Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Koordinator : Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ners., M.Kep

Dosen Pembimbing : Fifi Siti Fauziah, S.Kep., Ners., M.Kep

Di Susun Oleh :

Tina Rahayu

214121079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
A. Konsep Dasar Risiko Perilaku Kekerasan
1. Definisi
Perilaku kekeraan merupakan bentuk ekspresi kemarahan yang
dapat melukai secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat
dilakukan secara verbal yang dilakukan kepada diri sendiri orang lain,
bahkan lingkungan [ CITATION Isk14 \l 1033 ]. Perilaku kekerasan
merupakan keadaan seseorang untuk melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain dan
lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman [ CITATION HHa16
\l 1033 ].
Jadi, perilaku kekerasan merupakan tindakan yang dapat
membahayakan fisik maupun pskologis yang dapat melukai diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan.
2. Rentang Respon Marah
Menurut yosep (2010) rentang respon marah dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Asertif yaitu kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.


b. Frustasi adalah kegagalan mencapai tujuan karena tidak
realistis/terhambat untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Pasif merupakan respon lanjutan dimana pasien tidak mampu
mengungkapkan perasaanya.
d. Agresif merupakan perilaku destruktif tapi masih dapat terkontrol.
Memperlihatkan permusuhan dengan ancaman tanpa ada niat melukai.
e. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk ditandai
dengan perilaku destruktif dan tidak terkontrol. Memberi kata – kata
ancaman dan dapat melukai pada tingkat ringan sampai sedang.
3. Faktor Predisposisi
Menurut [ CITATION Ded13 \l 1033 ] ada beberapa faktor yang dapat
menunjag terjadinya perubahan perilaku kekerasan, Faktor-faktor yang
mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah factor biologis,
psikologis dan sosiokultural
a. Faktor Biologis
1) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)
Teori ini mengatakan perilaku kekerasan dapat terjadi karena
adanya dorongan dasar yang sangat kuat.
2) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Sistim limbik yang berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan ekspresi marah ataupun untuk menghambatnya.
Pengalaman marah akibat dari respon psikologi terhadap stimulus
dari sistem internal ataupun eksternal seperti lingkungan.
b. Factor Psikologis
1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut
dapat mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan
prustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan merupakan proses belajar, proses ini dapat
dicapai jika tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
3) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku
destruktif.
c. Faktor Sosiokultural
1) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Teori ini mengatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh
terhadap sikap seorang dalam mengekspresikan marah. Budaya di
lingkungan dapat mendukung seseorang falam merespon asertif
atau agresif.
2) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
maupun melalui proses sosialisasi [ CITATION Ded13 \l 1033 ]
4. Faktor Presipitasi
Seseorang akan marah jika merasa dirinya terancam. Stresor yang
mencetuskan perilaku kekerasan pada individu disebabkan dari luar
(kematian, kehilangan, serangan) atau dari dalam (takut terhadap situasi
atau penyakit, putus hubungan dengan seseorang yang berarti, kehilangan
rasa cinta dan asih sayang). Lingkungan juga dapat mempengaruhi
terjadinya perilaku kekerasan pada seseorang [ CITATION Ded13 \l 1033 ].
a. Mekanisme Koping
Mekanisme koping dapat dibantu dikembangkan oleh perawat
untuk mengmbangkan mekanisme koping yang konstuktif dalam
mengekpresikan marahnya. Mekanisme koping yang sering digunakan
yaitu mekanisme koping pertahanan ego seperti “Displancement”,
sublimasi, proyeksi, represi, denail dan reaksi formasi seseorang
[ CITATION Ded13 \l 1033 ].
b. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
1) Menyerang atau Menghindar (Fight or Flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan
system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang
menyebabkan TD meningkat, takikardia, wajah merah, pupil
melebar, mual, sekresi Hcl meningkat, peristaltic gaster menurun,
pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan
juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.
2) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku asertif merupakan cara terbaik dalam
mengekspresikan marah tanpa menyakiti orang lain secara fisik
ataupun psikologis. Perilaku ini dapat mengembangkan diri
seseorang. Perilaku yang sering ditampilkan oleh individu untuk
mengekspresikan kemarahannya dengan perilaku pasif, agresif, dan
asertif.
3) Memberontak (acting Out)
Perilaku ini biasanya muncul disertai dengan adanya konflik
perilaku “Acting Out” untuk menarik perhatian orang lain.
4) Perilaku Kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang
ditinjaukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
5. Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan
Menurut Keliat (2010, dalam Azizah, dkk, 2016) tanda dan gejala
merupakan ide yang ada untuk melukai, mengancam, penyalahgunaan obat
– obatan, depresi berat, berbicara kasar dan kotor, marah, panik, bicaranya
ketusdan adanya riwayat perilaku kekerasan.
a. Fisik
Mata melotot / pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengantup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar dan ketus
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri / orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme
f. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragua-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran
h. Perhatian
i. Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual (Keliat,
2013).
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses utama keperawatan untuk
mengumpulkan datan merumuskan masalah klien. Data yang dikumpulkan
adalah data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Keliat 2010, dalam
Azizah, dkk, 2016).
a. Identitas klien
Rata – rata perilaku kekerasan di dominasi oleh laki laki, dan rata –
rata usia nya yaitu 30-50 tahun dengan lulusan SD.
b. Alasan Masuk
Marah-marah, memukul orang lain, membanting suatu benda,
bertengkar dengan orang lain
c. Faktor presdeposisi
Mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
Menanyakan kepada klien tentang faktor predesposisi, faktor
predesposisi klien dari pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
dan adanya riwayat penganiayaan
d. Pemeriksaan fisik
Biasanya tekanan darah naik, otot wajah tegang, muka merah, nadi
naik.
e. Psikososial
1) Genogram
Geogram untuk melihat pola komunikasi klien dan keluarga,
penga,bilan keputusan, dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Orang dengan perilaku kekerasan biasanya pandangan tajam,
tangan mengepal dan muka merah.
b) Identitas diri
Klien dengan perilaku kekerasan identitas dirinya biasanya
moral yang kurang karena menujukkan pendendam, pemarah
dan bermusuhan
c) Fungsi peran
Fungsi perannya terganggu karena adanya perilaku mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
d) Ideal diri
Pada klien perilaku kekerasan cenderung menunjukan
amarahnya jika kenyataan tidak sesuai dengan harapan.
e) Harga diri
Klien dengan perilaku kekerasan memiliki harga diri yang
rendah. Karena, penyebab awal perilaku kekerasan yaitu tidak
bisa menerima kenyataan dan memiliki sifat yang labil yang
tidak terkontrol dan beranggapan bahwa dirinya tidak berharga.
f) Hubungan sosial
Hubungan sosial pada perilaku kekerasan terganggu karena
adanya resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan serta memiliki amarah yang tidak dapat terkontrol
g) Spiritual
Klien perilaku kekerasan menganggap bahwa ibadah, nilai, dan
keyakinan tidak ada gunanya.
3) Status mental
a) Penampilan
Klien tidak mampu merawat penampilanya dan penampilan
tidak rapi. Cara berpakaian yang tidak seperti biasanya, baju
kotor, rambut kotor, rambut tidak seperti biasa, tidak pernah
menyisir rambut, gigi kuning dan kotor, kuku kotor, panjang,
dan hitam.
b) Pembicaraan
Klien perilaku kekerasan bicara kasar, suara tinggi,
membentak, ketus, berbicara dengan kata-kata kotor
c) Aktivitas motorik
Klien perilaku kekerasan terlihat tegang dan gelisah, muka
merah dan jalan mondar mandir
d) Afek dan Emosi
Afek dan emosi pada klien perilaku kekerasan cenderung labil,
emosi dapat berubah – ubah, mudah mengamuk, membanting
barang – barang, berteriak, melukai diri sendiri, orang lain,
ataupun lingkungan sekitar.
e) Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan perilaku kekerasan biasanya selama
interaksi wawancara mudah marah, pendapatnya merasa paling
benar, curiga, sinis dan menolak dengan kasar. Bermusuhan
dengan kata – kata atau pandangan yang tidak bersahabat atau
tidak ramah. Curiga dan menunjukan sikap/peran tidak percaya
kepada orang lain.
f) Presepsi / sensori
Pada klien perilaku kekerasan resiko untuk mengalami presepsi
sensori sebagai penyebabnya
4) Proses pikir
a) Proses pikir (arus pikir)
Klien dengan perilaku kekerasan hidup dalam piirannya
sendiri, memuaskan keinginan tanpa peduli lingkungans ekitar,
distorsi arus asosiasi dalam diri klien yang dimanifestasikan
dengan lamunan, waham, dan halusinasinya.
b) Isi pikirannya
Klien dengan perilaku kekerasan memiliki pemikiran yang
curiga, dan tidak percaya dengan orang lain, dirinya merasa
tidak aman.
5) Tingkat kesadaran
Klien dengan perilaku kekerasan terjadi disorientasi tempat dan
waktu, aoatis, tidak sadar, dan bingung. Tingkat kesadaran klien
perilaku kekerasan bingung sendiri untuk menghadapi kenyataan.
6) Memori
Klien dengan perilaku kekerasan masih mengingat kejadian
jangka pendek dan panjang.
7) Tingkat konsentrasi
Tingkat konsentrasi mudah beralih dari satu obyek ke satu
obyek lainnya. Klien akan selalu menatap penuh cemas, tegang dan
gelisah.
8) Kemampuan penilaian / pengambilan keputusan
Klien dengan perilaku kekerasan tidak mampu mengambil
keputusan yang kontruktif dan adaptif
9) Daya tilik
Klien dengan perilaku kekerasan biasanya mengingkari
penyakit yang diderita klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
minta pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya.
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya yang menyababkan timbulnya
penyakit atau masalah
10) Mekanisme koping
Klien dengan perilaku kekerasan menghadapi suatu permasalahan,
dengan menggunakan cara maldatif seperti minum alkhol, merokok
reaksi lambat/berlebihan ,menghindar, mencederai diri atau
lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Terjadinya risiko perilaku kekerasan dibuktikan, dengan adanya :
Faktor risiko :
a. Pemikiran waham/delusi
b. Curiga pada orang lain
c. Berencana bunuh diri
d. Disfungsi atau konfusi
e. Kerusakan kontrol impuls
f. Persepsi pada lingkungan tidak akurat
g. Alam perasaan depresi
h. Riwayat kekerasan pada hewan
i. Kelainan neurologis
j. Lingkungan tidak teratur
k. Penganiayaan atau pengabaian anak
l. Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain
atau destruksi properti orang lain
m. Impulsif
n. Ilusi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut (Yosep, 2013) sebagai berikut :
a. Risiko perilaku kekerasan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah ….x SP I
- Mengidentifik pertemuan, pasien - Identifikasi penyebab,
asi penyebab dan mampu : tanda dan gejala serta
tanda perilaku - Menyebutkan akibat perilaku
kekerasan penyebab, tanda, kekerasan
- Menyebutkan gejala dan akibat - Latih cara fisik 1 :
jenis perilaku perilaku Tarik nafas dalam
kekerasan yang kekerasan - Masukkan dalam
pernah dilakukan - Memperagaka jadwal harian pasien
- Menyebutkan n cara fisik 1
akibat dari untuk mengontrol
perilaku kekerasan perilaku
yang dilakukan kekerasan
Setelah ….x SP 2
- Menyebutkan
pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan yang
cara mengontrol
mampu : lalu (SP1)
perilaku kekerasan
- Menyebutkan - Latih patuh obat :
- Mengontrol
kegiatan yang - Minum obat secara
perilaku
sudah dilakukan teratur dengan
kekerasannya
- Memperagaka prinsip 5 B
dengan cara :
n cara patuh obat - Susun jadwal
- Fisik
minum obat secara
- Sosial / verbal
teratur
- Spiritual
- Masukkan dalam
- Terapi
jadwal harian pasien
psikofarmaka
Setelah ….x SP 3
(patah obat)
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang
mampu : lalu (SP1 dan SP 2)
- Menyebutkan - Latih cara fisik 2 :
kegiatan yang Pukul kasur / bantal
sudah dilakukan - Masukkan dalam
- Memperagaka jadwal harian pasien
n cara fisik untuk
mengontrol
perilaku
kekerasan
Setelah ….x SP 4
pertemuan pasien - Evaluasi kegiatan yang
mampu : lalu (SP1 dan 2)
- Menyebutkan - Latih secara sosial /
kegiatan yang verbal
sudah dilakukan - Menolak dengan baik
- Memperagaka - Meminta dengan baik
n cara sosial / - Mengungkapkan
verbal untuk dengan baik
mengontrol - Masukkan dalam
perilaku jadwal harian pasien
kekerasan

Setelah ….x SP 5
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang
mampu : lalu (SP1,2,3 &4)
- Menyebutkan - Latih secara spiritual:
kegiatan yang - Berdoa
sudah dilakukan - Sholat
- Memperagaka - Masukkan dalam
n cara spiritual jadwal harian pasien
Keluarga mampu : Setelah ….x SP 1
Merawat pasien di pertemuan keluarga - Identifikasi masalah
rumah mampu menjelaskan yang dirasakan
penyebab, tanda dan keluarga dalam
gejala, akibat serta merawat pasien
mampu - Jelaskan tentang
memperagakan cara Perilaku Kekerasan :
merawat. - Penyebab
- Akibat
- Cara merawat
- Latih 2 cara merawat
- RTL keluarga / jadwal
untuk merawat pasien
Setelah ….x SP 2
pertemuan keluarga - Evaluasi SP 1
mampu menyebutkan - Latih (simulasi) 2 cara
kegiatan yang sudah lain untuk merawat
dilakukan dan pasien
mampu merawat - Latih langsung ke
serta dapat membuat pasien
RTL - RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
Setelah ….x SP 3
pertemuan keluarga - Evaluasi SP 1 dan 2
mampu menyebutkan - Latih langsung ke
kegiatan yang sudah pasien
dilakukan dan - RTL keluarga / jadwal
mampu merawat keluarga untuk
serta dapat membuat merawat pasien
RTL
Setelah ….x SP 4
pertemuan keluarga - Evaluasi SP 1,2 &3
mampu - Latih langsung ke
melaksanakan pasien
Follow Up dan - RTL Keluarga :
rujukan serta mampu - Follow Up
menyebutkan - Rujukan
kegiatan yang sudah
dilakukan

b. Intervensi Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan menurut SLKI


Diagnosa : Risiko Perilaku Kekerasan (D. 0146)
Intervensi :
1) Pencegahan Perilaku Kekerasan
- Observasi : Monitor adanya benda yang berpotensi
membahayakan ( mis: benda tajam).
- Terapeutik :
1. Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
2. Libatkan keluarga dalam perawatan
- Edukasi:
1. Anjurkan pengunjung atau keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
2. Latih cara mengungkapkan perasaan asertif
3. Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal
(mis: relaksasi dan bercerita)
2) Promosi koping (1.09312)
- Observasi:
1. Identifikasi kegiatan jangka pendek dan Panjang sesuai
tujuan
2. Identifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Identifikasi pemahaman proses penyakit
4. Identifikasi metode penyelesaian masalah
5. Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan
sosial
- Terapeutik:
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri
sendiri
3. Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
4. Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
5. Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
- Edukasi :
1. Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
2. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
3. Anjurkan keluarga terlibat
4. Anjurkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
5. Latih penggunaan teknik relaksasi
6. Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan

4. Implementasi
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan
mengutamakan masalah utama. Lakukan validasi terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan keperawatan, rencana tindakan keperawatan masih
dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini. Hubungan saling
percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan. Implemntasi dilakukan kepada pasien
dan keluarga. Dengan adanya rencana tindakan keperawatan diharapkan
perawat dapat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
yang tertulis.
5. Evaluasi
Pasien diharapkan mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala
perilaku kekerasaan, dan akibat dari perilaku kekerasan. Evaluasi
dilakukan secara terus – menerus setelah selesai melakukan tindakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP [ CITATION Ded13 \l
1033 ].
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon Objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A : Analisa ulang data subjetif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah tetap atau muncul masalag baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjur berdasar hasil analisa pada respon
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Damaiyanti, I. M. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.

Deden, D., & Rusdin. (2013). Keperawatan Jiwa : Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hadiyanto, H. (2016). Hubungan Antara Terapi Modalitas dengan Tanda dan


Gejala Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap
RSJ. Prof.dr. Soerojo Magelang. 90-102.

Keliat. (2012). Keperawatan Kesehata Jiwa Komunitas : CMHN. Jakarta: EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Idonesia (SDKI) : Definisi dan


Indikator Diagnostik . Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI) : Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai