Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

VAKSINASI SEBAGAI SOLUSI PENYELESAIAN


PANDEMI COVID-19

“ Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sains Dasar “

Dosen Pengampu :
Drs. Syafriadi, M.Si.

Disusun Oleh :

Anis Widya
(2117041055)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021/2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.0 Latar Belakang...................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
2.0 Definisi Vaksin...................................................................................................3
2.1 Sejarah Vaksin...................................................................................................3
2.2 Cara Kerja Vaksin..............................................................................................4
2.3 Manfaat Penggunaan Vaksin..............................................................................5
2.4 Definisi Covid-19...............................................................................................5
2.5 Pravelensi Covid – 19 Di Indonesia...................................................................6
2.6 Penggunaan Vaksin di Pandemi COVID-19.......................................................6
2.7 Jenis Vaksin Covid – 19.....................................................................................8
BAB III............................................................................................................................10
DATA DAN PEMBAHASAN.........................................................................................10
3.0 Data Pengamatan..............................................................................................10
3.1 Pembahasan......................................................................................................10
BAB IV............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
4.0 Kesimpulan......................................................................................................14
4.1 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.0 Latar Belakang

Covid-19 merupakan salah satu virus menular yang pertama kali


dilaporkan dan diketahui di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada 31
Desember 2019. Penyebaran virus ini telah berada pada level global, dengan
Thailand sebagai negara pertama di luar China yang melaporkan adanya virus
ini di negara tersebut tepatnya pada 13 Januari 2020.

Seiring berjalannya waktu, kasus Covid-19  ini mulai menyebar di


wilayah Indonesia, dengan kasus pertama yang berada di wilayah Depok,
Jawa Barat. Pada kasus pertama ini, dua orang Warga Negara Indonesia yang
telah berinteraksi dengan Warga Negara Jepang dinyatakan positif Covid-19.
Pada 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa kasus ini telah
memasuki wilayah Indonesia dengan ditemukannya kasus Covid-19 pertama
ini. Sampai saat ini, jumlah kasus Covid-19  di Indonesia terus meningkat
dengan total kasus sebanyak 1.604.348 orang berdasarkan berita terbaru.

Dengan meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia, maka


pemerintah memutuskan atau mengambil langkah kebijakan untuk membeli
vaksin yang berasal dari beberapa produsen dengan merk vaksin yang
berbeda, seperti Sinovac, Novavax, COVAX/GAVI, AstraZeneca, dan
Pfizer/BioNTech. Dengan masuknya vaksin-vaksin tersebut ke Indonesia,
maka pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa masyarakat Indonesia wajib
divaksinasi Covid-19. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka pemerintah
bekerja sama dengan beberapa pihak dalam pendistribusian dan pemberian
vaksin kepada masyarakat umum. Namun, dengan adanya kebijakan ini
menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Sebagian masyarakat

1
menyetujui dengan adanya vaksin ini dan sebagian lainnya masih belum
mempercayai keamanan dan kegunaan dari vaksin ini.
“Sementara itu, hasil survei juga menunjukkan adanya kelompok yang ragu
dan sebagian kecil yang menolak. Dari tujuh persen responden yang
menolak, menyebutkan faktor keamanan, efektivitas, serta kehalalan vaksin
sebagai faktor pertimbangan mereka.”

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan penulis, maka penulis membuat
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa itu Vaksin?


2. Bagaimanakah sejarah Vaksin di Indonesia?
3. Bagaimanakah cara kerja Vaksin?
4. Apa saja manfaat dari penggunaan Vaksin?
5. Apa definisi dari Covid-19?
6. Bagaimana Data dari Prevelensi Covid-19 di Indonesia?
7. Bagaimana penggunaan Vaksin di Pandemi Covid-19?
8. Apa saja jenis Vaksin Covid-19?

1.2 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disampaikan penulis, maka diperoleh


tujuan sebagai beriku :

1. Untuk mengetahui apa itu Vaksin


2. Untuk Mengetahui sejarah Vaksin di Indonesia
3. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja Vaksin
4. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari penggunaan vaksin
5. Untuk mengetahui apa definisi dari Covid-19
6. Untuk mengetahui data dari prevelensi Covid-19 di Indonesia
7. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan Vaksin di masa Pandemi Covid-19
8. Untuk mengetahui apa saja jenis Vaksin Covid-19

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.0 Definisi Vaksin

Vaksin merupakan suatu produk biologi yang berisi antigen yang apabila
diberikan pada seseorang maka dapat menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap suatu penyakit tertentu (Kemenkes, 2020). Pemberian vaksin biasanya
dilakukan untuk mencegah maupun mengurangi pengaruh infeksi akibat patogen
tertentu. Patogen atau mikroorganisme parasit merupakan agen biologis yang
menyebabkan penyakit pada inangnya (Levinson, 2008).

Vaksin dapat bersifat profilaksis, yakni mencegah ataupun memperbaiki efek


infeksi yang dapat terjadi di masa depan oleh patogen alami maupun liar serta
bersifat terapeutik, yang digunakan dalam membantu pengobatan seperti vaksin
terhadap kanker (Melief, dkk. 2015).

Terdapat beberapa jenis vaksin, seperti vaksin hidup yang dilemahkan


(mengandung patogen hidup yang dilemahkan yang cukup memicu respon imun,
tetapi tidak mampu menyebabkan penyakit), vaksin inaktif (mengandung patogen
tidak aktif, sehingga tidak dapat mereplikasi diri di dalam tubuh inang), vaksin
toksoid (mengandung toksin yang sudah dinonaktifkan), vaksin subunit
(mengandung antigen murni daripada mengandung seluruh patogen), dan vaksin
konjugat (mengandung protein yang digunakan untuk membawa antigen berbasis
polisakarida) (WHO, 2021c). Singkatnya, vaksin dapat diartikan sebagai suatu

3
produk kesehatan buatan yang bertujuan untuk menguatkan sel imun tubuh untuk
mengantisipasi apabila terdapat infeksi di masa mendatang.

2.1 Sejarah Vaksin

Menurut (WHO, 2021c) Konsep dasar mengenai vaksin telah ada sejak 2000
tahun yang lalu di Tiongkok dan India, yakni inokulasi bahan yang didapat penderita
cacar yang diberikan kepada orang sehat. Namun, vaksin di dunia modern pertama
kali ditemukan oleh Edward Jenner, seorang dokter asal Inggris. Jenner menemukan
fakta bahwa seseorang yang meminum susu dari sapi yang terinfeksi cacar relatif
kebal terhadap penyakit cacar. Hal ini membuat Jenner terpikirkan untuk mengambil
eksudat dan sekresi dari sapi yang terinfeksi cacar lalu dimasukkan ke dalam tubuh
seorang anak laki-laki bernama James Phipps pada 14 Mei 1796. Hasil percobaan
Jenner tersebut sukses membuat Phipps tidak terinfeksi penyakit cacar lagi di masa
mendatang. Lalu, pada abad ke-19, Louis Pasteur mengembangkan penemuan Jenner
lewat pengembangan vaksin rabies. Hingga akhirnya pada abad yang sama undang-
undang vaksinasi wajib mulai disahkan di Inggris (Mandal, 2012).

Puncak keberhasilan penggunaan vaksin adalah pada tahun 1980, di mana


program vaksinasi cacar yang dijalankan oleh WHO berbuah manis dengan
membuahkan hasil berupa dunia yang dinyatakan bebas dari penyakit cacar. Hal ini
tentu saja menjadi suatu tonggak sejarah awal kemenangan gemilang umat manusia
dalam melawan penyakit berbahaya lewat penggunaan vaksin (WHO, 2021c).
Perjalanan panjang disertai keberhasilan vaksin selama ini telah menjadi bukti nyata
bahwa vaksin sangat berperan besar dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat
secara global.

2.2 Cara Kerja Vaksin

WHO (2021c) menyatakan bahwa tujuan utama semua jenis vaksin adalah
untuk merangsang sistem kekebalan tubuh dan untuk membuat antibodi pada tubuh
yang bertahan cukup lama kemudian untuk melawan antigen dari patogen spesifik
yang masuk kedalam tubuh orang tersebut. Dengan kata lain, vaksin berperan dalam
melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan memerangi patogen. Ketika

4
vaksin yang berisi antigen yang telah dilemahkan dimasukkan ke dalam tubuh, maka
sistem kekebalan tubuh tersebut akan mendeteksinya sebagai antigen berbahaya,
meskipun antigen dalam vaksin sudah didesain untuk tidak menimbulkan penyakit.

Dalam hal ini sistem kekebalan tubuh akan memproduksi antibodi dan akan
mengingatnya apabila antigen tersebut menyerang lagi di kemudian hari. Apabila
seseorang di kemudian hari terinfeksi oleh antigen tersebut, maka sistem kekebalan
tubuh mampu mengenali antigen secara lebih efektif, sehingga mampu melakukan
penyerangan terhadap antigen secara lebih agresif dan destruktif untuk mencegah
antigen menyebar dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.

2.3 Manfaat Penggunaan Vaksin


Vaksin dapat dikatakan sebagai salah satu produk peradaban manusia yang
paling gemilang. Selama penggunaannya, vaksin sangat efektif dalam melawan,
memusnahkan dan meminimalisir infeksi penyakit seperti cacar, polio, dan rubella.
Contoh nyata manfaat pemberian vaksin adalah penurunan kasus campak di Amerika
Serikat. Pada tahun 1958, terdapat kurang lebih sekitar 763.094 kasus campak di
Amerika Serikat, dan 552 kasus diantaranya berakhir dengan kehilangan nyawa
(Orenstein, Papania, dan Wharton, 2004).

Setelah pengadaan vaksinasi, kasus campak di Amerika Serikat menurun drastis


menjadi kurang dari 150 kasus per tahun (Redd, dkk. 2008). Selain membentuk
kekebalan pada taraf individu, vaksinasi juga dapat membantu membentuk
kekebalan pada tingkat komunitas (herd immunity). Herd immunity merupakan
suatu kekebalan yang telah tercipta pada tiap individu dalam suatu komunitas, baik
kekebalan tersebut tercipta secara alami maupun buatan lewat vaksinasi. Ketika herd
immunity tercapai, maka patogen tidak akan mendapatkan inang untuk berkembang
biak, sehingga patogen dan penyakit yang disebabkannya akan menghilang dengan
sendirinya (John dan Samuel, 2000).

Oleh karena itu tercapainya herd immunity ini dapat membantu dalam
menangani dan menghentikan penyakit yang telah menginfeksi orang dalam jumlah
banyak dalam suatu komunitas atau dalam kata lain disebut sebagai wabah.

5
2.4 Definisi Covid-19

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan oleh


virus severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Virus ini
pertama kali ditemukan di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok, tetapi sangat mudah
menular dan kini telah menyebar ke seluruh dunia. Analisis genomi mengungkapkan
bahwa SARS-CoV-2 secara filogenetik terkait dengan virus mirip kelelawar severe
acute respiratory syndrome-like atau SARS-like.

Oleh karena itu, kelelawar dikatakan menjadi reservoir utama yang paling
mungkin. Sumber perantara asal dan proses transfer virus ini ke manusia belum
diketahui, tetapi penyebaran virus dari manusia ke manusia yang sangat cepat telah
dikonfirmasi secara luas (Shereen dkk., 2020).

Mayoritas orang yang terinfeksi COVID-19 akan mengalami penyakit


pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus.
Orang tua dan mereka yang memiliki masalah medis seperti penyakit kardiovaskular
(penyakit pada jantung dan pembuluh darah), diabetes, penyakit pernapasan kronis,
dan kanker lebih mungkin untuk mengidap penyakit yang serius setelah terinfeksi
virus ini (WHO, 2021a).

Hal inilah yang menyebabkan banyak pasien COVID-19 dengan gejala parah
merupakan orang-orang yang memiliki penyakit penyerta.

2.5 Pravelensi Covid – 19 Di Indonesia

Prevalensi COVID-19 meningkat secara cepat baik di dunia maupun di


Indonesia dan infeksinya sudah menyebar ke 34 provinsi di Indonesia. Berdasarkan
data nasional Satgas COVID-19 (2021) pada tanggal 23 April 2021, tercatat
1.651.794 kasus terkonfirmasi, 1.506.599 kasus sembuh, dan 100.256 kasus aktif
COVID-19. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2021 adalah 271.349.889 jiwa,

6
sehingga diperoleh prevalensi COVID-19 di Indonesia adalah 0,006 atau 6 per 1000
penduduk. Perkembangan penanganan COVID-19 di Indonesia dinilai sejalan dengan
tingkat dunia di mana penurunan kasus positifnya kira-kira 17% dan penurunan
kematiannya 10% (Satgas COVID-19, 2021b).

2.6 Penggunaan Vaksin di Pandemi COVID-19

Seperti vaksin lainnya, vaksin COVID-19 dapat melindungi tubuh dari penyakit
yang disebabkan oleh COVID-19 dengan cara menstimulasi imunitas spesifik tubuh
dengan pemberian vaksin tersebut (Kemenkes, 2021). Oleh karena itu, vaksin
merupakan senjata utama yang digunakan dalam menghentikan laju suatu wabah,
khususnya kini pada pandemi COVID-19.Indonesia sendiri melakukan langkah
antisipasi yang ketat pencegah COVID-19 dalam bentuk program vaksinasi. Vaksin
diedarkan secara berkala dan sesuai dengan tingkat risiko pekerjaan atau usia yang
mudah terpapar virus COVID-19. Pada gelombang satu periode Januari – April 2021
pemerintah mewacanakan distribusi vaksin tertuju kepada tenaga kesehatan, petugas
pelayanan publik, dan masyarakat lanjut usia.

Tak berhenti sampai disana, pada gelombang dua periode April 2021 –
Maret 2022, giliran masyarakat rentan yang tinggal di daerah mudah tertular dan
masyarakat lainnya yang mendapat vaksinasi COVID-19 (Iskandar et al., 2021).
Menurunkan angka kematian akibat COVID-19, mencapai imunisasi kelompok
untuk melindungi masyarakat, melindungi dan memperkuat seluruh sistem
kesehatan, serta menjaga produktivitas untuk meminimalkan dampak sosial dan
ekonomi merupakan tujuan dari program vaksinasi COVID-19 yang dilakukan
pemerintah (Satgas COVID-19, 2021c).

Ada beberapa upaya pemerintah dalam penyebarluasan vaksin COVID-19


terkhususnya di area kualitas dan keamanan vaksin, ketersediaan vaksin, kejadian
lanjutan pasca imunisasi (KIPI), dan komunikasi. Upaya dalam area kualitas dan
keamanan vaksin meliputi adanya uji klinis oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) dan diterbitkannya emergency use authorization (EUA).

7
Upaya mewujudkan keamanan wilayah distribusi vaksin dilakukan dengan
menerapkan sistem informasi dan proses distribusi vaksin yang terintegrasi
melalui TNI/Polri, dengan penyediaan fasilitas cold chain yang memadai sesuai
standarisasi WHO. Selanjutnya, upaya dalam area ketersediaan vaksin dilakukan
dengan cara diplomasi ketersediaan vaksin (sesuai kerangka kerjasama bilateral
dan multilateral) dan pengadaan vaksin serta logistik sesuai amanah Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020.

Selain itu, dalam pelayanan vaksinasi yang baik agar ketersediaan vaksin
dapat dimanfaatkan secara maksimal, perlu diperhatikan penyediaan sumber daya
manusia yang kompeten dan memadai, penyediaan sistem informasi untuk proses
registrasi, pencatatan dan pelaporan, serta penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu melakukan vaksinasi.

Kemudian, pada area kejadian lanjutan pasca imunisasi (KIPI), dilakukan


upaya peningkatan kapasitas SDM (Komnas, Komda dan Focal Point KIPI) di
seluruh daerah dan koordinasi intensif dengan Komnas/Komda PP KIPI. Lalu,
pada area terakhir yaitu komunikasi, upaya yang dapat dilakukan dengan cara
melalui media komunikasi, informasi dan edukasi vaksinasi dan 3M.

(Iskandar, H, Nugroho, R, Laudder, M & Matulessy, A, 2021).

Vaksin yang diproduksi secara massal telah melalui proses yang panjang
dan harus memenuhi syarat utama yaitu aman, efektif, stabil, dan efisien dari segi
biaya. Melalui beberapa tahap uji klinis yang benar dan sesuai terhadap prinsip
dan standar ilmiah serta kesehatan, keamanan vaksin dapat dipastikan. Intinya,
pemerintah tidak terburu-buru melaksanakan vaksinasi dan terus mengedepankan
keamanan, manfaat, atau khasiat vaksin.

Pemerintah saat ini menyediakan vaksin COVID-19 yang sudah terbukti


aman, telah lolos uji klinis, dan sudah mendapatkan emergency use authorization
(EUA) dari BPOM. Hingga saat ini ada beberapa jenis vaksin yang
disebarluaskan dan lulus uji BPOM seperti Sinovac Biotech Ltd, PT. Bio Farma,

8
AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer-BioNTech, dan Novavax (Kemenkes,
2021).

2.7 Jenis Vaksin Covid – 19

Coronavirus adalah virus RNA beruntai positif dengan genomnya dikemas


dalam protein nukleokapsid (N) dan diselimuti oleh protein membran (M),
protein amplop (E), dan protein spike (S). Berbagai studi vaksin coronavirus yang
menargetkan protein struktural telah dilakukan, tetapi upaya ini dihentikan
setelah wabah SARS dan MERS. Kemunculan COVID-19 mendesak penelitian
vaksin coronavirus untuk terus dilanjutkan (Ong dkk., 2020).

Jenis vaksin yang memiliki potensi dan disetujui untuk melewati tahap uji
coba meliputi: (1) virus yang diinaktivasi atau dilemahkan, jenis yang tidak
memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit, tetapi dapat memicu respon
imun yang bersifat protektif (CoVaxin & Sinovac Biotech); (2) protein-based,
mengandung fragmen virus yang tidak berbahaya, seperti protein spike atau
cangkang protein yang menyerupai COVID-19 (Epivac Corona Vaccine); (3)

Vaksin vektor virus, menggunakan carrier virus yang berfungsi untuk


membawa gen yang memproduksi protein virus korona pada inang untuk
menimbulkan respon imun (Gam-Covid-Vac/Sputnik V & AstraZeneca/Oxford
Vaccine Trial); (4) vaksin RNA dan DNA, menggunakan modifikasi gen mRNA
atau DNA untuk menghasilkan protein yang menginduksi sistem imun (Moderna
Vaccine Trial/mRNA 1273 dan Pfizer/BioNTech Vaccine Trial/BNT162b2)
(Shmerling, 2021; Singh, 2021).

Melalui pengamatan dan penelitian yang melibatkan masyarakat sebagai


sukarelawan, dihasilkan data mengenai efektivitas masing-masing jenis vaksin.

9
Vaksin yang diresmikan di Amerika Serikat, yaitu Pfizer/BioNTech Vaccine
Trial/BNT162b2, melibatkan 44.000 orang dan terbukti efektif hingga 95%.
Selain itu, vaksin lainnya yang juga diresmikan di Amerika Serikat, seperti
Moderna Vaccine Trial/mRNA 1273 memiliki efektivitas hingga 94% dan
Johnson & Johnson/Janssen memiliki efektivitas hingga 66% secara keseluruhan.
Vaksin yang diresmikan di Inggris, seperti AstraZeneca/Oxford Vaccine Trial
memiliki efektivitas hingga 70% dengan penggunaan dosis penuh dan 90%
dengan penggunaan dosis yang lebih rendah (Shmerling, 2021).

BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN

3.0 Data Pengamatan

Dari data pengamatan diperoleh bahwa covid-19 meningkat secara cepat baik di
dunia maupun di Indonesia dan infeksinya sudah menyebar ke 34 provinsi di
Indonesia. Pada tanggan 31 desember 2020 diperoleh data pasien covid sebesar
743.198 terkonfirmasi (+ 8.074 kasus), kemudian 109.963 dirawat ( 14.796 % dari
terkonfirmasi ), dan 22.138 meninggal ( 2.979 % dari terkonfirmasi ), serta 611.097
sembuh ( 82.228 % dari terkonfirmasi ).

10
Berdasarkan data nasional Satgas covid-19 (2021) pada tanggal 23 April 2021,
tercatat 1.651.794 kasus terkonfirmasi, 1.506.599 kasus sembuh, dan 100.256 kasus
aktif covid-19. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2021 adalah 271.349.889
jiwa, sehingga diperoleh prevalensi covid-19 di Indonesia adalah 0,006 atau 6 per
1000 penduduk. Perkembangan penanganan covid-19 di Indonesia dinilai sejalan
dengan tingkat dunia di mana penurunan kasus positifnya kira-kira 17% dan
penurunan kematiannya 10% .

3.1 Pembahasan

Coronavirus Disease 2019 atau yang sering biasa disebut Covid-19 merupakan
sebuah pandemi yang tak pelak usai hingga saat ini wabah ini sudah mengakibatkan
sejumlah perbuahan besar dalam berbagai sektor salah diantaranya yaitu sektor
ekonomi. Kasus kematian Covid-19 kian hari kian meningkat.

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 3 April menyebutkan kasus


positif Covid-19 sejumlah 1.821.703 jiwa, sembuh sejumlah 1.669.119 jiwa, dan
meninggal sejumlah 50.578 jiwa. betapa sangat membahayakannya Covid-19 ini.

Namun disamping itu berbagai regulasi sudah diterapkan diantaranya


diberlakukannya Social Distancing untuk segala bentuk kegiatan, Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) sebagaimana terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 2020, Karantina Kesehatan, Bahkan sampai dilakukannya Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sebagiamana terdapat dalam Instruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2021 tentang PPKM Jawa-Bali, serta upaya
pemerintah yang sedang diberlakukan sekarang yaitu program vaksinasi.

Namun dalam program vaksinasi Covid-19 ini memunculkan polemik baru


dimana tak sedikit masyarakat yang menerima dengan begitu saja adanya program
vaksinasi ini. banyak pro kontra untuk program vasinasi Covid-19 yang diberlakukan
pemerintah.

Vaksinasi Covid-19 merupakan salah satu dari sekian banyak program


pemerintah dalam menanggulangi wabah Covid-19 ini. sebagaimana tercantum

11
dalam Keputuisan Presiden No.12 Tahun 2020 tentang Pentapan Bencana Nonalam
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID19) sebagai Bencana Nasional.

Tetapi program pemerintah terkait dengan vaksinasi ini menuai pro dan kontra,
bahwasannya setiap orang yang menolak vaksinasi akan dikenakan sanksi
adminstrasi bahkan sanksi pidana. Adapun regulasi yang sudah dikeluarkan oleh
pemerintah terkait dengan sanksi yang diberikan bagi seseorang yang menolak
vaksinasi yaitu dalam Keputusan Presiden No.14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan
Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19).

Sebagaimana tercantum dalam Pasal 13A ayat (4) sanksi yang diberikan bagi
setiap orang yang telah ditetapkan sebagai sasaran penerima vaksin Covid-19 yang
tidak mengikuti Vaksinasi Covid-19 sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dikenakan
sanksi administratif berupa penundaan atau penghentian pemberian jaminan sosial
atau bantuan sosial, penundaan atau penghentian pemberian administrasi
pemerintahan dan denda. Hal ini tentu bertentangan dengan konstitusi terkait hak
warga negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 28H ayat (3) yang berbunyi
“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yahng bermartabat”

Adapaun produk hukum lainnya yang dikeluarkan pemerintah terkiat dengan


sanksi seseorang yang menolak vaksinasi yaitu terdapat pada Peraturan Daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penanggulangan Corona Virus Disease 2019. Sebagaiamana tercantum dalam Pasal
30 Perda DKI Jakarta seseorang yang menolak Vakasinasi dikenakan Pidana Denda
sebesar 5 Juta Rupiah.

Peraturan daerah ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan. Dalam Pasal 5 ayat (30) yang menyatakan dengan tegas
bahwa setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
pelayanan Kesehatan yang diperlukan dirinya.

Adapun sanksi pidana sebagaiman merujuk pada Pasal 9 Jo Pasal 93 Undang-


Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Pasal 9 ayat (1) UU
Kekarantinaan Kesehatan menyebutkan, “Setiap Orang wajib mematuhi

12
penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan” Pasal 93 UU Kekarantinaan Kesehatan
menyebutkan, “Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan/atau menghalang-
halangi penyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan, sehingga menyebabkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah)”.

Adapun sanksi terhadap seseorang yang menolak vaksinasi terutama sanksi


administrasi menciptakan pemaksaan yang telah melanggar Hak Asasi Manusia.
Yang tercantum pada Pasal 41 ayat (1) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia menyatakan “Setiap warga negara berhak atas jaminan
sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak serta untuk perkembangan pribadinya
secara utuh”

Hal demikian merupakan suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia, memang


vaksinasi merupakan suatu program yang baik guna meningkatkan imun kekebalan
tubuh manusia tetapi marilah kita ketahui bersama kembali bahwa vaksinasi bukan
satu-satunya cara untuk memnghetikan penyebaran Covid-19 melainkan untuk
meningkatkan kekebalan tubuh bukan untuk mematikan virus yang ada didalam
tubuh.

Sebagaimana kita katahui pula Pemerintah telah mengeluarkan  berbagai regulasi


dan produk hukum dalam memerangi pandemi Covid-19 dan Sebagian besar produk
hukum yang ditetapkan menimbulkan sanksi lalu apakah kita sebagai warga negara
tidak mempunyai hak sama sekali dalam hal pelindungan dan kesehatan pribadi.

Dengan adanya sanksi terkait dengan penolakan vaksinasi merupakan suatu


pelanggaran hak karena masih banyak cara yang mana dapat diterima oleh seluruh
masyarakat seperti halnya vaksinasi tersebut diganti dengan pemberian suplemen
dalam bentuk sirup bagi anak-anak dan dalam bentuk kapsul bagi orang dewasa.
Karena tidak semua sama dalam satu hal adakalanya seseorang phobia atau trauma
dengan jarum suntik atau bahkan adanya keraguan dalam vaksinasi tersebut.

Pemerintah tidak dapat memaksakan kehendak rakyat karena sejauh ini rakyat
juga sudah menerima sebagaian besar apa yang sudah menjadi ketetapan seperti
halnya PSBB dimaan masyarakat banyak yang kehilangan mata pencahariannya dan

13
lain sebagainya. Kemudian muncul produk hukum yang mana seseorang yang
menolak pemberian vaksinaksi akan dikenakan sanksi adminsitrasi dan sanksi
pidana.

Maka dari itu perspektif dalam pemberian vaksinasi Covid-19 hendaknya bersifat
sukarela dan tidak adanya paksaan serta sanksi yang dapat menimbulkan hilangnya
hak warganegara. sebagaimana WHO mengatakan bahwa sebenarnya vaksinasi tidak
diwajibkan untuk seluruh populasi, bahkan Amerika Serikat dan Perancis pun tidak
mewajibkan program vaksinasi Covid-19 ini. Tetapi mungkin untuk mencapai
kesejahteraan bersama terutama dalam menjaga imun tubuh agar kekebalan tubuh
meningkat maka diperlukan vaksinasi pada masyarakat untuk mencegah terjadinya
penyebaran Covid-19.

14
BAB IV
PENUTUP

4.0 Kesimpulan

Vaksin merupakan produk biologis yang sangat berguna dalam meminimalisir


kejadian penyakit yang bekerja dengan cara melatih sistem kekebalan tubuh agar
mampu menghadapi infeksi dengan memasukkan antigen yang telah dilemahkan ke
dalam tubuh. Oleh sebab itulah pemberian vaksin dalam pengendalian pandemi
COVID-19 sangat penting, utamanya dalam meminimalisir tingkat kejadian dan
sebagai upaya dalam menuju herd immunity (kekebalan komunitas) untuk memutus
rantai penyebaran COVID-19 sehingga pandemi dapat berakhir.

Manfaat vaksin selama beberapa tahun terakhir telah terbukti meminimalisir


angka penyakit bahkan mengeradikasi penyakit seperti cacar dan polio. Oleh karena
itulah, program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah harus didukung
pelaksanaannya dalam mengakhiri pandemi COVID-19. Segala bentuk miskonsepsi
dan misinterpretasi mengenai vaksin COVID-19 harus dihindari menggunakan
edukasi yang tepat agar pandemi COVID-19 dapat segera berakhir.

4.1 Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari judul makalah ini adalah memulai pola
hidup baru yang lebih baik dan lebih sehat lagi. Serta selalu menjaga lingkungan
sekitar dan patuhi protocol Kesehatan agar kita dapat terbebas dari segala virus juga
memulai segalanya dari awal, menjadi lebih peduli, lebih serius menangani dan
menanggapi hal-hal kecil atau sepele, jangan pernah meremehkan informasi dan
berita yang beredar. Tetap waspada, jaga diri sendiri, ikuti protokol kesehatan, ikuti
saran dan prasarana di situasi dan kondisi pandemic virus corona ini. Tetap lakukan

15
kegiatan sehari-hari namun tetap hati-hati dan untuk kedepannya semoga masyarakat
bisa beradaptasi dengan apa yang terjadi sekarang dan di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Bahl, S., Bhatnagar, P., Sutter, R. W., Roesel, S., dan Zaffran, M. 2018. Global polio
eradication – way ahead. Indian Journal of Pediatrics, 85(2), 124–131. DOI:
10.1007/s12098-017-2586-8.

Bandyopadhyay, A. S., Garon, J., Seib, K., dan Orenstein, W. A. 2015. Polio vaccination:
past, present and future. Future Microbiology, 10(50), 791–808. DOI:
10.2217/fmb.15.19.

Calain, P., Chaine, J. P., Johnson, E., Hawley, M. Lou, O’Leary, M. J., Oshitani, H., dan
Chaignat, C. L. 2004. Can oral cholera vaccination play a role in controlling
a cholera outbreak. Vaccine, 22(19), 2444–2451. DOI:
10.1016/j.vaccine.2003.11.070.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2021a. Allergic Reactions Including
Anaphylaxis After Receipt of the First Dose of Pfizer-BioNTech COVID-19
Vaccine. MMWR Morb Mortal Wkly Rep, 70(2), 46–51. DOI:
10.15585/mmwr.mm7002e1.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2021b. Benefits of Getting a COVID-
19 Vaccine. [Daring] Centers for Disease Control and Prevention. Tersedia
pada: www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/vaccine-benefits.html
(Diakses 3 November 2021).

Clemens, J. D., Nair, G. B., Ahmed, T., Qadri, F., dan Holmgren, J. 2017. Cholera. The
Lancet, 390 (10101), 1539–1549. DOI: 10.1016/S0140-6736(17)30559-7.

16
Hadinegoro, S. R. S. Sari Pediatri 2016. Kejadian ikutan pasca imunisasi 2(1), 2-10. e-
ISSN: 2338-5030.

Harris, J. B. 2018. Cholera: immunity and prospects in vaccine development. Journal of


Infectious Diseases, 218(3), 141–146. DOI: 10.1093/infdis/jiy414.

Iskandar, H., Nugroho, R., Laudder, M., dan Matulessy, A. 2021. Pengendalian COVID-
19 Dengan 3M, 3T, Vaksinasi, Disiplin, Kompak, dan Konsisten: Buku 1.
Jakarta: Satuan Tugas Penanganan COVID-19.

Jones, J. S. 1997. Eradicating polio. South African Medical Journal, 87(8), 1038. PMID:
9323424.

Melief, C. J. M., van Hall, T., Arens, R., Ossendorp, F., dan van der Burg, S. H. 2015.
Therapeutic cancer vaccines. JCI The Journal of Clinical Investigation,
125(9), 3401-3412. DOI: 10.1172/JCI80009.

Ong, E., Wong, M. U., Huffman, A., dan He, Y. 2020. COVID-19 coronavirus vaccine
design using reverse vaccinology and machine learning. Frontiers in
Immunology, 11, 1581. DOI: 10.3389/fimmu.2020.01581.

Orenstein, W. A., Papania, M. J., dan Wharton, M. E. 2004. Measles elimination in the
United States. The Journal of Infectious Diseases, 189, 1-3. DOI:
10.1086/377693.

Sari, R. K. 2020. Identifikasi penyebab ketidakpatuhan warga terhadap penerapan


protokol kesehatan 3M di masa pandemi COVID-19 (studi kasus pelanggar
protokol kesehatan 3M di Ciracas Jakarta Timur). Jurnal AKRAB JUARA,
6(1), 84-94. ISSN 2620-9861.

17
18

Anda mungkin juga menyukai