Sudah.....
Bukan sebagai raja yang punya empunya singgasana atau sebagai juara tergantung medali engkau
menang
Namun mesti kau ikrarkan, hendaklah kau mengeluh, mengeluh sebagai rakyat
bersedihlah, pula sedih sebagai rakyat, juga tak ayal menangis, juga tangisan sebagai rakyat
Tenggoklah sebentar ke dalam, biarlah kami suguhkan secangkir kopi dan sepiring ubi rebus
Dan jikalau sore sudah tiba, kita dendangkan selantun lagu Benggong dengan ditabuhi gendang dan
diiring pula oleh sebuah gitar usang di beralaskan tikar
Lalu barulah boleh kau pulang ke rumahmu yang lebih nyaman, penerangan yang awet menyalanya,
namun resapi sejuta untai-unta senyum rakyat yang sudah ikrarkan hidup mereka padamu.
Sudah.....
Lalu mesti kau bawa selalu, ada kehidupan yang bertaruh dan juga engkau pertaruhkan
Jangan engkau risaukan itu, mungkin begitulah nantinya kita bisa berbenah
Bukan kamu seorang atau kami yang mengais janji saja, tetapi mestilah kita bersama-sama
Sebab ini bukanlah nirwana nyaman, bukan pula dunia dongeng sejuta indah
Kita mesti kenal, kemana kita harus bawa kehidupan kita ini.
Supaya nantinya ada senyum, sebagai senyum raga dan jiwa, rakyat dan engkau.