Anda di halaman 1dari 11

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUBERKULOSIS PARU DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT NUTRISI
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
PANTI WALUYA MALANG

Ambrosius Rengga Kiswa Kapindha, Wisoedhanie Widi Anugrahanti, Maria


Magdalena Setyaningsih
Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang
E-mail : Renggakiswa@gmail.com

ABSTRAK

Tuberkulosis paru merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis.


Bakteri akan menyerang paru-paru yang mengakibatkan respon imun menurun dan membentuk
tuberkel yang berkembang di peritoneum yang menyebabkan mual muntah dan penurunan
berat badan dalam waktu yang singkat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tuberkulosis Paru dengan masalah Defisit Nutrisi. Desain penelitian
yang digunakan adalah studi kasus terhadap dua klien yang mengalami masalah Defisit Nutrisi.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2020 dengan lama waktu perawatan selama tiga hari
untuk setiap klien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah pada kedua klien teratasi yang
dibuktikan dengan terpenuhinya semua kriteria hasil yang ditetapkan. Pemenuhan kebutuhan
nutrisi dapat terlaksana melalui implementasi makan makanan yang tinggi kalori dan tinggi
protein, makan sedikit demi sedikit tetapi sering dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk nutrisi
yang diberikan. Untuk penelitian selanjutnya untuk menigkatkan jumlah subjek penelitian yang
didapatkan lebih baik dan menggunakan desain penelitian yang berbeda agar didapatkan hasil
penelitian dengan kekuatan statistik yang lebih baik.

Kata Kunci : Tuberkulosis Paru, Defisit Nutrisi

ABSTRACT

Lung tuberculosis is an infection by Mycrobacterium tuberculosis bacteria will atack the lungs
resulting in a decreased immune respone and forming a tubbelols that develop in peritoneum
that cause nausea vomiting and weight loss in a short time. This study aims to do nursing care
on The Lung Tuberculosis client with Nutritional Deficit issues. The research design used is
the case study of two clients with problems of Nutritional Deficit. The study was conducted in
February 2020 with a long time of treatment for three days for each client. The results showed
that the problem in both clients were resolved as evaluated by all the set of critical research.
The fulfillment of nutritional needs can be accomplished through the implementation of eating
high foods of calories and high proteins, eat little by little but often and collaboration with
nutritionists for the nutrients given. For futher research increased the number of research
subjects obtained better and use different research desaign to obtain the results of research
with better statistical strength.
2

Keywords: Lung Tuberculosis, Nutritional Deficits

Pendahuluan nasional pada tahun 2015 sebanyak 32.731

Tuberkulosis paru merupakan infeksi yang (Profil Kesehatan, 2015). Prevalensi Target

disebabkan oleh Mycobacterium Renstra pada 2019 Prevalensi TB Paru

Tuberkulosis. Infeksi ini dapat menyerang menjadi 245 /100.000 Penduduk

pada berbagai organ tubuh mulai dari paru StudiInventoriTB (Global Report TB

bagian atas dan organ di luar paru seperti 2018): InsidensTB 321 per 100.000

kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus (Riskesdas, 2018).

serta ginjal yang sering disebut dengan Fenomena yang penulis temukan ketika

ekstrapulmonal Tuberkulosis paru praktik klinik semester II di Ruang Isolasi

(Chandra, 2012). RS Panti Waluya Malang pada Bulan Juli

Tuberkulosis paru di Indonesia 2018 terdapat klien Tuberkulosis Paru

memperlihatkan variasi proporsi yang dengan keluhan batuk selama 4 bulan.

cukup lebar yaitu sebesar 1,80 – 15,90%. Klien mengeluh tubuhnya merasa lemas,

Pada usia <1-14 ada 0,9% yang menderita berat badan turun 15 kg secara bertahap

Tuberkulosis paru, usia 15-65 ada 2,0% dan selama 3 bulan. Di rumah klien mengatakan

usia lebih dari 65 tahun ada 1,5% orang makan dengan nasi, lauk-pauk, dan sayur

yang menderita Tuberkulosis paru di akan tetapi tidak teratur terkadang hanya

Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Menurut makan 1 kali sehari atau 2 kali sehari. Saat

WHO (2013), Penyakit Tuberkulosis paru di Rumah Sakit Klien mendapatkan nasi,

merupakan suatu penyebab kematian lauk-pauk dan sayur tetapi hanya

nomor tiga setelah penyakit jantung dan menghabiskan seperempat porsi

saluran pernafasan pada semua jenis usia makanannya saat pengkajian klien mual

dan juga nomor satu untuk jenis golongan muntah 5x sehari dan berat badan klien

penyakit infeksi Kasus pneumonia secara menurun saat dirumah.


3

Penyakit infeksi dan kurangnya makan Tuberkulosis Paru Dengan Masalah

tambahan pada umumnya mempunyai Keperawatan Defisit Nutrisi Di Ruang

hubungan gizi seseorang. Tuberkulosis Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluya

dapat menyebabkan atau memperparah Malang”.

malnutrisi dengan cara mengurangi nafsu

makan dan meningkatkan katabolisme. Metode Penelitian

Pasien Tuberkulosis paru seringkali Studi kasus ini merupakan studi untuk

mengalami penurunan status gizi, bahkan mengeksplorasi masalah asuhan

dapat menjadi status gizi buruk bila tidak keperawatan pada pasien tuberkulosis paru

diimbangi dengan diet yang tepat, karena dengan masalah defisit nutrisi di Rumah

pada Tuberkulosis paru yang tidak Sakit Panti Waluya Malang, Dengan

diimbangi dengan makanan tambahan pada kriteria inklusi berikut:

umumnya mempunyai hubungan dengan 1. Pasien yang terdiagnosis medis

gizi seseorang. Perawat memegang peranan Tuberkulosis Paru

penting dalam memberikan asuhan 2. Pasien Tubekulosis Paru yang berusia

keperawatan kepada pasien tuberkulosis 18-60 tahun

paru dengan defisit nutrisi yang diberikan 3. Klien yang ditemukan defisit nutrisi :

tindakan sebagai berikut memonitor asupan a. Berat badan menurun minimal 10%

makanan, menganjurkan makan sedikit dibawah rentang ideal

tetapi sering, memonitor berat badan dan b. Cepat kenyang setelah makan

mengidentifikasi status nutrisi (Bhargava, c. Nafsu makan menurun

2013). d. Bising usus hiperaktif

Berdasarkan latar belakang penulis e. Membran mukosa pucat

mengambil studi kasus dengan judul Pada penelitian ini yaitu 2 pasien

“Asuhan Keperawatan Pada Klien Tuberkulosis Paru, Klien 1 yaitu


4

perempuan berusia 22 tahun sedangkan didapatkan 48kg dan 163cm. saat

klien 2 yaitu laki-laki berusia 42 tahun, dilakukan pengkajian, terdapat ronchi

yang mengalami defisit nutrisi di Rumah +/+ wheezing -/- , klien tampak lesu.

Sakit Panti Waluya Malang. Dilakukan pengkajian pada klien 2

Penelitian dilakukan selama 3 hari terhadap tanggal 21 Februari 2020 jam 11.30

masing-masing klien dengan mengunakan keluarga klien mengatakan klien sesak

teknik pengumpulan data berupa nafas kurang lebih sudah 1 minggu

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, disertai dengan batuk. Klien mengeluh

dan studi dokumen. mual muntah dan tidak nafsu makan

sejak 2 minggu tetapi tidak sering. 1 hari

Hasil sebelum dibawa ke IGD klien muntah 5x

Pada studi kasus ini didapatkan hasil sebagai dan tidak mau makan. Klien mengatakan

berikut: nyeri perut sebelah kiri dan perut terasa

2.1.4 Pengkajian kembung. Saat ditanya berat badan dan

Pada tanggal 18 Februari 2020 jam tinggi badan klien selama 1 bulan yang

13.00 dilakukan pengkajian, keluarga lalu klien menjawab 60kg dan 170cm

mengatakan bahwa klien batuk dan saat dikaji saat itu berat badan klien

berdarah, sesak, lemas, dan mual 53kg dan 175cm , terdapat ronchi +/+

muntah. Klien juga mengeluh merasa dan wheezing +/+.

energi tidak pulih walaupun sudah tidur. 2.2.4 Diagnosis Keperawatan

Saat ditanya berat badan dan tinggi Berdasarkan hasil pengkajian pada klien

badan sebelumnya 1 bulan yang lalu 1 dan 2 ditegakan diagnosis keperawatan

klien menjawab 55 kg dan 163cm dan defisit nutrisi berhubungan dengan

saat dilakukan pengukuran berat badan peningkatan kebutuhan metabolisme.

dan tinggi badan saat itu klien 2.3.4 Rencana Keperawatan


5

Pada klien 1 dan 2 telah ditetapkan ruang rawat inap. Hasil yang didapatkan

rencana keperawatan sesuai dengan dari kedua klien sesuai dengan kriteria

tinjauan pustaka yaitu, pada klien 1 dan hasil yang ditetapkan dan masalah dapat

2 melakukan Identifikasi status nutrisi, teratasi ditandai dengan klien 1 dan 2

Identifikasi alergi dan intoleransi keluhan berkurang berat badan klien

makanan, Identifikasi makanan yang meningkat, klien sudah tidak

disukai, Identifikasi kebutuhan kalori mengeluhkan perasaan cepat kenyang,

dan jenis nutrient, Monitor asupan klien tidak lagi mengalami mual muntah

makanan, Monitor berat badan, monitor yang berlebihan bahkan klien tidak lagi

hasil pemeriksaan laboratorium, berikan mual muntah saat makanan masuk,berat

makanan tinggi kalori dan tinggi protein, badan klien tidak menurun dan porsi

Sajikan makanan secara menarik dan yang dihabiskan klien sudah meningkat

suhu yang sesuai, Lakukan oral hygiene secara bertahap.

sebelum makan, Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan jumlah kalori Pembahasan

dan jenis nutrisi yang dibutuhkan. 1. Pengkajian

2.4.4 Implementasi Keperawatan Pada kasus yang ditemukan oleh

Pada klien 1 dan 2 terdapat 12 intervensi peneliti, kedua klien mengalami

yang direncanakan dan 11 yang dapat penurunan berat badan selama 7kg dan

dilakukan, Intervensi yang tidak dapat mengalami penurunan nafsu makan serta

terlaksana adalah memonitor hasil mual dan muntah. Klien 1 didapatkan

laboratorium data: klien mengeluhkan mual muntah

2.5.4 Evaluasi Keperawatan dan batuk darah sampai tidak nafsu

Pada klien 1 dan klien 2 dilakukan untuk makan dan berat badan turun

asuhan keperawatan selama 3 hari di selama 1 bulan berat badan turun hingga
6

7kg , Terdapat ronchi +/+ wheezing - dengan masalah Defisit Nutrisi adalah

/-. Klien 2 didapatkan data: klien Penurunan berat badan lebih dari 10%,

mengeluhkan mual muntah dan tidak mual/muntah, klien tidak nafsu makan.

nafsu untuk makan hanya minum susu Menurut (Amin Z, 2014) Anemia

berat badan klien selama 1 bulan turun merupakan abnormalitas hematologi

hingga 7 kg, Terdapat wheezing +/+ yang biasa terjadi pada pasien

ronchi +/+. Tuberkulosis paru. Seluruh infeksi

Defisit Nutrisi dapat ditandai dengan kronik termasuk Tuberkulosis dapat

penurunan berat badan secara berlebih menyebabkan anemia. Keadaan ini

dan keluhan mual muntah dan tak nafsu diduga akibat adanya respon dari sitem

makan perut terasa penuh walaupun imun, dimana sel-selnya melepaskan

tidak terisi makanan sama dan pada sitokin yang akan membantu dalam hal

kedua klien mengalami tanda mayor pemulihan atau mekanisme pertahanan

seperti yang disebutkan klien mengalami tubuh terhadap infeksi. Akan tetapi,

penurunan berat badan, mual, muntah, produksi dari sitokin ini juga dapat

klien cepat kenyang hingga tidak nafsu memengaruhi fungsi normal dari tubuh.

makan. Tubuh klien dalam kondisi 2. Diagnosa Keperawatan

anemia, maka tubuh kekurangan darah Pada kedua klien ditegakkan diagnosis

dan sel darah yang membawa oksigen keperawatan defisit nutrisi berhubungan

dan nutrisi ke seluruh tubuh akan dengan peningkatan kebutuhan

berkurang. Kondisi Ronchi juga akan metabolisme.

menyebabkan suplai oksigen untuk Klien 1 dan 2 mengalami defisit nutrisi,

metabolisme menurun. klien mengalami tanda dan gejala

Menurut (Widagdo, 2011) keluhan yang penurunan berat badan, mual sampai

dialami oleh klien Tuberkulosis Paru dengan muntah, klien nafsu makan
7

menurun dan perasaan klien cepat makanan secara menarik dan suhu yang

kenyang. Karena pada saat makanan sesuai, Lakukan oral hygiene sebelum

klien masuk kedalam tubuh belum makan, Kolaborasi dengan ahli gizi

sampai klien mencerna makanan di usus untuk menentukan jumlah kalori dan

makanan yang sudah masuk keluar jenis nutrisi yang dibutuhkan.

kembali dan klien tidak bisa mencerna Kedua klien menerima sama intervensi

makanan dengan baik. yang diberikan oleh perawat.

Sesuai dengan teori PPNI (2016) yaitu Pada klien 1 dan 2 telah ditetapkan

Batasan karakteristik untuk Diagnosis rencana keperawatan (intervensi) yang

keperawatan defisit nutrisi gejala dan bersifat mandiri, kolaboratif sesuai

tanda mayor : Berat badan menurun dengan tinjauan pustaka. Intervensi

minimal 10% dibawah rentang ideal, dan tersebut bertujuan untuk defisit nutrisi

tanda gejala minor :cepat kenyang pada klien dapat tercapai secara optimal.

setelah makan nafsu makan menurun. Intervensi disusun berdasarkan kondisi

3. Rencana Keperawatan yang dialami klien. Dari 15 intervensi,

Pada klien 1 dan 2 dilakukan rencana klien satu dan dua diterapkan 15

keperawatan melakukan Identifikasi intervensi yang antara lain: Identifikasi

status nutrisi, Identifikasi alergi dan status nutrisi, Identifikasi alergi dan

intoleransi makanan, Identifikasi intoleransi makanan, Identifikasi

makanan yang disukai, Identifikasi makanan yang disukai, Identifikasi

kebutuhan kalori dan jenis nutrient, kebutuhan kalori dan jenis nutrient,

Monitor asupan makanan, Monitor berat Monitor asupan makanan, Monitor berat

badan, monitor hasil pemeriksaan badan, monitor hasil pemeriksaan

laboratorium, berikan makanan tinggi laboratorium, berikan makanan tinggi

kalori dan tinggi protein, Sajikan kalori dan tinggi protein, Sajikan
8

makanan secara menarik dan suhu yang 9. Membantu pasien makan

sesuai, Berikan makanan tinggi serat 10. Mulut bersih meningkatkan nafsu

untuk mencegah konstipasi, Lakukan makan

oral hygiene sebelum makan, Ajarkan 11. Diet sesuai dengan kebutuhan

diet yang diprogramkan, Kolaborasi pasien dan antiemetik dapat

dengan ahli gizi untuk menentukan mengurangi mual

jumlah kalori dan jenis nutrien yang 12. Membantu pasien untuk makan

dibutuhkan. dengan nafsu makan baik

Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI 4. Implementasi Keperawatan

(2019) Rasional dari intervensi yang Pada klien 1 dan klien 2 rencana

diberikan pada klien Tuberkulosis Paru keperawatan menurut teori yang telah

adalah: ditetapkan sesuai usia dan masalah.

1. Membantu mengkaji keadaan pasien Intervensi dilakukan berdasarkan inform

2. Membantu pasien makan consent.

3. Membantu pasien makan Peneliti memberikan implementasi

4. Mengetahui kebutuhan kalori dan sesuai dengan intervensi yang

nutrisi pada klien direncanakan. Kedua klien sudah

5. Mulut bersih meningkatkan nafsu diberikan Implementasi yang sama yaitu

makan menganjurkan makan sedikit tetapi

6. Mengetahui ada atau tidaknya banyak dan memakan makanan selagi

penurunan berat badan masih hangat hasilnya kedua klien juga

7. Mengetahui hasil laboratorium klien bisa memakan sedikit” tetapi bertahap

8. Diet sesuai dengan kebutuhan pasien tidak langsung banyak. Perbedaan dari

dan antiemetik dapat mengurangi klien 1 dan 2 adalah pada tindakan

mual edukasi mengajarkan diet yang sudah


9

diprogramkan karena klien 1 sudah Masalah pada klien teratasi, karena dari

mengetahui informasi diet Tuberkulosis empat kriteria hasil yang ditetapkan

Paru dari dokter dan perawat kedua klien sudah tercapai semuanya

sebelumnya. klien sudah bisa mencerna makanan

Menurut Mutaqqin (2011), yang masuk kedalam tubuh dan berat

Implementasi Keperawatan adalah badan klien sudah tidak mengalami

pengelolaan dan perwujudan dari penurunan dan kedua klien mengatakan

rencana keperawatan yang telah disusun sudah enak saat makanan masuk

pada tahap perencanaan. Implementasi kedalam tubuh tidak ada rasa makanan

yang dapat dilakukan identifikasi status ingin keluar.

nutrisi klien sebelum masuk Rumah Sesuai teori menurut teori Debora

Sakit dan saat dirumah sakit, identifikasi (2017) Evaluasi merupakan tahap

klien memiliki alergi terhadap makanan kelima dari keperawatan. Pada tahap ini

ataupun obat, monitor asupan yang perawat membandingkan hasil yang

dimakan klien, menimbang berat badan, sudah ditetapkan serta menilai apakah

memberikan makanan tinggi kalori dan masalah yang terjadi sudah teratasi

tinggi protein kepada klien, tindakan seluruhnya, hanya sebagian atau bahkan

kolaborasi dengan tim medis untuk belum teratasi seluruhnya.

pemberian terapi dilakukan untuk Masalah klien teratasi terbuktikan dari

membuat optimal dalam defisit nutrisi. kriteria hasil yang telah ditetapkan, menurut

teori Menurut Mutaqqin (2010) Pada tahap


4. Evaluasi Keperawatan
ini perawat membandingkan hasil yang
Pada klien 1 dan klien 2 dilakukan
sudah ditetapkan serta menilan apakah
evaluasi pada hari ketiga didapatkan
masalah yang terjadi sudah teratasi
hasil masalah klien teratasi.
10

seluruhnya, hanya sebagian atau bahkan dalam defisit nutrisi yaitu berat badan

belum teratasi seluruhnya. meningkat, porsi makan klien meningkat,

Kriteria hasil yang diharapkan adalah : nafsu makan klien membaik, perasaan

cepat kenyang menurun, dan bising usus


1. Berat badan klien meningkat
klien membaik. Saran untuk penelitian
2. Porsi makanan yang dihabiskan
selanjutnya untuk meningkatkan jumlah
meningkat
subjek penelitian yang didapatkan harus
3. Perasaan cepat kenyang menurun
lebih baik dan menggunakan desain
4. Nafsu makan klien membaik
penelitian yang berbeda agar didapatkan
5. Bising usus klien membaik
hasil penelitian dengan kekuatan statistik
Dari Kriteria Hasil yang ditetapkan
yang lebih baik.
maka masalah Defisit Nutrisi pada
Daftar Pustaka
Tuberkulosis Paru yang dialami oleh
Amin Z, Bahar A. 2014. Tuberkulosis paru,
kedua klien ini sudah teratasi, dengan
Dalam: Buku ajar ilmu penyakit dalam
dilakukan intervensi dan implementasi
Edisi V Jilid III. Jakarta. Interna
keperawatan selama 3 hari maka kriteria
Publishing.
hasil sudah tercapai.
Debora, Oda. (2017). Proses Keperawatan
Kesimpulan
dan Pemeriksaan Fisik Edisi 2.
Asuhan keperawatan pada pasien
Jakarta: Salemba Medika
Tuberkulosis Paru dengan masalah defisit
Nurarif, A.H, dkk. 2015. APLIKASI
nutrisi di ruang Isolasi Rumah Sakit Panti
NANDA NICNOC JILID 3,
Waluya Sawahan Malang dapat
Yogyakarta : Penerbit Mediaction)
dilaksanakan pada klien 1 dan 2 masing-
Chandra B (2012). Pengantar Kesehatan
masing 3 hari. Pada klien 1 dan 2 masalah
lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku.
teratasi dibuktikan adanya peningkatan
Kedokteran EGC.
11

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar

Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Intervensi Keperawatan Indonesia

Asuhan Keperawatan Medikal bedah. :Intervensil Keperawatan. Jakarta. :

Jakarta : Salemba medika. Burnner Dewan Pengurus Pusat Persatuan

Nurarif, A.H, dkk. 2015. APLIKASI Perawat Nasional Indonesia.

NANDA NICNOC JILID 3, Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar

Yogyakarta : Penerbit Mediaction) Luaran Keperawatan Indonesia

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). :Definisi dan Kriteria Hasil

Pedoman Pewawancara Petugas Keperawatan. Jakarta. : Dewan

Pengumpul Data. Jakarta: Badan Pengurus Pusat Persatuan Perawat

Litbangkes, Depkes RI. 2018. Nasional Indonesia

Ruswanto. (2010).Analisis Spasial Sebaran Wahid dan Suprapto, Imam. (2012).

Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dokumentasi Proses Keperawatan

dari Faktor Lingkungan Dalam dan Yogyakarta: Nuha Medika

Luar Rumah diKabupaten Widagdo. (2011). Masalah dan Tatalaksana

Pekalongan, Tesis Universitasdi Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta :

Ponegoro. Sagung Seto

Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan World Health Organitazion. 2013. Global

Dasar Manusia dan Proses Tuberkulosis Report 2011

Keperawatan Edisi Empat. Jakarta:

Salemba Medika

Tim Pokja DPP PPNI. 2016. Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI) Edisi 1. DPP PPNI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai