Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Definisi
Manajemen keperawatan merupakan proses kerja setiap perawat
untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien (Gillies,
2000). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik
sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat
(Suyanto, 2008). Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen
keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen
asuhan keperawatan.

2. Fungsi Manajemen
Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan, dan pengendalian (Marquis
dan Huston, 2010).
a. Perencanaan
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun perencanaan yang
strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan,
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan, menegakkan
tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai
visi dan misi yang telah ditetapkan (Nursalam, 2002).
Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaantidak
mungkin manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara
menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dijelaskan siapa yang
akan melakukan dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian
tujuan secara efisien dan efektif (Kuntoro, 2010).Kerangka perencanaan
terdiri dari:
1) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimanalangkah-
langkah dari profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang
telah ditetapkan
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi.
3) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai.
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapaitujuan.
5) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen organisasi yang
kedua sesudah perencanaan. Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu
kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan
unit lainnya, baik secara vertical maupun horizontal yang
bertanggungjawab untuk mencapai obyektif organisasi. Dalam
pengorganisasian menentukan tentang tenaga yang akan
melaksanakan perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung
jawab dan mekanisme pertanggungjawaban masing-masing kegiatan.
Menurut Nursalam (2002). fungsi pengorganisasian dari kepala ruang
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2) Merumuskan tujuan metode penugasan.
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas.
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua timdan
ketua tim membawahi 2 - 3 perawat.
5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit.
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di
tempatkepada ketua tim.
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurusadministrasi
klien.
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya.
10)Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Pelaksanaan
Menggerakkan orang-orang agar mau/suka bekerja. Ciptakan
suasana bekerja bukan hanya karena perintah tetapi harus dengan
kesadaran sendiri dan termotivasi.
d. Pengendalian
Merupakan fungsi pengawasan agar tujuan dapat tercapai sesuai
dengan rencana. Pengendalian juga berfungsi agar kesalahan dapat
segera diperbaiki.

3. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan


a. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
Tahap perencanaan terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian
anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur
organisasi.Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh
pimpinan keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji system,
mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang
dan pendek, mengkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi
kemampuan yang ada dan aktivitas yang spesifik serta prioritasnya.
b. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang
efektif.
c. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
d. Manajemen keperawatan harus terorganisasi.
e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
f. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi
kesalahpahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah
dan pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi.
g. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

4. Komponen Manajemen Keperawatan


a. Input
Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi,
personil, peralatan dan fasilitas.
b. Proses
Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat
pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan. Proses merupakan kegiatan yang cukup
penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil yang
diharapkan suatu tatanan organisasi.
c. Output
Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti
hasil atau keluaran.
d. Kontrol
Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Kontrol dalam manajemen keperawatan
dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional,
evaluasi penampilan kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai
standard akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik
Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan
perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey
kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.

Masukan / Input Proses Hasil / Output

Data
Perawatanpasie
n

personalia Pengumpul Pengaturan Pengelola Kepemimpinan


Perencanaan Pengawas Pen
an data an
an gem
pegawai
ban
Persediaan
Riset gan
staf
Peralatan

(Sistem manajemen keperawatan (Gillies, 1999))


Gambar 1 Sistem Manajemen Keperawatan Gillies

B. Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. Definisi
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat
unsur: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MAKP.
Faktor –faktor yang berhubungan dalam perubahan MAKP:
a. Kualitas pelayanan keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan, kita selalu
berbicara mengenai kualitas. Mengapa kualitas diperlukan :
1) Untuk meningkatkan asuhan keperawatan kepada
pasien/konsumen
2) Untuk menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi
3) Untuk mempertahankan eksistensi institusi
4) Untuk meningkatkan kepuasan kerja
5) Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen atau pelanggan
6) Untuk menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar
b. Standar praktik keperawatan
Standar praktik keperawatan menurut ANA (Sitorus, 2006)
meliputi :
Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan klien.
Standar II : Perawat menetapkan diagnosis keperawatan.
Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk
setiap klien.
Standar IV : Perawat mengembangkan rencana askep yang berisi
rencana tindakan untuk mencapai hasil diharapkan.
Standar : Perawat mengimplementasikan tindakan yang sudah
ditetapkan dalam rencana askep.
Standar VI :Perawat mengevaluasi perkembangan klien dalam
mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan.
Standar praktik keperawatan di Indonesia disusun oleh Depkes
R.I (2001) yang terdiri dari beberapa standar :
1) Menghargai hak-hak pasien
2) Penerimaan sewaktu pasien MRS
3) Observasi keadaan pasien
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
5) Asuhan pada tindakan non-operative dan administratif
6) Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga
8) Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan
2. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Menurut Grant & Massey (2003) dan Marquis & Huston (2007), jenis
model asuhan keperawatan profesional terdiri dari 5 metode yaitu :
a. Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat
perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis
intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan kepada semua pasien
di bangsal.
Kelebihan:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan
atau belum berpengalaman
Kelemahan:
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan
3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja
Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


pengobatan Merawat Pengobatan Merawat
Luka Luka

Pasien/ Keluarga

Gambar 2 Sistem Asuhan Keperawatan


“Functional Nursing”(Nursalam, 2002)
b. Keperawatan Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim atau grup
yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu
grup kecil yang saling membantu
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksana proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah
diatasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim
Kelemahan :
Komunikasi antar tim terbentuk terutama dalam bentuk konfrensif, tim
yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

Gambar 3 Sistem Asuhan Keperawatan “Team Nursing” (Nursalam, 2002)


Konsep metode Tim :
1) Ketua tim sebagi perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai tehnik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
Tanggung jawab anggota tim :
1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya
2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan
4) Tanggung jawab ketua tim :
a) Membuat perencanaan
b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d) Mengembangkan kemampuan anggota
e) Menyelenggarakan konferensi
Tanggung jawab kepala ruangan:
1) Perencanaan
a) Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-
masing
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,
transisi, dan persiapan pulang bersama ketua tim
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim,
mengatur penugasan atau penjadwalan
e) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, dan tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan :
(1) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
(2) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan
(3) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
(4) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b) Merumuskan tujuan metode penugasan
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, menagtur tenaga yang ada setiap hari dan lain-
lain
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
h) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di
tempat, kepada ketua tim
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
k) Identifikasimasalah dan cara penanganan
l) Pengarahan
m) Memberi pengarahan tentang penugasan ketua tim
n) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik
o) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
p) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien
q) Melibatkan bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
r) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
3) Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien
b) Melalui supervisi:
(1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelamahan yang
ada saat itu juga
(2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
(3) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim
(4) Audit keperawatan

c. Keperawatan Primer
Metode penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai keluar rumah sakit
Kelebihan :
1) Bersifat kontinuitas dan konfrehensif
2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri
3) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter
dan rumah sakit
Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akuntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin
Konsep dasar metode primer :
1) Adanya tanggung jawab dan tanggung gugat
2) Ada otonomi
3) Keterlibatan pasien dan keluarga
Tugas perawat primer :
1) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensif
2) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
3) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
4) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
5) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6) Menerima dan menyesuaikan rencana
7) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
8) Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial di masyarakat
9) Membuat jadwal perjanjian klinik
10) Mengadakan kunjungan rumah
Peran kepala perawat atau bangsal dalam metode primer
1) Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
2) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
3) Menyusunjadwal dinas dan memberipenjelasan pada perawat
asisten
4) Evaluasi kerja
5) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf
6) Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi
Ketenagaan metode primer :
1) Setiap perawat primer adalah perawat bed side.
2) Beban kasus pasien 4-6 orang perawat untuk satu perawat.
3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten.

Kepala Ruangan
Dokter Sarana Rumah Sakit

Perawat Primer

Pasien/klien

Perawat
Perawat Perawat
Pelaksana
Pelaksana Pelaksana
Jika diperlukan
(Siang) (Malam)
(Harian)
(Siang)

Gambar 4 Sistem Asuhan Keperawatan dengan model keperawatan primer


(Nursalam, 2002)
d. Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani semua kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.
Kelebihannya:
1) Perawat lebih memahami kasu perkasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya:
1) Belum dapatnya diientifikasi perawat penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak yang mempunyai kemampuan
dasar yang sama.
Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Satf Perawat

Pasien/ Klien Pasien/ Pasien/ Klien


Klien

Gambar 5 Sistem Keperawatan Asuhan dengan model manajemen kasus


(Nursalam, 2002)
e. Modifikasi : Tim Primer
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Sudarsono (2000), penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan dengan beberapa alasan:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan
S1 keperawatan atau setara
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terprakmentasi pada berbagai tim
3) Melalui kombinasi dari kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akontabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu karena saat ini
jenis pendidikan perawat yang ada dirumah sakit sebagian besar
adalah lulusan spk maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer / ketua tim ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Peran kepala ruangan:
1) Menerima pasien baru
2) Memimpin rapat
3) Mengevaluasi kinerja perawat
4) Menyediakan material
5) Perencanaan, pengawasan pengarahan
Perawat primer:
1) Membuat perencanaan askep
2) Mengadakan tindakan kaloborasi
3) Memimpin timbang terima
4) Mendelegasikan kasus
5) Memimpin ronde keperawaaatan
6) Mengevaluasi pemberian askep
7) Bertanggung jawab terhadap pasien
8) Memberi petunjuk jika pasien akan pulang
9) Memimpin timbang terima
10) Mengisi resume keperawatan
Perawat associate
1) Memberikan askep
2) Mengikuti timbang terima
3) Melaksanakan tugas yang didelegasikan
4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan
Kepala Ruangan

PN 1 PN 2 PN 3 PN 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

Gambar 6 Sistem Asuhan Keperawatan dengan model keperawatan primer

(Nursalam, 2002)

3. Ketenagaan keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan pada suatu ruangan atau rumah sakit,
ditetapkan berdasarkan derajat ketergantunagan klien yang ditetapkan
dengan mengidentifikasi jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan
klien dalam satu bulan. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui rata-rata
jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan (minimal, intermediet
dan total). Kemudian jumlah perawat ditentukan dengan rumus Douglas
(1985) atau Loveridge & Cummings (1996).
a. Metode perhitungan tenaga
Beberapa metode untuk menentukan kebutuhan kualifikasi tenaga
perawat :
1) Metode Rasio (Peraturan Menkes RI . No. 262 / Menkes Per / VII /
1979) dalam Ilyas (2000).
Menggunakan jumlah tempat tidur dengan tenaga yang
diperlukan. Metode ini hanya dapat diketahui jumlah tenaga secara
total, tidak dapat mengetahui jumlah kebutuhan dan kualifikasi dan
setiap bagian yang dibutuhkan.
Tabel 2.1
Metode rasio tempat tidur dan personel rumah sakit
Tipe RS TM : TT TPN : TT TNP : TT T.non :
TT
A dan B 1 : (4-7) (3-4) : 2 1 :3 1:1
C 1:9 1:1 1:5 3:4
D 1 : 15 1:2 1:6 2:3
Khusus Disesuaikan

TM = Tenaga Medis
TPN = Tenaga Paramedis Perawatan
TNPN = Tenaga Non Paramedis Perawatan
T NON P = Tenaga Non Perawatan
TT = Tempat Tidur
2) Metode Douglas (1975)
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore
dan malam adalah tergantung pada tingkat ketergantungan pasien
seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2.2
Sistem klasifikasi pasien menurut Metode Douglas

Shift
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Self care 0,17 0,14 0,10
Intermediate care 0,27 0,15 0,07
Total care 0,36 0,30 0,20

Derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan


berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam/24 jam, dengan
kriteria :
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b. Makan, minum dilakukan sendiri.
c. Ambulasi dengan pengawasan.
d. Observasi tanda – tanda vital dilakukan tiap shift.
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
f. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Intermediate memerlukan waktu 3 – 4 jam/24 jam dengan kriteria:
a. Kebersihan diri dibantu, makan – minum dibantu.
b. Observasi tanda – tanda vital.
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
d. Folley kateter, intake output dicatat.
e. Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5 – 6 jam/ 24
jam dengan kriteria:
a. Segala diberikan atau dibantu.
b. Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap 2 jam.
c. Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena .
d. Menggunakan Suction.
e. Gelisah/ disorientasi
3) Standar ketenagaan keperawatan (perawat dan bidan) menurut
Direktorat pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI
(2001) dengan memperhatikan unit kerja yang ada pada masing-
masing Rumah Sakit.
Model pendekatan yang digunakan untuk rawat inap adalah :
a) Berdasarkan klasifikasi klien, cara penghitungan :
(1) Tingkat ketergantungan klien berdasarkan jenis
kasus.
(2) Rata-rata jumlah klien / hari.
(3) Jam perawatan yang diperlukan / hari / klien.
(4) Jam perawatan yang diperlukan / ruangan / hari.
(5) Jam kerja efektif setiap perawat / 7 jam / hari.
Rumus :
Jumlah jam perawatan = Tenaga yang dibutuhkan
Jam kerja efektif / shift
perhitungan jumlah tenaga yang dibutuhkan perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan :
(1) Hari libur / cuti / hari besar (loss day)
jumlah hari minggu/tahun+cuti +hari besar
Lossday= × jml perawat
jumlah hari kerja efektif

(2) Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas


non profesi keperawatan (Non Nursing Jobs) diperkirakan
25 % dari jam pelayanan keperawatan.
Rumus :
( jumlah tenagakeperawatan +lossday) X 25
Non Nursing Jobs=
100
Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi (loss
day + Non nursing jobs)
b) Berdasarkan derajat ketergantungan klien.
Klien dikategorikan dalam beberapa kategori yang didasarkan
pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan meliputi :
(1) Asuhan keperawatan minimal.
(2) Asuhan keperawatan sedang.
(3) Asuhan keperawatan agak berat.
(4) Asuhan keperawatan maksimal.
Tabel 2.3
Sistem klasifikasi pasien menurut standar ketenagaan
keperawatan Depkes RI

Rata-rata jumlah jam


Kategori
perawatan
Askep minimal 2
Askep sedang 3,08
Askep agak berat 4,15
Askep maksimal 6, 16
Rumus :
Jumlah jam perawatan ruangan / hari = jumlah tenaga dibutuhkan
Untuk penghitungan jumlah tenaga harus ditambah (faktor koreksi)
1. Loss day.
2. Non nursing jobs.
Rumus sama seperti pada perhitungan klasifikasi klien.
4) Metode Gillies
(a) Perawatan langsung
Perawatan langsung adalah bentuk pelayanan yang diberikan
oleh perawat yang ada hubungannya dengan kebutuhan fisik,
psikologis dan spiritual. Berdasarkan derajat ketergantungan
pasien pada perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok yaitu:
(1) Self care dibutuhkan ½ X 4 jam = 2 jam
(2) Partial care dibutuhkan ¾ X 4 jam = 3 jam
(3) Total care dibutuhkan 1-1 ½ X 4 jam= 4jam
(4) Intensive care dibutuhkan 2 X 4 jam = 8 jam
(b) Perawatan tak langsung
Meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana keperawatan,
menyiapkan dan memasang alat, konsultasi dengan tim,
menulis dan membaca catatan kesehatan klien, melaporkan
kondisi pasien. Dari hasil penelitian di rumah sakit Detroit
dibutuhkan waktu 38 menit / pasien (Gillies, 1989), sedangkan
di rumah sakit Jhon Hopkin dibutuhkan 60 menit / pasien
(Gillies, 1994), menurut Young (Gillies, 1989) dibutuhkan 60
menit / pasien.
(c) Pendidikan kesehatan
Meliputi aktivitas pengobatan serta tindak lanjut pengobatan.
Menurut Meyer dalam Gillies (1994) waktu yang dibutuhkan
adalah 15 menit/hari/pasien. Dengan menggunakan system
klasifikasi pasien.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
A × B ×365 hari
Jumlahtenaga perawat =
(365 – harilibur ) X jam kerja/hari
A = jumlah jam perawatan yang diperlukan setiap
pasien/hari.
B = rata-rata sensus harian pasien.
128= hari libur.
365 = jumlah hari kerja selama setahun.
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah faktor koreksi 20% (untuk antisipasi
kekurangan/cadangan).

C. Standar Prosedur Operasional (SPO)

Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang


bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan tugas rumah sakit adalah melaksanakan uapaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya
rujukan.
Keperawatan di Indonesia di masa depan dan sampai saat ini masih
berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka aakan
terjadi beberapa perubahan dalam aspek keperawatan, yaitu, penataan
pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan,
pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk
perkembangan keperawatan. Pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan,
evaluasi dan pengendalian mutu keperawatan. Management merupakan suatu
keperawatan yang dinamik dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di
organisasi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan mutu keperawatan
adalah dengan cara menyusun standar prosedur operasional (SPO) dan
disesuaikan dengan perkembangan ilmu keperawatan. Standar prosedur
opresional adalah tatacara yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu
yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dan bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat penampilan tertentu sehingga kegiatan
diselesaikan efektif, efisien (Depkes RI,2014). Standar prosedur opresional
adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Standar prosedur operasional adalah tatacara atau tahapan yang
dibakukan dan yang bharus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja
tertentu (Perry dan Potter, 2015)
1. Tujuan Standar Prosedur Operasional
a. Mengetahui dan menjelaskan peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi
b. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
atau pegawai terkait
c. Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas atau pegawai dari
malpraktik atau kesalahan admisnistrasi lainnya
d. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan duplikasi dan
infesiensi
e. Menjaga konsistensi tingkat penampilan kerja
f. Meminimalkan kegagalan, kesalahan dan kelalaian
g. Parameter untuk menilai mutu kinerja
h. Memastikan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif
i. Menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab
j. Mengarahkan pendomentasian yang adekuat dan akurat
2. Fungsi standar prosedur operasional
a. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
b. Mengetahui dengan jelas hambatan dan mudah dilacak
c. Mengarahkan staf agar sama sama disiplin dalam bekerja
d. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
e. Memperlancar tugas petugas atau pegawai dalam tim atau unit kerja
f. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
3. Prinsip penyusunan Standar Oprerasional antara lain :
a. Bentuk tim penyusunan SPO
b. Pertimbangkan prosedur dalam kesatuan yang utuh
c. Susun SPO sebelum melaksanakan kerja baru
d. Tinjau kepustakaan dan informasi yang relevan
e. Minta masukan dari staf/petugas terkait
f. Tetapkan SPO sebagai pedoman
g. Tetapkan hasil yang diharapkan
h. Buat daftar peralatan dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan
i. Tetapkan siapa yang berwenang melaksanakan prosedur
j. Tetapkan indikasi dan kontraindikasi prosedur dan resiko yang di
waspadai
k. Susun langkah-langkah berdasarkan logika untuk proses kerja efektif
efesien dan aman
l. Buat sistem penomoran
m. Tulis SPO dengan bahasa yang mudah, kata-kata pendek,sederhana,
bahasa positif, tidak bermakna ganda
n. Buat bagan atau alur mekanisme
o. Uji coba SPO
p. Sempurnakan setelah uji coba
q. Bakukan oleh pimpinan
r. Sosialisasikan
s. Revisi sesuai kebutuhan dan iptek
4. Langkah-langkah menyusun standar prosedur
operasional
a. Menentukan judul : yaitu judul dari SPO
b. Menjelaskan pengertian judul : merupakan pengertian dari judul SPO
c. Rumuskan tujuan : yaitu yujuan yang diharapkan bila SPO dilakukan
dengan benar
d. Menentukan kebijakan : yaitu hal-hal yang mendasari suatu suatu SPO
yang dijadikan referensi, dasar kebijakan baik lokal maupun nasional,
serta kesepakatan yang telah dilegalitas
e. Menentukan persiapan : yaitu fasilitas alat bahan yang harus tersedia
untuk melakukan proses (meliputi jenis, jumlah serta spesifikasinya)
f. Membuat alitran proses : merupakan urutan-urutan prosedur yang
rumit dan rinci, meliputi :
1) Pra interaksi yaitu suatu kegiatan yang herus dilakukan sebelum
terintegrasi dengan pasien meliputi ceking dokumen dan klarifikasi
2) Interkasi yaitu suatu kegiatan yang dilakukan sebelum berinteraksi
dengan pasien meliputi : orientasi, kerja, terminasi
3) Post interaksi yaitu kegiatan yang dilakukan setelah selesai
berinteraksi dengan pasien
g. Menentukan unit terkait : yaitu bagian lain dari bagian pelaku prosedur
yang berkaitan, dan harus ada agar SPO bisa dilaksanakan dengan
tepat dan benar
h. Dianjurkan untuk membuat bagan-bagan agar dapat memberikan
gambaran lengkap.

Anda mungkin juga menyukai