Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi
Manajemen keperawatan merupakan proses kerja setiap perawat
untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien (Gillies,
2000). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat
(Suyanto, 2008). Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen
keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen
asuhan keperawatan.
2. Fungsi Manajemen
Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan, dan pengendalian (Marquis
dan Huston, 2010).
a. Perencanaan
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun perencanaan yang
strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan,
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan, menegakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai
visi dan misi yang telah ditetapkan (Nursalam, 2002).
Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaantidak
mungkin manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijelaskan siapa yang
akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian
tujuan secara efisien dan efektif (Kuntoro, 2010).Kerangka perencanaan
terdiri dari:
1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimanalangkah-
langkah dari profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang
telah ditetapkan
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapaitujuan.
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen organisasi yang
kedua sesudah perencanaan. Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu
kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan
unit lainnya, baik secara vertical maupun horizontal yang
bertanggungjawab untuk mencapai obyektif organisasi. Dalam
pengorganisasian menentukan tentang tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung
jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-masing kegiatan.
Menurut Nursalam (2002). fungsi pengorganisasian dari kepala ruang
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua timdan
ketua tim membawahi 2 - 3 perawat.
5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit.
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di
tempatkepada ketua tim.
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurusadministrasi
klien.
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
10)Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Pelaksanaan
Menggerakkan orang-orang agar mau/suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja bukan hanya karena perintah tetapi harus dengan
kesadaran sendiri dan termotivasi.
d. Pengendalian
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai
dengan rencana. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.
Data
Perawatanpasie
n
Pasien/ Keluarga
c. Keperawatan Primer
Metode penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit
Kelebihan :
1) Bersifat kontinuitas dan konfrehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter
dan rumah sakit
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Konsep dasar metode primer :
1) Adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Keterlibatan pasien dan keluarga
Tugas perawat primer :
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala perawat atau bangsal dalam metode primer
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusunjadwal dinas dan memberipenjelasan pada perawat
asisten
4) Evaluasi kerja
5) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf
6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi
Ketenagaan metode primer :
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side.
2) Beban kasus pasien 4-6 orang perawat untuk satu perawat.
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten.
Kepala Ruangan
Dokter Sarana Rumah Sakit
Perawat Primer
Pasien/klien
Perawat
Perawat Perawat
Pelaksana
Pelaksana Pelaksana
Jika diperlukan
(Siang) (Malam)
(Harian)
(Siang)
PN 1 PN 2 PN 3 PN 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
(Nursalam, 2002)
3. Ketenagaan keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan pada suatu ruangan atau rumah sakit,
ditetapkan berdasarkan derajat ketergantunagan klien yang ditetapkan
dengan mengidentifikasi jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan
klien dalam satu bulan. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui rata-rata
jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan (minimal, intermediet
dan total). Kemudian jumlah perawat ditentukan dengan rumus Douglas
(1985) atau Loveridge & Cummings (1996).
a. Metode perhitungan tenaga
Beberapa metode untuk menentukan kebutuhan kualifikasi tenaga
perawat :
1) Metode Rasio (Peraturan Menkes RI . No. 262 / Menkes Per / VII /
1979) dalam Ilyas (2000).
Menggunakan jumlah tempat tidur dengan tenaga yang
diperlukan. Metode ini hanya dapat diketahui jumlah tenaga secara
total, tidak dapat mengetahui jumlah kebutuhan dan kualifikasi dan
setiap bagian yang dibutuhkan.
Tabel 2.1
Metode rasio tempat tidur dan personel rumah sakit
Tipe RS TM : TT TPN : TT TNP : TT T.non :
TT
A dan B 1 : (4-7) (3-4) : 2 1 :3 1:1
C 1:9 1:1 1:5 3:4
D 1 : 15 1:2 1:6 2:3
Khusus Disesuaikan
TM = Tenaga Medis
TPN = Tenaga Paramedis Perawatan
TNPN = Tenaga Non Paramedis Perawatan
T NON P = Tenaga Non Perawatan
TT = Tempat Tidur
2) Metode Douglas (1975)
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore
dan malam adalah tergantung pada tingkat ketergantungan pasien
seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2.2
Sistem klasifikasi pasien menurut Metode Douglas
Shift
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Self care 0,17 0,14 0,10
Intermediate care 0,27 0,15 0,07
Total care 0,36 0,30 0,20