kelengkungan adalah turunan kedua dari
defleksi. Dari pengujian kuat lentur didapat defleksi pada titik-titik diskrit, yaitu
Yi, Yj+i, Y,-i, dengan jarak sama sebesar Ax. Pendekatan kemiringan
^
L/3 L/3 L/3
(a)
Ym
(b)
dx Av
21
yi+i - 2 y, + yi.
<P .(3.27)
Ax'
M=1/6PL2 (328)
Sehingga dapat disimpulkan besar EIdengan rumus :
EI = M<P (3.29)
M^EI/cp (3 32)
M=EI(fy/dx2 (3.33)
Hubungan Momen (M) dan Kelengkungan (<p) ditunjukkan pada Gambar 3.6
(Roufaiel dan meyer, 1983) dalam buku Dipasquale.
Kenyataan
1.Kelengkungan balok
(l-k)d
(a) (b)
Gambar 3.7 Kelengkungan balok
menggunakan notasi seperti pada Gambar 3.7 maka rotasi diantara ujung-ujung
dari elemen diberikan oleh :
23
dx £cdx £sdx
R kd d(l-k) (332)
1
.(3.33)
R kd d(l~k)
dengan —
R =Y
m
£c fs £c + £>i
9=TT ' W^W "-^T^ (134)
dengan : cp = kelengkungan
£c = regangan beton
ss = regangan baja
EI = MR = — /3.37)
24
bertulangan sedikit menghasilkan sebuah kurva linear M-cp diatas titik leleh baja.
Ketika baja leleh, peningkatan yang besar terjadi didalam kelengkungan pada
momen hampir konstan.
My=Asfyjd (337)
A:
n^^TT) (3-38)
25
jd = lengan dari titik berat dari baja tekan dan beton ketitik
berat
tulangan tarik.
Dengan asumsi bahwa modulus elastis beton untuk beton pasca bakar
sama dengan nilai modulus elastis beton sebagai berikut:
Ec =4700^ (3.39)
maka akibat kebakaran, nilai kuat tekan beton (£') akan menurun. Penurunan kuat
3.38 diperoleh nilai kelengkungan leleh pertama cp„ yang semakin besar.
Kelengkungan ultimit dan momen dan penampang bertulangan rangkap
(lihat Gambar3.7) dicari dengan Persamaan :
A-fy-A<s.f,
a
0,S5.ffb (3.40)
.W
a
Mu= 0,85.x' ab d + As'fy(d-d') (3.41)
•J)
<P»
a
(3.42)
Regangan baja tekan yang ditunjukkan pada Gambar 3.7 dicari dengan
persamaan :
e:=£„
fc-d', \ f ^,d'^
= £, .(3.43)
v c ; V V J)
\-frd
( 0,85/;6 ^
•(3.44)
E
27
Jika Persamaan 3.44 kurang sesuai, baja tekan tidak leleh maka nilai nyata dan
tegangan baja dicari dengan Persamaan :
dengan
^•f-A'sf\
a -
0,85,/ci> .(3.46)
Ukuran dari meningkatnya momen lentur setelah leleh dikenal MwMy. Rasio
ini ditentukan dari Persamaan 3.37 dan 3.41. Rasio cp/cp^ dapat ditulis seperti:
<I>„ _ ec d(\-k)
Oy f/E/ a/ft .(3.48)
i
0.85/?,.£;,€c,/y
i ^
ff <A'\
p'd' \
\ + (p- px)n-[{p + p2)n2 +2 P + n (3.49)
fy2(P-pl) W J J
Jika baja tekan belum leleh maka faktor kelengkungan dicari dengan Persamaan
28
i A
(f
l+( p- p{)n~( p+ p2)r?+2 f ffd1^ n
P +
fp\E^ W v d jj
(3.50)
f, 2\ A
W^K-Pfj
+
p-^Esfrd ^5 E. ~_fy
\\
0,85fcd VJfe
Mengacu pada Persamaan 3.38 dan 3.42 serta 3.49 dan 3.50 perubahan
material yang berupa penurunan/' berpengaruh terhadap kenaikan nilai cp>; dan
penurunan <p„ menyebabkan penurunan rasio faktor daktilitas kelengkungan beton.
M M M
Cpy q>u
3.7. Hipotesa