2.1.1. JBHP menugaskan Technical Audit (TA) untuk melakukan penilaian independen
terhadap proyek jalan tol terpilih. Untuk memastikan bahwa:
2.1.2. Tidak seperti proyek lainnya yang dibiayai dan dibangun secara tradisional,
proyek jalan tol dibangun berdasarkan perjanjian konsesi. Ini berarti pemegang
konsesi, yang didirikan sebagai perusahaan (BUJT), atas nama para investornya,
akan bertindak sebagai pengembang dan akan mempekerjakan semua pihak
yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan. Ini akan mencakup - konsultan
desain, Kontraktor Pekerjaan Sipil (CWC), Konsultan Pengawas Konstruksi (CSC)
dan Pengawas Kualitas Independen (PMI). Dirjen Bina Marga walau berada di
luar sistem diatas, tetapi sebagai pemilik, memiliki persetujuan akhir untuk
aspek kritikal.
2.1.3. Audit teknis (TA) tidak saja fokus pada kualitas pekerjaan tetapi juga pada
kinerja Kontraktor Pekerjaan Sipil (CWC) dan Konsultan Pengawas Konstruksi
(CSC). Apakah mereka telah melaksanakan tugasnya sebagaimana ditentukan
dalam kontrak masing-masing. TA diharapkan dapat mengidentifikasi
kekurangan dan ketidaksesuaian dalam suatu pekerjaan maupun juga dalam
ketidaksesuaian prosedur dan implementasinya yang berujung pada terjadinya
suatu permasalahan.
2.1.6. Jika Laporan Tanggapan Audit tidak diberikan atau jika laporan tindakan
perbaikan dianggap tidak memadai oleh Bina Marga, maka persetujuan akhir
pembangunan akan ditahan oleh BPJT sampai perbaikan yang memuaskan telah
dilaksanakan dan dilaporkan. Seperti dijelaskan di bawah ini, full audit (audit
lengkap) akan diikuti dengan check audit di kemudian hari untuk memverifikasi
tindakan apa yang telah diambil untuk menangani temuan dan ketidaksesuaian.
2.1.7. Program jalan tol untuk tahun 2019/20 mencakup banyak proyek tol di seluruh
Indonesia. Proyek yang akan diaudit akan dipilih oleh DGH dari daftar proyek
diatas dan tim audit diarahkan sesuai pilihan tsb. Daftar final jalan tol akan
dikonfirmasikan sejalan berlangsungnya proyek.
2.1.8. Audit akan dibatasi pada satu full audit dari setiap proyek tol dan yang diikuti
oleh check audit sebagai pemeriksaan lebih lanjut untuk memverifikasi tindakan
korektif. Full audit umumnya harus dilakukan ketika kemajuan telah mencapai
tahap konstruksi yang cukup besar (sekitar > 25%). Audit ini diharapkan dapat
menjadi stimulus preventif sekaligus korektif untuk meningkatkan kualitas
konstruksi sehingga audit tidak dilakukan ketika atau sampai konstruksi selesai.
2.1.9. Bina Marga memiliki kegiatan Audit Teknis paralel untuk jalan nasional yang
dilaksanakan di bawah ESP dan KIAT (dengan Direktorat Preservasi).
2.2.1. TA akan dilakukan pada tahun 2020 dan mengaudit pekerjaan yang sedang
berlangsung ataupun yang sudah selesai. Pemegang konsesi jalan tol dan
pemangku kepentingan lainnya harus menyediakan semua akses dan dukungan
yang diperlukan kepada TA dalam menjalankan tugasnya. Setelah TA
menyelesaikan teknis penilaian, TA harus menyerahkan laporan kepada Bina Marga
menyoroti ketidaksesuaian sehubungan dengan kualitas konstruksi dan dengan
rekomendasi/solusi praktis untuk memperbaiki ketidaksesuaian tersebut agar dapat
sesuai dengan kontrak.
2.2.2. Ruang lingkup audit mencakup kesesuaian aspek administrasi, keuangan dan
teknis dari CWC dan CSC. Perlu dicatat bahwa meskipun audit memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan secara luas, audit lapangan (field audit) yang
sebenarnya hanya dilakukan selama 3-4 hari dan oleh karena itu cakupannya
akan terbatas. Ruang lingkup setiap audit akan ditentukan secara individual
berdasarkan tinjauan lokasi dan status kemajuan konstruksi.
2.2.3. Hasil yang diharapkan dari proses audit ini adalah untuk memastikan adanya
perbaikan dan mencegah penyimpangan lebih lanjut dari aspek administrasi
dan teknis dari pekerjaan yang sedang berlangsung. Audit ini dimaksudkan
untuk mengungkap praktik kerja yang buruk dan hasil yang di bawah standar
dengan tujuan untuk menemukan solusi praktis yang tepat dan meningkatkan
administrasi kontrak dan pelaksanaanya. Audit ini tidak memiliki posisi
kontraktual dan hanya memberikan informasi sebagai dasar bagi Bina Marga
sebagai pemilik untuk memperbaiki kerusakan dan meningkatkan kinerja
proyek.
2.2.4. Proses tanggapan audit (formal audit response process) harus memberikan
tanggapan berupa rencana perbaikan yang terikat oleh waktu. Tim audit teknis
sendiri tidak terlibat langsung dalam proses ini, yang merupakan sistem
administrasi Dirjen Bina Marga. Check audit yang selanjutnya akan dilakukan
oleh TA akan memverifikasi tindakan perbaikan dan efektivitasnya. Selain
masalah teknis, laporan audit dapat mencakup rekomendasi kegiatan di masa
mendatang guna memperbaiki kekeliruan prosedur dan kerusakan struktur.
2.3.1. Pembangunan jalan tol melibatkan pengerjaan fisik oleh Kontraktor Pekerjaan
Sipil (CWC). Pekerjaan pembangunan harus sesuai dengan standar dan spesifikasi
yang disepakati dan CWC harus dibayar sesuai tarif dalam kontrak. Hasil kerja
kontraktor diukur dan diuji di tempat untuk memastikan kualitasnya sesuai dengan
persyaratan. Proses ini dilakukan secara terus menerus oleh CWC dan oleh
Konsultan Pengawas Konstruksi (CSC). Namun demikian, penting untuk
memastikan bahwa proses ini efektif dalam menghasilkan pekerjaan yang sesuai
standar. Ini dilakukan dengan adanya audit teknis.
2.3.2. Audit adalah bagian penting dari kegiatan penilaian proyek. Ini adalah alat
manajemen penting untuk memantau dan memverifikasi pelaksanaan proyek
yang efektif berdasarkan kualitas barang yang dihasilkan.
2.3.3.
2.3.5. Audit agar independen dan obyektif dengan pendekatan berbasis bukti yang
menerapkan prinsip-prinsip dasar audit yang etis, penyajian yang apa adanya,
dan pengamatan auditor yang cermat dan seksama (“due professional care”)
2.3.6. Keluaran dari audit teknis adalah Laporan Audit Teknis yang mencakup temuan
audit dan rekomendasi yang sesuai. Tim TA akan mempresentasikan laporan
tersebut kepada Bina Marga dan bekerja sama dengan Bina Marga untuk
menghasilkan tanggapan yang sesuai.
2.4.1. Audit ini dimaksudkan sebagai pemeriksaan singkat pekerjaan di lokasi. Ini tidak
dimaksudkan sebagai audit forensik penuh yang menguji semua aspek tetapi lebih
merupakan gambaran singkat yang cukup untuk mendapatkan kesan yang jelas
tentang standar pekerjaan dan kualitas keluaran.
2.4.2. Audit akan diarahkan pada sejumlah aspek proyek yang berbeda, masing-
masing melibatkan penggunaan prosedur yang berbeda. Aspek-aspek tersebut
meliputi:
2.4.5. Ini adalah tinjauan tentang "bagaimana" pekerjaan dilakukan, dengan penilaian
thd kesesuaian dan keefektifan sistem yang digunakan. Audit akan meninjau
proses yang diterapkan untuk konstruksi, kendali mutu, pengukuran dan
jaminan mutu QA. Ini juga akan memeriksa pencatatan, perbaikan
ketidaksesuaian, dll. Ini harus dilakukan untuk CWC dan juga Konsultan
Pengawas.
2.4.6. Tinjauan terhadap fasilitas, kompetensi staf dan efektivitas prosedur akan
berfokus pada laboratorium pengujian bahan di lokasi tetapi juga akan
mencakup inspeksi Pabrik Pencampur Aspal (AMP), batching beton, borrow pit,
quarries, Crusher plant, filter plant. Juga akan ditinjau Prosedur untuk
memeriksa kualitas material komersial seperti bitumen, semen dan unit
pracetak.
2.4.7. Audit ini akan mencakup pemeriksaan pekerjaan fisik dan pemeriksaan pada:
2.4.7.1. pekerjaan jalur dan tingkat jalan, drainase dan jembatan (periksa akurasi dan
toleransi);
2.4.7.2. dimensi umum - ketebalan, lebar (periksa toleransi); dan
2.4.7.3. kualitas material: gradasi, indeks plastisitas, CBR, densitas, komposisi,
kandungan aspal content dll dari bahan di tempat; kualitas bahan kimia
tertentu dari bahan seperti Bitumen dan penyimpanannya.
2.4.8. Aspek audit ini akan melibatkan inspeksi, pengukuran, survei dan pengambilan
sampel serta pengujian bahan.
2.4.9. Meskipun audit akan dilakukan dengan standar tertinggi, penting untuk
diketahui bahwa standar implementasi dan konstruksi di negara berpenghasilan
menengah seperti Indonesia tidak akan selalu mencapai tingkat yang
diharapkan seperti di negara maju. Audit akan ditargetkan untuk
mengidentifikasi tindakan korektif dan perbaikan dan bukan pada sanksi.
2.4.11. Deskripsi singkat proyek akan dibuat di lokasi oleh tim TA berdasarkan
karakteristik proyek, kemajuan konstruksi dan pengamatan awal. Rencana Audit
harus menunjukkan di mana inspeksi dapat ditargetkan dan kemungkinan jenis
pengambilan sampelnya dan pengujian yang akan dilakukan pada proyek itu.
Lampiran 3 memberikan daftar potensial target audit, dan daftar indikatif
pengujian yang mungkin sesuai untuk masing-masing target tsb.
2.4.12. Karena kekhawatiran tentang proses pengambilan sampel dan pengujian yang
tidak obyektif, TA bertanggung jawab penuh atas semua aspek pengambilan
sampel lapangan dan program pengujian dari awal hingga akhir, termasuk
logistiknya. Ini akan membutuhkan TA untuk melakukan dan mengatur semua
perjalanan yang diperlukan, akomodasi dan pengaturan lain yang diperlukan,
termasuk koordinasi dengan pihak lain seperti bagian terkait dari Bina Marga,
Konsultan Pengawas dan CWC.
2.4.13. Ketersediaan fasilitas pengujian yang andal di lokasi proyek sangat terbatas.
Selain itu, integritas dan akurasi dari banyak laboratorium pengujian komersial
yang tersedia masih dipertanyakan. Tidak diketahui apakah sampel akan
berubah, atau pengujian dilakukan dengan benar, dan / atau hasil dibuat palsu.
Selain itu, Auditee juga tidak diketahui apakah akan berusaha memengaruhi
pemilihan sampel atau hasil pengujian. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
hasil yang dapat diandalkan, TA harus mengawasi semua pengambilan sampel,
pengangkutan dan pengujian, dengan menggunakan staf yang relatif senior. TA
harus memastikan bahwa pengambilan, pengangkutan dan pengujian sampel
menggunakan sistem (pengawasan berkelanjutan) yang memungkinkan tingkat
kepercayaan yang sesuai pada hasil. TA mungkin harus mempekerjakan staf
secara langsung untuk mengambil sampel di lokasi dan menemani sampel saat
diangkut ke laboratorium. Ini mungkin membutuhkan sewa truk dan angkutan
udara. Seorang teknisi material yang memenuhi syarat harus mengawasi semua
pengujian laboratorium di mana pun itu dilakukan.
2.4.15. Meskipun TA akan tetap sepenuhnya independen dari semua pihak lain yang
akan diaudit, akan ada kebutuhan untuk berhubungan dan berkoordinasi
dengan semua pihak yang terlibat. Pihak-pihak tersebut antara lain CWC,
Konsultan Pengawas dan seksi terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Marga (DBM).
2.4.16. Demi lancarnya pelaksanaan audit, penting bagi Tim Audit Teknis untuk
membangun hubungan kerja yang efektif dengan semua pihak yang terlibat,
sejak awal proyek.
2.4.17. Sementara TA akan melapor langsung ke ESP PIU, penting untuk dipahami
bagaimana temuan audit akan ditangani. Dirjen Bina Marga telah membuat
sistem untuk menangani laporan audit seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2
di atas. PIU akan menerbitkan laporan dan review bersama BPJT. Setelah itu
BPJT akan menginstruksikan Pemegang Konsesi terkait untuk memulai tindakan
korektif yang tepat.
2.4.18. Apabila rencana tindakan korektif dan pencegahan dapat disepakati dengan
pihak auditee maka tidak akan diperlukan tindakan tambahan lagi selain check
audit untuk menilai tindakan perbaikannya.
2.4.20. Pendekatan yang akan diambil untuk menangani temuan akan dibahas antara
Dirjen Bina Marga dan ADB. Jika ADB merasa tidak puas dengan tindakan
perbaikan yang diambil, ADB akan mengangkat masalah tersebut ke Pemerintah
Indonesia untuk diselesaikan.
2.4.21. TA tidak akan berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan ini tetapi akan
tersedia untuk memberikan nasihat independen selama proses berlangsung,
termasuk nasihat teknis serta audit lapangan tambahan.
2.5. SERVICES
Key Task Area 1: Team Briefing dan General Audit Plan
Pada awal penugasan Konsultan harus membuat Rencana Audit Umum (General
Audit Plan) yang menggarisbawahi pada tugas kerja yang akan ditemui dan
bagaimana pelaksanaannya. Ini terbatas pada pendekatan kerja dan
perencanaan logistik dasar. Tim konsultan juga harus menyusun rencana khusus
proyek (Project Specific Plan) yang berbeda-beda di setiap lokasi berbeda pada
awal kegiatan audit.
Ketua Tim harus menyiapkan pengarahan tim untuk setiap audit berdasarkan
Rencana Audit Umum dan informasi apa pun yang diberikan oleh klien terkait
dengan lokasi yang diaudit. Pengarahan harus mencakup fokus audit yang
diharapkan dan tinjauan status kontrak dan progress pekerjaan.
2.5.1. Sebelum pergi ke lokasi, TA harus mengetahui latar belakang proyek yang akan
diaudit, mencatat desain perkerasan, jenis material, kualitas dan kuantitas (dari
laporan material) dan isu-isu spesifik yang relevan dengan proyek. Perhatian khusus
harus diberikan pada karakteristik yang tidak biasa seperti kondisi tanah subgrade
yang ekstrim, desain perkerasan dan ketebalan yang tidak biasa , muka air tanah,
dll.
2.5.2. Informasi proyek yang diaudit harus dipelajari dan dicatat oleh TA, seperti:
2.5.3. Sesegera mungkin setelah sampai di lokasi proyek, tim audit akan mengadakan
Rapat Pembukaan Audit. Pertemuan tersebut harus mencakup DIRJEN BINA
MARGA, Pemegang Konsesi dan subordinatnya di lokasi: CWC dan CSC) dan TA.
Pertemuan tersebut dimaksudkan sebagai pengenalan tim dan penjelasan
mengenai rencana kegiatan TA. Stakeholder yang hadir harus mewakili pada
tingkat yang tepat untuk memastikan pemahaman penuh dan untuk
memastikan audit berjalan lancar.
2.5.4. Setelah melakukan tinjauan singakt di lokasi, TA akan menyiapkan Project Audit
Plan singkat (satu halaman sederhana) untuk kegiatan audit yang akan
dilakukan. Audit plan tersebut dibuat berdasarkan tinjauan data-data yang
didapat sebelumnya. Project Audit Plan berisi jadwal, lingkup pengujian yang
akan dilakukan. Termasuk perkiraan biaya (bila ada) penyimpanan,
pengangkutan dan pengujian bahan dan sampel. Project Audit Plan bisa
disiapkan sebelum atau sesudah opening meeting.
2.5.5. Untuk membuat Project Audit Plan akurat, TA pertama-tama harus meninjau
lokasi, termasuk:
2.5.5.1. Inspeksi pekerjaan: Pada awal audit, pekerjaan yang sedang berlangsung harus
diamati dengan cermat. Audit harus mencakup pemeriksaan visual seluruh
lokasi termasuk CWC/kantor konsultan, laboratorium, base camp, AMMP,
stone crucher, screening plant, quarries, stock piles, material on site. Konsultan
harus mencatat kesan umum dan indikasi ketidakcocokan dengan spek.
2.5.5.2. Indikator dari kualitas konstruksi jalan adalah tampilan jalan. Ini harus dinilai
dari kualitas berkendara secara keseluruhan, dengan memperhatikan area
yang sudah ditambal atau diperbaiki. Bukti distress - bleeding, ravelling,
rutting, cracking, shear failures, potholes, dll dapat mengindikasikan masalah
kualitas.
2.5.5.3. Wawancara dengan staf Konsultan Pengawasan dan CWC: Audit diharapkan
akan mencakup, jika memungkinkan, wawancara dengan staf on site untuk
mengumpulkan informasi tentang kegiatan konstruksi dan kontrol kualitas
pekerjaan. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau
menyalahkan individu. Namun, indikasi umum inkompetensi harus dicatat
dalam laporan.
2.5.6. Berdasarkan inspeksi di atas, Project Audit Plan, akan mengidentifikasi aspek
apa yang akan diperiksa, apa yang akan menjadi fokus audit dan pengambilan
sampel dan pengujian material apa akan dilaksanakan. Project Audit Plan
tersebut harus digunakan sebagai penghubung dengan CWC dan konsultan
untuk memfasilitasi akses ke area dan material yang dibutuhkan.
2.5.7. Project Audit Plan harus mencakup logistik untuk penanganan dan pengamanan
sampel dari saat diambil sampai hasil pengujian dicapai.
2.5.8. TA akan memeriksa ketersediaan kontrak dan dokumen teknis on-site baik
untuk CWC maupun untuk Konsultan Pengawas, termasuk drawing, spesifikasi
(standar dan khusus), Kondisi Kontrak (COC) (Bagian I dan Bagian II), Daftar
Kuantitas, Standar Pengujian, dll.
2.5.9. Audit harus mencakup review dan pemeriksaan catatan site records, dari pihak
kontraktor maupun konsultan supervisi seperti di bawah ini:
Kontraktor
Meminta dokumentasi CWC: catatan harian, request for inspection, pengambilan
sampel dan hasil pengujian, Dokumen QA Plan (COC Cl. 4.9) dan lembar catatan
(records sheet), korespondensi, catatan pengukuran, risalah rapat, laporan
kemajuan bulanan (COC Cl. 4.21), klaim untuk pembayaran dan payment
certificate, rencana kerja, buku survei, hasil tes, catatan pesanan dan catatan
pengiriman harus diinspeksi secara cermat. Audit juga harus mencakup, antara
lain:
i. efektivitas inspektor;
ii. kepatuhan terhadap QA Plan;
iii. review perubahan kontrak - adendum dan perpanjangan waktu;
iv. tinjauan umum laporan Quality;
v. penilaian kompetensi dan kapabilitas staf Konsultan Pengawas;
vi. kepatuhan terhadap persyaratan kontrak, termasuk penerbitan dan
submission dari notices. Menkonfirmasi surat persetujuan dari
pemberi kerja.
vii. kepatuhan terhadap pemantauan perlindungan lingkungan dan
sosial;
viii. kepatuhan terhadap standar kesehatan dan keselamatan yang
relevan.
Materials Testing Laboratory
Periksa sertifikasi peralatan, testin request, hasil pengujian, data sampling,
laporan, lembar QA, pengujian kualitas air, sertifikasi bahan yang dibeli (aspal,
bitumen, dll). Semua dokumentasi ini harus diperiksa secara cermat untuk
menentukan cara kerja dan tingkat profesionalisme laboratorium. Audit harus
mencakup penilaian kemampuan dan pengetahuan staf dan keterampilan mereka
dengan prosedur pengujian. Audit harus mencakup, antara lain:
Key Task Area 4: Review Opname, Sertifikasi Dan Pembayaran Sesuai Kontrak
2.5.11. Bagian audit ini secara khusus difokuskan pada aspek keuangan
pelaksanaannya. Konsultan audit yang ditunjuk harus memeriksa baik pada
proses dan jumlahnya. Audit yang akan dilakukan akan melibatkan antara lain:
i. inspeksi singkat atas site records yang terkait dengan pengukuran dan
pembayaran;
ii. pemeriksaan selektif atas quantity yang disetujui dan apa konsisten dengan
catatan lainnya;
iii. tinjauan harga satuan yang diterapkan untuk penghitungan pembayaran agar
konsisten dengan kontrak;
iv. peninjauan quantity yang dibayarkan agar konsisten dengan kemajuan fisik;
Progress finansial seringkali merupakan indikator terhadap masalah yang lain,
contohnya terkait kualitas.
2.5.12. Kuantitas dan kualitas plant dan peralatan di lokasi dapat memberikan indikasi
kemampuan kontraktor dan konsultan di proyek. Pengalaman masa lalu
menunjukkan bahwa pemeliharaan peralatan biasanya diabaikan dan seringkali
plant di lokasi berada dalam kondisi yang buruk sehingga tidak dapat bekerja
dengan baik untuk memenuhi kebutuhan produksi dan toleransi yang
dipersyaratkan.
Kontraktor CWC
i. Mengingat hal di atas, TA akan memeriksa dan mencatat plant dan
peralatan di lokasi (truk, roller, loader, ekskavator, compactor, mesin
paving, truk air, grader, mixer beton, poker dan vibrator). TA akan
melakukannya dengan, antara lain:
ii. Memperhatikan kondisi, pembuatan, umur, utilisasi peralatan;
iii. Memeriksa AMP, crusher, quarry dan screening plant; dan Meninjau
peralatan, peralatan survei dan pemasangan patok dll.).
Membandingkan hasil inspeksi dengan QA Plan dan site records
sheets.
Konsultant Supervisi
a. Untuk memastikan staf Konsultan Pengawas diperlengkapi
dengan baik untuk melakukan pemeriksaan dan pengukuran
rutin, TA akan, antara lain:
b. Memeriksa alat dan perlengkapan Konsultan termasuk
peralatan survey: theodolite, level, staff, tape dan straight
edge, termometer aspal, speedy moisture meter, string lines
(gut), kapur/cat jalan dan paku jalan;
c. Meninjau buku survei, buku catatan, buku harian, dokumen
kontrak untuk mengukur pemanfaatan alat dan
perlengkapan; dan
d. menentukan apakah mereka memadai untuk semua
tanggung jawab kontrol kualitas.
i. Ketersediaan dan kondisi peralatan ini dapat menunjukkan pekerjaan dan
kemampuan tim supervisi untuk mengawasi pekerjaan dengan baik.
2.5.13. Identifikasi awal terhadap kerusakan atau berkurangnya kualitas struktur dapat
memungkinkan perbaikan dilakukan sebelum konstruksi selesai. Untuk
keperluan audit, pekerjaan diaudit dibagi menjadi enam komponen:
Drainase;
Earthworks;
Perkerasan granular;
Perkerasan aspal;
Struktur; dan
Lain-lain.
2.5.14. TA akan mengukur atau menguji bahan atau item pekerjaan dari setiap
komponen untuk menunjukkan kesesuaian dengan parameter yang ditentukan.
Lampiran 3 (Annex 3) memberikan panduan indikatif untuk pemilihan dan
frekuensi pengukuran lokasi dan pengujian yang akan dilakukan.
2.5.16. TA akan meninjau draf laporan audit dan temuan dengan auditee untuk
mendapatkan pengakuan bahwa temuannya akurat dan ketidaksesuaian
dipahami. TA akan mengadakan rapat penutup di setiap akhir audit untuk
mempresentasikan temuan dan kesimpulan audit sedemikian rupa sehingga
dipahami dan diakui oleh auditee. Minimal, Rapat Penutupan Audit akan
diadakan di lokasi dan melibatkan CWC, Konsultan Pengawas dan Pemberi Kerja
(Pemilik konsesi).
2.5.17. TA jika perlu, dapat membuat rencana tindakan korektif dan tindakan
pencegahan yang disepakati dengan auditee. Tindakan pencegahan atau
perbaikan yang harus dilakukan oleh auditee harus memiliki jangka waktu
tertentu yang disepakati Bersama danharus diverifikasi oleh tim audit di masa
mendatang.
Key Task Area 8: Check Audit, Audit Tambahan dan Ad Hoc Advice
2.5.18. TA akan melakukan check audit terhadap paket yang sebelumnya diaudit dan
melaporkan kegiatan perbaikannya. Tujuan utama TA dalam check audit ini
adalah untuk memverifikasi kecukupan dan efektivitas tindakan perbaikan untuk
mengatasi masalah yang diangkat oleh audit teknis sebelumnya. Audit ini tidak
akan menjadi audit penuh melainkan terbatas pada tinjauan dan verifikasi
tindakan perbaikan. Namun, kunjungan lapangan tsb memungkinkan
pengamatan terhadap pekerjaan yang sedang berlangsung, yang mungkin tidak
terlihat dalam audit sebelumnya.
2.5.19. TA dapat diminta untuk melakukan audit tambahan lainnya, dan untuk
memberikan nasihat independen kepada Dirjen Bina Marga/ADB sehubungan
dengan hal-hal yang dihasilkan dari temuan audit, sebagaimana diuraikan di
bawah ini:
Dalam hal temuan audit dibantah oleh salah satu pihak yang diaudit
(Kontraktor, Konsultan Pengawas, PPK), pengujian tambahan dapat dilakukan
oleh pihak-pihak tersebut atau pihak eksternal (misalnya Inspektorat Jenderal).
Hasil dan perbaikan yang diusulkan akan diberikan kepada Dirjen Bina
Marga/ADB untuk dievaluasi. Jika salah satu perbaikan yang diusulkan berbeda
dengan laporan audit asli atau dianggap memerlukan evaluasi teknis lebih
lanjut, maka Ditjen Bina Marga/ADB dapat meminta TA untuk meninjau
proposal perubahan tsb. TA harus secara meyakinkan menilai keandalan dan
keakuratan data yang diberikan oleh pihak ketiga dan akan membuat
rekomendasi kepada Dirjen Bina Marga/ADB tentang kesesuaian dan efektivitas
perbaikan yang diusulkan.
2.5.22. Penting bahwa Laporan Audit ditindaklanjuti sesegera mungkin dan Laporan
Audit Proyek harus diserahkan 1 minggu setelah selesainya audit oleh TA.
2.5.23. Jika perlu, rencana tindakan korektif dan pencegahan harus disepakati dengan
auditee berdasarkan tanggapan atas kesimpulan dan rekomendasi laporan
audit. Catatan dan hasil pertemuan ini dan setiap rencana tindakan yang
disepakati harus dimasukkan dalam laporan audit.
2.5.24. Dirjen Bina Marga akan meninjau laporan dan berbagi dengan pemangku
kepentingan yang sesuai. Tindakan yang tepat akan disepakati berdasarkan
temuan audit dan akan mengikuti prosedur yang biasa dilakukan.
2.5.25. Check Audit akan memverifikasi dan menilai efektivitas tindakan perbaikan yang
diambil.
Presentasi Laporan
2.5.26. TA dapat diminta untuk menyajikan Laporan Audit kepada pihak yang dipilih
dari pejabat Pemerintah Indonesia. Presentasi harus menyertakan PowerPoint
atau grafik.
Diberikan dalam format, angka dan pada media yang disetujui atau diminta oleh
DIRJEN BINA MARGA;
2.5.28. Selain hal di atas, semua laporan yang dihasilkan harus dengan standar tinggi,
dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang disampaikan dalam bentuk
soft copy (PDF dan MS Word) dan (10 hard copy bahasa Indonesia dan 5 dalam
bahasa Inggris).
2.6. KERAHASIAAN
2.7.1. Diperkirakan bahwa latihan audit akan dilakukan selama 9 bulan penugasan.
Diharapkan kegiatan audit akan mengikuti siklus yang cukup teratur yang terdiri
dari audit on-site diikuti dengan penyusunan laporan. Dengan asumsi periode 17-
18 hari kalender untuk melaksanakan setiap audit: perjalanan/lokasi 8 hari
ditambah persiapan laporan 9 hari. Presentasi ke JBHP harus dilakukan setelah dua
kali audit lengkap.
2.7.2. Dari jadwal di atas menunjukkan bahwa sekitar 37 hari kalender dipakai untuk 2
full audit (ditambah 2 audit cek), yang berarti bahwa dalam penugasan 9 bulan
dapat dilakukan 12 full audit penuh ditambah 9-10 check audit.
2.7.3. Jadwal ini dapat dimodifikasi agar sesuai dengan jadwal pekerjaan yang
sebenarnya, dan keadaan yang dihadapi selama kegiatan audit.
Lokasi Layanan
2.7.4. Proyek Jalan Tol yang dapat diaudit adalah di Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, dan
Sulawesi Selatan.
2.7.5. Meskipun auditor akan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di lokasi
proyek, tim tetap berbasis di Jakarta, untuk tujuan pelaporan dan koordinasi,
selama penugasan. Secara riil akan ada 2 tim audit yang bekerja – satu dipimpin
oleh Lead Auditor, melaksanakan audit penuh, dan yang kedua, dipimpin oleh
Spesialis Material, melaksanakan check audit. Tim akan diatur untuk
memungkinkan beberapa anggota tim, yang tidak diperlukan untuk persiapan
laporan, untuk berpartisipasi dalam full audit penuh dan check audit.