Anda di halaman 1dari 29

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Oleh:

Nama : Masita Fajriani


NIM : J014201060
Pembimbing : Dr. drg. Ike Damayanti Habar, Sp.Pros(K)

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Kehilangan gigi dapat terjadi akibat karies, masalah jaringan periodontal,


traumatic injury, impaksi, supernumerary teeth, lesi neplasma dan kista.
Berdasarkan RISKESDAS 2018, prevalensi kehilangan gigi akibat pencabutan
gigi di Indonesia sebesar 19% dan di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 24,5%. 2
Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis
maupun fungsional, bahkan trauma psikologis.3 Akibat kehilangan gigi yang lain;
tilting, migrasi dan rotasi pada gigi sebelahnya, hilangnya kontak oklusi,
traumatic oklusi karena be-ban yang berlebihan pada jaringan pendukung, poket
periodontal, kebersihan mulut terganggu.2
Secara garis besar, gigi tiruan lepasan dibagi menjadi dua, yaitu gigi tiruan
sebagian lepasan (partial denture) dan gigi tiruan penuh (full denture atau
complete denture). Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang
bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien. GTSL ini merupakan salah satu
pilihan dalam penanganan kasus kehilangan sebagian gigi di dalam mulut. Tujuan
utama pemakaian GTSL adalah untuk memulihkan fungsi pengunyahan, bicara
dan estetika, serta mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang masih ada.
Rehabilitasi pada daerah gigi yang hilang dapat dicapai dengan pembuatan
gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat.3 Sebelum memutuskan rencana
perawatan untuk mengganti gigi yang hilang, evaluasi secara detail terhadap
situasi rongga mulut dan kondisi fungsional pasien harus dilakukan.4 Sebagai
tambahan, dalam mengganti gigi asli yang hilang, tidak hanya dibutuhkan gigi
tiruan saja, tetapi gigi tiruan juga harus dapat diposisikan untuk memberikan
artikulasi yang benar dan kontur wajah yang estetik.5
BAB II
PENATALAKSANAAN KASUS
2.1 Kasus
Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke RSGM dengan
keluhan sulit mengunyah karena beberapa gigi belakang telah dicabut.
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan. Pemeriksaan intra oral, gigi hilang: 15,
16, 26, 27, 28, 35, 36, 44, 45, 46.
2.2 Pemeriksaan Subjektif6
a. Informasi Pasien
1) Nama pasien
2) Usia / jenis kelamin
3) Alamat
4) Pekerjaan
5) Nomor rawat jalan
6) Nomor telepon.
b. Keluhan utama
Kelihatan utama merupakan alasan utama pasien untuk mencari
pengobatan yang harus dianalisis terlebih dahulu dengan akurat. Keluhan
utama bisa berupa ciri yang jelas, atau perlu diperiksa dengan cermat
untuk mengungkapkan masalah dan penyakit yang tidak disadari pasien
Keluhan utama biasanya termasuk dalam salah satu dari empat kategori
berikut:
1) Nyaman (sakit, sensitif, bengkak )
2) Fungsi (kesulitan dalam pengunyahan atau ucapan)
3) Sosial (rasa atau bau tidak enak)
4) Penampilan (gigi atau restorasi yang retak atau tidak menarik,
perubahan warna)
c. Riwayat Medik: apakah ada penyakit sistemik, sedang dalam perawatan
dokter umum atau tidak, pernah menjalani perawatan bedah/radioterapi,
alergi makanan/obat.
d. Riwayat Dental
Riwayat kedokteran gigi yang perlu ditanyakan meliputi:
- Riwayat penyakit periodontal
- Riwayat restorasi dan perawatan saluran akar gigi
- Riwayat ortodontik
- Riwayat pencabutan gigi
- Riwayat penggunaan gigi tiruan
- Riwayat radiografi
- Riwayat temporomandibular joint disorder
e. Riwayat Keluarga: berkaitan dengan problem herediter.
f. Riwayat Sosial: keadaan sosio-ekonomi pasien, pasien bepergian keluar
negeri (berkaitan dengan penyakit infeksi dibeberapa daerah tertentu).
2.3 Pemeriksaan Objektif 6
1. Ekstraoral
Pemeriksaan sebaiknya dimulai dengan pemeriksaan profil, bentuk dan
kesimetrisan wajah, mata, bibir, hidung, telinga, pergerakan rahang saat
membuka dan menutup mulut, palpasi kelenjar getah bening, palpasi TMJ
dan otot pengunyahan serta kebiasaan buruk pasien.
a. Profil Wajah : Normal
b. Bentuk Wajah : Ovoid
c. Mata : Simetris
d. Hidung : Simetris
e. Telinga : Simetris
f. Bibir : Simetris
g. Kelenjar limfe submandibular
Kanan : teraba, lunak, tak sakit
Kiri : teraba, lunak, tak sakit
h. TMJ : T.A.K
i. Perbedaan antara usia aktual dan biologis.
j. Hubungan skeletal.
k. Dimensi vertikal oklusi.
l. Penampilan gigi.
m. Lesi ekstra oral.
n. Intoleransi atau kesulitan lain dengan gigi tiruan.
2. Intraoral 7
a. Keadaan umum
a) Kebersihan Mulut
Kebersihan mulut yang menyebabkan timbulnya pelbagai penyakit
periodontal, karena itu perawatan periodontal hendaknya mendahului
pemberian perawatan prostodontik. Dengan kata lain, penderita yang
akan dibuatkan protesa sebagian lepasan , keadaan kebersihan
mulutnya harus dalam keadaan baik.
b) Mukosa mulut
Adanya kelainan, iritasi, atau keadaan patologik pada jaringan
mukosa mulut hendaknya diperiksa dengan seksama
b. Vestibulum
Dalam atau dangkalnya vestibulum mempengaruhi retensi dan
stabilitasi geligi tiruan. Pemeriksaan dilakukan pada regio posterior dan
anterior, terutama pada bagian yang tak bergigi. Pengukuran dimulai
dari dasar fornix sampai pundak ridge, sedangkan pada daerah yang
masih ada giginya, dari dasar fornix sampai ke tepi ginggiva.
c. Frenulum
Pemeriksaan frenulum meliputi tnggi rendahnya perlekatan masing –
masing. Frenulum lingualis pada rahang bawah dan frenulum labialis
pada rahang atas / bawah merupakan struktur yang perlekatan sering
kali dekat dengan puncak residual ridge. Perlekatan semacam ini akan
mengganggu penutupan tepi (seal) dan stabilitas geligi tiruan. Letgak
perlekatan frenulum dapat digolongkan :
a) Tinggi : Bila perlekatannya hampir sampai ke puncak residual ridge
b) Sedang : Bila perlekatannya kira – kira di tengah antara puncak ridge
dan fornix.
c) Rendah : bila perlekatannya dekat dengan fornix
d. Kedudukan processus alveolaris
Kedudukan processus alveolar rahang atas dan bawah dilihat dalam
jurusan sagital dan transversal.
e. Bentuk Palatum
Bentuk palatum keras dibagi menjadi quadratic, ovoid, tapering. Bentuk
lengkung palatum seperti huruf U/ Kuadratik adalah yang paling
menguntungkan. Bentuk ini memberikan stabilitas dalam jurusan
vertikal maupun horzontal, sebaliknya dari bentuk palatum seperti huruf
V / Tapering yang retensinya paling buruk.
f. Torus palatinus
Tonjolan ini digolongkan menjadi torus yang besar dan yang kecil .
tonjolan yang biasanya merupakan kelainan kongenital ini
permukaannya licin dan tidak begitu sakit bila mendapat tekanan,
dibanding exostosis. Torus ini merupakan hambatan utama bagi
kenyamanan pemakaian geligi tiruan, karena mukosa yang terdapat
diatas torus pada umunya tipis dan mudah kena trauma. Pada rahang
atas daerah torus biasanya dirilif atau bila hal ini tak mungkin
dilakukan, bagian ini dibebaskan dari penutupan plat protesa.
g. Exostosis
Exostosis merupakan tonjolan tulang yang tajam pada prosessus
alveolaris dan menyebabkan rasa sakit pada pemakaian protesa. Pada
tonjolan yang tajam dan besar, sehingga rilif tidak dapat mengatasinya,
maka perlu tindakan bedah.
2.4 Pemeriksaan Penunjang6
Tujuan dari pemeriksaan radiografi adalah :
1) Menentukan lokasi infeksi dan patologi lain yang mungkin terjadi
2) Mengungkap keberadaan fragmen akar, benda asing, tonjolan tulang, dan
formasi ridge yang tidak beraturan
3) Mengungkap keberadaan dan luasnya karies dan hubungan lesi karies
dengan pulpa dan perlekatan periodontal
4) Evaluasi restorasi untuk melihat adanya karies berulang, kebocoran
marginal, dan restorasi yang overhanging pada margin gingiva
5) Evaluasi pengisian saluran akar apabila telah dilakukan seblumnya
6) Evaluasi kondisi periodontal dan perawatan yang diperlukan
7) Evaluasi dukungan alveolar dari gigi penyangga, jumlah, panjang dan
morfologi akarnya, jumlah kehilangan tulang alveolar yang diderita
melalui proses patogen, dan jumlah dukungan alveolar yang tersisa.
2.5 Status Gigi Geligii
2.6

Diagnosis dan Rencana Perawatan


a. Diagnosis :
- RA : Edentulous Parsialis Klas II Modifikasi 1 Kennedy
- RB : Edentulous Parsialis Klas III Modifikasi 1 Kennedy
b. Rencana perawatan:
1) Rencana perawatan pembuatan gigi tiruan:
- Maksila : Gigi Tiruan Lepasan Sebagian
- Mandibula : Gigi Tiruan Lepasan Sebagian

2) Desain Gigi Tiruan


Rahang Atas Rahang Bawah
2.7 Penandatanganan Inform Consent
Setelah menjelaskan diagnosis dan rencana perawatan kepada pasien,
seorang klinisi wajib meminta persetujuan dari pasien sebelum melakukan
prosedur perawatan.

2.8 Tahapan Perawatan


Kunjungan Pertama
1. Pre-prosthetic Procedure/Mouth Preparation
Mouth preparation mengikuti diagnosis awal dan pengembangan
rencana perawatan tentatif. Secara umum, mouth preparation mencakup
prosedur yang mengevaluasi kondisi yang berisiko mengganggu fungsi gigi
tiruan dan termasuk perubahan gigi yang diperlukan untuk stabilisasi gigi
yang tepat dan mendukung gigi tiruan. Tujuan dari prosedur yang terlibat
adalah untuk menciptakan kesehatan yang optimal dan menghilangkan atau
mengubah kondisi apapun yang akan merugikan keberhasilan fungsional
dari gigi tiruan.
Prosedur mouth preparation yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
seperti periodonsia berupa kontrol plak dan scalling, konservasi berupa
penanganan terhadap restorasi gigi. Selain itu dapat pula dilakukan occlusal
adjustment.11 Tindakan ini harus dilakukan sebelum prosedur pencetakan
dilakukan untuk menghasilkan master cast. Prosedur bedah mulut dan
periodontal harus mendahului preparasi gigi penyangga dan harus
diselesaikan cukup jauh sebelumnya untuk memungkinkan periode
penyembuhan yang diperlukan. Jika memungkinkan, setidaknya 6 minggu
(dan sebaiknya 3 sampai 6 bulan) harus disediakan antara prosedur
kedokteran gigi bedah dan restoratif.
2. Pencetakan Pendahuluan dan Pembuatan Model Studi
a) Alat dan bahan 9,10,8
1) Sendok cetak edentulous dan sendok cetak bergigi
2) Rubber bowl dan spatel
3) Gelas takar
4) Bahan cetak irreversible hydrocolloide dan air
5) Handscooen, masker dan baju kerja
6) Dental bip
7) Desinfektan (glutaraldehide atau iodophor)
8) Dental stone type IV atau dental plaster
b) Prosedur Pencetakan9
Pencetakan Rahang Atas
1) Menyediakan alat dan bahan
2) Instruksikan pasien untuk duduk dengan nyaman dan kepala tegak.
Operator berada disebelah kanan pasien.
3) Instruksikan pasien untuk berkumur terlebih dahulu
4) Sediakan sendok cetak, alginat dan air. Untuk perbandingan alginat
dan air disesuaikan aturan pabrik. Campurkan alginat dan air, aduk
hingga merata
5) Masukkan bahan cetak pada sendok cetak, kemudian sendok cetak
dimasukkan kedalam mulut pasien
6) Pada RA: sendok cetak ditekan dari belakang kedepan. Tangan
operator memfiksasi sendok cetak. Instruksikan pasien untuk :
bernafas melalui hidung dan sedikit menundukkan kepala. Saat
sendok cetak dimasukkan mengucapkan huruf “M”
Pencetakan Rahang Bawah
1) Prosedur ke 1 hingga ke 2 sama dengan pencetakan pada rahang atas
2) Masukkan sendok cetak dengan cara membuka mulutpenderita
menggunakan jari telunjuk kiri. Titik tengah sayap bukal kiri sendok
cetak merupakan titik tumpu untuk menggeser sudut mulut kiri
penderita dan memutar sendok cetak sehingga sisi kanan posterior
sendok cetak masuk dalam mulut.
3) Masukkan sendok cetak hingga bagian posterior menutupi retromolar
pad dan garis tengah pegangansendok cetak berimpit dengan garis
tengah rahangbawah
4) Bibir bawah penderita ditarik ke depan dan ke bawah dengan
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri operator, kemudian
dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan operator sendok
cetak ditekanmulai dari arah posterior kiri ke anterior dan berakhir
diposterior rahang bawah kanan
Pembuatan Model Studi9,10
1) Untuk memastikan akurasi, penuangan harus dilakukan 15 menit
setelah cetakan dikeluarkan dari mulut.10
2) Cetakan di sejajarkan posisinya dengan meja.9
3) Campurkan bahan dental stone ADA type IV dengan air sesuai
rekomendasi pabrik di dalam rubber bowl dan aduk hingga homogen
menggunakan spatel.10 Setelah pencampuran, sejumlah kecil bahan
ditambahkan pada satu lokasi (misalnya, aspek posterior salah satu
gigi geraham) untuk membantu meminimalkan pembentukan
gelembung.10 Bahan biasanya dituangkan dalam tiga lapis.
Lapisan pertama harus memiliki campuran bahan yang lebih cair.
Campuran bahan harus ditempatkan di ujung distal cetakan dan
dibiarkan mengalir ke daerah lainnya. Kemudian cetakan harus
ditempatkan pada vibrator untuk menghindari pembentukan
gelembung udara. Konsistensi campuran bahan kedua harus sedikit
lebih kental dan campuran bahan terakhir dituangkan menggunakan
base former. 9
4) Untuk hasil terbaik, model harus dipisahkan dari cetakan, 1 jam
setelah dituang.10
3. Pembuatan Sendok Cetak Individual
a. Alat dan Bahan5
1) Model Studi
2) Tiga pensil warna
3) Modeling wax dan lecron
4) Handle dan blade no. 15
5) Medium pemisah (cold mold seal) dan Kuas
6) Resin autopolimerisasi
7) Lembaran plastik
8) Template
9) Roller atau pelat kaca
10) cangkir porselen dengan penutup
11) Mikromotor, bur tungsten karbid
12) Amplas dan mandrel
b. Prosedur pembuatan sendok cetak individual
1) Berikan tanda dengan pensil atau bolpoint pada model studi sesuai
batas sendok cetak (2 mm dari dasar sulkus)
2) Pilih shellac sesuai rahang yang akan dibuatkan sendok cetak 3
3) Shellac dipanaskan hingga lunak dan ditekankan pada model studi
hingga memiliki bentuk rahang.
4) Lakukan pemotongan sesuai dengan batas yang telah ditandai dengan
menggunakan gunting atau pisau malam.
5) Buatlah pegangan sendok individual dan buat pula lubang dengan bur
bulat no. 3 pada daerah palatum untuk rahang atas dan diatas puncak
ridge alveolus untuk rahang bawah, berjarak 4-5 mm. Kegunaan
lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih karena
bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari geligi
tiruan pada jaringan pendukungnya.
6) Try in. Sendok cetak individual mencakup semua daerah kecuali
frenulum, baik rahang atas maupun rahang bawah. Tidak boleh ada
undercut yang dapat menghalangi pada saat nanti dilakukan
pencetakan fisiologis.
Kunjungan Kedua
1. Border Molding
a. Alat dan Bahan8
1)Bunsen burner atau Spirit lamp
2)Air hangat dan dingin pada mangkuk yang berbeda
3)Wax knife
4)Vaseline
5)Green stick compound
b. Prosedur Kerja Border Molding
Prosedur Kerja Border Molding RA
1) Green stick dilunakkan dengan dipanaskan diatas lampu spiritus
ditambahkan sedikit demi sedikit pada bagian tepi luar sendok cetak
individuil kemudian didinginkan sedikit dengan cara temper (rendam
dalam air hangat), beri vaselin lalu masukkan ke dalam mulut pasien
dan pembentukan tepi di daerah anterior dilakukan dengan :
- Angkat dan tarik bibir atas ke luar, ke bawah dan ke dalam
- Minta pasien mengisap bibirnya,
- Daerah frenulum labialis harus tercetak baik
2) Pembentukan tepi sayap di daerah disto bukal dan frenulum bukalis
dilakukan dengan cara sbb:
- Beri green stick pada daerah cekungan hamular sendok cetak
individual
- Pemberian green stick dan pembentukan tepi sayap disto bukal
dilakukan secara bertahap dari satu sisi ke sisi yang lain
- Bentuk melalui kedua hamular di belakang daerah tuber
maksilaris
- Masukkan sendok cetak yang telah diberi green stick dalam
mulut
- Tarik pipi ke luar, ke bawah, dan ke dalam
- Gerakkan pipi ke depan dan belakang
- Minta pasien mengisap pipinya
- Minta pasien membuka mulut selebar-lebarnya
- Gerakan frenulum bukal atas harus tercetak baik
3) Tepi sayap bukal di sebelah posterior palatal (Post Dam) dibentuk
dengan :
- Tempel Green stick, kemudian panaskan dengan lampu spirtus,
tempel kembali sedikit kemudian masukkan ke dalam mulut
sambil ditekan.
- Pada bagian posterior palatal diberikan tanda dengan pensil anilin
- Bahan yang ditambahkan akan menyebar ke kiri kanan garis getar
dan membentuk suatu tanggul sepanjang tepi distal cetakan yang
digunakan untuk pembentukan Post-Dam.
- Sambil menahan sendok cetak rapat pada palatum, pasien diminta
buka mulut selebar-lebarnya dan ucapkan ”Ah” yang panjang.
Prosedur Kerja Border Molding RB
1) Wax green stick ditambahkan bertahap pada bagian-bagian tepi luar
sendok cetak, mulai dari sayap labial, kemudian sayap bukal, dan
terakhir sayap lingual.
- Pembentukan tepi untuk sayap labial dilakukan saat bibir bawah
diangkat ke luar, ke atas dan ke dalam dan meminta pasien
mengisap mulutnya.
- Di daerah frenulum bukal pipi diangkat ke luar, ke atas, ke dalam,
ke belakang dan ke depan untuk menirukan gerakan frenulum
bukal dan meminta pasien mengisap pipinya.
- Di posterior, tepi sayap bukal dibentuk ketika pipi digerakkan ke
luar, ke atas dan ke dalam dan meminta pasien membuka mulut
selebar-lebarnya.
2) Border molding dilakukan juga pada daerah retromolar pad dan
daerah sayap bukal (Buccal Shelf) untuk mendapatkan cetakan
support dan retensi maksimal. Makin besar sayap ke vestibulum
makin besar dukungan.
3) Pembentukan tepi sayap lingual dilakukan dengan meneteskan wax
green stick di tepi sayap lingual
- Teteskan green stick di bagian tepi luar sayap lingual bagian
anterior (dari premolar kiri ke premolar kanan) sampai selebar 1-2
mm. Kemudian beri vaselin dan masukkan sendok cetak ke dalam
mulut dan pasien diminta untuk menekankan lidahnya kuat-kuat
pada bagian anterior palatum. Aktivitas ini menyebabkan dasar
lidah melebar dan membentuk lekukan pada bagian anterior sayap
lingual.
- Green stick ditambahkan pada tepi ligual di kedua sisi sendok cetak
di daerah molar. Panaskan dan kemudian temper kembali green
stick yang sudah diteteskan beri vaselin, lalu masukkan sendok
cetak ke dalam mulut pasien, dan pasien diminta untuk
menjulurkan lidahnya. Hasil moulding green stick harus terlihat
halus dan mengkilap.
- Selain itu green stick di tepi sayap lingual pada kedua sisi di daerah
molar juga dapat memperpanjang sayap lingual yang kurang
panjang dengan cara yang sama.
4) Ujung distal dari sayap lingual harus meluas sampai kira-kira 1 cm di
sebelah distal ujung krista mylohyoid.
- Teteskan Greenstick di ujung distal sayap, panaskan, dan masukkan
sendok cetak ke dalam mulut, lalu. Pasien diminta menjulurkan
lidahnya, dan diminta untuk menutup mulut saat sendok cetak
ditekan ke bawah. Kontraksi yang dihasilkan oleh otot, dapat
membatasi ruangan yang tersedia bagi tepi cetakan di daerah fossa
retromilohioid.
- Green stick yang membentuk bagian posterior fossa retromilohioid
dipanaskan, dan pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-
lebar. Jika berlebih, sendok cetak diperbaiki seperlunya. Setelah
itu, buat perforasi pada daerah palatum untuk RA sedangkan RB
pada bagian puncak ridge yang bertujuan untuk membuat retensi
bahan cetak, mengalirkan bahan, dan memudahkan melepas sendok
cetak pada bagian posterior.
2. Pencetakan Fisiologis
a. Alat dan Bahan7
1) Glass slab
2) Spatel
3) Bahan cetak elastomer (polyvinylsiloxane). Bahan lain yang dulu
digunakan namun sekarang sudah tidak digunakan yaitu seperti Zinc
Oxide Eugenol termasuk jenis bahan cetak non-elastis
4) Sendok cetak RA dan RB yang telah melalui tahap border molding.
5) Kasa
6) Air syringe
b. Prosedur pencetakan fisiologis
1) Pastikan sendok cetak telah dilubangi sebelumnya.
2) Keluarkan bahan cetak polyvinylsiloxane (base dan katalis) dengan
panjang dan ketebalan yang sama dari keduanya, lalu campur kedua
bahan cetak diatas glass slab menggunakan spatel.
3) Saat mengaduk bahan cetak, keringkan permukaan mukosa rongga
mulut pasien dari saliva menggunakan kasa atau air syringe.
4) Aplikasikan bahan cetak pada seluruh permukaan cetakan dan juga
permukaan border molding pada daerah bukal, labial dan lingual.
5) Prosedur pencetakan fisiologis mirip dengan prosedur pencetakan
pendahuluan. Instruksikan kepada pasien untuk melemaskan bibir,
pipi dan lidahnya.
6) Selanjutnya fiksasi sendok cetak hingga bahan cetak setting (lihat
instruksi pabrik). Setelah itu keluarkan sendok cetak
7) Bilas cetakan dengan air lalu di keringkan.8
3. Pembuatan Basis dan Bite Rim
a. Alat dan Bahan9
1) Modelling wax
2) Lecron
3) Model kerja
4) Bunsen burner
5) Penggaris besi
b. Prosedur Pembuatan Basis
1) Lunakkan selembar malam merah (wax) di api bunsen
2) Letakkan wax di atas model kerja sambil ditekan pelan sesuai dengan
fitting surface.
3) Kelebihan malam dipotong dengan pisau malam sesuai dengan batas-
batas basis.
4) Tujuan : Membantu merekam relasi antar rahang dan penempatan gigi
artifisial
c. Prosedur Pembuatan Bite Rim
1) Buat galengan gigit dengan melipat modelling wax Tebal : 10-11 mm
(posterior) Lebar 6 mm (posterior )
2) Masukkan ke dalam mulut pasien, Galengan gigit dilekatkan ke basis
dan difiksasi
3) Pasien di instruksikan untuk menutup mulut / beroklusi dengan gaya
yang ringan. Sehingga di dapatkan cetakan gigi antagonisnya.
4) Lepaskan base plate , kemudian pasang kembali ke model kerja.
5) Lalu letakkan rahang antagonis sesuai dengan cetakan gigi yang telah
diperoleh.
Kunjungan Ketiga
1. Hubungan Rahang, Dimensi Vertikal, dan Relasi Sentrik9
Setelah membuat bite rim, hubungan rahang dicatat. Pada kasus ini,
masih memiliki titik kontak, sehingga memiliki dimensi vertikal oklusi.
Penjelasan singkat tentang prosedur tersebut adalah sebagai berikut:
1) Posisi pasien harus duduk tegak, rileks, kepala tegak dan pandangan
lurus ke depan
2) Perhatikan, apakah masih terdapat kontak antara Rahang Atas dan
Rahang bawah. Jika masih berkontak artinya masih memiliki DVO.
3) Pengukuran DVO dan sentrik oklusi dilakukan secara bersamaan.
4) Lunakkan bite rim lalu instruksikan pasien untuk menggigit. Sehingga
diperoleh cetakan oklusal dari gigi antagonisnya.
5) Jika giginya ada, namun tidak berkontak maka DVI – Freeway space =
DVO
2. Penentuan Warna Gigi
Penentuan warna gigi tiruan dilakukan menggunakan Shade Guide (VITA
Classical) dengan prosedur sebagai berikut:10

1) Penyesuian Hue
Hue didefinisikan sebagai variasi warna tertentu. Hue dari sebuah objek
dapat berupa warna merah, hijau, kuning, dan ditentukan oleh panjang
gelombang cahaya yang dipantulkan atau ditransmisikan yang diamati.
Pemilihan hue dilakukan dengan mencocokkan sampel pada chroma
tertinggi (misalnya A4, B4, C4, dan D3) dengan gigi yang memiliki
chroma yang tinggi (biasanya pada daerah servikal gigi kaninus).
2) Pemilihan Chroma
Setelah hue dipilih, selanjutnya lakukan pencocokan chroma. Chroma
didefinisikan sebagai intensitas dari hue. Istilahnya saturasi dan chroma
digunakan secara bergantian di kedokteran gigi dan keduanya berarti
kekuatan hue tertentu atau konsentrasi pigmen. Misalnya, jika hue B
ditentukan sebelumnya, maka terdapat empat gradasi dari hue yang dapat
dipilih antara lain B1, B2, B3, dan B4.
3) Pemilihan Value
Value didefinisikan sebagai terang atau gelap relatif dari sebuah warna
atau kecerahan suatu objek. Kecerahan suatu benda adalah konsekuensi
langsung dari jumlah energi cahaya yang dipantulkan atau dipancarkan
benda. Value ditentukan dengan menggunakan sampel yang tersusun
dalam urutan tingkat kecerahan.
Prosedur penentuan warna gigi:
1) Pasien duduk pada posisi tegak dengan mulut setinggi mata operator.
2) Operator harus berdiri diantara pasien dan sumber cahaya
3) Pengamatan harus dilakukan dengan cepat (5 detik/kurang) untuk
mencegah keletihan retina mata.Shade guide harus disesuaikan baik
value, kroma , maupun huenya.
4) Mempertimbangkan value terlebih ahulu, seluruh shade guide diskening
dengan cepat, dengan tab yang paling tidak sesuai dipilih dan
disingkirkan terlebih dahulu, dan nanti akan tertinggal beberapa tab
yang mirip.
5) Jika ada 2 shade tab yang mirip dan tidak dapat diputuskan yang akan
digunakan letakkan kedua tab ini pada kedua sisi gigi yang diseuaikan
warnanya. Jika tidak ada tab dengan kemiripan baik, bagian gingiva
shaden tab harus disesuaikan dengan daerah gingiva gigi.
6) Proses penyesuaian diselesaikan dengan membdingkan segmen tab
yang hampir mendekati bahan insisal gigi
7) Pada awalnya warna dipilih dengan menggunakan sinar yang sudah
dikoreksi dan kemudian diulangi dibawah sumber lain untuk
menghindari metamerisme.
8) Karena value adalah hal yang penting dari warna tab jadi harus diamati
dengan mata setengah tertutup, cara ini menaikkan kemampuan untuk
menyesuaikan value.
3. Penyusunan Gigi Tiruan Sebagian Rahang Atas dan Rahang Bawah8
a. Rahang Atas :
1) Gigi Insisivus Sentralis
- Sumbu gigi miring 5o terhadap garis midline
- Titik kontak sebelah mesial tepat pada garis midline.
- Permukaan labial sesuai dengan lengkung bite rim namun sedikit
depresi pada 1/3 servikalnya.
- Permukaan insisal menyentuh bidang oklusal
2) Premolar Pertama RA
- Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
- Ujung cusp bukal menyentuh bidang oklusal, cusp palatal 1 mm di
atas bidang oklusi
- Di lihat dari bidang oklusi serta dilihat dari bidang oklusal, groove
deveopmental sentral terletak di atas lingir alveolar
3) Premolar kedua RA
- Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
- Ujung cusp bukal menyentuh bidang oklusal
- Ujung cusp palatal menyentuh bidang oklusal dan terletak pada
garis pedoman rahang atas
- Dilihat dari bidang oklusal development groove sentralnya terletak
di atas lingir rahang

4) Molar pertama RA
- Poros condong ke distal
- Cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva antero-
posterior yaitu: cusp mesio-palatal terletak pada bidang oklusi dan
cusp mesio-bukal dan distopalatal sama tinggi kira-kira 1 mm di
atas bidang oklusi
b. Rahang Bawah :
1) Gigi P1 RB beroklusi dengan gigi C dan P1 RA
2) Gigi M1 RB disusun terlebih dahulu, cusp mesio-bukal gigi M1 atas
terletak pada bukal groove gigi M1 RB, gigi M1 RB berkontak dengan
gigi P2 dan M1 RA, cusp mesio-palatal gigi M1 RA terletak pada
central fossa gigi M1 RB
3) Gigi M2 RB berkontak dengan gigi M1 dan M2 RA, cusp disto-palatal
gigi M1 RA dan cusp mesio-palatal gigi M2 RA terletak pada central
fossa gigi M2 RB.
4. Try In
1) Prosedur try-in mengacu pada tindakan insersi trial waxed denture di
mulut Sumbu gigi tegak lurus bidang oklusal
2) Ujung cusp bukal menyentuh bidang oklusal, cusp palatal 1 mm di atas
bidang oklusi
3) Di lihat dari bidang oklusi serta dilihat dari bidang oklusal, groove
developmental sentral terletak di atas lingir alveolar
Evaluasi pada saat Try-in Gigi Tiruan Rahang Atas dan Bawah (trial waxed
denture) secara terpisah.8
- Buccal dan Labial periphery
Pinggiran bukal dan labial diperiksa dengan memegang gigi tiruan di
tempat dengan tekanan ringan pada permukaan oklusal gigi. Pipi
kemudian digerakkan ke atas dan ke dalam secara bergantian untuk gigi
tiruan rahang atas dan dengan arah ke bawah dan ke dalam untuk gigi
tiruan rahang bawah, sehingga mensimulasikan kondisi saat mengunyah.
Jika gigi tiruan naik pada ridge, hal itu menunjukkan bahwa tepi bukal
gigi tiruan berada di luar batas fungsional. Gerakan serupa dilakukan
untuk bibir.
- Lingual Periphery
Tepi lingual dievaluasi dengan memasang gigi tiruan di tempat disertai
tekanan ringan dan menginstruksikan pasien untuk menjulurkan lidah
secukupnya untuk membasahi bibir. Jika gigi tiruan naik di bagian
belakang, hal tersebut berarti gigi tiruan melewati batas fungsi di wilayah
disto-lingual. Sebaliknya, jika bagian anterior gigi tiruan yang naik saat
pasien menempatkan ujung lidah sejauh mungkin ke palatum. Hal ini
menunjukkan fungsi utama di daerah anterior.
- Posterior Extension
Perpanjangan posterior dari gigi tiruan rahang atas diperiksa dengan
mengidentifikasi hamular notch dan vibrating line, kemudian
dpindahkan ke gigi tiruan. Batas posterior gigi tiruan mandibula
diperiksa dengan menginsersikan gigi tiruan tegak lurus pada dasar
retromolar pad. Jika gigitiruan tidak meluas hingga batas fungsional,
seperti yang ditunjukkan oleh celah yang terbentuk antara gigi tiruan
dengan posisi fungsional membran mukosa sekitarnya, gigi tiruan harus
diperbaiki pada model kerja dan diperiksa. Jika gigi tiruan meluas
sepenuhnya, ketidaktepatan dikaitkan dengan prosedur pencetakan, yang
harus dibuat ulang sebelum melanjutkan prosedur lebih jauh.
Alternatifnya adalah untuk melanjutkan ke tahap akhir dan kemudian
melakukan relining gigi tiruan untuk memperbaiki kesalahan tepi.
- Retensi
Meskipun retensi dikatakan bergantung pada penerimaan psikologis dan
kemampuan beradaptasi, retensi harus diperiksa dengan menempatkan
gigi tiruan pada denture bearing area dan kemudian mencoba untuk
melepaskan gigi tiruan tersebut di sudut kanan ke bidang oklusal. Beban
kemudian diberikan ke atas dan ke luar di daerah gigi anterior untuk
memeriksa retensi.

- Stabilitas
Stabilitas di bawah beban oklusal digunakan untuk menentukan distribusi
tekanan oklusal yang menguntungkan. Berikan tekanan ringan dengan
jari di regio premolar-molar disudut kanan ke permukaan oklusal di
setiap sisi secara bergantian. Jika tekanan di satu sisi menyebabkan gigi
tiruan miring dan naik dari ridge di sisi lain, hal ini menunjukkan bahwa
gigi di sisi tekanan dibuat terlalu jauh di luar ridge. Ini mungkin juga
menunjukkan kurangnya adaptasi dari basis pada sisi yang diberi tekanan
atau sayap di samping yang naik tidak meluas hingga batas fungsional.
- Tongue space (Ruang Lidah)
Ruang lidah diperiksa dengan menginstruksikan pasien untuk rileks dan
mengangkat lidah setelah memasang gigi tiruan. Jika lidah kaku, gigi
tiruan akan dimulai terangkat dari ridge. Reaksi langsung gigi tiruan ini
cenderung membedakan gerakan yang disebabkan oleh lidah yang kram
dengan gerakan yang disebabkan oleh sayap lingual tidak memanjang
hingga batas fungsional. Gerakan gigi tiruan akibat sayap lingual yang
tidak memanjang, tidak terjadi sampai posisi lidah meningkat beberapa
jarak. Jika lidah kram akibat gigi tiruan, tekanan lateral akan membuat
ketidakstabilan saat lidah bergerak. Penyebab kekurangan ruang lidah
antara lain gigi posterior diatur terlalu lingual, gigi geraham yang lebar
ke arah lingual, dan gigi miring ke arah lingual.
- Ketinggian Bidang Oklusal Bawah
Ketinggian bidang oklusal bawah harus sedikit di bawah sebagian besar
lidah, sehingga lidah dapat melakukan sebagian besar gerakannya di atas
gigi tiruan dan dengan demikian cenderung mencegah gigi tiruan untuk
terangkat. Pasien harus diinstruksikan untuk rileks dan menempatkan
ujung lidah dengan nyaman dan tanpa ketegangan di belakang gigi depan
bawah yang merupakan posisi istirahat lidah dan kemudian buka
mulutnya tanpa menggerakkan lidahnya. Jika tinggi bidang oklusal
benar, lidah akan terlihat berada di atas cusp lingual gigi posterior bawah.
Jika gigi tiruan bagian bawah masih cenderung terangkat terlalu tinggi
setelah batas lingual diperiksa dan ruang lateral yang memadai telah
tersedia, mungkin perlu mengatur ulang gigi serta menurunkan bidang
oklusal.
5. Prosedur Laboratorium
1) Flasking
Flasking adalah proses penanaman model kerja kedalam cuvet
menggunakan dental plaster untuk membuat mould sectional yanh akan
digunakan untuk membuat gigi tiruan dari resin aklirik.
2) Eliminasi malam
Setelah dental plaster setting, flask di rebus di dalam air mendidih
sekitar 3-4 menit untuk mengeluarkan malam dengan cara dipanaskan
hingga lunak, tidak melelehkannya.
3) Mengaplikasikan tin foil subtitute
Tin foil subtitute diaplikasikan pada permukaan model kerja dan
permukaan dental plaster bukan pada permukaan gigi.
4) Packing bahan gigi tiruan
Campurkan resin pada sebuah wadah hingga tahap dough dan di letakkan
pada sectional mould serta ditekan secara perlahan dibawah bench press
untuk membuat aliran resin akrilik kedalam bagian cetakan mold yang
kecil.
5) Curing
Flask yang berisi resin akrilik selanjutnya dicuring baik dengan teknik
long curing cycled dengan memasukkan flask pada acrylizing unit pada
temperatur 1000C selama 8 jam atau short curing cycle dengan
menempatkan flask tempatkan dalam air pada temperatur ruangan dan
temperatur curing di atur dengan 740C selama 1 1/2 jam diikuti dengan
1000 selama 1 jam.
6) Deflasking
Setelah gigi tiruan di curing, gigi tiruan selanjutnya di keluarkan dari
dalam curing unit dan dibiarkankan dingin. Selanjutnya, gigi tiruan
dikeluarkan dari investment mould bersama dengan model kerjanya.

7) Laboratorium remount
Gigi tiruan harus diremount pada articulator dan ketidaksesuaian incisal
pin harus di catat. Apabila ketidaksesuain lebih dari 2 mm, hal tersebut
dapat diterima. Namun jika ketidaksesuaian mencapai 2-5 mm, koreksi
oklusal dapat dilakukan. Jika ketidaksesuain lebih dari 5 mm, maka
perawatan harus diulang. Articulating paper harus ditempatkan diantara
permukaan oklusal gigi dan gigi di gerakan satu sama lain. Tampilan
bull's eyes harus di perhatikan dan dimodifikasi. Prinsip "BULL" harus
diadopsi, yang berarti bahwa hanya cusp non fungsional yang harus
dimodifikasi (buccal cusp of maxilla dan lingual cusp of mandibula).
Jika cusp fungsional diindikasikan untuk dilakukan modifikasi, lekuk
atau lereng antagonisnya juga harus di modifikasi.
8) Finishing dan polishing gigi tiruan
Finishing dan polishing dilakukan mulai dari membersihkan kelebihan
akrilik dengan bur akrilik besar pada mesin (lathe). Lalu, bersihkan
permukaan gigi tiruan untuk menghilangkan dental stone plaster dengan
instrumen tangan. Selanjutnya, menghaluskan permukaan nonanatomical
gigi tiruan dengan menggunakan pumice basah pada sebuah cone atau
rag wheel. Gunakan kecepatan lambat pada mesin dan jaga permukaan
gigi tiruan tetap lembab. Poles resin di sekitar gigi dengan brush yang
lembut dengan kecepatan lambat dan aplikasikan senyawa pemoles pada
buff atau rag wheel dan poles gigi tiruan hingga berkilau.
Kunjungan Keempat
1. Insersi
1) Periksa fitting surface. Jika ada tonjolan yang tajam, keluarkan bagian
tersebut.
2) Periksa seluruh pinggiran kedua gigi tiruan. Perpanjangan dan relief
diperiksa. Bagian ini harus berbentuk bulat dan halus pada tepi labial
dan bukal gigi tiruan rahang atas. Batas posterior rahang atas gigi tiruan
dibuat halus tapi tidak bulat. Melainkan bentuknya rata dan tipis. Pada
daerah lingual, tepi sayap labial dan bukal gigi tiruan rahang bawah
juga harus halus dan bulat. Hanya batas lingual posterior di daerah
lingual yang harus tipis tapi halus.
3) Periksa semua polishing surface dari kedua gigi tiruan untuk hasil
finising dan polishing yang halus.
4) Tempatkan kedua gigi tiruan di dalam mulut, lalu evaluasi:
- Retensi, dan stabilitas.
Pemeriksaan ini biasanya lebih baik dilakukan pada gigi tiruan yang
telah jadi daripada dalam tahap try-in.
- Evaluasi penampilan dan dimensi vertikal.
- Evaluasi relasi sentris dan oklusi sentris.
Minta pasien untuk mengoklusikan gigi belakang. Atau posisikan
ujung lidahnya pada bagian belakang palatum, dan periksa
interdigitasi cusp gigi.
5) Periksa free ways space ketika rahang bawah pada posisi istirahat.
Minta pasien untuk menelan ludahnya dan mengoklusikan gigi
belakangnya. Selanjutnya, pasien diminta untuk menyerap sedikit air
dan mengoklusikan gigi belakangnya. Lalu pasien dinstruksikan untuk
mengucapkan "EM" dan merilekskan rahang bawahnya. Minta pasien
untuk membasahi bibirnya dan rileks.
Semua kegiatan ini dilakukan untuk membiasakan pasien dengan gigi
tiruan di dalam mulut. Pasien diminta untuk berbicara dan mengunyah
menggunakan gigi tiruannya. Jika ada bagian gigi tiruan yang melukai
selaput lendir cari tahu apa yang menyebabkan hal tersebut. Akhirnya,
demonstrasikan cara melepas gigi tiruan dari mulut dan memasangnya
kembali ke mulut selanjutnya, pasien melakukannya sendiri di depan
cermin.
6) Periksa posisi basis akrilik pada daerah sulkus gingiva. Penyesuaian
perlu dilakukan apabila akrilik masuk ke daerah tersebut.11
7) Gunakan articulating paper untuk mengevaluasi prematur kontak
oklusal. Tanda yang terbentuk pada permukaan gigi tiruan harus di
perbaiki sesuai dengan hukum "BULL".11

2. Instruksi Setelah Insersi 12


1) Pasien diinstruksikan untuk tidak melepasnya gigi tiruan segera
selama 24 jam. Namun, gigi tiruan tidak boleh digunakan untuk makan.
2) Adaptasi gigi tiruan tidak dapat dilakukan dalam semalam,
namun waktu yang diperlukan bergantung pada ketekunan, kesabaran
dan keinginan pasien.
3) Seperti halnya hal-hal baru, masalah awal akan terjadi, seperti
timbul rasa sakit. Namun, kondisi tersebut akan baik-baik saja secara
bertahap. Konsultasikan dengan dokter gigi
4) Untuk dapat terbiasa dengan situasi baru, pasien diinstruksikan
untuk mempelajari penggunaan gigi tiruannya.
5) Anda tentang masalah yang muncul agar dokter gigi dapat
membantu menyelesaikan masalah tersebut. Sementara pasien
melepaskan gigi tiruannya untuk dilakukan penyesuaian oleh dokter gigi,
pasien dapat berkumurdua atau tiga kali sehari dengan campuran air
panas dan sejumput garam meja.
6) Gigi tiruan dilepas saat malam hari untuk memberi istirahat
pada jaringan. Jika tidak digunakan, gigi palsu harus direndam di air
dingin.
7) Pengguna diinstruksikan untuk menjaga kebersihan rongga
mulutnya demi kesejahteraan. Gigi tiruan harus dibersihkan setidaknya
dua kali sehari, malam dan pagi hari dan sebaiknya dibilas setelah
makan. Metode paling sederhana dalam membersikan gigi tiruan adalah
menggunakan sikat kaku, air dan bubuk atau pasta gigi tiruan yang baik.
Gigi tiruan harus selalu dibersihkan diatas sebuah baskom berisi air,
untuk menghindari kerusakan jika gigi tiruan jatuh. Jangan pernah
merendam atau mencuci gigi palsu akrilik dalam air yang sangat panas
atau mendidih. Hal ini akan membengkokkan gigi tiruan dan merusak
ketepatan gigi tiruan. Gunakan hanya air dingin atau air hangat untuk
membersihkan dan membilas gigi tiruan.
8) Dokter gigi harus menjelaskan mengenai waktu yang
dibutuhkan untuk adaptasi gigi tiruan bergantung pada setiap individu,
beberapa akan terbiasa dengan gigi tiruan dalam waktu yang singkat dan
yang lain mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu atau
berbulan-bulan. Umumnya, hal ini adalah proses bertahap untuk
membiasakan diri menggunakan gigi tiruan baru.
Kunjungan Kelima
1. Kontrol
Setiap pasien yang memakai gigi tiruan harus mengikuti program
kunjungan kembali, sama seperti pasien gigi lainnya. Boucher telah
menyarankan kontrol segera dilakukan 24 jam setelah insersi dan fase
pemeriksaan berkala. Adapun Sharry menyarankan empat kunjungan
kembali yaitu setelah 10 hari, 3 minggu, 6 minggu dan 3 bulan setelah
pemasangan gigi tiruan.12 Jika ditemukan beberapa masalah pada kontrol
pertama, maka perlu dilakukan kontrol kedua sekitar 1 minggu setelah
kontrol pertama untuk memastikan masalah sebelumnya telah teratasi.
Kunjungan Periodik
Ketika pasien dinilai telah selesai dirawat dan kunjungan penyesuaian
yang dibutuhkan setelah insersi gigi tiruan telah selesai dilakukan, pasien
diinstruksikan untuk melakukan kunjungan jika terjadi masalah apapun. Pasien
dengan beberapa masalah harus di jadwalkan untuk melakukan kunjungan
periodik, dengan interval sekitar 3-4 bulan. Hal ini akan membantu kondisi
mereka dan mungkin dapat mengeliminasi keluhan mereka. Setiap pengguna
gigi tiruan harus memiliki jadwal kontrol. Dokter gigi tidak boleh ragu untuk
menginformasikan pasien terkait koreksi oklusi, relining, pembuatan gigi tiruna
baru atau prosedur lainnya yang mungkin diperlukan untuk mengatasi
perubahan yang terjadi di dalam mulut. Kontrol dengan interval 12 bulan
disarankan untuk pasien pengguna gigi tiruan.14 Pemeriksaan yang harus selalu
dilakukan pada saat kunjungan periodik antara lain pemeriksaan oklusi,
kesehatan jaringan, dan kebersihan gigi tiruan.13

BAB III
KESIMPULAN

Perawatan dengan gigitiruan sebagian lepasan adalah perawatan yang dapat


dipilih untuk merestorasi kehilangan gigi oleh sebagian besar pasien yang
kehilangan gigi sebagian.Fungsi gigitiruan sebagian lepasan antara lain
memperbaiki fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan
fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap
sehat.
Keuntungan perawatan gigitiruan sebagian lepasan dibandingkan dengan
gigitiruan cekat adalah biaya yang lebih terjangkau dan prosedur pemeliharaan
kebersihan yang lebih mudah dilakukan karena gigitiruan jenis ini dapat dibuka
pasang sedangkan kerugian pemakaian gigitiruan sebagian lepasan yaitu dapat
merusak jaringan mulut yang tersisa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jeyapalan V, Krishnan CS. Partial edentulism and its correlation to age,


gender, socio-economic status and incidence of various kennedy’s classes–
a literature review. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2015;
9(6):14
2. Santoso B, Indrastuti M, Tjahjanti E. Gigi tiruan cekat dengan fiber-
reinforced composites pada kehilangan gigi anterior dengan space
menyempit. Maj Ked Gi 2011;18(1):48
3. Ahmad I. Prosthodontic at glance. UK: Wiley Blackwell; 2012.p.13,103
4. Kayahan ZO, Kazazoglu E, Tomruk CO. Partial edentulism and treatment
options. Yedipete Dental Journal 2017. 32 (DOI:
10.5505/yeditepe.2017.62207)
5. Rahn O Arthur, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete
dentures. 6th Ed. USA: People's Medical Publishing House; 2009.p.
2,8,169-71,174-8, 237-9, 370.
6. Gunadi HA, Margo A. Burhan LK, Suryatenggara F, Setiabudi I. Buku
ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.Jilid 1. Jakarta : Hiporkrates,
1991. Hal. 33-9 , 40-1, 106-127, 65-70
7. Haryanto, A. G. 1991. Buku Ajar Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.
Jilid I Cetakan I. Jakarta: Hipokrates
8. Carr AB, Brown DT. McCraken's removable partial prosthodontics. 13th
Ed. St. Louis: Elsevier; 2016.p.149, 150, 156, 157,188, 190, 227, 257.
9. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontic. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher(P) Ltd.; 2003.p.34-6, 288
10. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. Contemporary fixed
Prosthodontics.5th Ed. St. Louis: Mosby Inc; 2016.p.3-18, 36-7, 633-4
11. Davenport JC, Basker RM, Heath JR, Ralph JP. A color atlas of removable
partial denture. England: Wolfe Medical Publication Ltd; 1992.p.37, 40,
60-66, 153,177,181
12. Soratur SH. Essential of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publisher(P) Ltd.; 2006.p.37,43,44,49-50,55-7,97,101-2,108-
9,113,115,117-8, 119-22.
13. Basker RM, Davenport JC, Thomason JM. Prosthetic treatment of the
edentulous patient. 5th Ed.p. 82, 83, 85, 134, 150-153, 156-7,221
14. Zarb, Bolender, Eckert, jacob, Fenton, Mericske, et al. Prosthodontic
treatment for edentulous patient-completed dentures and implant-
supported protheses. St. Louis: Mosby; 2004.p.419-425.

Anda mungkin juga menyukai