Anda di halaman 1dari 18

DEPARTEMEN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Karya Tulis Ilmiah

Beading dan Boxing Cetakan

OLEH:

Nama : Masita Fajriani


Stambuk : J014201060
Pembimbing : drg. Vinsensia Launardo, Sp. Pros

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN
GIGIUNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .....................................................................................................1

Daftar isi ...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................3

1.1 Latar belakang ..............................................................................................3

1.2 Tujuan penulisan ..........................................................................................5

BAB II TUJUAN PUSTAKA ..................................................................................6

2.1 Pengertian Beading dan Boxing ...................................................................6

2.2 Tujuan Beading dan Boxing ........................................................................6

2.3 Metode Beading dan Boxing........................................................................7

BAB III PENTUP ..................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah yang banyak di jumpai

masyarakat, baik karena penyakit periodontal, maupun masalah-masalah

yang lainnya. Indonesia memiliki prevalensi kehilangan gigi sebesar 1,3%

pada penduduk umur ≥ 12 tahun menurut karakteristik dengan persentase

tertinggi terjadi pada umur 65 tahun ke atas, yaitu sebesar 9,0% (Riskesdas,

2018). Kehilangan gigi menimbulkan banyak masalah, baik masalah estetik,

fonetik, maupun mastikasi seseorang. Hal ini yang menyebabkan penggunaan

gigitiruan merupakan hal yang sangat penting.

Gigi tiruan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam

mengunyah, berbicara, memberikan dukungan untuk otot wajah, dan

meningkatkan penampilan wajah dan senyum. Gigi tiruan secara garis besar

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan

lepasan. Gigi tiruan lepasan/ removable denture (yang dapat dilepas pasang

sendiri oleh pasien) dibagi menjadi dua bagian, yaitu gigi tiruan lengkap dan

gigi tiruan sebagian.

Gigi tiruan lengkap lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu

rahang penuh pada rahang atas maupun rahang bawah. Namun, dapat dibuka

dan dipasang kembali oleh pasien. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)

adalah sebuah protesa yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang

3
hilang, pada rahang atas maupun rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh

pasien tanpa pengawasan dokter gigi.1,2

Retensi dan kestabilan gigi tiruan amat penting untuk keberhasilan

pemakaian gigi tiruan penuh. Pasien sering mengeluhkan gigi tiruan penuh

yang dipakainya longgar, terutama pada rahang bawah. Hal ini biasanya

terjadi karena kontak antara mukosa dan gigi tiruan penuh tidak maksimal,

sehingga retensinya tidak maksimal. Retensi adalah kemampuan gigi tiruan

untuk mempertahankan posisinya agar tetap melekat pada jaringan

pendukungnya. Retensi yang baik didapat dari hasil pencetakan mukosa yang

akurat. Proses beading dan boxing dilakukan sebelum pencetakan fisiologis.3

Prosedur beading adalah langkah penting untuk menjaga detail cetakan

akhir terutama pada area vestibular. Boxing dapat didefinisikan sebagai

penutupan box dari model untuk menghasilkan ukuran dan bentuk dari basis

model yang diinginkan dan untuk mempertahankan detail yang diinginkan.

Beading dan boxing dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan bentuk

tepi hasil cetakan yang akan tercatat padamodel kerja dan bentuk tepi hasil

cetakan akan direproduksi menjadi bentuk tepi gigitiruan. Membuat master

cast yang akurat menuntut perhatian sistematis pada banyak detail prosedural,

di mana prosedur beading dan boxing yang hati-hati dianggap sangat

penting.4,5

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis

karya ilmiah mengenai beading dan boxing cetakan.

4
1.2 Tujuan Penulisan

Penyusunan karya tulis ilmiah (KTI) ini bertujuan untuk

memberikan informasi terkait prosedur beading dan boxing pada gigi

tiruan lepasan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beading dan Boxing

Prosedur beading adalah langkah penting untuk menjaga detail cetakan

akhir terutama pada area vestibular. Boxing dapat didefinisikan sebagai

penutupan box dari model untuk menghasilkan ukuran dan bentuk dari basis

model yang diinginkan dan untuk mempertahankan detail yang diinginkan.

Beading dilakukan untuk mempertahankan lebar dan ketinggian dari sulkus pada

model dan boxing dilakukan untuk mendapatkan basis model dengan bentuk

yang baik, halus dan seragam.

Sebelum penuangan, beading dan boxing model akhir dapat

mempertahankan perpanjangan dan juga ketebalan dari border, mengontrol

bentuk dan ketebalan basis model, dan boxing juga memfasilitasi penempatan

remounting plates pada model dan menghemat gips artifisial. Beading dan

boxing memastikan area border mukobukal dan mukolingual dari cetakan

tertangkap/terambil. Beading dan boxing dari model dapat memfasilitasi

penuangan basis pada cetakan kedua tanpa perlu dibalikkan (inverting).

Inverting kadang-kadang dapat menyebabkan gips dari cetakan bergerak.

Penggunaan vibrator pada saat penuangan gips ke dalam cetakan boxed dapat

menyebabkan partikel yang lebih berat jatuh ke dasar. Hal ini berarti bahwa

permukaan jaringan dari model akan lebih kuat. Semakin banyak air yang

dicampur sekarang akan menjadi dasar dari basis yang sekarang berada di atas.4

6
2.2 Tujuan Beading dan Boxing

1) Memfasilitasi pengadukan bahan cor

2) Melindungi batas cetakan

3) Mengatur tinggi dan ukuran cetakan

4) Menghindari pemotongan cetakan yang tidak semestinya.

5) Meningkatkan kualitas gips terhadap permukaan cetakan

6) Memberikan kesempatan lebih sedikit adanya gelembung udara saat gips

saat dituangkan

7) Memberikan ketebalan dasar cor yang optimal.6,7

2.3 Metode Beading dan Boxing

Beading bertujuan untuk mempertahankan kedalaman dan lebar sulkus,

sementara boxing untuk menghasilkan bentuk dan ukuran dasar gips yang

diinginkan.

Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan dua metode:8

a. Wax Boxing

1) Beading dan boxing dilakukan dengan menggunakan malam.

2) Metode ini lebih cocok untuk cetakan akhir yang dibuat dengan ZOE pasta

cetakan. Cetakan elastomer lebih sulit dipadatkan dengan malam.

3) Beading wax atau base plate wax yang tersedia secara komersial dapat

digunakan untuk manik-manik, sedangkan boxing wax atau baseplate wax

dapat digunakan untuk boxing.

4) Strip dengan lebar 4 mm dilekatkan pada pinggiran cetakan (baik rahang

atas dan bawah) sedemikian rupa sehingga ditempatkan 3-4 mm di bawah

7
batas cetakan dan ditutup dengan spatula. Beading harus berjalan paralel

dan horizontal ke perbatasan gigi tiruan.

Gambar 1. Beading cetakan rahang atas menggunakan beading wax.

5) Untuk cetakan bawah, ruang lidah juga ditutup dengan menempelkan

baseplate wax pada permukaan superior beading wax.

Gambar 2. Beading cetakan mandibula menggunakan beading wax dan

ruang lidah ditutup dengan baseplate wax.

6) Cetakan beading ditempatkan di atas meja, dengan permukaan cetakan

menghadap ke atas, sehingga lekukan sejajar dengan lantai. Untuk cetakan

atas, pegangan dapat digunakan untuk stabilisasi anterior, sementara malam

lunak atau model tanah liat ditambahkan ke dua ujung posterior untuk

stabilisasi. Untuk cetakan yang lebih rendah, pegangan basis anterior dan

8
bantu dapat menstabilkan basis dibagian depan dan belakang. Lilin lunak

atau tanah liat pemodelan dapat digunakan untuk mengatur ketinggian untuk

mencapai paralelisme pegunungan.

Gambar 3. Manik-manik menggunakan baseplate wax yang ditempatkan 3-4

mm di bawah, paralel dan horizontal terhadap batas cetakan: (a) Maksila dan

(b) mandibula. Mereka distabilkan di atas meja menggunakan pegangan

basis dan malam lunak sehingga punggungnya sejajar dengan lantai.

7) Boxing wax atau baseplate kemudian ditempelkan (menyatu) ke bagian luar

beading wax di sekeliling cetakan, untuk membentuk vertikal selungkup.

Ini harus memanjang 10-15 mm di atas titik tertinggi pada cetakan.

Gambar 4. Boxing dengan malam di sekeliling beading

Tinggi harus 10-15 mm dari titik tertinggi di cetakan.

9
Gambar 5. Beading dan box (menggunakan beading malam:

(a) mandibula dan (b) cetakan rahang atas.

Kekurangan:

1) Menempelkan beading wax pada cetakan dan boxing wax pada beading

adalah teknik yang sensitif dan dapat menyebabkan tumpahan lilin pada

cetakan.

2) Detasemen beading saat menuangkan cor adalah hal biasa.

b. Plaster boxing

1) Ini adalah metode yang paling umum dan dapat digunakan dengan semua

bahan cetak.

2) Campuran 1:1 dari plester Paris dan pumice dicampur secara merata.

Pumice melemahkan plester yang dipasang dan memfasilitasi pemisahan

dari gips definitif. Campuran yang keras dibuat dari campuran ini sesuai

dengan jumlah air dan ditempatkan pada lempengan kaca, sehingga15

mm tebalnya dan lebih besar dari cetakan.

3) Cetakan sekarang didorong ke dalam campuran ini (sisi basis menghadap

ke bawah) dan campuran dimanipulasi sedemikian rupa sehingga sisi-

10
sisinya kira-kira 5 mm di bawah dan di luar seluruh batas. Punggung juga

harus sejajar dengan lantai.

Gambar 6. Cetakan rahang atas direndam dalam plester (sisi basis

menghadap ke bawah).

4) Campuran dibiarkan sisi-sisinya diratakan tegak lurus dengan basis,

menyisakan lebar 3-4 mm yang mengeras danmengelilingi border.

Gambar 7. Kelebihan plester dipangkas dengan menyisakan lebar 4– 5 mm

di sekelilingnya: (a) rahang atas dan (b) mandibula.

11
Gambar 8. Plester dipangkas hingga 5 mm di bawah batas dengan ridge

sejajar dengan lantai: (a) rahang atas (b) dan mandibula

5) Pemodelan tanah liat ditambahkan di atas pinggiran plester dan dibangun

setinggi 2-3 mm dari batas yang seragam di sekelilingnya.

Keuntunganmenggunakan bahan ini adalah dapat dengan mudah

mengubah dan memisahkan cast dari plester box.

Gambar 9. Pemodelan tanah liat ditambahkan di atas plester 2-3 mm pendek

dari perbatasan: (a) rahang atas dan (b) mandibula.

6) Boxing wax atau baseplate kemudian ditempelkan pada bagian luar

plester di dasar sekeliling cetakan, untuk membentuk selungkup vertikal.

Ini harus memanjang 10-15 mm di atas titik tertinggi pada cetakan.

Gambar 10. Boxing diselesaikan dengan menggunakan boxing wax:

(a) rahang atas dan (b) rahang bawah.

12
Selain metode tersebut, terdapat prosedur beading dan boxing alternatif

yang kompatibel dengan seluruh material cetakan termasuk bahan cetak elastik.

Metode ini efisien, sederhana tidak mahal dan praktis. Metode ini menggunakan

instant adhesive yang tersedia secara komersial untuk menandai garis batas

ekstensi yang diinginkan sehingga membuatnya lengket dan beading wax dapat

menempel. Adapun prosedurnya yaitu:

1. Setelah mengambil dan mensterilkan cetakan, buang kelebihan air dari

cetakan.

2. Gunakan spidol permanen sebagai penanda disekelilingcetakan kira-kira 3

mm dari gulungan batas periferal untuk mendesai perluasan border.

Gambar 11. Instant adhesive, beading and boxing wax, dan

polyether impressions

3. Adaptasikan dua atau tiga batang beading wax ke permukaan basis yang

telah dipoles untuk menyesuaikan cetakan di atasnya dan untuk menjaga

tingkat ridge

4. Balikkan tabung perekat instan yang tersedia secara komersial ke bawah dan

kemudian tekan dengan lembut untuk menerapkannya di sepanjang garis

yang ditandai, berhati-hatilah agar tidak menyentuh kulit.

13
Gambar 12. Instant adhesive diterapkan pada perbatasan sepanjang garis

tanda yang menunjukkan ekstensi batas yang diinginkan

5. Ambil beading yang sudah disiapkan sebelumnya dari wax atau beading

yangterbuat dari malam pelat dasar dan tempelkan pada garis tanda dengan

perekat instan.

Gambar 13. Beading wax menempel pada cetakan elastis

6. Penguatan lebih lanjut dari tepi beading dan kesan elastis dilakukan dengan

melelehkan malam di sekitar.

7. Tempatkan malam/wax boxing di atas alam beading dengan cara biasa

dengan perekat instan atau dengan melelehkan malam.

14
Gambar 13. Beading dan boxing pada cetakan elastis rahang atas dan

mandibula dengan menggunakan perekat instan.

(a) tampak dalam dan (b) tampak luar

8. Buat campuran dental stone dan tuangkan kotak cetakan dengan cara biasa

untuk mengontrol ketebalan dental stone untuk basis.

Gambar 14. Dental stone dituangkan dalam cetakan kotak

9. Setelah dental stone diatur, lepaskan beading dan boxing dari cetakan dan

potong gips jika diperlukan untuk menjaga gips

15
Gambar 15. Master cast yang telah selesai membutuhkan pemangkasan

minimal

16
BAB III

PENUTUP

Prosedur beading adalah langkah penting untuk menjaga detail cetakan akhir

terutama pada area vestibular. Boxing dapat didefinisikan sebagai penutupan box

dari model untuk menghasilkan ukuran dan bentuk dari basis model yang

diinginkan dan untuk mempertahankan detail yang diinginkan. Beading dan boxing

dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan bentuk tepi hasil cetakan yang

akan tercatat pada model kerja dan bentuk tepi hasil cetakan akan direproduksi

menjadi bentuk tepi gigi tiruan. Beading dan boxing direkomendasikan untuk

mencapai kualitas master cast dan mencegah kemerosotan bahan gipsum saat

cetakan dibalik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Wahjuni Sri, Mandanie SA. Pembuatan protesa kombinasi dengan castable

extracoronal attachments ( prosedur laboratorium). Journal of Vacational

Health Studies. 2017; 01: 76-7

2. Ratnasari D, Isnaeni RS, Fadilah RPN. Kebersihan gigi tiruan lepasan pada

kelompok usia 45-65 tahun. Padjajaran J Dent Res Student. 2019; 3(2): 88

3. Kusmawati F N, Taher P, Dewi Susi R P. Luas kontak permukaan hasil


cetakan anatomis basis gigi tiruan penuh dengan bahan cetak polyvinyl
siloxane. Jurnal PDGI. 2013; 62(2): 31-4.
4. Vyas A, Maru K, Bali SK, Jain S, Shukla J, Kataria N. A new simplified
beading and boxing procedure for elastic impression. J Indian Prosthodont.
2011; 11(1): 52-4.
5. Singh GP, Khanna G, Pradeep S, Suvarna SR. Boxing of elastomeric
impressions made easy – a quick and practical tip. Indian Dental Journal.
Pp. 6-7.
6. Stipho H.D. Boxing impressions with irreversible hydrocolloid. Dental
Technology. 1985; 53(5): 740.
7. Clear KE, Hansen CA. A simplified procedure for boxing elastomeric
impreesions. The Journal of Prosthetic Dentistry. 1996. p. 449.
8. Rangarajan V, Padmanabhan TV. Textbook of prosthodontics. Ed 2.New
Delhi : Elsevier . 2017 h. 321-9.

18

Anda mungkin juga menyukai