Anis Widya - 2117041055 - Makalah Vaksin-1
Anis Widya - 2117041055 - Makalah Vaksin-1
Dosen Pengampu :
Drs. Syafriadi, M.Si.
Disusun Oleh :
Anis Widya
(2117041055)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.0 Latar Belakang...................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.0 Definisi Vaksin...................................................................................................3
2.1 Sejarah Vaksin...................................................................................................3
2.2 Cara Kerja Vaksin..............................................................................................4
2.3 Manfaat Penggunaan Vaksin..............................................................................5
2.4 Definisi Covid-19...............................................................................................5
2.5 Pravelensi Covid – 19 Di Indonesia...................................................................6
2.6 Penggunaan Vaksin di Pandemi COVID-19.......................................................6
2.7 Jenis Vaksin Covid – 19.....................................................................................8
BAB III............................................................................................................................10
DATA DAN PEMBAHASAN.........................................................................................10
3.0 Data Pengamatan..............................................................................................10
3.1 Pembahasan......................................................................................................10
BAB IV............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
4.0 Kesimpulan......................................................................................................14
4.1 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
menyetujui dengan adanya vaksin ini dan sebagian lainnya masih belum
mempercayai keamanan dan kegunaan dari vaksin ini.
“Sementara itu, hasil survei juga menunjukkan adanya kelompok yang ragu
dan sebagian kecil yang menolak. Dari tujuh persen responden yang
menolak, menyebutkan faktor keamanan, efektivitas, serta kehalalan vaksin
sebagai faktor pertimbangan mereka.”
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan penulis, maka penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vaksin merupakan suatu produk biologi yang berisi antigen yang apabila
diberikan pada seseorang maka dapat menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap suatu penyakit tertentu (Kemenkes, 2020). Pemberian vaksin biasanya
dilakukan untuk mencegah maupun mengurangi pengaruh infeksi akibat patogen
tertentu. Patogen atau mikroorganisme parasit merupakan agen biologis yang
menyebabkan penyakit pada inangnya (Levinson, 2008).
3
produk kesehatan buatan yang bertujuan untuk menguatkan sel imun tubuh untuk
mengantisipasi apabila terdapat infeksi di masa mendatang.
Menurut (WHO, 2021c) Konsep dasar mengenai vaksin telah ada sejak 2000
tahun yang lalu di Tiongkok dan India, yakni inokulasi bahan yang didapat penderita
cacar yang diberikan kepada orang sehat. Namun, vaksin di dunia modern pertama
kali ditemukan oleh Edward Jenner, seorang dokter asal Inggris. Jenner menemukan
fakta bahwa seseorang yang meminum susu dari sapi yang terinfeksi cacar relatif
kebal terhadap penyakit cacar. Hal ini membuat Jenner terpikirkan untuk mengambil
eksudat dan sekresi dari sapi yang terinfeksi cacar lalu dimasukkan ke dalam tubuh
seorang anak laki-laki bernama James Phipps pada 14 Mei 1796. Hasil percobaan
Jenner tersebut sukses membuat Phipps tidak terinfeksi penyakit cacar lagi di masa
mendatang. Lalu, pada abad ke-19, Louis Pasteur mengembangkan penemuan Jenner
lewat pengembangan vaksin rabies. Hingga akhirnya pada abad yang sama undang-
undang vaksinasi wajib mulai disahkan di Inggris (Mandal, 2012).
WHO (2021c) menyatakan bahwa tujuan utama semua jenis vaksin adalah
untuk merangsang sistem kekebalan tubuh dan untuk membuat antibodi pada tubuh
yang bertahan cukup lama kemudian untuk melawan antigen dari patogen spesifik
yang masuk kedalam tubuh orang tersebut. Dengan kata lain, vaksin berperan dalam
melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan memerangi patogen. Ketika
4
vaksin yang berisi antigen yang telah dilemahkan dimasukkan ke dalam tubuh, maka
sistem kekebalan tubuh tersebut akan mendeteksinya sebagai antigen berbahaya,
meskipun antigen dalam vaksin sudah didesain untuk tidak menimbulkan penyakit.
Dalam hal ini sistem kekebalan tubuh akan memproduksi antibodi dan akan
mengingatnya apabila antigen tersebut menyerang lagi di kemudian hari. Apabila
seseorang di kemudian hari terinfeksi oleh antigen tersebut, maka sistem kekebalan
tubuh mampu mengenali antigen secara lebih efektif, sehingga mampu melakukan
penyerangan terhadap antigen secara lebih agresif dan destruktif untuk mencegah
antigen menyebar dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.
Oleh karena itu tercapainya herd immunity ini dapat membantu dalam
menangani dan menghentikan penyakit yang telah menginfeksi orang dalam jumlah
banyak dalam suatu komunitas atau dalam kata lain disebut sebagai wabah.
5
2.4 Definisi Covid-19
Oleh karena itu, kelelawar dikatakan menjadi reservoir utama yang paling
mungkin. Sumber perantara asal dan proses transfer virus ini ke manusia belum
diketahui, tetapi penyebaran virus dari manusia ke manusia yang sangat cepat telah
dikonfirmasi secara luas (Shereen dkk., 2020).
Hal inilah yang menyebabkan banyak pasien COVID-19 dengan gejala parah
merupakan orang-orang yang memiliki penyakit penyerta.
6
sehingga diperoleh prevalensi COVID-19 di Indonesia adalah 0,006 atau 6 per 1000
penduduk. Perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia dinilai sejalan dengan
tingkat dunia di mana penurunan kasus positifnya kira-kira 17% dan penurunan
kematiannya 10% (Satgas COVID-19, 2021b).
Seperti vaksin lainnya, vaksin COVID-19 dapat melindungi tubuh dari penyakit
yang disebabkan oleh COVID-19 dengan cara menstimulasi imunitas spesifik tubuh
dengan pemberian vaksin tersebut (Kemenkes, 2021). Oleh karena itu, vaksin
merupakan senjata utama yang digunakan dalam menghentikan laju suatu wabah,
khususnya kini pada pandemi COVID-19.Indonesia sendiri melakukan langkah
antisipasi yang ketat pencegah COVID-19 dalam bentuk program vaksinasi. Vaksin
diedarkan secara berkala dan sesuai dengan tingkat risiko pekerjaan atau usia yang
mudah terpapar virus COVID-19. Pada gelombang satu periode Januari – April 2021
pemerintah mewacanakan distribusi vaksin tertuju kepada tenaga kesehatan, petugas
pelayanan publik, dan masyarakat lanjut usia.
Tak berhenti sampai disana, pada gelombang dua periode April 2021 –
Maret 2022, giliran masyarakat rentan yang tinggal di daerah mudah tertular dan
masyarakat lainnya yang mendapat vaksinasi COVID-19 (Iskandar et al., 2021).
Menurunkan angka kematian akibat COVID-19, mencapai imunisasi kelompok
untuk melindungi masyarakat, melindungi dan memperkuat seluruh sistem
kesehatan, serta menjaga produktivitas untuk meminimalkan dampak sosial dan
ekonomi merupakan tujuan dari program vaksinasi COVID-19 yang dilakukan
pemerintah (Satgas COVID-19, 2021c).
7
Upaya mewujudkan keamanan wilayah distribusi vaksin dilakukan dengan
menerapkan sistem informasi dan proses distribusi vaksin yang terintegrasi
melalui TNI/Polri, dengan penyediaan fasilitas cold chain yang memadai sesuai
standarisasi WHO. Selanjutnya, upaya dalam area ketersediaan vaksin dilakukan
dengan cara diplomasi ketersediaan vaksin (sesuai kerangka kerjasama bilateral
dan multilateral) dan pengadaan vaksin serta logistik sesuai amanah Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020.
Selain itu, dalam pelayanan vaksinasi yang baik agar ketersediaan vaksin
dapat dimanfaatkan secara maksimal, perlu diperhatikan penyediaan sumber daya
manusia yang kompeten dan memadai, penyediaan sistem informasi untuk proses
registrasi, pencatatan dan pelaporan, serta penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu melakukan vaksinasi.
Vaksin yang diproduksi secara massal telah melalui proses yang panjang
dan harus memenuhi syarat utama yaitu aman, efektif, stabil, dan efisien dari segi
biaya. Melalui beberapa tahap uji klinis yang benar dan sesuai terhadap prinsip
dan standar ilmiah serta kesehatan, keamanan vaksin dapat dipastikan. Intinya,
pemerintah tidak terburu-buru melaksanakan vaksinasi dan terus mengedepankan
keamanan, manfaat, atau khasiat vaksin.
8
AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer-BioNTech, dan Novavax (Kemenkes,
2021).
Jenis vaksin yang memiliki potensi dan disetujui untuk melewati tahap uji
coba meliputi: (1) virus yang diinaktivasi atau dilemahkan, jenis yang tidak
memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit, tetapi dapat memicu respon
imun yang bersifat protektif (CoVaxin & Sinovac Biotech); (2) protein-based,
mengandung fragmen virus yang tidak berbahaya, seperti protein spike atau
cangkang protein yang menyerupai COVID-19 (Epivac Corona Vaccine); (3)
9
Vaksin yang diresmikan di Amerika Serikat, yaitu Pfizer/BioNTech Vaccine
Trial/BNT162b2, melibatkan 44.000 orang dan terbukti efektif hingga 95%.
Selain itu, vaksin lainnya yang juga diresmikan di Amerika Serikat, seperti
Moderna Vaccine Trial/mRNA 1273 memiliki efektivitas hingga 94% dan
Johnson & Johnson/Janssen memiliki efektivitas hingga 66% secara keseluruhan.
Vaksin yang diresmikan di Inggris, seperti AstraZeneca/Oxford Vaccine Trial
memiliki efektivitas hingga 70% dengan penggunaan dosis penuh dan 90%
dengan penggunaan dosis yang lebih rendah (Shmerling, 2021).
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
Dari data pengamatan diperoleh bahwa covid-19 meningkat secara cepat baik di
dunia maupun di Indonesia dan infeksinya sudah menyebar ke 34 provinsi di
Indonesia. Pada tanggan 31 desember 2020 diperoleh data pasien covid sebesar
743.198 terkonfirmasi (+ 8.074 kasus), kemudian 109.963 dirawat ( 14.796 % dari
terkonfirmasi ), dan 22.138 meninggal ( 2.979 % dari terkonfirmasi ), serta 611.097
sembuh ( 82.228 % dari terkonfirmasi ).
10
Berdasarkan data nasional Satgas covid-19 (2021) pada tanggal 23 April 2021,
tercatat 1.651.794 kasus terkonfirmasi, 1.506.599 kasus sembuh, dan 100.256 kasus
aktif covid-19. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2021 adalah 271.349.889
jiwa, sehingga diperoleh prevalensi covid-19 di Indonesia adalah 0,006 atau 6 per
1000 penduduk. Perkembangan penanganan covid-19 di Indonesia dinilai sejalan
dengan tingkat dunia di mana penurunan kasus positifnya kira-kira 17% dan
penurunan kematiannya 10% .
3.1 Pembahasan
Coronavirus Disease 2019 atau yang sering biasa disebut Covid-19 merupakan
sebuah pandemi yang tak pelak usai hingga saat ini wabah ini sudah mengakibatkan
sejumlah perbuahan besar dalam berbagai sektor salah diantaranya yaitu sektor
ekonomi. Kasus kematian Covid-19 kian hari kian meningkat.
11
dalam Keputuisan Presiden No.12 Tahun 2020 tentang Pentapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID19) sebagai Bencana Nasional.
Tetapi program pemerintah terkait dengan vaksinasi ini menuai pro dan kontra,
bahwasannya setiap orang yang menolak vaksinasi akan dikenakan sanksi
adminstrasi bahkan sanksi pidana. Adapun regulasi yang sudah dikeluarkan oleh
pemerintah terkait dengan sanksi yang diberikan bagi seseorang yang menolak
vaksinasi yaitu dalam Keputusan Presiden No.14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19).
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 13A ayat (4) sanksi yang diberikan bagi
setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin Covid-19 yang
tidak mengikuti Vaksinasi Covid-19 sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dikenakan
sanksi administratif berupa penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial
atau bantuan sosial, penundaan atau penghentian pemberian administrasi
pemerintahan dan denda. Hal ini tentu bertentangan dengan konstitusi terkait hak
warga negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 28H ayat (3) yang berbunyi
“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yahng bermartabat”
12
penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan” Pasal 93 UU Kekarantinaan Kesehatan
menyebutkan, “Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan/atau menghalang-
halangi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan, sehingga menyebabkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah)”.
Pemerintah tidak dapat memaksakan kehendak rakyat karena sejauh ini rakyat
juga sudah menerima sebagaian besar apa yang sudah menjadi ketetapan seperti
halnya PSBB dimaan masyarakat banyak yang kehilangan mata pencahariannya dan
13
lain sebagainya. Kemudian muncul produk hukum yang mana seseorang yang
menolak pemberian vaksinaksi akan dikenakan sanksi adminsitrasi dan sanksi
pidana.
Maka dari itu perspektif dalam pemberian vaksinasi Covid-19 hendaknya bersifat
sukarela dan tidak adanya paksaan serta sanksi yang dapat menimbulkan hilangnya
hak warganegara. sebagaimana WHO mengatakan bahwa sebenarnya vaksinasi tidak
diwajibkan untuk seluruh populasi, bahkan Amerika Serikat dan Perancis pun tidak
mewajibkan program vaksinasi Covid-19 ini. Tetapi mungkin untuk mencapai
kesejahteraan bersama terutama dalam menjaga imun tubuh agar kekebalan tubuh
meningkat maka diperlukan vaksinasi pada masyarakat untuk mencegah terjadinya
penyebaran Covid-19.
14
BAB IV
PENUTUP
4.0 Kesimpulan
4.1 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari judul makalah ini adalah memulai pola
hidup baru yang lebih baik dan lebih sehat lagi. Serta selalu menjaga lingkungan
sekitar dan patuhi protocol Kesehatan agar kita dapat terbebas dari segala virus juga
memulai segalanya dari awal, menjadi lebih peduli, lebih serius menangani dan
menanggapi hal-hal kecil atau sepele, jangan pernah meremehkan informasi dan
berita yang beredar. Tetap waspada, jaga diri sendiri, ikuti protokol kesehatan, ikuti
saran dan prasarana di situasi dan kondisi pandemic virus corona ini. Tetap lakukan
15
kegiatan sehari-hari namun tetap hati-hati dan untuk kedepannya semoga masyarakat
bisa beradaptasi dengan apa yang terjadi sekarang dan di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Bahl, S., Bhatnagar, P., Sutter, R. W., Roesel, S., dan Zaffran, M. 2018. Global polio
eradication – way ahead. Indian Journal of Pediatrics, 85(2), 124–131. DOI:
10.1007/s12098-017-2586-8.
Bandyopadhyay, A. S., Garon, J., Seib, K., dan Orenstein, W. A. 2015. Polio vaccination:
past, present and future. Future Microbiology, 10(50), 791–808. DOI:
10.2217/fmb.15.19.
Calain, P., Chaine, J. P., Johnson, E., Hawley, M. Lou, O’Leary, M. J., Oshitani, H., dan
Chaignat, C. L. 2004. Can oral cholera vaccination play a role in controlling
a cholera outbreak. Vaccine, 22(19), 2444–2451. DOI:
10.1016/j.vaccine.2003.11.070.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2021a. Allergic Reactions Including
Anaphylaxis After Receipt of the First Dose of Pfizer-BioNTech COVID-19
Vaccine. MMWR Morb Mortal Wkly Rep, 70(2), 46–51. DOI:
10.15585/mmwr.mm7002e1.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2021b. Benefits of Getting a COVID-
19 Vaccine. [Daring] Centers for Disease Control and Prevention. Tersedia
pada: www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/vaccine-benefits.html
(Diakses 3 November 2021).
Clemens, J. D., Nair, G. B., Ahmed, T., Qadri, F., dan Holmgren, J. 2017. Cholera. The
Lancet, 390 (10101), 1539–1549. DOI: 10.1016/S0140-6736(17)30559-7.
16
Hadinegoro, S. R. S. Sari Pediatri 2016. Kejadian ikutan pasca imunisasi 2(1), 2-10. e-
ISSN: 2338-5030.
Iskandar, H., Nugroho, R., Laudder, M., dan Matulessy, A. 2021. Pengendalian COVID-
19 Dengan 3M, 3T, Vaksinasi, Disiplin, Kompak, dan Konsisten: Buku 1.
Jakarta: Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
Jones, J. S. 1997. Eradicating polio. South African Medical Journal, 87(8), 1038. PMID:
9323424.
Melief, C. J. M., van Hall, T., Arens, R., Ossendorp, F., dan van der Burg, S. H. 2015.
Therapeutic cancer vaccines. JCI The Journal of Clinical Investigation,
125(9), 3401-3412. DOI: 10.1172/JCI80009.
Ong, E., Wong, M. U., Huffman, A., dan He, Y. 2020. COVID-19 coronavirus vaccine
design using reverse vaccinology and machine learning. Frontiers in
Immunology, 11, 1581. DOI: 10.3389/fimmu.2020.01581.
Orenstein, W. A., Papania, M. J., dan Wharton, M. E. 2004. Measles elimination in the
United States. The Journal of Infectious Diseases, 189, 1-3. DOI:
10.1086/377693.
17
18