Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Lingkungan Bisnis dan Lingkungan


Internasional
Dosen : Drs. Miftahul Munir, MM
Mata Kuliah : Kewirausahaan

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Nabila Khairunnisa 1113085000075


2. Juni Aernawati 1113085000064
3. M. Anas Danussana Kamal 1113085000076

Kelas B/Smt 2
Perbankan dan Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta
Jalan Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat, Tangerang Selatan 15412.
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas kekuatan, petunjuk, serta
limpahan karunia yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah
mengenai Lingkungan Bisnis dan Lingkungan Internasional untuk mata kuliah Kewirausahaan.

Adapun penyusunan makalah ini adalah sebagai tugas yang diberikan oleh dosen kami
yaitu Bapak Drs. Miftahul Munir, MM yang nantinya akan kami presentasikan sesuai jadwal
yang telah dtentukan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna sebagaimana kita
sebagai hamba Allah yang tak akan pernah mampu berlaku sempurna serta tak luput dari
kesalahan dan kekurangan. Penulis mengharap saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah
ini di masa yang akan datang.

Tangerang Selatan, Maret 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….3
LATAR BELAKANG……………………………………………………………...4
PEMBAHASAN
A. LINGKUNGAN UMUM…………………………………………………………………5
B. LINGKUNGAN EKONOMI……………………………………………………………..9
C. LINGKUNGAN INDUSTRI…………………………………………………………….17
D. LINGKUNGAN INTERNAL……………………………………………………………22
E. LINGKUNGAN INTERNASIONAL…………………………………………………...24
PENUTUP………………………………………………………………………...27
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..28

3
LATAR BELAKANG

Setiap perusahaan, baik yang berskala besar, menengah, maupun kecil akan berinteraksi
dengan lingkungan dimana perusahaan tersebut berada. Lingkungan itu sendiri selalu mengalami
perubahan-perubahan yang begitu cepat. Dengan demikian perusahaan yang bisa bertahan hidup
adalah perusahaan yang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Sebaliknya,
perusahaan akan mengalami masa kehancuran apabila perusahaan tersebut tidak memerhatikan
perkembangan dan perubahan lingkungan di sekitarnya. Lingkungan perusahaan (business
environment) dapat diartikan sebagai kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi, baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja perusahaan. Pengertian lain tentang
lingkungan diungkapkan oleh Robbins dan Coulter (1999) bahwa lingkungan merujuk pada
lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan yang berada di luar perusahaan tersebut dan secara
potensial mempengaruhi kinerja perusahaan.

Keberhasilan suatu perusahaan sebagian tergantung pada lingkungannya. Walaupun manajer


suatu perusahaan tidak dapat mengendalikan lingkungan, mereka dapat cenderung membuat
keputusan bisnis yang menguntungkan dari lingkungan atau yang menawarkan proteksi untuk
menolak kondisi sebaliknya. Untuk melaksanakan ini mereka perlu mengerti bagaimana lingku-
ngan bisnis mempengaruhi perusahaan. Selain lingkungan, keberhasilan perusahaan untuk berta-
han dan berkembang dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, baik factor yang mampu dikontrol
perusahaan maupun yang tidak. Oleh karena itu, prestasi perusahaan merupakan fungsi dari
variable yang bisa dikontrol seperti strategi dan linglungan perusahaan sebagai variable yang
tidak terkontrol (Kim & Lim, 1986).

Para ahli mengelompokkan lingkungan perusahaan kedalam dua jenis, yaitu lingkungan
langsung dan lingkungan tidak langsung. Penulis lainnya membagi lingkungan menjadi dua
bagian, yaitu lingkungan makro (macroenviroment) dengan lingkungan mikro
(microenviroment). Pada bagian ini secara kusus akan mengkaji lingkungan eksternal perusahaan
(external environment), baik yang sifatnya langsung (direct) maupun yang sifatnya umum
(general environment), dan lingkungan internal perusahaan (internal environment).

Porter (1980) mengemukakan bahwa lingkungan bisnis dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori, yaitu
lingkungan umum dan lingkungan industri, sementara itu lingkungan internal merupakan aspek-
aspek yang ada di dalam perusahaan. Lingkungan umum meliputi factor-faktor politik, ekonomi,
social, dan teknologi. Lingkungan industri meliputi aspek-aspek yang terdapat dalam konsep
strategi bersaing (competitive strategy) yang meliputi aspek hambatan masuk, aspek daya tawar
pemasok, aspek daya tawar pembeli, aspek ketersediaan barang substitusi dan aspek persaingan
dalam industry. Lingkungan internal perusahaan meliputi aspek keuangan, SDM, pemasaran,
operasional, dan aspek perusahaan. Lingkungan bisnis tersebut dapat mempengaruhi seluruh

4
aspek bisnis baik pada tingkat perusaaan maupum individual. Lingkungan ekonomi juga
termasuk lingkungan eksternal yang sangat berpengaruh bagi perusahaan.

Lingkungan internasional pastinya sangat berpengaruh juga pada keberhasilan suatu


perusahaan. Kondisi ekonomi, politik, juga kebutuhan yang ada di dunia internasional secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja suatu perusaan. Misalnya saja, Negara
Amerika Serikat yang banyak berkecimpung di dunia internasional. Bagaimana strategi, system
ekonomi, dan berbagai factor lain yang mereka gunakan sehingga bisa menguasai hamper
seluruh bisnis di dunia.

Di dalam makalah yang kami susun ini, kami akan membahas lingkungan bisnis yang terdiri
dari: Lingkungan umum, Lingkungan Ekonomi, Lingkungan Industri, dan Lingkungan Internal.
Kami juga akan membahas tentang Lingkungan Internasional atau Lingkungan Global.

5
PEMBAHASAN
LINGKUNGAN BISNIS

A. LINGKUNGAN UMUM
Lingkungan umum merupakan lingkungan yang berpengaruh secara tidak langsung terhadap
kinerja perusahaan dan hampir semua perusahaan dipengaruhi oleh lingkungan tersebut.
Komponen-komponen dari lingkungan umum tersebut meliputi demografi, alam, teknologi,
politik, dan budaya.

a. Demografi (demographics), atau karateristikdari populasi, berubah sejalan dengan


waktu. Ketika proporsi anak-anak, remaja, pelanggan usia menengah, dan warga usia
lanjut dalam suatu opulasi berubah, maka permintaan akian produk perusahaan juga akan
berubah. Dengan demikian, permintaan akan produk yang dihasilkan oleh suatu bisnis
tertentu dapat meningkat atau menurun sebagai respons terhadap perubahan dalam
demografis. Misalnya saja, peningkatan dalam populasi usia balita akan mengakibatkan
meningkatnya permintaan akan produk popok bayi. Perubahan dalam preferensi
pelanggan sejalan sejalan dengan waktu juga memengaruhi permintaan akan produk yang
dihasilkan. Selain perubahan waktu , perusahaan juga perlu mengamati perubahan
tentang permasalahan jenis kelamin (gender), ras, peluang kerja dan pengangguran, serta
masalah-masalah yang menyangkut urbanisasi.
b. Alam. Sumber daya alam memberikan bahan-bahan alam yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Ketersediaan bahan-bahan akan menjamin kelancaran kerja dari perusahaan.
Sebaliknya, perusahaan tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik kalau bahan-bahan
yang tidak diperlukan tidak tersedia.
c. Teknologi. Lingkungan teknologi merupakan kekuatan yang dapat menciptakan produk
dan pasar baru. Perusahaan perlu mengamati setiap perkembangan penggunaan teknologi.
Teknologi yang canggih akan dapat menciptakan daya saing yang kuat bagi perusahaan
yang pada akirnya akan mengubah cara kerja perusahaan. Dewasa ini, perkembangan
teknologi megalami kemajuan yang sangat pesat, baik di bidang bisnis maupun di bidang
yang mendukung kegiatan bisnis. Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan
baru saja, akan tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru
dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang memberikan suatu gambaran luas meliputi
mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan. Setiap kegiatan bisnis yang diinginkan
berjalan terus, harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat
diterapkan pada produk atau jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. Selera juga
sangat dipengaruhi oleh teknologi. Misalnya saja, ketersediaan saluran TV berlangganan
dapat menyebabkan beberapa pelanggan tidak lagi menyewa DVD. Kemampuan
pelanggan melakukan download music dan film dapat menyebabkan mereka berhenti
membeli CD di took-toko CD musik dan film. Ketika teknologi berkembang, permintaan

6
akan beberapa produk meningkat, sementarab permintaan akan preoduk-produk lain
menurun. Banyak bisnis memantau secara ketat perubahan dalam preferensi pelanggan
sehingga mwereka dapat mengakomodasikan perubahan kebutuhan dari pelanggan dan
sebagai akibatnya meningkatkan profitabilitas mereka. Porter (1980) mengemukakan
bahwa agar perusahaan tidak terpuruk karena kesalahan dalam penggunaan teknologi,
maka beberapa hal penting perlu diperhatikan, misalnya:
1. bagaimanakah kecepatan transfer teknologi oleh para pekerja,
2. bagaimanakah masa/waktu keusangan teknologinya, dan
3. bagaimana harga teknologi yang akan diadopsi.
d. Politik. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah seringkali bermuatan politis.
Kebijakan tertentu biasanya berlawanan arah dengan misi dan tujuan perusahaan. Ada
beberapa perusahaan yang diuntungkan dari kebijakan politik tersebut, dan ada pula
perusahaan yang dirugikan bahkan menjadi9 mati karena kebijakan yang dibuat tersebut
bermuatan politis. Faktor politik bisa berupa arah, kebijakan, dan stabilitas politik,
dimana factor-faktor tersebut penting bagi para pebisnis untuk melakukan bisnis. Situasi
politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif pada dunia bisnis, dan begitu pula
sebaliknya. Umar (2001:76) mengemukakan bahwa beberapa hal utama yang perlu
diperhatikan dari factor politik agar bisnis dapat berkembang dengan baik adalah:
i) Undang-undang tentang lingkungan dan perburuhan,
ii) Peraturan tentang perdagangan luar negeri,
iii) Stabilitas pemerintahan,
iv) Peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan
v) System perpajakan.
e. Sosial dan Budaya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa kehidupan
perusahaan tidak terlepas dari dinamika lingkungan di sekitarnya. Masyarakat dan buda-
ya merupakan kekuatan yang secara umum mempengaruhi kehidupan perusahaan yang
tercermin dari persepsi, nilai-nilai kemasyarakatan dan agama, perilaku dan kepercayaan.
Manajer-manajer harus menyesuaikan praktek mereka dengan harapan masyarakat yang
berubah-ubah di mana mereka bekerja dan berada. Pada saat nilai dan cita rasa berubah,
manajer-manajer harus pula berubah. Kondisi social masyarakat memang berubah-ubah.
Hendaknya perubbahan-perubahan social yang terjadi yang mempengaruhi perusahaan
dapat diantisipasi oleh perusahaan. Aspek kondisi social ini misalnya: sikap, gaya hidup,
adat istiadat, dan kebiasaan dari orag-orang di lingkungan eksternal perusahaan, serta
kondisi cultural, ekologis, demografis, religious, pendidikan, dan juga etnis.

Tabel 1.1 Aspek-Aspek dalam Lingkungan Umum Perusahaan


7
Aspek Demografis - Besarnya populasi
- Struktur usia
- Distribusi demografis
- Komposisi etnis
- Distribusi pendapatan
Aspek Politis/Hukum - Hukum perpajakan
- Hukum tenaga kerja
- Deregulasi
Aspek Sosial Busdaya - Wanita dalam angkatan kerja
- Variasi dalam angkatan kerja
- Perilaku kualitas kerja
- Nilai dan kepercayaan
Aspek Teknologi - Inovasi Produk
- Inovasi proses
- Aplikasi pengetahuan
- Teknologi komunikasi

B. LINGKUNGAN EKONOMI

8
Kondisi ekonomi memberikan refleksi tingkat produksi dan konsumsi negara tertentu, area,
atau industri. Lingkungan ekonomi yang mempengaruhi prestasi kerja dari suatu perusahaan
meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat pendapatan masyarakat, perubahan selera dan
pola pengeluaran konsumen yang diakibatkan dari perubahan pendapatan Ketika perekonomian
kuat, tingkat lapangam kerja tinggi, dan kopmpensasi yang dibayarkan kepada karyawan juga
tinggi. Oleh karena orang memiliki penghasilan yang relative baik dalam kondisi ini, mereka
membeli sejumlah besar produk. Perusaahaan yang menghasilkan produk-produk ini
memperoleh manfaat dari besarnya permintaan. Perusahaan perlu mengamati perkembangan-
perkembangan indikator-indikator ekonomi sehingga dapat menetapkan strategi yang efektif.
Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat memepengaruhi iklim berbisnis suatu
perusahaan, dimana semakin buruk kondisi ekonomi semakin buruk pula iklim berbisnis. Oleh
karena itu, pemerintah bersama dengan masyarakat harus berusaha mempertahankan atau jika
perlu dapat meiningkatkan kondisi ekonomi agar menjadi lebih baik sehingga pelaku bisnis dapat
meningkatkan atau memajukan bisnisnya. Jeff Madura (2001:112) mengemukakan ada dua
faktor yang memengaruhi kondisi ekonomi yang juga berakibat pada kinerja bisnis, yaitu factor
ekonomi makro dan juga factor pemerintah dalam menentukan kondisi ekonomi.

1. Faktor Ekonomi Makro yang Mempengaruhi Kinerja Bisnis


Kinerja kebanyakan bisnis sangat tergantung pada tiga factor ekonomi makro:
 Pertumbuhan ekonomi
 Inflasi
 Suku bunga

Pertumbuhan Ekonomi
Suatu factor kritis ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bisnis adalah pertumbuhan
ekonomi, atau perubahan dalam tingkat umum dari aktivitas ekonomi. Ketika pertumbuhan
ekonomi suatu negara lebih tinggi dari biasanya, tingkat pendapatan total pekerja di negara terse-
but relatif tinggi. Sehingga ada pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang dan jasa. Karena
permintaan barang dan jasa tinggi, maka perusahaan yang menjual barang dan jasa penerimaan-
nya juga tinggi. Jika pertumbuhan ekonomi negatif untuk dua kuartal berturut-turut, priode itu
dinamakan resesi.
Walaupun pertumbuhan ekonomi mendorong penerimaan perusahaan, pertumbuhan ekonomi
yang lambatmengakibatkan permintaan barang dan jasa juga lambat, yang dapat mengurangi
penerimaan perusahaan.

Indikator Pertumbuhan Ekonomi


Dua ukuran umum umtuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat total produksi dari
barang dan jasa dalam ekonomi dan jumlah total pengangguran (agregatpengeluaran).
Tingkat total produksi tergantung pada total permintaan barang dan jasa. Bisnis dapat memo-

9
nitor produk domestic bruto (PDB), dimana nilai pasar total dari barang dan jasa yang dihasil-
kan secara final di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi biasa diinterpretasikan sebagai presenta-
se dari perubahan PDB dari satu periode (misalnya satu kuartal) ke periode lain. Bisnis
cenderung memonitor perubahan dalam pertumbuhan ekonomi, dimana dapat merupakan suatu
sinyal perubahan dalam permintaan barang atau jasa mereka.
Indicator alternatif pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pengangguran. Indicator
pengangguran yang bermacam-macam sebaiknya dimonitor karena dapat memberikan indikasi
apakah kondisi ekonomi mengalami perbaikan. Empat tipe pengangguran sebagai berikut.
 Pengangguran karena friksi (pengangguran natural), merupakan orang yang
menganggur karena menunggu pekerjaan yang lainnya. Jadi, status penganggurannya
sementara karena mereka ingin mendapatkan pekerjaan baru dengan segera. Mislanya,
seserorang yang mempunyai keterampilan yang dibutuhkan pasar mungkin berhenti kerja
karena ingin menemukan yang baru karena ia percaya akan mendapatkan pekerjaan baru
tidak lama lagi.
 Pengangguran musiman, merupakan orang yang jasanya tidak diperlukan dalam
beberapa musim. Misalnya, ojek paying mungkin menganggur di musim kemarau.
 Pengangguran siklis, merupakan orang yang menganggur karena kondisi ekonomi
buruk. Apabila tingkat aktivitas ekonomi turun, permintaan akan barang dan jasa juga
turun, sehingga mengurangi kebutuhan akan pekerja. Mislanya, perusahaan akan mem-
berhentikan buruh pabrik apabila permintaan produksi menurun.
 Pengangguran struktural, merupakan orang yang menganggur karena tidak memiliki
keterampilan cukup. Mislanya, orang yang pendidikannya terbatas mungkin saja menjadi
bagian dari pengangguran struktural.
Dari keempat jenis pengangguran, tingkat pengangguran siklis mungkin sebagai indicator
terbaik dari kondisi ekonomi. Apabila pertumbuhan ekonomi meningkat, bisnis akan
mempekerjakan orang lebih banyak sehingga pengangguran menurun. Celakanya, menentukan
banyaknya pengangguran dari tingkat siklis ini sangat sulit. Beberapa orang mengasumsikan,
apabila tingkat pengangguran berubah, maka perubahan itu dikaitkan terutama dengan siklus
ekonomi. Suatu tingkat pengangguran rendah mungkin diinterprestasikan sebagai naiknya
pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, tingkat pengangguran tinggi biasanya diinterprestasikan
kepada gejala turunnya pertumbuhan ekonomi.
Banyak indicator lain dari pertumbuhan ekonomi seperti indeks produk industry, permulaan
perumahan baru, tingkat pendapatan individu dikumpulkan oleh salah satuu divisi pemerintahan
federal dan dilaporkan kepada majalah dan koran bisnis.

Sensitivitas Perusahaan akan Pertumbuhan Ekonomi


Beberapa perusahaan lebih sensitive daripada yang lain terhadap kondisi ekonomi karena
permintaan produk mereka juga lebih sensitive terhadap kondisi ekonomi tersebut. Misalnya,
permintaan produk (pangan) yang disediakan oleh Mc Donald’s tidak begitu sensitive terhadap
kondisi ekonomi karena orang masih membeli Mc Donald’s walaupun ekonominya lemah.
Namun demikian, permintaan akan mobil baru pasti lebih sensitive terhadap pertumbuhan eko-
10
nomi. Apabila ekonomi lemah, permintaan mobil baru turun. Ford Motor Company mengalami
laba negative selama 1991-1992 ketika Amerika mengalami resesi ekonomi, tetapi mendapat
laba tinggi dalam akhir 1990 pada saat ekonomi kuat.

Inflasi
Inflasi adalah peningkatan tingkat harga umum dari barang dan jasa dalam periode waktu ter-
tentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur presentase perubahan indeks harga
konsumen yang memberikan indikasi harga bermacam produk konsumen seperti produk kebutu-
han rumah tangga, perumahan, harga bahan bakar, jasa kesehatan, dan listrik.
Inflasi dapat mempengaruhi biaya operasi perusahaan yang menghasilkan produk karena
naiknya biaya barang pasokan dan bahan baku. Gaji juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat
inflasi yang lebih tinggi akan mengakibatkan lebih tingginya biaya operasi perusahaan. Peneri-
Maan perusahaan mungkin juga tinggi selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan
membebankan kepada harga yang lebih tinggi sebagai kompensasi biaya mereka yang tinggi
pula.

Tipe Inflasi
Inflasi mungkin akan mengakibatkan bertambahnya biaya produksi. Misalnya, apabila harga
bahan bakar naik, bensin naik, biaya transportasi untuk memproduksi barang pun akan naik. Pe-
rusahaan yang terbebani biaya lebih tinggi akibat biaya transportasi yang tinggi akan menaikkan
harga produknya untuk menutupi biaya yang tinggi. Situasi ini, ketika perusahaan menaikkan
harga karena biaya juga naik disebut cost-plus inflation (inflasi biaya dorong). Misalnya,
produsen minuman ringan seperti Coca Cola Company akan menaikkan harga ketika biaya
alumunium (yang dipakai untuk kaleng) juga naik. Teknologi informasi yang canggih dapat
mengurangi biaya produksi, jadi cost-plus inflation tidak menjadi masalah pada akhir 1990-an.
Inflasi bisa juga karena permintaan konsumen yang kuat. Misalnya, situasi dimana konsumen
menaikkan permintaannya untuk hamper seluruh barang dan jasa. Beberapa perusahaan akan
bereaksi dengan menaikkan harga produknya. Situasi ini, apabila harga barang dan jasa tertarik
naik karena adanya permintaan yang tinggi dari konsumen disebut demand-pull inflation
(inflasi permintaan tarik). Dalam periode ekonomi kuat, permintaan konsumen yang sangat
kuat dapat membuat kekurangan dalam menghasilkan beberapa produk. Perusahaan yang
mengantisipasi kekurangan ini dapat menaikkan harga karena mereka percaya dapat menjual
produknya juga.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat menekan upah maupun harga. Pertumbuhan ekonomi
yang kuat berarti pengangguran lebih sedikit sehingga pekerja dapat bernegosiasi untuk meminta
upah lebih tinggi. Perusahaan mungkin lebih mau memberikan upah lebih tinggi untuk tetap
mempekerjakan dia ketika tidak ada pekerja yang memenuhi syarat ada di pasar kerja lagi.
Karena perusahaan membayar upah tinggi, biaya produksi pun lebih tinggi dan perusahaan
cenderung menaikkan harga barang untuk meutup biaya produksi yang lebih tinggi.

Tingkat Suku Bunga


11
Tingkat suku bunga merupakan biaya meminjam uang. Pelaku bisnis memonitor secara
seksama tingkat suku bunga karena mereka menentukan jumlah pengeluaran yang harus ditang-
gung apabila meminjam uang.
Perubahan tingkat suku bunga di pasar dapat memengaruhi pengeluaran biaya bunga perusa-
haan karena bunga pinjaman yang diminta oleh bank komersial atau kreditor lain untuk perusa-
haan adalah berdasarkan tingkat suku bunga pasar. Wqalaupun misalnya perusahaan sudah
meminjam dari bank komersial selama beberapa tahun, suku bunga pinjaman tetap disesuaikan
secara periodic (setiap enam bulan atau setiap tahun) berdasarkan suku bunga yang wajar pada
saat itu.
Tingkat suku bunga mempengaruhi biaya pendanaan beberapa proyek yang dipandang layak
dalam periode suku bunga rendah dan mungkin akan tidak layak dalam periode suku bunga ting-
gi. Maksudnya, proyek mungkin tidak akan dapat cukup mengembalikan biaya pendanaannya.
Sebagai konsekuensi perusahaan cenderung mwngurangi tingkat ekspansi apabila tingkat suku
bunga tinggi.
Tingkat suku bunga mempengaruhi penerimaan perusahaan dan juga biaya bunga. Mislanya,
apabila suku bunga pinjaman naik, biaya pendanaan untuk membeli rumah baru naik. Sehingga
permintaan untuk rumah baru pun menurun dan perusahaan yang membangun rumah mengalami
penurunan bisnis. Sebagai tambahan, perusahaan seperti Caterpillar dan Trackindo yang
memproduksi peralatan dan produk konstruksi akan mengalami penurunan bisnis. Ini dapat
menjelaskan mengapa perusahaan yang terlibat dalam industry konstruksi sangat terpengaruh
oleh pergerakan tingkat suku bunga.

2. Pengaruh Pemerintah pada Kondisi Ekonomi


Pemerintah federal dapat mempengaruhi bisnis dengan menerapkan peraturan atau dengan
membuat kebijakan yang mempengaruhi kondisi ekonomi. Pemerintah federal mengimplementa-
sikan kebijakan moneter dan fiskal.

Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uangsebuah negara untuk mencapai
tujuan tertentu; seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan
moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, "margin requirement", kapitalisasi
untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui persetujuan
melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran)
serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter

12
dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali
akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan
tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan
uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh
dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan
salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib
minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk
meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.

Jenis-Jenis Kebijakan Moneter


Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:
1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary expansive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan
ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat
(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan ini disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan
ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :
1) Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah
uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin
jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah
SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.
2) Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat
bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan
uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah,
pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat
bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.

13
3) Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah
uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4) Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang
beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.

Tujuan Kebijakan Moneter


Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap
harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak
tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai
sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai
tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam
mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga
menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan,
bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan
moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga)
dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara
operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen,
antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan
tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.
Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip
Syariah.

Kebijakan Moneter di Amerika


Di Amerika istilah persediaan uang (money supply) biasanya berarti rekening Koran, uang
yang disimpan masyarakat dan cek perjalanan. Ini adalah definisi yang sempit karena ada ukuran
yang lebih luas untuk penawaran uang yang jyga menghitung tipe deposito lain. Tidak peduli
definisi mana yang persis, mengukur uang merupakan dana dimana institusi keuangan dapat me-
minjamkan kepada yang perlu pinjaman.
Persediaan uang di Amerika dikendalikan oleh Federal Reserve System (The Fed), bank
sentral Amerika. The Fed menentukan kebijakan moneter, yang mewakili keputusan pada tingkat

14
persediaan uang di Amerika. The Fed dapat dengan mudah menyesuaikan persediaan uang
Amerika dengan miliaran doalr untuk sehari saja. Karena kebijakan moneter The Fed
mempengaruhi tingkat persediaan uang, ini akan mempengaruhi tingkat suku bunga.

Cara The Fed dapat Mengurangi Tingkat Suku Bunga


The Fed mengelola beberapa dana di luar system perbankan dimana dana tidak bisa dipinjam.
Dana ini tidak tersedia untuk perusahaan atau orang yang ingin meminjam. The Fed dapat
memakai uang ini untuk membeli sekuritas Treasury yang disimpan oleh individu maupun
perusahaan. Pembelian ini memberikan dana baru individual atau perusahaan, yang mereka
depositokan pada bank komersial. Konsekuensinya, persediaan uang naik karena bank komersial
dan institusi keuangan lain dapat pinjaman dari dana ini. Dengan kata lain, tindakan The Fed
menaikkan persediaan dari dana yang dapat dipinjam. Misalkan, permintaan untuk dana yang
dapat dipinjamkan itu tetap, maka kenaikan persediaan dari dana yang dipinjamkan tersebut
seharusnya menyebabkan tingkat suku bunga turun.
The Fed dapat menaikkan tingkat suku bunga ketika The Fed menurunkan persediaan uang
Amerika, ini akan menarik dana keluar dari bank komersial atau institusi keuangan. Ini akan
mengurangi persediaan dana yang dapat dipinjamkan oleh institusi keuangan kepada para pemin-
jam. Misalnya, permintaan dana yang tersedia untuk dipinjam tidak berubah, maka penurunan
persediaan dana yang tersedia untuk dipinjam seharusnya menyebabkan tingkat suku bunga naik.
Ketika The Fed mempengaruhi tingkat suku bunga dengan kebijakan moneternya, ini akan
mempengaruhi langsung biaya suku bunga perusahaan. Kedua, ini akan mempengaruhi
permintaan produk perusahaan jika produk tersebut biasa dibeli dengan uang pinjaman. Jumlah
ekspansi perusahaan sangat terpengaruh oleh tingkat suku bunga yang harus mereka bayar untuk
dana pinjaman pendukung ekspansi.

Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan
meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak
akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

1. Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran


Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar
dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat
baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.

15
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar
dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin.

C. LINGKUNGAN INDUSTRI

16
Selain dipengaruhi kondisi ekonomi-ekonomi makro, perusahaan juga dipengaruhi kondisi
ekonomi-ekonomi mikro yang berkaitan dengannya dan industry masing-masing.

Kareteristik Industri yang Mempengaruhi Hasil Bisnis


Menurut Jeff Madura (2001) hasil perusahaan sangat tergantung pada karateristik industri
berikut:
 Permintaan industri
 Persaingan industri
 Lingkungan tenaga kerja
 Lingkungan peraturan

Permintaan Industri
Dalam kurun waktu tetentu, suatu industri dapat berhasil lebih baik dari yang lainnya
disebabkan oleh tingginya permintaan keseluruhan dari produk-produk dalam industri (disebut
permintaan industri). Permintaan industri terhadap pakaian bayi sangat tergantung pada jumlah
anak-anak yang dilahirkan. Permintaan hotel-hotel di Forida selama musim dingin sebagian ter-
gantung pada cuaca di daerah selatan. Karena itu akan merupakan kesalahan bagi perusahaan
untuk menyimpulkan akan berhasil baik di masa mendatang semata-mata karena kondisi ekono-
mi yang menguntungkan di Amerika Setikat.
Sebagaimana halnya permintaan industri berubah, begitu pula hasil perusahaan-perusahaan di
dalam industri. Contohnya, tingkat hasil dari DaimlerChrysler dan General Motors berkaitan
sepanjang waktu karena sama-sama dipengaruhi kondisi-kondisi industri. Kedua perusahaan me-
ngalami hasil agak buruk pada awal tahun 1990-an ketika perekonomian rendah dan rendahnya
permintaan akan mobil baru. Perusahaan-perusahaan ini berhasil jauh lebih baik pada pertenga-
han an akhir 1990-an ketika permintaan mobil baru meningkat.
Permintaan industri dapat berubah mendadak, maka para manajer perusahaan terus meman-
taunya. Hal itu dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan atau preferensi konsumen. Contohnya,
preferensi konsumen meningkatkan permintaan secara mencolok atas minivan dalam beberapa
tahun belakangan, yang menguntungkan DaimlerChrysler dan pabrik minivan lain. Preferensi
konsumen juga baru-baru ini telah meningkatkan permintaan akan sepatu atletik yang mengun-
tungkan Nike, Reebok International, dan pabrik sepatu atletik lainnya.
Seperti halnya meningkatnya permintaan industri menguntungkan bagi perusahaan dalam
industri, maka menurunnya permintaan mengakibtakan kerugian. Sebagai contoh, menurunnya
permintaan akan misil dan produk-produk pertahanan merugikan bagi TRW dan perusahaan lain-
nya yang memproduksi produk-produk sejenis. Keberhasilan Chevron dirugikan oleh menurun-
nya permintaan industri minyak bumi.
Contoh-contoh berikut menggambarkan bagaimana persaingan industri dapat berubah
sebagai respons terhadap perubahan dalam permintaan industri. Compaq mendapatkan
keuntungan dari meningkatnya permintaan industri akan computer pada pertengahan 1990-an.
Akan tetapi, waktu perusahaan computer baru menyadari besarnya permintaan dan memasuki
industri, Compaq menghadapi persaingan kuat.
17
Sebagai contoh kedua, ingatlah kasus perusahaan Bell Sports, yang pernah menjadi produsen
helm motor terbesar. Pada awal 1990-an perusahaan itu mengalami penurunan dalam bisnis yang
disebabkan menurunnya permintaan. Sebagai respons terhadap meningkatnya permntaan sepeda,
Bell mengubah proses produksinya unruk pembuatan helm sepeda. Akan tetapi, perusahaan lain
yang juga menyadari opularitas sepeda, mulai bersaing dalam pasar ini. Sebagai respons terhadap
persaingan ketat dalam industry helm sepeda, Bell mulai memproduksi aksesoris sepeda lainnya,
seperti kursi duduk anak, lampu pengaman, dan rak mobil. Dengan cara ini, perusahaan mendi-
versifikasi lini produknya sehinnga tidak semata bergantung pada bisnis helm sepeda.
Sebagai contoh ketiga, ingatlah kasus Pizza Hut, yang awalnya mengambil keuntungan atas
meningkatnya permintaan dari pengiriman pizza. Akan tetapi persaingan dari Domino
menyebabkan penurunan pendapatan Pizza Hut. Pizza Hut merespons dengan menawarkan menu
yang lebih beragam, termasuk sandwich dan pasta pada beberapa restorannya. Dengan berdiver-
sifikasi cara ini, Pizza Hut mencoba menurunkan ketergantungannya pada pengiriman pizza.

Persaingan Industri
Setiap industri terdiri dari berbagai perusahaan yang bersaing satu sama lain untuk para
konsumen yang menginginkan produknya. Tingkat persaingan berbeda untuk setiap industri.
Ketika perusahaan menjadi bagian dari industri yang kurang bersaing, perusahaan itu akan lebih
menguntungkan karena alasan-alasan berikut. Penjualan perusahaan dibandingkan pasar keselu-
ruhan (pangsa pasar) normalnya lebih tinggi jika menghadapi persaingan sedikit. Perusahaan
dapat memasang harga tinggi, tanpa kehilangan konsumen. Keseluruhan total penghasilan (total
revenue) tergantung pada jumlah terjual (quantity) yang terjual dan harga per unit (price).
Penghasilan = Jumlah terjual x Harga
Revenue = Q x P
Perusahaan yang menghadapi persaingan sedikit dapat menjual dalam jumlah besar pada
harga tinggi sehingga menghasilkan tingkat penghasilan yang tinggi. Tingkat persaingan yang
tinggi mempunyai akibat sebaliknya. Pertama, dapat menurunkan pangsa pasar, dengan demikian
menurunkan jumlah yang terjual oleh setiap perusahaan. Kedua, tingkat persaingan tinggi dapat
memaksa setiap perusahaan dalam industry mengurangi harga untuk mencegah pesaing
mengambil alih bisnisnya.
Sebagai gambaran bagaimana hasil perusahaan dapat dapat dipengaruhi persaingan, ingatlah
kasus Robert Half, perusahaan pencari pegawai. Permintaan akan jasa-jasa Robert Half menurun
mencolok ketika perusahaan lain pencari pekerja melalui on line (contohnya Hot Jobs) muncul di
internet. Sebagai konsekuensinya, hasil Robert Half dan nilainya (diukur dengan harga saham)
menurun.

Lingkungan Tenaga Kerja


Beberapa industri memiliki karateristik tenaga kerja khusus. Biaya tenaga kerja jauh lebih
tinggi dalam industri tertentu (seperti pelayanan kesehatan) yang memerlukan spesialisasi.

18
Serikat tenaga kerja juga mempengaruhi biaya tenaga kerja. Beberapa industri manufaktur mem-
punyai serikat tenaga kerja dan biaya tenaga kerja dalam industri ini relatif tinggi. Industri-
industri yang memiliki serikat tenaga kerja juga mengalami pemogokan tenaga kerja. Memahami
lingkungan tenaga kerja dalam industri dapat menolong manajer perusahaan mengestimasi biaya
tenaga kerja yang terjadi.

Lingkungan Peraturan
Pemerintah federal menegakkan peraturan lingkungan, dapat melarang perusahaan beoperasi
di suatu lokasi atau berkecimpung dalam bisnis tertentu. Semua industri terkena beberapa
peraturan pemerintah.
Ada peraturan yang lebih ketat di suatu industri dibanding yang lainnya. Perusahaan mobil
dan perminyakan dikenakan lebih banyak lagi peraturan lingkungan. Perusahaan perbankan, asu-
ransi, dan industri utilitas terkena pada peraturan pada jenis jasa yang mereka sediakan.
Perusahaan-perusahaan yang sudah beroperasi dalam industri juga harus memantau peraturan
industri sebab dapat berubah dari waktu ke waktu.

Menurut Porter (1980) mengemukakan bahwa aspek lingkungan industry akan lebih
mengarah pada aspek persaingan di mana perusahaan berada. Hal ini mengakibatkan faktor-
faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman-ancaman dan kekuatan-kekuatan
yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi sangat perlu untuk
dianalisis.
Keenam aspek atau variabel yang membentuk model untuk strategi bersaing:
a. Ancaman masuk pendatang baru
Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi
bagi perusahaan yang sudah ada sehingga akan terjadi perebutan pasar yang semakin
kompetitif serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Beberapa faktor
penghambat terhadap pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering
disebut dengan hambatan masuk, adalah:
1. Skala ekonomi, apabila pendatang baru berproduksi dalam skala kecil, mereka akan
dipaksa berproduksi pada biaya per unit yang tinggi, padahal perusahaan yang telah ada
tengah berupaya pada skala produksi yang semakin besar dan proses produksi yang
terus-menerus diefisiensikan sehingga harga per unitnya menjadi lebih rendah.
2. Diferensiasi produk, diferensiasi akan menciptakan hambatan untuk masuk sehingga
memaksa para pendatang baru untuk mengeluarkan biaya dan bisnis yang besar untuk
merebut para pelanggan yang loyal kepada perusahaan yang ada.
3. Kecukupan modal, jenis industry yang memerlukan modal besar merupakan hambatan
yang besar bagi pemain baru, terutama pada jenis industry yang memerlukan biaya
yang sangat besar untuk riset dan pengembangan serta eksplorasi.
4. Biaya peralihan, hambatan masuk akan tercipta dengan adanya biaya peralihan
pemasok, yaitu biaya yang harus dikeluarkan pembeli bilamana berpindah dari produk
pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Biaya peralihan ini berupa biaya latihan,
19
biaya peralatan pelengkap yang harus diganti, dan desain ulang produk/jasa. Biaya –
biaya ini akan ditanggung oleh konsumennya, apabila biaya peralihan yang ditanggung
cukup besar, pesaing baru harus memberikan penawaran yang umum lebih menarik,
terutama soal harga.
5. Akses ke saluran distribusi, jalur distribusi sangat menentukan penyebaran produk, di
mana perusahaan yang memiliki jalur distribusi yang luas dan bekerja secara baik, akan
dapat menghambat masuknya produk baru ke dalam pasar yang dikuasai.
6. Keunggulan biaya independen, keunggulan biaya yang dipunyai oleh perusahaan yang
sudah ada sangat sulit ditiru oleh para pendatang baru.
7. Peraturan pemerintah, pemerintah biasanya menerbitkan sejumlah aturan yang
mengatur bidang-bidang tertentu seperti yang selalu diterbitkan oleh pemerintah
Indonesia, misalnya lewat Daftar Investasi Negatif (DIN), sehingga peraturan
pemerintah tersebut dapat menghambat masuknya pendatang baru.
b. Persaingan sesame perusahaan dalam Industri
Adanya persaingan dalam dunia Industri akan dapat mempengaruhi kebijakan dan
kinerja perusahaan, di mana dalam persaingan yang Oligopoli perusahaan mempunyai
kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar, sedangkan pada pasar persaingan
sempurna biasanya akan memaksa perusahaan untuk menjadi follower termasuk dalam hal
harga produk. Porter (1980) mengemukakan bahwa tingkat persaingan itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1. Jumlah kompetitor, competitor hendaknya dilihat dari beberapa sisi yakni jumlah,
ukuran, dan kekuatannya.
2. Tingkat pertumbuhan industri, pertumbuhan industri yang besar biasanya
menyediakan sejumlah peluang bagi perusahaan untuk tumbuh bersama industrinya,
sebaliknya pertumbuhan industry yang lambat sebaiknya tidak direspons dengan
ekspansi pasar kecuali perusahaan mampu mengambil pangsa pasar pesaing. Kondisi
ini dapat menimbulkan kecenderungan penurunan harga atau terjadinya perang
harga.
3. Karakteristik produk, produk hendaknya tidak sekedar menyediakan kebutuhan
dasar, tetapi juga memiliki suatu pembeda atau nilai tambah.
4. Biaya tetap yang besar, pada jenis industri yang mempunyai total biaya tetap yang
besar, memaksa perusahaan untuk beroperasi pada skala ekonomi yang tinggi
sehingga kadangkala perusahaan terpaksa menjual produk di bawah biaya produksi.
5. Kapasitas, kapasitas selalu berhubungan dengan biaya produksi per unit.
Penambahan fasilitas produksi dapat dilakukan apabila perusahaan telah mampu
berproduksi pada tingkat yang maksimal.
6. Hambatan keluar, hambatan ini dapat berupa asset-aset khusus ataupun kesetiaan
perusahaan pada bisnis tersebut.
c. Ancaman dari produk pengganti
Walaupun karakteristiknya berbeda, barang substansi dapat memberikan fungsi atau
jasa yang sama. Ancaman produk pengganti ini akan semakin kuat jika konsumen
20
dihadapkan pada biaya peralihan (switching cost) yang sedikit dan jika produk pengganti
tersebut mempunyai harga yang lebih murah dan kualitasnya sama atau bahkan lebih tinggi
dari produk-produk suatu industri.
d. Kekuatan tawar pembeli
Kekuatan tawar yang dimiliki para pembeli akan dapat mempengaruhi atau memaksa
perusahaan untuk menurunkan harga suatu produk, meningkatkan mutu produk dan
pelayanan, serta mengadu perusahaan dengan kompetitornya. Beberapa kondisi yang
mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan adanya kekuatan ini antara lain adalah
(Porter, 1980):
1. Pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan
2. Sifat produk tidak terdiferensiasi dan banyak pemasok
3. Switching cost pemasok kecil
4. Pembeli mempunyai tingkat profitabilitas yang rendah, sehingga sensitive terhadap
harga dan differensiasi pelayanan
5. Produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli, sehingga pembeli dengan
mudah mencari substitusinya.
e. Kekuatan tawar pemasok
Kekuatan tawar pemasok juga dapat mempengaruhi atau memaksa industry lewat
kemampuan mereka menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk atau pelayanan.
Pemasok akan menjadi kuat jika beberapa kondisi berikut terpenuhi.
1. Jumlah pemasok sedikit
2. Produk atau jasa yang ada adalah unik dan mampu menciptakan switching cost
yang besar
3. Tidak tersedia produk substansi
4. Pemasok mampu melakukan integrasi ke depan dan mengolah produk yang
dihasilkan menjadi produk yang sama yang hasilkan perusahaan.
f. Pengaruh kekuatan stakeholder lainnya
Para pemegang saham (stakeholder) memiliki kepentingan dan tanggung jawab tertentu
terhadap perusahaan. Tanggung jawab tersebut di dasarkan pada seberapa besar sumbangan
(saham) mereka terhadap perusahaan. Demikian sebaliknya, apabila perusahaan
memperoleh keuntungan maka mereka akan memperoleh imbalan sebesar yang mereka
sertakan.

D. LINGKUNGAN INTERNAL

Tom Peters dan Robert Waterman (dalam, Pearce and Robinson: 1996),
mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang digunakan untuk menjelaskan kinerja dari sebuah

21
perusahaan. Kerangka itu dikenal sebagai kerangka 7-S McKinsey. Ketujuh komponen
tersebut, meliputi;
a. Struktur
Struktur membantu mengidentifikasi kegiatan-kegiatan kunci perusahaan dan cara
kegiatan-kegiatan itu dikoordinasikan untuk mencapai tujuan perusahaan.
b. Strategi
Strategi didefinisikan sebagai penentuan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran sebuah
perusahaan, dan penerimaan dari serangkaian tindakan serta alokasi dari sumber-sumber
yang dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan perusahaan.
c. System
Motivasi dan pengendalian personil manajerial dalam pelaksanaan strategi dilakukan
melalui mekanisme atau system imbalan perusahaan yang meliputi kompensasi, kenaikan
gaji, bonus, opsi saham, proposi, demosi, penghargaan, pujian, kritik, tanggung jawab,
norma, kelompok, penilaian prestasi, ketegangan, dan ketakutan.
d. Gaya kepemimpinan
Kepemimpinan dan kultur perusahaan merupakan fenomena yang saling bergantung. Setiap
aspek (style) dari kepemimpinan pada akhirnya dapat membantu membentuk kultur
perusahaan. Sebaliknya, kultur perusahaan yang sudah ada dapat sangat mempengaruhi
efektivitas seorang pemimpin.
e. Staf dan karyawan
Karyawan merupakan salah satu sumber daya dan sekaligus input yang berharga yang
dimiliki oleh perusahaan.
Sehubungan dengan perubahan lingkungan bisnis saat ini dan kecenderungan masa
depan, maka dituntut kemampuan perusahaan untuk melakukan:
 Membangun keunggulan kompetitif melalui distinctive capability
 Membangun dan secara berkelanjutan memuktahirkan peta perjalanan untuk mewujudkan
masa sepan perusahaan
 Menempuh langkah-langkah strategic dalam membangun masa depan perusahaan
 Mengarahkan dan memusatkan kapabilitas dan komitmen seluruh personel dalam
membangun masa depan perusahaan
Dengan demikian pembuat keputusan strategi (decicion making strategy) sadar bahwa
pengetahuan mengenai lingkungan perusahaan mereka akan menolong dalam meningkatkan
posisi bersaing perusahaan, meningkatkan efisiensi operasi, serta memenangkan pertarungan
dalam perekonomian global. Ada dua alasan utama yang membuat analisa lingkungan menjadi
suatu analisa penting dalam mendukung peningkatan kinerja (market share) sebuah
perusahaan, yaitu:
 Sebuah perusahaan tidak berdiri sendiri, sehingga setiap perubahan yang dilakukan oleh
pesaing maupun komponen lingkungan lainnya tentu akan mempengaruhi kemampuan
perusahaan tersebut. Cara terbaik untuk menghadapi kondisi tersebut adalah mengubah
cara kerja dan target yang diinginkan

22
 Perubahan lingkungan adalah masalah yang pasti sehingga sikap kehati-hatian dan
berjaga-jaga menjadi penting.

E. LINGKUNGAN GLOBAL / INTERNASIONAL


Perusahaan memiliki beberapa motif untuk berkecimpung dalam bisnis internasional.
Berikut motif yang lebih umum:
 Menarik permintaan asing

23
 Kapitalisasi pada teknologi
 Penggunaan sumber-sumber murah
 Diversifikasi internasional
Menarik permintaan asing beberapa perusahaan tidak dapat meningkatkan pangsa
pasar di Amerika Serikat disebabkan persaingan ketat dalam industrinya. Selain itu,
permintaan produk perusahaan di pasar Ameriaka Serikat menurun karena perubahan
selera konsumen. Di dalam salah satu kondisi tersebut, perusahaan dapat
mempertimbangkan pasar asing di mana terdapat permintaan potensial.
Kapitalisasi pada Teknologi AT&T dan perusahaan lainnya mendirikan system
telekomunikasi baru di Negara kurang maju. Perusahaan AS lain yang menciptakan
generasi tenaga, sistem jalan raya, dan bentuk infrastruktur lain, memiliki bisnis ekstensif
di Negara-negara lain.
Penggunaan sumber-sumber Murah biaya tenaga kerja dan tanah bervariasi di
berbagai Negara. Perusahaan-perusahaan sering mencoba untuk membangun fasilitas
produksi di mana harga tanah dan biaya tenaga kerja murah.
Berdiversifikasi Internasional ketika seluruh aktiva dari perusahaan dikerahkan
untuk menghasilkan penjualan produk tertentu di suatu Negara, keuntungan perusahaan
biasanya tidak stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan adanya eksposur perusahaan
terhadap perubahan dalam industri atau ekonomi. Hasil perusahaan bergantung hanya
pada permintaan satu produk ini dan kondisi di mana bisnis dilakukan. Perusahaan dapat
mengurangi risiko seperti ini dengan menjual produknya di berbagai Negara.
Cara perusahaan menjalankan bisnis Internasional:
 Impor
 Ekspor
 Investasi Asing Langsung (Direct Foreign Investment)
 Aliansi Strategis (Strategic Allliances)
Impor adalah pembelian barang atau jasa asing. Banyak perusahaan AS mengimpor
bahan atau pasokan untuk produksinya. Bahkan jika perusahaan menjual produknya
secara local, mereka dapat mendapat manfaat karena harga lebih murah dan kualitas lebih
tinggi dibandingkan pasokan dari dalam negri. Tingkat impor dipengaruhi oleh hambatan
peraturan perdagangan. Pemerintah mengenakan tarif dan juga menerapkan kuota pada
produk impor.
Ekspor adalah penjualan barang dan jasa kepada pembeli yang berdomosili di
Negara lain.
Investasi Asing Langsung banyak perusahaan berkecimpung dalam investasi asing
langsung (direct foreign investment—FDI), sebagai alat mendapatkan atau membangun
nak perusahaan pada satu atau lebih Negara asing.
Investasi asing langsung banyak dilaksanakan dalam situasi:
1. Perusahaan yang sudah berhasil mengekspor ke Negara asing, bermaksud menghemat
biaya transportasi.

24
2. Perusahaan yang sudah mengekspor produknya mendapat informasi bahwa
pemerintah asing akan menerapkan hambatan perdagangan.
3. Negara asing sangat membutuhkan teknologi maju dan menawarkan insentif (seperti
penggunaan tanah gratis)
4. Perusahaan AS yakin dapat mengurangi biaya tenaga kerja dengan mengalihkan
fasilitas ke Negara berkembang di mana upah tenaga kerja dan harga tanah lebih
murah.
Aliansi Strategis yaitu kesepakatan bisnis untuk mencapai kepentingan terbaik dari
perusahaan yang terlibat. Salah satu jenisnya adalah usaha patungan (joint venture)
yaitu kesepakatan antara dua perusahaan dalam memproduksi produk, dan kesepakatan
lisensi internasional (internasional lincensing agreement) dimana perusahaan
mengizinkan perusahaan asing untuk memproduksi produk sesuai dengan intruksi
spesifikasi tertentu.
Ketika suatu perusahaan berkecimpung dalam bisnis internasional, ia harus
mempertimbangkan karakteristik dari Negara asing
 Budaya
 Sistem ekonomi
 Kondisi ekonomi
 Nilai tukar
 Risiko politik
Budaya sehubungan beragamnya budaya, sebuah perusahaan harus mempelajari
budaya Negara asing sebelum berkecimpung dalam bisnis internasional.
Sistem Ekonomi perusahaan harus mengenali jenis sistem ekonomi yang digunakan
di Negara di mana perusahaan mempertimbangkan untuk melakukan bisnis. Meskipun
pemerintah setiap Negara mempunyai kebijakan khusus mengenai kepemilikan bisnis,
kebanyakan kebijakan dapat diklasifikasikan:
Kapitalisme memperbolehkan kepemilikan bisnis oleh swasta. Pengusaha memiliki
kebebasan untuk menciptakan bisnis yang diyakininya akan melayani kebutuhan orang.
Komunisme merupakan sistem ekonomi yang melibatkan kepemilikan public terhadap
suatu bisnis. Dalam sistem komunis murni, pengusaha dibatasi untuk mengkapitalisasi
pada kebutuhan rakyak.
Sosialisme merupakan sistem ekonomi yang mengandung beberapa ciri khusus baik
ekonomi kapitalis maupun sosialis.
Kondisi Ekonomi untuk memperkirakan permintaan produknya, perusahaan harus
berupaya meramalkan kondisi ekonomi Negara asing. Hasil perusahaan di Negara asing
bergantung pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Nilai Tukar Fluktuasi nilai tukar juga dapat mempengaruhi permintaan akan produk
perusahaan AS sebab mereka mempengaruhi harga sebenarnya yang dibayar oleh
konsumen asing (bahkan jika harga dalam dolar tetap).
Risiko Politik mewakili risiko yang diakibatkan tindakan politik suatu Negara yang
dapat merugikan sebuah bisnis.
25
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan analisis tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:

1. Dalam menjalankan sebuah perusahaan, penting bagi kita untuk mengenal lingkungan
bisnis terlebih dahulu. Karena lingkungan bisinis sangat berpengaruh dalam kehidupan
suatu usaha. Lingkungan bisnis yang perlu kita cermati terdiri dari: Lingkungan umum,

26
Lingkungan Ekonomi, Lingkungan Industri, dan Lingkungan Internal dan juga
Lingkungan Internasional atau Lingkungan Global.
2. Lingkungan umum merupakan lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi
kinerja suatu usaha. Lingkungan ini meliputi: demografi, alam, teknologi, politik, dan
budaya.
3. Lingkungan ekonomi merupakan salah satu lingkungan ekonomi yang sangat
mempengaruhi kinerja suatu bisnis. Lingkungan ekonomi meliputi faktor ekonomi makro
seperti pertumbuhan ekonomi, kenaikan tingkat suku bunga, dan inflasi serta factor
kebijakan yang dibuat pemerintah.
4. Selain faktor lingkup ekonomi makro yang mempengaruhi kinerja bisnis, faktor lingkup
ekonomi mikro sepeeti lingkungan industri suatu bisnis tersebut juga sangat berpengaruh.
Karateristik industri ysng mempengaruhi hasil bisnis berupa permintaan industri,
persaingan industri, lingkungan tenaga kerja dan lingkungan peraturan.
5. Lingkungan di dalam perusahaan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu bisnis. Oleh
karena itu, lingkungan internal perusahaan harus terus diperhatikan dan dicermati
perkembangannya.
6. Setiap perusahaan pasti ingin bisnisnya mencapai dunia internasional. Semua perusahaan,
baik yang hanya dalamlingkup domestic atau yang sudah bertaraf internasional secara
langsung atau tidak langsung pasti terkena imbas perubahan di lingkungan internasional.
Oleh karena itu, lingkungan bisnis internasional ini sangat berpengaruh dalam kinerja
suatu bisnis.

DAFTAR PUSTAKA

 Madura, Jeff. 2001. Pengantar Bisnis (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
 Madura, Jeff. 2007. Introduction to Business (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat.
 Hardjanto, Amirullah Imam. 2005. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter

27
 http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-
fiskal-instrumen-serta-penjelasannya.html

28

Anda mungkin juga menyukai