Anda di halaman 1dari 21

Part 2 AUDIT TEKNIS (TECHNICAL AUDIT TA)

2.1. TUJUAN AUDIT

2.1.1. JBHP menugaskan Technical Audit (TA) untuk melakukan penilaian independen
terhadap proyek jalan tol terpilih. Untuk memastikan bahwa:

i. kualitas jalan, jembatan dan fasilitas lainnya sesuai dengan kontrak,


standar spesifikasi, dan gambar desain; dan
ii. perhitungan volume pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan dalam
kontrak.

2.1.2. Tidak seperti proyek lainnya yang dibiayai dan dibangun secara tradisional,
proyek jalan tol dibangun berdasarkan perjanjian konsesi. Ini berarti pemegang
konsesi, yang didirikan sebagai perusahaan (BUJT), atas nama para investornya,
akan bertindak sebagai pengembang dan akan mempekerjakan semua pihak
yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan. Ini akan mencakup - konsultan
desain, Kontraktor Pekerjaan Sipil (CWC), Konsultan Pengawas Konstruksi (CSC)
dan Pengawas Kualitas Independen (PMI). Dirjen Bina Marga walau berada di
luar sistem diatas, tetapi sebagai pemilik, memiliki persetujuan akhir untuk
aspek kritikal.

2.1.3. Audit teknis (TA) tidak saja fokus pada kualitas pekerjaan tetapi juga pada
kinerja Kontraktor Pekerjaan Sipil (CWC) dan Konsultan Pengawas Konstruksi
(CSC). Apakah mereka telah melaksanakan tugasnya sebagaimana ditentukan
dalam kontrak masing-masing. TA diharapkan dapat mengidentifikasi
kekurangan dan ketidaksesuaian dalam suatu pekerjaan maupun juga dalam
ketidaksesuaian prosedur dan implementasinya yang berujung pada terjadinya
suatu permasalahan.

2.1.4. Penugasan ini dimaksudkan untuk memberikan suatu sarana/metode untuk


meningkatkan hasil pekerjaan sipil dengan cara mengidentifikasi kesalahan
dalam pengerjaan, membuat suatu inisiasi bagi koresi dan tindakan
pencegahan.
2.1.5. Laporan Audit disampaikan kepada Direktorat Jalan Bina Marga (Directorate
General of Highways DGH), dimana JBH yang telah memiliki mekanisme
penanganan laporan audit tsb untuk memastikan efisiensi dan efektivitas
program. Proses respon audit (audit response process) tersebut mengharuskan
Laporan Audit diserahkan ke PIU dan kepala PIU (Direktur JBHP) mengirimkan
laporan tersebut kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders).
Pemegang Konsesi akan diminta untuk memberikan Laporan Tanggapan Audit
(Audit Response Report) dalam waktu 45 hari setelah menerima Laporan Audit.
Laporan Tanggapan Audit akan merinci bagaimana temuan audit telah
ditangani. Gambar 2 menunjukkan alur kerja aktivitas proses respons audit.

2.1.6. Jika Laporan Tanggapan Audit tidak diberikan atau jika laporan tindakan
perbaikan dianggap tidak memadai oleh Bina Marga, maka persetujuan akhir
pembangunan akan ditahan oleh BPJT sampai perbaikan yang memuaskan telah
dilaksanakan dan dilaporkan. Seperti dijelaskan di bawah ini, full audit (audit
lengkap) akan diikuti dengan check audit di kemudian hari untuk memverifikasi
tindakan apa yang telah diambil untuk menangani temuan dan ketidaksesuaian.

2.1.7. Program jalan tol untuk tahun 2019/20 mencakup banyak proyek tol di seluruh
Indonesia. Proyek yang akan diaudit akan dipilih oleh DGH dari daftar proyek
diatas dan tim audit diarahkan sesuai pilihan tsb. Daftar final jalan tol akan
dikonfirmasikan sejalan berlangsungnya proyek.

2.1.8. Audit akan dibatasi pada satu full audit dari setiap proyek tol dan yang diikuti
oleh check audit sebagai pemeriksaan lebih lanjut untuk memverifikasi tindakan
korektif. Full audit umumnya harus dilakukan ketika kemajuan telah mencapai
tahap konstruksi yang cukup besar (sekitar > 25%). Audit ini diharapkan dapat
menjadi stimulus preventif sekaligus korektif untuk meningkatkan kualitas
konstruksi sehingga audit tidak dilakukan ketika atau sampai konstruksi selesai.

Setelah audit, laporan audit akan mengharuskan adanya proses tanggapan


(Audit Response Process). Proses ini akan merekomendasikan tindakan korektif
dan menunjuk penanggung jawabnya, info tersebut disirkulasikan kepada
semua pemangku kepentingan untuk penyelesaiannya. Setelah proses diatas
selesai akan dilakukan check audit untuk melakukan inspeksi teknis terbatas
untuk verifikasi penyelesaian dan efektivitas tindakan korektif. Dirjen Bina Marga
dapat, atas kebijakannya sendiri, menginstruksikan audit tambahan jika mereka
mengkhawatirkan kualitas dan kinerja perbaikan.
Figure 2 Technical Audit Process, including response to audit reports.

2.1.9. Bina Marga memiliki kegiatan Audit Teknis paralel untuk jalan nasional yang
dilaksanakan di bawah ESP dan KIAT (dengan Direktorat Preservasi).

2.2. PROSES AUDIT

2.2.1. TA akan dilakukan pada tahun 2020 dan mengaudit pekerjaan yang sedang
berlangsung ataupun yang sudah selesai. Pemegang konsesi jalan tol dan
pemangku kepentingan lainnya harus menyediakan semua akses dan dukungan
yang diperlukan kepada TA dalam menjalankan tugasnya. Setelah TA
menyelesaikan teknis penilaian, TA harus menyerahkan laporan kepada Bina Marga
menyoroti ketidaksesuaian sehubungan dengan kualitas konstruksi dan dengan
rekomendasi/solusi praktis untuk memperbaiki ketidaksesuaian tersebut agar dapat
sesuai dengan kontrak.

2.2.2. Ruang lingkup audit mencakup kesesuaian aspek administrasi, keuangan dan
teknis dari CWC dan CSC. Perlu dicatat bahwa meskipun audit memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan secara luas, audit lapangan (field audit) yang
sebenarnya hanya dilakukan selama 3-4 hari dan oleh karena itu cakupannya
akan terbatas. Ruang lingkup setiap audit akan ditentukan secara individual
berdasarkan tinjauan lokasi dan status kemajuan konstruksi.

2.2.3. Hasil yang diharapkan dari proses audit ini adalah untuk memastikan adanya
perbaikan dan mencegah penyimpangan lebih lanjut dari aspek administrasi
dan teknis dari pekerjaan yang sedang berlangsung. Audit ini dimaksudkan
untuk mengungkap praktik kerja yang buruk dan hasil yang di bawah standar
dengan tujuan untuk menemukan solusi praktis yang tepat dan meningkatkan
administrasi kontrak dan pelaksanaanya. Audit ini tidak memiliki posisi
kontraktual dan hanya memberikan informasi sebagai dasar bagi Bina Marga
sebagai pemilik untuk memperbaiki kerusakan dan meningkatkan kinerja
proyek.

2.2.4. Proses tanggapan audit (formal audit response process) harus memberikan
tanggapan berupa rencana perbaikan yang terikat oleh waktu. Tim audit teknis
sendiri tidak terlibat langsung dalam proses ini, yang merupakan sistem
administrasi Dirjen Bina Marga. Check audit yang selanjutnya akan dilakukan
oleh TA akan memverifikasi tindakan perbaikan dan efektivitasnya. Selain
masalah teknis, laporan audit dapat mencakup rekomendasi kegiatan di masa
mendatang guna memperbaiki kekeliruan prosedur dan kerusakan struktur.

2.3. PENGENALAN TERHADAP AUDIT

2.3.1. Pembangunan jalan tol melibatkan pengerjaan fisik oleh Kontraktor Pekerjaan
Sipil (CWC). Pekerjaan pembangunan harus sesuai dengan standar dan spesifikasi
yang disepakati dan CWC harus dibayar sesuai tarif dalam kontrak. Hasil kerja
kontraktor diukur dan diuji di tempat untuk memastikan kualitasnya sesuai dengan
persyaratan. Proses ini dilakukan secara terus menerus oleh CWC dan oleh
Konsultan Pengawas Konstruksi (CSC). Namun demikian, penting untuk
memastikan bahwa proses ini efektif dalam menghasilkan pekerjaan yang sesuai
standar. Ini dilakukan dengan adanya audit teknis.
2.3.2. Audit adalah bagian penting dari kegiatan penilaian proyek. Ini adalah alat
manajemen penting untuk memantau dan memverifikasi pelaksanaan proyek
yang efektif berdasarkan kualitas barang yang dihasilkan.

2.3.3.

2.3.4. Audit sistematis, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti


audit (audit evidence). Bukti audit dievaluasi terhadap spesifikasi pekerjaan,
yang bila tidak sesuai maka akan menjadi temuan audit (audit findings). Ini
dilaporkan sebagai kesimpulan audit (Audit Conclusion) dalam laporan audit
(Audit Report). Laporan ini harus menunjukkan perlunya tindakan korektif,
pencegahan atau perbaikan. Laporan audit dapat juga menetapkan adanya
tindakan verifikasi perbaikan yang telah dilakukan.

2.3.5. Audit agar independen dan obyektif dengan pendekatan berbasis bukti yang
menerapkan prinsip-prinsip dasar audit yang etis, penyajian yang apa adanya,
dan pengamatan auditor yang cermat dan seksama (“due professional care”)

2.3.6. Keluaran dari audit teknis adalah Laporan Audit Teknis yang mencakup temuan
audit dan rekomendasi yang sesuai. Tim TA akan mempresentasikan laporan
tersebut kepada Bina Marga dan bekerja sama dengan Bina Marga untuk
menghasilkan tanggapan yang sesuai.

2.3.7. Tujuan audit adalah untuk menilai apakah:

2.3.7.1. Manajemen proyek, pembuatan invoice, pengawasan proyek, kendali mutu QC


dan prosedur konstruksi proyek sudah sesuai dengan standar dan persyaratan
kontrak;
2.3.7.2. kualitas bahan dan standar pekerjaan sesuai dengan spesifikasi, gambar desain
dan persyaratan kontrak;
2.3.7.3. pembayaran kepada CWC telah sesuai dan disetujui sesuai dengan persyaratan
dalam kontrakt;
2.3.7.4. menentukan ketidaksesuaian yang serius dan mengidentifikasi kebutuhan
untuk tindakan perbaikannya
2.3.7.5. perbaikan sistem manajemen proyek dan system pengawasan dapat dilakukan
sebagai hasil dari temuan Audit.
2.3.7.6. Audit yang akan dilakukan oleh TA akan menjadi tambahan dari audit yang
dilakukan secara rutin untuk semua proyek pemerintah oleh Inspektorat
Jenderal Kementerian PU, dan oleh BPKP. Ada juga persyaratan dari
Pemerintah Indonesia untuk memiliki laporan keuangan proyek loan yang
diaudit setiap tahunnya. Dan ini dilakukan oleh BPKP atau BPK.
2.4. PENDEKATAN AUDIT
Fokus dari Audit

2.4.1. Audit ini dimaksudkan sebagai pemeriksaan singkat pekerjaan di lokasi. Ini tidak
dimaksudkan sebagai audit forensik penuh yang menguji semua aspek tetapi lebih
merupakan gambaran singkat yang cukup untuk mendapatkan kesan yang jelas
tentang standar pekerjaan dan kualitas keluaran.

2.4.2. Audit akan diarahkan pada sejumlah aspek proyek yang berbeda, masing-
masing melibatkan penggunaan prosedur yang berbeda. Aspek-aspek tersebut
meliputi:

2.4.3. material dan input mekanis; dan

2.4.4. produk akhir - pekerjaan fisik.

Metode Kerja dan Process Review

2.4.5. Ini adalah tinjauan tentang "bagaimana" pekerjaan dilakukan, dengan penilaian
thd kesesuaian dan keefektifan sistem yang digunakan. Audit akan meninjau
proses yang diterapkan untuk konstruksi, kendali mutu, pengukuran dan
jaminan mutu QA. Ini juga akan memeriksa pencatatan, perbaikan
ketidaksesuaian, dll. Ini harus dilakukan untuk CWC dan juga Konsultan
Pengawas.

Penilaian Material, Prosedur Test, fasilitas dan staff

2.4.6. Tinjauan terhadap fasilitas, kompetensi staf dan efektivitas prosedur akan
berfokus pada laboratorium pengujian bahan di lokasi tetapi juga akan
mencakup inspeksi Pabrik Pencampur Aspal (AMP), batching beton, borrow pit,
quarries, Crusher plant, filter plant. Juga akan ditinjau Prosedur untuk
memeriksa kualitas material komersial seperti bitumen, semen dan unit
pracetak.

Penilaian Produk Akhir

2.4.7. Audit ini akan mencakup pemeriksaan pekerjaan fisik dan pemeriksaan pada:

2.4.7.1. pekerjaan jalur dan tingkat jalan, drainase dan jembatan (periksa akurasi dan
toleransi);
2.4.7.2. dimensi umum - ketebalan, lebar (periksa toleransi); dan
2.4.7.3. kualitas material: gradasi, indeks plastisitas, CBR, densitas, komposisi,
kandungan aspal content dll dari bahan di tempat; kualitas bahan kimia
tertentu dari bahan seperti Bitumen dan penyimpanannya.

2.4.8. Aspek audit ini akan melibatkan inspeksi, pengukuran, survei dan pengambilan
sampel serta pengujian bahan.

2.4.9. Meskipun audit akan dilakukan dengan standar tertinggi, penting untuk
diketahui bahwa standar implementasi dan konstruksi di negara berpenghasilan
menengah seperti Indonesia tidak akan selalu mencapai tingkat yang
diharapkan seperti di negara maju. Audit akan ditargetkan untuk
mengidentifikasi tindakan korektif dan perbaikan dan bukan pada sanksi.

Pemilihan Proyek yang akan diaudit

2.4.10. Subproyek yang diaudit akan diarahkan oleh JBHP.

Pemilihan Tipe, Frekuensi dan Lokasi Test

2.4.11. Deskripsi singkat proyek akan dibuat di lokasi oleh tim TA berdasarkan
karakteristik proyek, kemajuan konstruksi dan pengamatan awal. Rencana Audit
harus menunjukkan di mana inspeksi dapat ditargetkan dan kemungkinan jenis
pengambilan sampelnya dan pengujian yang akan dilakukan pada proyek itu.
Lampiran 3 memberikan daftar potensial target audit, dan daftar indikatif
pengujian yang mungkin sesuai untuk masing-masing target tsb.

Logistik Pengambilan dan Test Sampel.

2.4.12. Karena kekhawatiran tentang proses pengambilan sampel dan pengujian yang
tidak obyektif, TA bertanggung jawab penuh atas semua aspek pengambilan
sampel lapangan dan program pengujian dari awal hingga akhir, termasuk
logistiknya. Ini akan membutuhkan TA untuk melakukan dan mengatur semua
perjalanan yang diperlukan, akomodasi dan pengaturan lain yang diperlukan,
termasuk koordinasi dengan pihak lain seperti bagian terkait dari Bina Marga,
Konsultan Pengawas dan CWC.

Supervisi Proses Testing

2.4.13. Ketersediaan fasilitas pengujian yang andal di lokasi proyek sangat terbatas.
Selain itu, integritas dan akurasi dari banyak laboratorium pengujian komersial
yang tersedia masih dipertanyakan. Tidak diketahui apakah sampel akan
berubah, atau pengujian dilakukan dengan benar, dan / atau hasil dibuat palsu.
Selain itu, Auditee juga tidak diketahui apakah akan berusaha memengaruhi
pemilihan sampel atau hasil pengujian. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
hasil yang dapat diandalkan, TA harus mengawasi semua pengambilan sampel,
pengangkutan dan pengujian, dengan menggunakan staf yang relatif senior. TA
harus memastikan bahwa pengambilan, pengangkutan dan pengujian sampel
menggunakan sistem (pengawasan berkelanjutan) yang memungkinkan tingkat
kepercayaan yang sesuai pada hasil. TA mungkin harus mempekerjakan staf
secara langsung untuk mengambil sampel di lokasi dan menemani sampel saat
diangkut ke laboratorium. Ini mungkin membutuhkan sewa truk dan angkutan
udara. Seorang teknisi material yang memenuhi syarat harus mengawasi semua
pengujian laboratorium di mana pun itu dilakukan.

Sampling dan on site testing

2.4.14. Jika TA mengadopsi 'pendekatan langsung' sebagai cara untuk memastikan


keandalan dan akurasi, mereka mungkin memerlukan peralatan mereka sendiri
untuk pengambilan sampel dan beberapa pengujian di tempat. Ini mungkin
termasuk satu set saringan untuk gradasi sederhana (di lokasi); pemotong inti
untuk sampel aspal; gergaji core drill (potong melingkar); meteran penutup;
palu Schmidt (palu pantul untuk menguji kuat tekan beton); pengukur massa
jenis nuklir; sebuah auger, dll. peralatan mungkin perlu disewa dan anggaran
yang sesuai untuk pengambilan sampel dan pengujian perlu disediakan.

Koordinasi Semua Pihak Terkait.

2.4.15. Meskipun TA akan tetap sepenuhnya independen dari semua pihak lain yang
akan diaudit, akan ada kebutuhan untuk berhubungan dan berkoordinasi
dengan semua pihak yang terlibat. Pihak-pihak tersebut antara lain CWC,
Konsultan Pengawas dan seksi terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Marga (DBM).

2.4.16. Demi lancarnya pelaksanaan audit, penting bagi Tim Audit Teknis untuk
membangun hubungan kerja yang efektif dengan semua pihak yang terlibat,
sejak awal proyek.

Berurusan dengan Temuan Audit

2.4.17. Sementara TA akan melapor langsung ke ESP PIU, penting untuk dipahami
bagaimana temuan audit akan ditangani. Dirjen Bina Marga telah membuat
sistem untuk menangani laporan audit seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2
di atas. PIU akan menerbitkan laporan dan review bersama BPJT. Setelah itu
BPJT akan menginstruksikan Pemegang Konsesi terkait untuk memulai tindakan
korektif yang tepat.
2.4.18. Apabila rencana tindakan korektif dan pencegahan dapat disepakati dengan
pihak auditee maka tidak akan diperlukan tindakan tambahan lagi selain check
audit untuk menilai tindakan perbaikannya.

2.4.19. Temuan audit yang tidak mendapat kesepakatan penyelesaian dapat


mengakibatkan tindakan korektif oleh Dirjen Bina Marga berupa:

2.4.19.1. kegiatan investigasi lebih lanjut;


2.4.19.2. perubahan kontrak
2.4.19.3. sanksi dari Pemerintah Indonesia
2.4.19.4. penarikan dana pembiayaan

2.4.20. Pendekatan yang akan diambil untuk menangani temuan akan dibahas antara
Dirjen Bina Marga dan ADB. Jika ADB merasa tidak puas dengan tindakan
perbaikan yang diambil, ADB akan mengangkat masalah tersebut ke Pemerintah
Indonesia untuk diselesaikan.

2.4.21. TA tidak akan berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan ini tetapi akan
tersedia untuk memberikan nasihat independen selama proses berlangsung,
termasuk nasihat teknis serta audit lapangan tambahan.

2.5. SERVICES
Key Task Area 1: Team Briefing dan General Audit Plan

Pada awal penugasan Konsultan harus membuat Rencana Audit Umum (General
Audit Plan) yang menggarisbawahi pada tugas kerja yang akan ditemui dan
bagaimana pelaksanaannya. Ini terbatas pada pendekatan kerja dan
perencanaan logistik dasar. Tim konsultan juga harus menyusun rencana khusus
proyek (Project Specific Plan) yang berbeda-beda di setiap lokasi berbeda pada
awal kegiatan audit.

Ketua Tim harus menyiapkan pengarahan tim untuk setiap audit berdasarkan
Rencana Audit Umum dan informasi apa pun yang diberikan oleh klien terkait
dengan lokasi yang diaudit. Pengarahan harus mencakup fokus audit yang
diharapkan dan tinjauan status kontrak dan progress pekerjaan.

Key Task Area 2: Memulai Audit


Pengenalan Proyek

2.5.1. Sebelum pergi ke lokasi, TA harus mengetahui latar belakang proyek yang akan
diaudit, mencatat desain perkerasan, jenis material, kualitas dan kuantitas (dari
laporan material) dan isu-isu spesifik yang relevan dengan proyek. Perhatian khusus
harus diberikan pada karakteristik yang tidak biasa seperti kondisi tanah subgrade
yang ekstrim, desain perkerasan dan ketebalan yang tidak biasa , muka air tanah,
dll.

Review Contract Documents

2.5.2. Informasi proyek yang diaudit harus dipelajari dan dicatat oleh TA, seperti:

2.5.2.1. Lingkup pekerjaan secara umum;


2.5.2.2. Item pekerjaan utama;
2.5.2.3. Ketentuan teknis khusus;
2.5.2.4. Harga satuan yang sangat tinggi atau rendah;
2.5.2.5. Ketentuan dalam Persyaratan Khusus Kontrak (khususnya pada item
perlindungan alam dan safety.

Rapat Pembukaan Audit

2.5.3. Sesegera mungkin setelah sampai di lokasi proyek, tim audit akan mengadakan
Rapat Pembukaan Audit. Pertemuan tersebut harus mencakup DIRJEN BINA
MARGA, Pemegang Konsesi dan subordinatnya di lokasi: CWC dan CSC) dan TA.
Pertemuan tersebut dimaksudkan sebagai pengenalan tim dan penjelasan
mengenai rencana kegiatan TA. Stakeholder yang hadir harus mewakili pada
tingkat yang tepat untuk memastikan pemahaman penuh dan untuk
memastikan audit berjalan lancar.

Persiapan Project Audit Plan

2.5.4. Setelah melakukan tinjauan singakt di lokasi, TA akan menyiapkan Project Audit
Plan singkat (satu halaman sederhana) untuk kegiatan audit yang akan
dilakukan. Audit plan tersebut dibuat berdasarkan tinjauan data-data yang
didapat sebelumnya. Project Audit Plan berisi jadwal, lingkup pengujian yang
akan dilakukan. Termasuk perkiraan biaya (bila ada) penyimpanan,
pengangkutan dan pengujian bahan dan sampel. Project Audit Plan bisa
disiapkan sebelum atau sesudah opening meeting.

2.5.5. Untuk membuat Project Audit Plan akurat, TA pertama-tama harus meninjau
lokasi, termasuk:

2.5.5.1. Inspeksi pekerjaan: Pada awal audit, pekerjaan yang sedang berlangsung harus
diamati dengan cermat. Audit harus mencakup pemeriksaan visual seluruh
lokasi termasuk CWC/kantor konsultan, laboratorium, base camp, AMMP,
stone crucher, screening plant, quarries, stock piles, material on site. Konsultan
harus mencatat kesan umum dan indikasi ketidakcocokan dengan spek.
2.5.5.2. Indikator dari kualitas konstruksi jalan adalah tampilan jalan. Ini harus dinilai
dari kualitas berkendara secara keseluruhan, dengan memperhatikan area
yang sudah ditambal atau diperbaiki. Bukti distress - bleeding, ravelling,
rutting, cracking, shear failures, potholes, dll dapat mengindikasikan masalah
kualitas.

2.5.5.3. Wawancara dengan staf Konsultan Pengawasan dan CWC: Audit diharapkan
akan mencakup, jika memungkinkan, wawancara dengan staf on site untuk
mengumpulkan informasi tentang kegiatan konstruksi dan kontrol kualitas
pekerjaan. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau
menyalahkan individu. Namun, indikasi umum inkompetensi harus dicatat
dalam laporan.

2.5.6. Berdasarkan inspeksi di atas, Project Audit Plan, akan mengidentifikasi aspek
apa yang akan diperiksa, apa yang akan menjadi fokus audit dan pengambilan
sampel dan pengujian material apa akan dilaksanakan. Project Audit Plan
tersebut harus digunakan sebagai penghubung dengan CWC dan konsultan
untuk memfasilitasi akses ke area dan material yang dibutuhkan.

2.5.7. Project Audit Plan harus mencakup logistik untuk penanganan dan pengamanan
sampel dari saat diambil sampai hasil pengujian dicapai.

Key Task Area 3: Site Records Dan Dokumentasi

2.5.8. TA akan memeriksa ketersediaan kontrak dan dokumen teknis on-site baik
untuk CWC maupun untuk Konsultan Pengawas, termasuk drawing, spesifikasi
(standar dan khusus), Kondisi Kontrak (COC) (Bagian I dan Bagian II), Daftar
Kuantitas, Standar Pengujian, dll.

2.5.9. Audit harus mencakup review dan pemeriksaan catatan site records, dari pihak
kontraktor maupun konsultan supervisi seperti di bawah ini:

Kontraktor
Meminta dokumentasi CWC: catatan harian, request for inspection, pengambilan
sampel dan hasil pengujian, Dokumen QA Plan (COC Cl. 4.9) dan lembar catatan
(records sheet), korespondensi, catatan pengukuran, risalah rapat, laporan
kemajuan bulanan (COC Cl. 4.21), klaim untuk pembayaran dan payment
certificate, rencana kerja, buku survei, hasil tes, catatan pesanan dan catatan
pengiriman harus diinspeksi secara cermat. Audit juga harus mencakup, antara
lain:

i. kepatuhan terhadap Quality Assurance Plan (QA);


ii. konsistensi volume pekerjaan vs jumlah tes, progress pekerjaan vs
plant di lokasi;
iii. tinjauan umum terhadap laporan quality;
iv. penilaian kompetensi dan kapabilitas staf CWC; kepatuhan terhadap
Upaya Perlindungan Lingkungan (UKL/UPL); dan
v. kepatuhan dengan standar kesehatan dan keselamatan; dan
Konsultan Supervisi
Meminta CSC: catatan harian, request for inspection, pengambilan sampel dan
hasil pengujian, Dokumen QA Plan (COC Cl. 4.9) dan lembar catatan (records
sheet), korespondensi, catatan pengukuran, risalah rapat, laporan kemajuan
bulanan (COC Cl. 4.21), klaim untuk pembayaran dan payment certificate, rencana
kerja, buku survei, hasil tes, catatan pesanan dan catatan pengiriman harus
diinspeksi secara cermat. Audit juga harus mencakup, antara lain:

i. efektivitas inspektor;
ii. kepatuhan terhadap QA Plan;
iii. review perubahan kontrak - adendum dan perpanjangan waktu;
iv. tinjauan umum laporan Quality;
v. penilaian kompetensi dan kapabilitas staf Konsultan Pengawas;
vi. kepatuhan terhadap persyaratan kontrak, termasuk penerbitan dan
submission dari notices. Menkonfirmasi surat persetujuan dari
pemberi kerja.
vii. kepatuhan terhadap pemantauan perlindungan lingkungan dan
sosial;
viii. kepatuhan terhadap standar kesehatan dan keselamatan yang
relevan.
Materials Testing Laboratory
Periksa sertifikasi peralatan, testin request, hasil pengujian, data sampling,
laporan, lembar QA, pengujian kualitas air, sertifikasi bahan yang dibeli (aspal,
bitumen, dll). Semua dokumentasi ini harus diperiksa secara cermat untuk
menentukan cara kerja dan tingkat profesionalisme laboratorium. Audit harus
mencakup penilaian kemampuan dan pengetahuan staf dan keterampilan mereka
dengan prosedur pengujian. Audit harus mencakup, antara lain:

i. konsistensi semua catatan mis. volume pekerjaan v. jumlah tes;


ii. hasil test yang masih dapat diterima (jumlah tes gagal, dll.);
iii. catatan umum laporan kualitas umum;
iv. kapabilitas staf laboratorium; dan
v. kepatuhan dengan standar kesehatan dan keselamatan.
“the Owner” DIRJEN BINA MARGA
i. Itu termasuk keikutsertaan Bina Marga, sebagai Pemilik:
ii. konsistensi dan kualitas report;
iii. kepatuhan Pemilik dengan persyaratan kontrak (site handover,
ketepatan pembayaran, dll.);
iv. pemantauan pelaksanaan;
2.5.10. Informasi yang diperoleh dapat memberikan indikasi tentang kualitas yang akan
didapatkan di akhir proyek.

Key Task Area 4: Review Opname, Sertifikasi Dan Pembayaran Sesuai Kontrak

2.5.11. Bagian audit ini secara khusus difokuskan pada aspek keuangan
pelaksanaannya. Konsultan audit yang ditunjuk harus memeriksa baik pada
proses dan jumlahnya. Audit yang akan dilakukan akan melibatkan antara lain:

i. inspeksi singkat atas site records yang terkait dengan pengukuran dan
pembayaran;

ii. pemeriksaan selektif atas quantity yang disetujui dan apa konsisten dengan
catatan lainnya;

iii. tinjauan harga satuan yang diterapkan untuk penghitungan pembayaran agar
konsisten dengan kontrak;

iv. peninjauan quantity yang dibayarkan agar konsisten dengan kemajuan fisik;
Progress finansial seringkali merupakan indikator terhadap masalah yang lain,
contohnya terkait kualitas.

Key Task Area 5: Review Plant dan Alat on Site

2.5.12. Kuantitas dan kualitas plant dan peralatan di lokasi dapat memberikan indikasi
kemampuan kontraktor dan konsultan di proyek. Pengalaman masa lalu
menunjukkan bahwa pemeliharaan peralatan biasanya diabaikan dan seringkali
plant di lokasi berada dalam kondisi yang buruk sehingga tidak dapat bekerja
dengan baik untuk memenuhi kebutuhan produksi dan toleransi yang
dipersyaratkan.

Kontraktor CWC
i. Mengingat hal di atas, TA akan memeriksa dan mencatat plant dan
peralatan di lokasi (truk, roller, loader, ekskavator, compactor, mesin
paving, truk air, grader, mixer beton, poker dan vibrator). TA akan
melakukannya dengan, antara lain:
ii. Memperhatikan kondisi, pembuatan, umur, utilisasi peralatan;
iii. Memeriksa AMP, crusher, quarry dan screening plant; dan Meninjau
peralatan, peralatan survei dan pemasangan patok dll.).
Membandingkan hasil inspeksi dengan QA Plan dan site records
sheets.
Konsultant Supervisi
a. Untuk memastikan staf Konsultan Pengawas diperlengkapi
dengan baik untuk melakukan pemeriksaan dan pengukuran
rutin, TA akan, antara lain:
b. Memeriksa alat dan perlengkapan Konsultan termasuk
peralatan survey: theodolite, level, staff, tape dan straight
edge, termometer aspal, speedy moisture meter, string lines
(gut), kapur/cat jalan dan paku jalan;
c. Meninjau buku survei, buku catatan, buku harian, dokumen
kontrak untuk mengukur pemanfaatan alat dan
perlengkapan; dan
d. menentukan apakah mereka memadai untuk semua
tanggung jawab kontrol kualitas.
i. Ketersediaan dan kondisi peralatan ini dapat menunjukkan pekerjaan dan
kemampuan tim supervisi untuk mengawasi pekerjaan dengan baik.

ii. Berdasarkan wawancara, menilai pengetahuan dan keterampila staf


laboratorium terhadap berbagai tes rutin.

Laboratorium Testing Material


Efektivitas dan efisiensi laboratorium sangat tergantung pada staf dan peralatan.
Tidak adanya peralatan atau ketidakmampuan untuk menggunakannya
merupakan indikasi yang jelas adanya masalah dengan proses kendali mutu.
Oleh karena itu, TA akan melakukan audit terhadap hal-hal berikut:

i. semua peralatan pengujian – memeriksa kondisi dan sertifikasi;


ii. Daftar standar pengujian (BS, ASSHTO, SI, dll.), spesifikasi dan
dokumentasi teknis lainnya yang ada; dan ketersediaan ruang
penyimpanan, peralatan pengambilan sampel dan lembar QA.

Key Task Area 6: Audit Produk Akhir

2.5.13. Identifikasi awal terhadap kerusakan atau berkurangnya kualitas struktur dapat
memungkinkan perbaikan dilakukan sebelum konstruksi selesai. Untuk
keperluan audit, pekerjaan diaudit dibagi menjadi enam komponen:
Drainase;
Earthworks;
Perkerasan granular;
Perkerasan aspal;
Struktur; dan
Lain-lain.
2.5.14. TA akan mengukur atau menguji bahan atau item pekerjaan dari setiap
komponen untuk menunjukkan kesesuaian dengan parameter yang ditentukan.
Lampiran 3 (Annex 3) memberikan panduan indikatif untuk pemilihan dan
frekuensi pengukuran lokasi dan pengujian yang akan dilakukan.

i. Memeriksa garis, elevasi dan Properti fisik


Meskipun kegiatan audit sebelumnya telah mencakup pemeriksaan
kualitas konstruksi, pemeriksaan site records dan pemeriksaan QC
system, TA tetap diwajibkan untuk memastikan bahwa:
a. Garis dan elevasi struktur terbangun berada dalam toleransi;
b. Semua ketebalan sesuai dengan yang ditunjukkan pada
gambar;
c. Semua bahan memenuhi persyaratan yang ditentukan; dan /
atau
d. Semua struktur memenuhi standar konstruksi yang
ditentukan;
ii. Pengambilan Sampel Material dan Testing
Pemeriksaan perkerasan hanya dapat benar-benar dikonfirmasi
dengan pengeboran coring.
CWC perlu memulihkan kondisi sebelum pengambilan sampel.
Pekerjaan pemulihan akan diinstruksikan dan dibayar berdasarkan
kontrak pekerjaan sipil.
iii. Coring Lapisan Aspal.
Untuk lapisan aspal, karakteristik ketebalan, pemadatan dan
campuran harus dikonfirmasi dengan Coring dan lubang observasi
(kira-kira sedalam 20-30 cm)
iv. Test Pit
Test pit biasanya lebih besar dari lubang observasi. Test pit
memungkinkan pemeriksaan bahan dan struktur perkerasan jalan
dari dekat, dengan pengujian in-situ yang terperinci seperti
kepadatan, kadar air, dan memungkinkan akses untuk mengekstraksi
sampel dari setiap lapisan konstruksi. Sangat penting untuk
memastikan bahwa teknik pengambilan sampel yang tepat
digunakan dan kontaminasi sampel dihindari dengan kerusakan
sesedikit mungkin. Setelah pengambilan sampel, ketebalan setiap
lapisan harus diukur dan test pits harus dibuat profilnya. Catatan foto
lengkap harus dibuat sebelum penimbunan kembali.
v. Pengambilan sampel dan pengujian bahan seperti yang dijelaskan di
atas membutuhkan sumber daya yang signifikan sehingga penting
untuk menerapkan pengambilan sampel dan pengujian yang tepat
untuk mendapat hasil yang baik. Lampiran 3 (Annex 3) memberikan
panduan tentang frekuensi pengujian. Tim audit akan menunjukkan
lokasi, tipe dan frekuensi pengambilan sampel dan pengujian. Lokasi
pengujian harus dipilih secara statistik untuk memberikan hasil yang
representatif meskipun TA mungkin memilih untuk menempatkan
beberapa pengujian di lokasi yang “dicurigai”. Sampel akan diuji di
laboratorium yang dipilih dan hasilnya diberikan kepada TA.
vi. Safety dan Pemulihan lokasi sampel
vii. TA harus memastikan bahwa prosedur pengambilan sampel dan
pengujian memenuhi syarat keselamatan lalu lintas dan menyediaan
rambu-rambu yang sesuai, dll.
viii. TA harus memastikan bahwa setiap lokasi pengujian akan
dikembalikan ke standar yang sesuai. Penggunaan campuran dingin
(cold mix) diizinkan untuk mengkompensasi lapisan pengisi / kerikil
yang tidak dipadatkan.

Key Task Area 7: Rapat Penutup


2.5.15. Pada akhir kegiatan audit, TA harus mengumpulkan semua informasi yang
dikumpulkan. Meskipun kemungkinan hasil uji laboratorium tidak akan tersedia
saat ini, TA akan menyiapkan draf laporan audit yang menunjukkan cakupan
audit dan temuan serta indikasi awal.

2.5.16. TA akan meninjau draf laporan audit dan temuan dengan auditee untuk
mendapatkan pengakuan bahwa temuannya akurat dan ketidaksesuaian
dipahami. TA akan mengadakan rapat penutup di setiap akhir audit untuk
mempresentasikan temuan dan kesimpulan audit sedemikian rupa sehingga
dipahami dan diakui oleh auditee. Minimal, Rapat Penutupan Audit akan
diadakan di lokasi dan melibatkan CWC, Konsultan Pengawas dan Pemberi Kerja
(Pemilik konsesi).

2.5.17. TA jika perlu, dapat membuat rencana tindakan korektif dan tindakan
pencegahan yang disepakati dengan auditee. Tindakan pencegahan atau
perbaikan yang harus dilakukan oleh auditee harus memiliki jangka waktu
tertentu yang disepakati Bersama danharus diverifikasi oleh tim audit di masa
mendatang.

Key Task Area 8: Check Audit, Audit Tambahan dan Ad Hoc Advice
2.5.18. TA akan melakukan check audit terhadap paket yang sebelumnya diaudit dan
melaporkan kegiatan perbaikannya. Tujuan utama TA dalam check audit ini
adalah untuk memverifikasi kecukupan dan efektivitas tindakan perbaikan untuk
mengatasi masalah yang diangkat oleh audit teknis sebelumnya. Audit ini tidak
akan menjadi audit penuh melainkan terbatas pada tinjauan dan verifikasi
tindakan perbaikan. Namun, kunjungan lapangan tsb memungkinkan
pengamatan terhadap pekerjaan yang sedang berlangsung, yang mungkin tidak
terlihat dalam audit sebelumnya.

2.5.19. TA dapat diminta untuk melakukan audit tambahan lainnya, dan untuk
memberikan nasihat independen kepada Dirjen Bina Marga/ADB sehubungan
dengan hal-hal yang dihasilkan dari temuan audit, sebagaimana diuraikan di
bawah ini:

Dalam hal temuan audit dibantah oleh salah satu pihak yang diaudit
(Kontraktor, Konsultan Pengawas, PPK), pengujian tambahan dapat dilakukan
oleh pihak-pihak tersebut atau pihak eksternal (misalnya Inspektorat Jenderal).
Hasil dan perbaikan yang diusulkan akan diberikan kepada Dirjen Bina
Marga/ADB untuk dievaluasi. Jika salah satu perbaikan yang diusulkan berbeda
dengan laporan audit asli atau dianggap memerlukan evaluasi teknis lebih
lanjut, maka Ditjen Bina Marga/ADB dapat meminta TA untuk meninjau
proposal perubahan tsb. TA harus secara meyakinkan menilai keandalan dan
keakuratan data yang diberikan oleh pihak ketiga dan akan membuat
rekomendasi kepada Dirjen Bina Marga/ADB tentang kesesuaian dan efektivitas
perbaikan yang diusulkan.

Key Task Area 9: Pelaporan


2.5.20. TA akan menyerahkan Laporan Audit Proyek dalam waktu satu minggu setelah
audit selesai;

Laporan Audit Proyek akan:

i. Memberikan pendapat profesional tentang kualitas, kecukupan dan


efektivitas biaya pekerjaan serta kualitas kontrak, dokumentasi dan
pengawasan;
ii. Melaporkan variasi pengukuran, pengujian atau pengamatan
terhadap spesifikasinya.
iii. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau proposal tentang
“bagaimana melanjutkan pekerjaan” agar pihak-pihak yang dikontrak
dapat menyelesaikan masalahnya. Solusi pertama berdasarkan
kontrak masing-masing; dan
iv. Solusi selanjutnya berupa saran perbaikan proses, dokumentasi, staf,
dll. yang akan menguntungkan secara keseluruhan dan mendukung
produk akhir yang lebih baik
2.5.21. Secara umum, Laporan Audit Proyek berisi sejumlah besar data dan informasi
terkait dan oleh karena itu perlu disusun secara hati-hati untuk memastikan
kejelasan dan manfaat yang optimal. Latar belakang dan informasi pendukung
harus dimasukkan dalam Lampiran atau dokumentasi terpisah sedangkan
Laporan Audit hanya berkonsentrasi pada isu-isu kritis dan implikasinya. Semua
laporan harus menyertakan Ringkasan Eksekutif yang singkat dan fokus pada
masalah.

2.5.22. Penting bahwa Laporan Audit ditindaklanjuti sesegera mungkin dan Laporan
Audit Proyek harus diserahkan 1 minggu setelah selesainya audit oleh TA.

2.5.23. Jika perlu, rencana tindakan korektif dan pencegahan harus disepakati dengan
auditee berdasarkan tanggapan atas kesimpulan dan rekomendasi laporan
audit. Catatan dan hasil pertemuan ini dan setiap rencana tindakan yang
disepakati harus dimasukkan dalam laporan audit.

2.5.24. Dirjen Bina Marga akan meninjau laporan dan berbagi dengan pemangku
kepentingan yang sesuai. Tindakan yang tepat akan disepakati berdasarkan
temuan audit dan akan mengikuti prosedur yang biasa dilakukan.

2.5.25. Check Audit akan memverifikasi dan menilai efektivitas tindakan perbaikan yang
diambil.

Presentasi Laporan

2.5.26. TA dapat diminta untuk menyajikan Laporan Audit kepada pihak yang dipilih
dari pejabat Pemerintah Indonesia. Presentasi harus menyertakan PowerPoint
atau grafik.

2.5.27. Semua laporan harus:

Akurat dan tidak membawa pada kesalahpahaman dalam hal apapun;

Diberikan dalam format, angka dan pada media yang disetujui atau diminta oleh
DIRJEN BINA MARGA;

2.5.28. Selain hal di atas, semua laporan yang dihasilkan harus dengan standar tinggi,
dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang disampaikan dalam bentuk
soft copy (PDF dan MS Word) dan (10 hard copy bahasa Indonesia dan 5 dalam
bahasa Inggris).
2.6. KERAHASIAAN

2.5.29. Kecuali diwajibkan oleh undang-undang, TA dan mereka yang bertanggung


jawab untuk mengelola program audit tidak boleh mengungkapkan isi
dokumen, informasi lain yang diperoleh selama audit, atau laporan audit,
kepada pihak lain mana pun tanpa persetujuan eksplisit dari Dirjen Bina Marga
dan jika perlu, pihak yang diaudit.

2.7. MASUKAN AUDIT


Jadwal waktu

2.7.1. Diperkirakan bahwa latihan audit akan dilakukan selama 9 bulan penugasan.
Diharapkan kegiatan audit akan mengikuti siklus yang cukup teratur yang terdiri
dari audit on-site diikuti dengan penyusunan laporan. Dengan asumsi periode 17-
18 hari kalender untuk melaksanakan setiap audit: perjalanan/lokasi 8 hari
ditambah persiapan laporan 9 hari. Presentasi ke JBHP harus dilakukan setelah dua
kali audit lengkap.

2.7.2. Dari jadwal di atas menunjukkan bahwa sekitar 37 hari kalender dipakai untuk 2
full audit (ditambah 2 audit cek), yang berarti bahwa dalam penugasan 9 bulan
dapat dilakukan 12 full audit penuh ditambah 9-10 check audit.

2.7.3. Jadwal ini dapat dimodifikasi agar sesuai dengan jadwal pekerjaan yang
sebenarnya, dan keadaan yang dihadapi selama kegiatan audit.

Lokasi Layanan

2.7.4. Proyek Jalan Tol yang dapat diaudit adalah di Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, dan
Sulawesi Selatan.

2.7.5. Meskipun auditor akan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di lokasi
proyek, tim tetap berbasis di Jakarta, untuk tujuan pelaporan dan koordinasi,
selama penugasan. Secara riil akan ada 2 tim audit yang bekerja – satu dipimpin
oleh Lead Auditor, melaksanakan audit penuh, dan yang kedua, dipimpin oleh
Spesialis Material, melaksanakan check audit. Tim akan diatur untuk
memungkinkan beberapa anggota tim, yang tidak diperlukan untuk persiapan
laporan, untuk berpartisipasi dalam full audit penuh dan check audit.

2.7.6. Gambar 3 menunjukkan rencana kerja indikatif yang menggambarkan siklus


kerja lapangan dan pelaporan.
Staffing

Figure 3 Work Plan - Cycle of field audit and reporting

Anda mungkin juga menyukai